PRESUS NIFASPage 3
MANAJEMEN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS
DENGAN SUPERIMPOSED PREEKLAMPSIA
NY.Y USIA 33 TAHUN P2A0 6 JAM POST SC A/I RIW. SC
DAN SUPERIMPOSED PREEKLAMPSIA
DI RUANG FLAMBOYAN RSMS PURWOKERTO
Disusun oleh :
SITI USWATUN KH. ( 206112055 )
SALIMAH ( 206112066 )
IMUNG HIDAYATI ( 206112077 )
DIII KEBIDANAN
STIKES AL IRSYAD AL ISLAMIYYAH CILACAP
2014/2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah "MANAJEMEN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS DENGAN SUPERIMPOSED PREEKLAMPSIA NY.Y USIA 33 TAHUN P2A0 6 JAM POST SC A/I RIWAYAT SC DAN PEB DI RUANG FLAMBOYAN RSUD MARGONO SOEKARDJO PURWOKERTO". Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan:
dr. Liliyani, MMR selaku Direktur RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto
Siti Nurkhasanah, AMKeb. Selaku CI Ruang Flamboyan.
Yogi Andhi Lestari, M.Keb selaku Kaprodi D3 Kebidanan Stikes Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap dan Dosen Pembimbing Makalah ini
Susanti,M.Keb selaku Koordinator AKeb II
Dwi Maryanti, M.Kes selaku Dosen Pembimbing Makalah ini
Teman – teman yang membantu dalam penyusunan Makalah ini
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi kita semua.
Purwokerto, 23 September 2014
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL 1
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN 4
Latar belakang 4
Tujuan 4
Metode 5
Sistematika penulisan 5
BAB II TINJAUAN TEORI 7
KONSEP MEDIS 7
KONSEP ASUHAN KEBIDANAN 18
BAB III TINJAUAN KASUS 22
BAB IV PEMBAHASAN 39
BAB V PENUTUP
Kesimpulan 41
Saran 41
DAFTAR PUSTAKA 42
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan yang di perlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 – 8 minggu, sedangkan yang terpenting dalam nifas adalah masa involusi dan laktasi. Asuhan pada masa nifas diperlukan karena masa ini merupakan masa kritis baik ibu maupun bayi.
Superimposed Preeklampsia adalah keadaan dimana ibu memiliki penyakit hipertensi kronik (tekanan darah 140/90 mmHg sebelum usia kehamilan mencapai 20 minggu) dan saat usia kehamilan >20 minggu protein urine + 1. Melalui makalah ini, penulis akan membahas asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan superimposed preeclampsia secara rinci.
Tujuan
Tujuan Umum : Mahasiswa mampu menerapkan asuhan kebidanan pada
ibu nifas dengan Superimposed Preeklampsia dengan menggunakan pola pikir varney dan pendokumentasian melalui varney.
Tujuan Khusus :
Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada ibu nifas dengan Superimposed Preeklampsia pada Ny Y.
Mahasiswa mampu menginterprestasi data untuk menentukan diagnosa, masalah dan kebutuhan pada ibu nifas dengan Superimposed Preeklampsia pada Ny Y.
Mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial pada ibu nifas Superimposed Preeklampsia pada Ny Y.
Mahasisiwa dapat mengidentifikasi kebutuhan akan tindakan segera atau
kolaborasi pada ibu nifas dengan Superimposed Preeklampsia pada Ny Y.
Mahasiswa dapat merencanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan Superimposed Preeklampsia pada Ny Y.
Mahasiswa dapat melaksanakan tindakan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan Superimposed Preeklampsia pada Ny Y.
Mahasiswa dapat mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan pada ibu nifas dengan Superimposed Preeklampsia pada Ny Y.
Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus melalui teknik pengumpulan data :
Studi Pustaka
Yaitu dengan mempelajari buku-buku yang berkaitan dengan topik kasus Superimposed Preeklampsia .
Observsi
Yaitu dengan observasi dalam melakukan asuhan kebidanan secara langsung pada klien.
Wawancara
Yaitu menanyakan secara langsung kepada petugas, klien dan keluarga.
Studi Dokumentasi
Yaitu membuat makalah ini penulis mengambil data dokumentasi dengan melihat catatan langsung pada klien yang ada di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.
Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun secara sistematis, terdiri dari :
BAB I : Pendahuluan : Terdiri dari latar balakang, tujuan, metode
penulisan dalam sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan Pustaka : Terdiri dari konsep medis dan Asuhan
Kebidanan (7 langkah varney).
BAB III : Tinjauan kasus : Terdiri dari pendokumentasian dengan
menggunakan Manajemen varney
BAB IV : Pembahasan : Terdiri dari pengumpulan data, interprestasi
data, diagnosa potensial, tindakan, kolaborasi, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
BAB V : Penutup : Terdiri dari kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN TEORI
KONSEP MEDIS
NIFAS
Pengertian Nifas
Menurut Saifudin (2002), Nifas atau Puerperium dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, masa nifas berlangsung kira-kira selama 6 minggu..
Masa nifas disebut juga masa post partum atau puerperium adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim sampai 6 minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain-lain sebagainya yang berkaitan saat melahirkan (Suharni, dkk, 2008).
Masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ-organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu (saleha, 2009).
Klasifikasi masa nifas
Menurut Bahiyatun (2009), masa nifas dibagi 3 periode, yaitu:
Puerperium dini
Puerperium dini adalah kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan.
Puerperium intermedial
Puerperium intermedial adalah kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.
Remote Puerperium
Remote Puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna.
Perubahan Fisiologis Masa Nifas
Menurut Saleha (2009), perubahan-perubahan yang terjadi pada masa nifas adalah:
Uterus
Segera setelah lahirnya plasenta, pada uterus yang berkontraksi posisi fundus uteri berada kurang lebih pertengahan antara umbilicus dan simfisis atau sedikit lebih tinggi. Dua hari kemudian, kurang lebih sama dan kemudian mengkerut, sehingga dalam dua minggu telah turun masuk kedalam rongga pelvis dan tidak dapat diraba lagi dari luar. Involusi uterus melibatkan pengreorganisasi dan pengguguran desidu serta penglupasan situs plasenta, sebagaimana diperlihatkan dengan pengurangan ukuran dan berat serta olehh warna dan jumlah lochea.
Tabel 2.1 TFU dan berat uterus menurut masa involusio
Involusio
TFU
Berat Uterus
Bayi Lahir
Setinggi pusat, 2 jari dibawah pusat
1.000 gram
1 Minggu
Pertengahan pusat simfisis
750 gram
2 minggu
Tidak teraba diatas simfisis
500 gram
4 minggu
Normal
50 gram
8 minggu
Normal, sebelum hamil
30 gram
Sumber: Saleha, (2009)
Lochea
Cairan secret yang berasal dari cavum uteri dan vagina selama masa nifas. Macam-macam lochea adalah:
Lochea Rubra (Cruenta)
Berwana merah karena berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, set-set desidu, verniks caseosa, lanugo, dan meconium selama 2 hari pasca persalinan. Keluar selama 2-3 hari post partum.
Lochea Sangulenta
Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir yang keluar pada hari ke 3-7 pasca persalinan.
Lochea Serosa
Cairan kuning, tidak berdarah lagi, keluar pada hari ke 7-14 pasca persalinan.
Lochea Alba
Cairan putih berbentuk krim serta terdiri atas leukosit dan sel-sel desidua, keluar pada hari ke 14 sampai 2 minggu berikutnya.
Perubahan Laktasi
Proses pengembangan jaringan penghasil ASI dalam payudara dicapai dalam kehamilan dengan addanya rangsangan pada jaringan kelenjar serta saluran payudara oleh hormon- hormon plasenta yaitu hormon estrogen, progesterone, dan hormon laktogenik plasenta.
Kemudian penurunan produksi hormon akan terjadi dengan cepat setelah plasenta dilahirkan. Hormon hipofise anterior yaitu prolaktin yang terjadi di hambat oleh kadar estrogen dan progesterone yang tinggi dalam darah kini dilepaskan. Prolaktin akan mengaktifkan sel-sel kelenjar payudara untuk memproduksi ASi. Dalam waktu 1-2 hari setelah bayi dilahirkan, produksi ASI sudah dimulai (Saifuddin, 2002).
Sistem Pencernaan
Seorang wanita dapat merasa lapar dan siap menyantap makanannya dua jam setelah persalinan. Mual dan muntah terjadi akibat produksi saliva meningkat. Pada ibu nifas terutama yang partus lama dan terlantar mudah terjadi ileus paralitikus, yaitu adanya obstruksi usus akibat tidak adanya paristaltik usus. Penyebabnya adalah penekanan buah dada dalam kehamilan dan partus lama, sehingga membatasi gerak peristaltik usus, serta bisa terjadi karena pengaruh psikis takut BAB karena ada luka jahitan perineum.
Sistem Endokrin
Hormon oksitosin
Oksitosin disekresi dari kelenjar otak bagiann belakang. Selama tahap ketiga persalinan, hormone oksitosin berperan dalam pelepasan plasenta dan mempertahankan kontraksi, sehingga mencegah perdarahan. Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI sekresi oksitosin. Hal tersebut membantu uterus kembali kebentuk normal.
Hormon Prolaktin
Berperan dalam pembesaran payudara untuk merangsang prooduksi ASI. Pada wanita yyang menyusui bayinya, kadar prolaktin tetap tinggi.
Hormon estrogen dan progesteron
Diperkirakan bahwa tingkat estrogen yang tinggi memperbesar hormon antidiuretik yang meniingkkatkan volume darah. Hormon progesterone mempengaruhi otot halus yang mempengaruhi perangsangan dan peningkatan pembuluh darah. Hal ini sangat mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar pangggul, perineum dan vulva, serta vagina.
Perubahan tanda-tanda vital
Tekanan darah
Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi post partum akan menghilang dengan sendirinya.
Nadi
Pada masa nifas umumnya denyut nadi labil, sedangkan pernafasan akan sedikit meningkat setelah partus kemudian kembali seperti keadaan semula.
Suhu
Setelah dua jam pertama melahirkan umumnya suhu badan akan kembali normal.
Adaptasi psikis
Adaptasi psikis pada masa nifas adalah:
Taking in periode
Terjadi pada 1-2 hari setelah persalinan, ibu masih pasif dan sangat bergantung pada orang lain, fokus perhatian terhadap tubuhnya, ibu lebih mengingat pengalaman melahirkan dan persalinan yang dialami, serta kebutuhan tidur dan nafsu makan meningkat.
Taking hold periode
Merupakan periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan, ibu berkonsentrasi pada kemampuannya dalam menerima tanggung jawab sepenuhnya terhadap perawatan bayi. Pada masa ini ibu menjadi sangat sensitif, hingga membutuhkan bimbingan dan dorongan perawat untuk mengatasi kritikan yang dialami ibu.
Letting go periode
Merupakan periode menerima tanggung jawab sebagai "seorang ibu" dan menyadari atau merasakebutuhan bayi sangat bergantung pada dirinya, berlangsung lebih dari 10 hari.
Hal-hal yang harus dapat dipenuhi selama masa nifas, adalah
Fisik
Istirahat, makan-makanan bergizi, sering menghirup udara segar, dan lingkungan yang bersih.
Psikologi
Stress setelah persalinan dapat segera distabilkan dengann dukungan dari keluarga, yang menunjukan rasa simpati, mengakui dan mengharggai ibu.
Sosial
Menemani ibu bila terlihat kesepian, ikut menyayangi anaknya, menanggapi dan memerhatikan kebahagiaan ibu, serta menghibur bila ibu terlihat sedih.
PREEKLAMPSIA DAN EKLAMPSIA
Diagnosis
Preeklampsia Ringan
Tekanan darah 140/90 mmHg pada usia kehamilan >20 minggu
Tes celup urine menunjukan 1 + atau pemeriksaan protein kuantitatif menunjukan hasil >300 mg/24 jam
Preeklampsia Berat
Tekanan darah > 160/110 mmHg pada usia kehamilan > 20 minggu
Tes celup urine menunjukan 2 + atau pemeriksaan protein kuantitatif menunjukan hasil > 5gr /24 jam
Atau disertai keterlibatan organ lain:
Trombositopenia (<100.000 sel/uL), hemolisis mikroangiopati
Peningkatan SGOT/SGPT, nyeri abdomen kuadran kanan atas
Sakit kepala, skotoma penglihatan
Pertumbuhan janin terhambat, oligohidroamnion
Edema paru dan/ atau gagal jantung kongestif
Oliguria (<500 ml/24jam), kreatinin >1,2 mg/dl
Superimposed Preeklampsia pada hipertensi kronik
Ibu dengan riwayat hipertensi kronik (sudah ada sejak usia kehamilan < 20 minggu)
Tes celup urine menunjukan proteinuria >+1 atau trombosit <100.000sel/uL pada usia kehamilan >20 minggu
Eklampsia
Kejang umum dan/ atau koma
Ada tanda dan gejala preeclampsia
Tidak ada kemungkinan penyebab lain (misalnya epilepsy, perdarahan subarachnoid, dan meningitis)
Tatalaksana
Tatalaksana umum
Ibu hamil dengan preeclampsia harus segera dirujuk ke rumah sakit
Pencegahan dan tatalaksana kejang:
Bila terjadi kejang, perhatikan jalan napas, pernapasan (oksigen), dan sirkulasi (cairan intraven)
MgSO4 diberikan secara intravena kepada ibu dengan eklampsia (sebagai tatalaksana kejang) dan preeclampsia berat (sebagai pencegahan kejang). Cara pemberiannya adalah sebagai berikut:
CARA PEMBERIAN MgSO4
Berikan dosis awal 4 gr MgSO4 sesuai prosedur untuk mencegah kejang atau kejang berulang.
CARA PEMBERIAN DOSIS AWAL
Ambil 4 gr larutan MgSO4 (10 ml larutan MgSO4 40 %) dan larutkan dengan 10 ml akuades
Berikan larutan tersebut secara perlahan IV selama 20 menit
Jika akses intravena sulit, berikan masing-masing 5 gr MgSO4 (12,5 ml larutan MgSO4 40%) IM dibokong kanan dan kiri
Sambil menunggu rujukan, mulai dosis rumatan 6 gr MgSO4 dalam 6 jam sesuai prosedur.
CARA PEMBERIAN DOSIS RUMATAN
Ambil 6 gr MgSO4 (15 ml larutan MgSO4 40%) dan larutkan dalam 500 ml larutan Ringer Laktat/ Ringer Asetat, lalu berikan secara IV dengan kecepatan 28 tetes/ menit selama 6 jam, dan diulang hingga 24 jam setelah persalinan atau kejang berakhir (bila eklampsia)
Syarat pemberian MgSO4:
Tersedia Ca Glukonas 10%
Ada reflex patella
Jumlah urine minimal 0,5ml/ kg BB/ Jam
Lakukan pemeriksaan fisik tiap jam, meliputi tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi pernapasan, reflex patella dan jumlah urine.
Bila frekuensi pernapasan <16 x permenit, dan atau tidak didapatkan reflex tendon patella, dan atau terdapat oliguria (produksi urin <0,5ml/ kg BB/ Jam), segera hentikan pemberian MgSO4
Jika terjadi depresi napas, berikan Ca Glukonas 1 gr IV ( 10ml larutan 10%) bolus dalam 10 menit.
Selama ibu dengan preeclampsia atau eklampsia dirujuk, pantau dan nilai adanya perburukan preeclampsia. Apabila terjadi eklampsia lakukan penilaian awal dan lakukan tatalaksana kegawatdaruratan. Berikan kembali MgSO4 2 gr IV perlahan (15-20 menit). bila setelah pemberian MgSO4 ulangan masih terdapat kejang, dapat dipertimbangkan pemberian diazepam 10 mg IV selama 2 menit.
Pada kondisi dimana MgSO4 tidak dapat diberikan seluruhnya, berikan dosis awal (loading dose) lalu rujuk ibu segera ke fasilitas kesehatan yang memadai.
Lakukan intubasi jika terjadi kejang berulang dan segera kirim ibu ke ruang ICU (bila tersedia) yang sudah siap dengan fasilitas ventilator tekanan positif.
Antihipertensi
Ibu dengan hipertensi berat selama kehamilan perlu mendapat terapi antihipertensi. Pilihan antihipertensi didasarkan terutama pada pengalaman dokter dan ketersediaan obat. Beberapa jenis antihipertensi yang dapat digunakan misalnya:
Nama Obat
Dosis
Keterangan
Nifedipin
4x 10-30 mg peroral (short acting)
1x 20-30mg per oral (long acting/ adalat OROS ®)
Dapat menyebabkan hipoperfusi pada ibu dan janin bila diberikan sublingual
Nikardipin
5 mg/ jam, dapat dititrasi 2,5 mg/ jam tiap 5 menit hingga maksimum 10 mg/jam
metildopa
2x 250-500 mg peroral ( dosis maksimum 2000 mg/hari)
Antihipertensi golongan ACE inhibitor (misalnya kaptopril), ARB (misalnya Valsartan), dan klorotiazid dikontraindikasikan pada ibu hamil.
Ibu yang mendapat terapi antihipertensi di masa antenatal dianjurkan untuk melanjutkan terapi antihipertensi hingga persalinan. Terapi antihipertensi dianjurkan untuk hipertensi pascasalin berat.
Pemeriksaan penunjang tambahan
Hitung darah perifer lengkap
Golongan darah ABO, Rh, dan uji pencocokan silang
Fungsi hati (LDH, SGOT, SGPT)
Fungsi ginjal (ureum, kreatinin serum)
Profil koagulasi (PT, APTT, fibrinogen)
USG (terutaama jika ada indikasi gawat janin/pertumbuhan janin terhambat)
Pertimbangan persalinan/terminasi kehamilan
Pada ibu dengan eklampsia, bayi harus segera dilahirkan dalam 12 jam sejak terjadinya kejang.
Induksi persalinan sangat dianjurkan bagi ibu dengan preeklampsia berat dengan janin yang belum viable atau tidak akan viable dalam 1-2 minggu.
Pada ibu dengan preeklampsia berat, dimana janin sudah viable namun usia kehamilan belum mencapai 34 minggu, manajemen ekspektan dianjurkan, asalkan tidak terdapat kontraindikaasi (lihat algoritma dihalaman berikut). Lakukan pengawasan ketat.
Pada ibu dengan preeclampsia berat, dimana usia kehamilan antara 34 dan 37 minggu, manajemen ekspektan boleh dianjurkan, asalkan tidak terdapat hipertensi yang tidak terkontrol, disfungsi organ ibu, dan gawat janin. Lakukan pengawasan ketat.
Pada ibu dengan preeklampsi berat yang kehamilannyaa sudah aterm, persalinan dini dianjurkan.
Tidak ada bukti yang menunjukan manfaat dari pembatasan aktivitas (istirahat di rumah), pembatasan asupan garam, dan pemberian vitamin C dan E dosis tinggi
Tidak ada bukti yang menunjukan manfaat dari pembatasan aktivitas (istirahat di rumah), pembatasan asupan garam, dan pemberian vitamin C dan E dosis tinggi
ALGORITMA MANAJEMEN EKSPEKTATIF
Observasi dan manajemen inisial di kamar bersalinEvaluasi ibu : gejala,temuan klinis,pemeriksaan laboratoriumMonitor denyut jantung janin dan kontraksiUSG : pertumbuhan janin dan jumlah cairan ketubanPertimbangkan pemberian MgSO4 dan antihipertensi
Observasi dan manajemen inisial di kamar bersalin
Evaluasi ibu : gejala,temuan klinis,pemeriksaan laboratorium
Monitor denyut jantung janin dan kontraksi
USG : pertumbuhan janin dan jumlah cairan ketuban
Pertimbangkan pemberian MgSO4 dan antihipertensi
Kontraindikasi manajemen ekspektatifGejala preeclampsia berat persistenEklampsiaEdema paruHipertensi berat persistenSindrom HELLPDisfungsi renal yang nyataSolusio plasentaKoagulasi intravaskuler diseminataPertumbuhan janin terhambat, oligohidroamnion, gawat janin.
Kontraindikasi manajemen ekspektatif
Gejala preeclampsia berat persisten
Eklampsia
Edema paru
Hipertensi berat persisten
Sindrom HELLP
Disfungsi renal yang nyata
Solusio plasenta
Koagulasi intravaskuler diseminata
Pertumbuhan janin terhambat, oligohidroamnion, gawat janin.
Terminasi kehamilanPertimbangkan kortikosteroid
Terminasi kehamilan
Pertimbangkan kortikosteroid
Ada
Tidak ada
Beri kortikosteroidKumpulkan dan periksa urin 24 jamNilai gejala maternal, tekanan darah , produksi urinEvaluasi laboratorium perhari untuk fungsi ginjal dan sindrom HELLPObservasi dapat dilakukan diruang rawat setelah evaluasi awal
Beri kortikosteroid
Kumpulkan dan periksa urin 24 jam
Nilai gejala maternal, tekanan darah , produksi urin
Evaluasi laboratorium perhari untuk fungsi ginjal dan sindrom HELLP
Observasi dapat dilakukan diruang rawat setelah evaluasi awal
Terminasi kehamilanHipertensi beratKontraindikasi manajemen ekspektatif
Terminasi kehamilan
Hipertensi berat
Kontraindikasi manajemen ekspektatif
Tatalaksana Khusus
Edema Paru
Diagnosis : sesak napas, hipertensi, batuk berbusa, ronki basah halus pada basal paru pada ibu dengan preeclampsia berat.
Tatalaksana:
Posisikan ibu dalam posisi tegak
Berikan oksigen
Berikan furosemide 40mg IV
Bila produksi urine masih rendah (< 30 ml/jam dalam 4 jam) pemberian furosemide dapat diulang
Ukur keseimbangan cairan. Batasi cairan yang masuk.
Sindroma Hellp
Diagnosis : Hemolisis, peningkatan kadar enzim hati, dan trombositopenia
Tatalaksana: lakukan terminasi kehamilan.
2. Konsep Asuhan Kebidanan
I. Pengkajian
DATA SUBYEKTIF
Biodata
Meliputi nama, umur, suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, dan Alamat.
Keluhan Utama atau Alasan Masuk
Keluhan yang dirasakan oleh klien ketika datang menemui petugas baik fisik maupun psikis dan Alasan klien masuk ke ruang perawatan
Riwayat Menstruasi
Menarche umur berapa, lamanya, banyaknya darah yang keluar, disminorea, teratur atau tidak.
riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
kehamilan dulu cukup bulan atau pernah keguguran, lahir spontan atau dengan tindakan, lahir dimana, siapa yang menolong dan BB saat lahir berapa.
riwayat persalinan
Meliputi tanggal/ jam persalinan, tempat persalinan, penolong persalinan, jenis persalinan, komplikasi persalinan, lama persalinan, keadaan plasenta, tali pusat, jumlah perdarahan, dan data bayi yang dilahirkan.
Riwayat penyakit yang pernah dialami
Apakah ibu pernah menderita jantung, hipertensi, DM, Malaria, Ginjal, Asma, Hepatitis dan riwayat operasi sc sebelumnya.
Riwayat penyakit keluarga
Apakah dalam keluarganya mempunyai riwayat penyakit keturunan seperti hipertensi, DM dan asma.
Riwayat KB
Meliputi jenis KB yang pernah ibu pakai dan rencana KB setelah melahirkan.
Riwayat Sosial Ekonomi
Meliputi status perkawinan, jumlah perkawinan, lama perkawinan, usia saat perkawinan, respon ibu dan keluarga terhadap kelahiran, pengambilan keputusan dalam keluarga, dan adaptasi psikososil selama masa nifas.
Activity Daily Living selama masa nifas
Meliputi pola makan dan minum, pola istirahat, pola eliminasi, personal hygiene, mobilisasi, aktifitas, pekerjaan sehari-hari dan kebiasaan hidup.
DATA OBYEKTIF
Pemeriksaan Umum
Keadaan umum dan tingkat kesadaran
Tanda-tanda vital
Pengukuran tinggi badan dan berat badan
Pemeriksaan Fisik
Postur tubuh
Kepala: meliputi muka, mata, hidung, gigi dan mulut
Leher
Payudara
Abdomen
Genetalia
Ekstremitas
Pemeriksaan Penunjang
Interpretasi Data/ Diagnosa
Meliputi diagnose kebidanan dan masalah yang disertai dengan data dasar.
Diagnosa Potensial dan Antisipasi
masalah yang mungkin timbul dan bila tidak segera diatasi akan mengancam keselamtan klien
Tindakan segera
Tindakan yang harus secara cepat dan tepat tidak dapat ditunda karena bila terlambat datang menangani akan berakibat fatal terhadap kesejahterahaan klien
Rencana Tindakan
Menyusun rencana tindakan sesuai dengan temuan yang ditemukan.
Pelaksanaan
Dilaksanakan sesuai dengan rencana tindakan yang telah ditetapkan, pelaksanan ini bidan harus secara mandiri dan apabila kasus memerlukan tindakan diluar rencana maka dilakukan tindakan kolaborasi.
Evaluasi
Tindakan pengukuran antara keberhasilan tindakan yang dilakukan sesuai dengan rencana.
BAB III
TINJAUAN KASUS
MANAJEMEN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS
DENGAN SUPERIMPOSED PREEKLAMPSIA
NY.Y USIA 33 TAHUN P2A0 6 JAM POST SC A/I RIW. SC
DAN SUPERIMPOSED PREEKLAMPSIA
DI RUANG FLAMBOYAN RSMS PURWOKERTO
No. Register : 904353 Tanggal Pengkajian : 16 September 2014
Tanggal Masuk : 16 September 2014 Jam Pengkajian : 15.30 WIB
Jam Masuk : 11.30 WIB
PENGKAJIAN DATA
DATA SUBJEKTIF
Biodata Nama Ibu : Ny. Y Tn. K
Umur : 33 Tahun 34 Tahun
Agama : Islam Islam
Suku / bangsa : Jawa / Indonesia Jawa / Indonesia
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah tangga Dagang
Alamat : Cikakak RT 01/02 Wangon, Banyumas
Alasan Kunjungan
Untuk mendapatkan perawatan masa nifas.
Keluhan Utama
Ibu mengatakan terasa nyeri pada luka operasi SC dan tekanan darahnya tinggi.
Riwayat Menstruasi
Menarche : 15 tahun.
Siklus : 28 hari. Teratur.
Banyak : 2-3 kali ganti pembalut/hari.
Lama : 7 hari.
Disminorea : Tidak disminorea
Riwayat sosial ekonomi dan psikologi
Ibu mengatakan kawin syah 2 kali. Menikah pada suami yang kedua pada umur 30 tahun. Lama perkawinan yang kedua yaitu 3 tahun, respon ibu dan keluarga terhadap kelahiran senang, pengambilan keputusan dalam keluarga suami, adaptasi psikososial selama masa nifas ibu masih sering menceritakan proses persalinannya dan ibu masih fokus pada dirinya.
Riwayat KB
Ibu mengatakan menggunakan KB suntik 3 bulanan, dan terakhir menggunakan KB tersebut yaitu pada tanggal 10 Januari 2014. KB setelah melahirkan, ibu sudah dilakukan MOW bersamaan dengan operasi SC.
Riwayat penyakit yang pernah diderita sekarang/ yang lalu
Ibu mengatakan mempunyai penyakit tekanan darah tinggi dan mempunyai penyakit keracunan kehamilan pada hamil ini dan hamil yang lalu, serta mempunyai riwayat operasi abdomen/SC.
Riwayat penyakit keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarganya mempunyai penyakit keturunan Hipertensi.
ACTIVITY DAILY LIVING PASCA OPERASI SC
Makan dan Minum
Makan : 1 x, Jenisnya nasi lauk-pauk dan sayur
Yang disediakan rumah sakit.
Minum : 2 gelas jenisnya air putih
Pantangan makanan tidak ada
Istirahat
Tidur siang : ± 1/2 jam
Keluhan : nyeri luka operasi SC
Pola Eliminasi
Belum BAB selama post SC
BAK menggunakan kateter, tampak 100 cc dalam urine bag.
Personal hygiene
Mandi : 1 x dengan cara di seka
Ganti pakaian dalam : 1 x setelah selesai di seka
Aktivitas
Aktivitas : latihan miring kanan dan kiri
Keluhan : luka operasi SC terasa nyeri saat bergerak
Menyusui
Ibu mengatakan sudah latihan menyusui 1 kali, namun pengeluaran ASInya belum lancar.
Kebiasaan hidup
Selama ini, ibu mengatakan tidak pernah merokok, minum-minuman keras, obat terlarang dan minum jamu.
DATA OBJEKTIF
Keadaan umum: sedang kesadaran :composmentis
Tanda- tanda vital
TD : 170/110 mmHg
Nadi : 88 x/mnt
Suhu : 37 ºC
Respirasi : 20 x/mnt
Pemeriksaan fisik
Postur tubuh : mesomorph
Kepala
Muka : Tidak terlihat pucat, Cloasma tidak ada, oedema tidak ada
Mata : Conjungtiva merah muda , sclera Putih
Hidung : Bersih, polip tidak ada
Gigi& mulut : Bibir lembab, gusi merah muda
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid & limfe
Payudara
Bentuk simetris, putting susu menonjol, bersih, aerola hiperpigmentasi, ada tuberculum Montgomery, colostrum sudah keluar dan tidak ada benjolan abnormal.
Abdomen
Abdomen tampak luka pasca operasi SC vertikal diantara pusat dan simpisis, tertutup kasa, bersih dan tidak ada tanda-tanda infeksi. TFU setinggi pusat, kontraksi uterus kuat dan kandung kemih kosong.
Genetalia
Varises : tidak ada
Odema : tidak ada
Pembesaran bartolini : tidak ada
PPV : lochea rubra, volume pengeluaran pervaginam ± 50 cc
Uretra : terpasang kateter
Anus : Tidak hemoroid
Ekstremitas
Tangan : Tidak ada oedema, kuku pendek, bersih, tampak merah muda, dan tangan kanan terpasang infuse RL + MgSO4 8 gram 20 tetes per menit, serta tangan kiri terpasang infuse RL + 20 IU Oxytocin 20 tetes per menit.
Kaki : Kuku pendek, bersih, tampak merah muda, tungkai tidak ada oedema, tidak ada varises, dan homan sign negative, refleks patella +/+.
DATA REKAM MEDIS
Pengukuran tinggi badan dan berat badan
Tinggi badan : 155 cm
Berat badan : 70 kg
Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu
Ibu mengatakan anak pertamanya laki-laki, usia 2 tahun, jenis persalinan SC, komplikasi ibu saat hamil Superimposed Preeklampsia, BB saat lahir 2600 gram, ASI Eksklusif, dan saat ini keadaan anaknya sehat.
Riwayat kehamilan sekarang
G2 P1 A0
HPHT : 3 Januari 2014
HPL : 10 Oktober 2014
ANC : 2 X, di Bidan dan Puskesmas, yaitu pada TM III : 2 X (ANC pertama di bidan pada tanggal 08 Agustus 2014, hasil ANC tekanan darah ibu tinggi. ANC kedua pada tanggal 15 September 2014 di Puskesmas II Wangon dengan hasil tekanan darah ibu 200/ 120mmHg dan protein urine ++++. Dari hasil ANC kedua tersebut, ibu dirujuk ke poli kebidanan RSMS Purwokerto)
UK : 36+6 Minggu
Imunisasi TT: 2 kali
TT1 : Saat Capeng
TT2 : pada hamil pertama
Riwayat persalinan sekarang
Tanggal/ Jam persalinan: 16 september 2014/ 09.25 WIB
Tempat persalinan : IBS RSMS Purwokerto
Penolong Persalinan : dr. SPOG
Jenis persalinan : SC atas indikasi riw. SC pada tahun 2012 dan Superimposed Preeklampsia
Keadaan plasenta : Lengkap
Tali Pusat : tidak ada lilitan
Lama Operasi : 35 menit ( 09.25-10.00 WIB)
Bayi : BB : 2100 gram PB: 43 cm
LK : 30 cm LD: 28 cm
Nilai Apgar : 8.9.10
Masa Gestasi : 36+6 Minggu
Program Terapi yang Diberikan pada tanggal 16 September 2014 (setelah Operasi SC)
Infus RL + 20 IU Oxytocin 20 tetes per menit
Injeksi MgSO4 4 gram melalui Intra Vena, dan 8 gram secara drip 20 tetes per menit
Injeksi ketorolac 3 x 30 mg
Injeksi Lasix 2 x 1 Ampul
Pemeriksaan Penunjang
Tanggal Pemeriksaan : 16 September 2014
Jenis Pemeriksaan : Darah Lengkap, GDS, kimia klinik, dan protein urine
Hasil : a. Darah Lengkap: Hb 11,7gr/dl, Leukosit 12.820 /uL, Hematokrit 32 %, Eritrosit 4,4 x 10^6/uL dan Trombosit 305.000/uL.
GDS: 77 mg/dL
Kimia klinik: SGOT 15 u/L, SGPT 16 u/L, LDH 203 u/L, kreatinin darah 0,70 mg/ dL dan kalium 3,3 mmol/L
Protein Urine: 100 mg/ 24 jam
II. INTERPRETASI DATA
Diagnosa kebidanan :
Ny Y usia 33 tahun P2A0 6 jam post SC atas indikasi Superimposed Preeklampsia dan riwayat SC dengan Superimposed Preeklampsia.
Data Subjektif
Ibu mengatakan berumur 33 tahun
Ibu mengatakan ini kelahiran anak keduanya dan belum pernah keguguran
Ibu mengatakan melahirkan secara SC atas indikasi PEB dan riwayat SC pada tanggal 16 September 2014 pukul 09.25 WIB.
Ibu mengatakan menderita keracunan kehamilan pada hamil ini dan hamil yang lalu, serta mempunyai riwayat operasi abdomen/SC
Ibu mengatakan dalam keluarga mempunyai penyakit keturunan Hipertensi.
Ibu mengatakan mempunyai penyakit tekanan darah tinggi
Data Objektif
KU : sedang, kesadaran : composmentis
TTV : TD : 170/ 110 mmHg, N :88 x/mnt, R : 20 x/mnt,
S : 37 ºC
SGOT 15u/L, SGPT 16 u/L, dan Kreatinin darah 0,70 mg/dL
Protein urine 100 mg/ 24 jam.
Ekstremitas tidak ada oedema.
Masalah
Nyeri pada luka operasi SC
Kebutuhan: Pemberian analgetik berupa ketorolac 3 x 30 Mg
III. DIAGNOSA POTENSIAL DAN ANTISIPASI
Diagnosa Potensial : Eklampsia
Antisipasi : memberikan MgSO4 sesuai dengan advice dokter untuk menghindari terjadinya eklampsia
IV. TINDAKAN SEGERA
Tidak Ada
V. RENCANA TINDAKAN
Tanggal : 16 September 2014
Jam : 15.30 WIB
Beritahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
Anjurkan pada ibu untuk tetap latihan menyusui anaknya meski ASInya belum keluar secara lancar
Ajarkan dan berikan contoh pada ibu tentang teknik relaksasi napas dalam untuk mengurangi rasa nyeri di luka operasi SC ibu
Observasi keadaan umum ibu, Tanda-tanda vital dan pantau balance cairan untuk menghindari terjadinya oedema paru dan dehidrasi.
Berikan terapi obat sesuai dengan advis dokter.
Lepas infuse RL + 20 IU oxytocin di tangan kiri ketika habis.
VI. PELAKSANAAN
Tanggal : 16 September 2014 Jam : 15.45 WIB
Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan yang telah dilakukan bahwa keadaan umum ibu sedang, namun ibu mengalami tekanan darah tinggi.
Menganjurkan pada ibu untuk tetap latihan menyusui anaknya meski ASInya belum keluar secara lancar
Mengajarkan dan memberikan contoh pada ibu tentang teknik relaksasi napas dalam untuk mengurangi rasa nyeri di luka operasi SC dengan cara tarik napas panjang lewat hidung dan dikeluarkan lewat mulut secara pelan-pelan.
Mengobservasi keadaan umum ibu, dan memantau balance cairan.
Memberikan terapi obat sesuai dengan advis dokter.
Melepas infuse RL + 20 IU oxytocin di tangan kiri ketika habis.
VII. EVALUASI
Tanggal : 16 September 2014 Jam : 21.00 WIB
Ibu dan keluarga telah mengetahui hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
Ibu bersedia untuk tetap latihan menyusui anaknya meski ASInya belum keluar secara lancar.
Ibu telah diajari dan dicontohkan tentang teknik relaksasi napas dalam untuk mengurangi sedikit rasa nyeri diluka operasi sc dan bersedia untuk menerapkannya
Telah dilakukan observasi keadaan umum ibu dan pemantauan balance cairan dengan hasil:
Pukul
TTV
Balance Cairan
TD
S
N
R
Input
Output
IWL
Oral
Parental
Urine
18.00 WIB
160/110
365
92
20
600
500
400
175
BC= (600+500)-(400+175)
= +525
Hasil pemantauan balance cairan: Ny Y kelebihan cairan. Untuk menghindari oedema paru dilakukan tindakan memposisikan ibu dalam posisi tegak dan membatasi cairan yang masuk.
Terapi obat sesuai dengan advis dokter telah diberikan.
Infuse RL + 20 IU oxytocin di tangan kiri telah dilepas.
Catatan Perkembangan:
Tanggal 17 September 2014
S : Ibu mengatakan merasa mual dan nyeri didaerah luka operasi sc
Ibu mengatakan tekanan darahnya masih tinggi.
Ibu mengatakan belum BAB, dan BAK menggunakan kateter, volume urine ± 100 cc.
Ibu mengatakan sudah bisa miring kanan dan miring kiri.
Ibu mengatakan sudah bisa menyusui.
O : Keadaan Umum: sedang Kesadaran : composmentis
TTV : TD : 170/100 mmHg
N : 88 x/menit
S : 36,1 OC
R : 20 x/menit
Payudara : tidak tampak tegang, tidak panas, tidak tampak kemerahan, dan pengeluaran ASI lancar.
Abdomen : tampak cembung, ada luka operasi tertutup kasa, TFU setinggi pusat, kontraksi uterus kuat dan ada nyeri tekan
Genetalia : PPV ada, lochea rubra, sedikit, warna merah
Ekstremitas : Tidak ada oedema
A : Ny Y usia 33 tahun P2A0 1 Hari post SC atas indikasi Superimposed Preeklampsia dan riwayat SC dengan Superimposed Preeklampsia
P : 1. Memberitahu ibu dan keluarga mengenai hasil pemeriksaan yang telah dilakukan bahwa keadaan ibu sedang, namun tekanan darah ibu masih tinggi.
Hasil : ibu mengerti mengenai hasil pemeriksaan yang telah dilakukan bahwa keadaan ibu sedang, namun tekanan darahnya masih tinggi.
Melakukan kolaborasi dengan dokter sepesialis Obgyn dan dokter spesialis penyakit dalam atas masalah yang ditemui. Masalah yang ditemui yaitu tekanan darah ibu tinggi.
Hasil : telah dilakukan kolaborasi dengan dokter obgyn dan dokter spesialis penyakit dalam. Hasil kolaborasi: ibu diberikan terapi obat oral berupa nifedipin 3 x 10 mg, Dopamet 3 x 500 mg, clindamisin 2 x 300 mg.
Menganjurkan kepada ibu untuk makan-makanan yang mengandung vitamin A untuk menghindari terjadinya rabun senja saat menyusui, contohnya seperti wortel atau sayuran yang berwarna merah, karbohidrat sebagai energy seperti biji-bijian contohnya: nasi, roti. Mengandung protein agar luka operasi SC ibu cepat sembuh, contohnya: tahu, tempe, daging, ikan, putih telor. Mengandung zat besi dan asam folat untuk menghindari terjadinya anemia yang terdapat dalam sayuran hijau-hijauan, seperti: bayam, katuk, dan minum air mineral yang banyak minimal 3liter/hari.
Hasil : ibu bersedia untuk makan-makanan tersebut.
Memberikan terapi medis sesuai dengan advis dokter berupa terapi obat oral berupa nifedipin 3 x 10 mg, Dopamet 3 x 500 mg, clindamisin 2 x 300 mg dan asam mefenamat 3 x 500 mg.
Hasil : ibu telah diberikan terapi sesuai dengan advis dokter.
Melakukan observasi keadaan umum ibu, Tanda-Tanda Vital, dan memantau balance cairan.
Hasil : telah dilakukan observasi dengan hasil:
Pukul
TTV
Balance Cairan
TD
S
N
R
Input
Output
IWL
Oral
Parental
Urine
06.00 WIB
170/100
364
76
20
600
400
400
175
BC= (600+400)-(400+175)
= +425
12.00 WIB
120/80
364
96
20
500
200
1300
175
BC= (500+200)-(1300+175)
= -775
Hasil pemantauan balance cairan:
Pukul 06.00 WIB Ny Y kelebihan cairan. Untuk menghindari oedema paru dilakukan tindakan memposisikan ibu dalam posisi tegak dan membatasi cairan yang masuk.
Pukul 12.00 WIB Ny Y kekurangan cairan. Untuk menghindari dehidrasi dilakukan tindakan input cairan yang lebih.
Tanggal 18 September 2014
S : Ibu mengatakan merasa nyeri didaerah luka operasi sc
Ibu mengatakan tekanan darahnya masih tinggi.
Ibu mengatakan tidak bisa tidur dan jari-jari tangan kiri kesemutan
Ibu mengatakan belum BAB, dan BAK menggunakan kateter, volume urine ± 100 cc.
Ibu mengatakan sudah bisa miring kanan dan miring kiri serta akan mencoba latihan duduk.
O : Keadaan Umum: sedang Kesadaran : composmentis
TTV : TD : 210/120 mmHg
N : 84 x/menit
S : 36,3 OC
R : 20 x/menit
Payudara : tidak tampak tegang, tidak panas, tidak tampak kemerahan, dan pengeluaran ASI lancar.
Abdomen : tampak cembung, ada luka operasi tertutup kasa, TFU satu jari pusat, kontraksi uterus kuat dan ada nyeri tekan
Genetalia : PPV ada, lochea rubra, sedikit, warna merah
Ekstremitas : Tidak ada oedema.
A : Ny Y usia 33 tahun P2A0 2 Hari post SC atas indikasi Superimposed Preeklampsia dan riwayat SC dengan Superimposed Preeklampsia
P : 1. Memberitahu ibu dan keluarga mengenai hasil pemeriksaan yang telah dilakukan bahwa keadaan ibu sedang, namun tekanan darah ibu masih tinggi.
Hasil : ibu mengerti mengenai hasil pemeriksaan yang telah dilakukan bahwa keadaan ibu sedang, namun tekanan darahnya masih tinggi.
Memberitahu ibu untuk istirahat yang cukup, dengan wajib tidur siang dan tidur malam, agar tekanan darahnya cepat turun.
Hasil : Ibu telah mengetahui bahwa ibu harus istirahat yang cukup agar tekanan darahnya cepat turun.
Melakukan konsultasi dengan dokter interna atas temuan yang ditemukan saat ini.
Hasil: telah dilakukan konsultasi dengan dokter interna. Hasil konsultasi: berikan terapi Dopamet 3 x 500 mg, Micardis 1 x 80 mg, Amlodipine 1 x 10 mg, HCT 1 x 1, dan jika tekanan darah > 170 maka berikan Clonidine 2 x 1 tablet.
Memberikan terapi medis sesuai dengan advis dokter berupa terapi obat oral berupa nifedipin 3 x 10 mg, Dopamet 3 x 500 mg, Clonidine 2 x 300 mg dan asam mefenamat 3 x 500 mg.
Hasil : ibu telah diberikan terapi sesuai dengan advis dokter.
Melakukan observasi keadaan umum ibu, TTV, dan memantau balance cairan.
Hasil : telah dilakukan observasi dengan hasil:
Pukul
TTV
Balance Cairan
TD
S
N
R
Input
Output
IWL
Oral
Parental
Urine
06.00 WIB
210/120
36
76
20
500
500
2000
175
BC= (500+500)-(2000+175)
= -1175
12.00 WIB
180/110
37
88
20
600
500
1300
175
BC= (600+500)-(1300+175)
= -375
Hasil Pemantauan Balance Cairan: Pukul 06.00 WIB dan 12.00 WIB Ny Y kekurangan cairan. Untuk menghindari dehidrasi dilakukan tindakan input cairan yang lebih.
3. Tanggal 19 September 2014
S : Ibu mengatakan merasa nyeri didaerah luka operasi sc
Ibu mengatakan tekanan darahnya masih tinggi.
Ibu mengatakan tidak bisa tidur dan jari-jari tangan kiri masih kesemutan
Ibu mengatakan belum BAB, dan BAK menggunakan kateter, volume urine ± 100 cc.
Ibu mengatakan sudah latihan duduk.
O : Keadaan Umum: sedang Kesadaran : composmentis
TTV : TD : 200/110 mmHg
N : 92 x/menit
S : 36,1 OC
R : 20 x/menit
Payudara : tampak tegang, tidak panas, teraba keras, dan pengeluaran ASI tidak lancar.
Abdomen : datar, ada luka operasi tertutup kasa, TFU satu jari pusat, kontraksi uterus kuat dan ada nyeri tekan
Genetalia : PPV ada, lochea sanguinolenta, sedikit, warna merah kecoklatan
Ekstremitas : Tidak ada oedema.
A : Ny Y usia 33 tahun P2A0 3 Hari post SC atas indikasi Superimposed Preeklampsia dan riwayat SC dengan Superimposed Preeklampsia dan Bendungan ASI.
P : 1. Memberitahu ibu dan keluarga mengenai hasil pemeriksaan yang telah dilakukan bahwa keadaan ibu sedang, namun tekanan darah ibu masih tinggi.
Hasil : ibu mengerti mengenai hasil pemeriksaan yang telah dilakukan bahwa keadaan ibu sedang, namun tekanan darahnya masih tinggi.
Memberitahu ibu untuk istirahat yang cukup, dengan wajib tidur siang dan tidur malam, agar tekanan darahnya cepat turun.
Hasil : Ibu telah mengetahui bahwa ibu harus istirahat yang cukup agar tekanan darahnya cepat turun.
Melakukan perawatan payudara atau breastcare untuk mengurangi bendungan ASI yang dialami oleh ibu
Hasil: telah dilakukan breastcare pada payudara ibu. Hasil breastcare: payudara ibu menjadi lebih lunak dan pengeluaran ASInya menjadi lancar.
Menganjurkan pada ibu untuk sering menyusui bayinya, minimal 2 jam sekali, agar tidak terjadi bendungan payudara lagi. Jika bayinya dalam 2 jam masih tidur, tidak mau bangun, maka payudara ibu diperas.
Hasil: Ibu bersedia untuk menyusui 2 jam sekali.
Memberikan terapi medis sesuai dengan advis dokter berupa terapi obat oral berupa Dopamet 3 x 500 mg, Clonidine 2 x 300 mg, Micardis 1 x 80 mg, Amlodipine 1 x 10 mg, HCT 1 x1, dan asam mefenamat 3 x 500 mg.
Hasil : ibu telah diberikan terapi sesuai dengan advis dokter.
Melepas infuse dan kateter sesuai dengan advice dokter
Hasil: infuse dan kateter sudah dilepas
Meminta ibu untuk latihan duduk sampai dengan 30 menit, lalu jika dalam 30 menit ibu tidak pusing, maka ibu mencoba latihan jalan-jalan disekitar tempat tidur, dan jalan ke toilet jika ibu merasa ingin BAK. Namun, jika dalam waktu 30 menit ibu merasa pusing, maka ibu harus tidur lagi.
Hasil: Ibu mau untuk latihan duduk selama 30 menit, dan ibu bisa melewati waktu tersebut. Ibu sudah latihan jalan-jalan didekat tempat tidur, serta latihan BAK secara mandiri ke toilet.
4. Tanggal 20 September 2014
S : Ibu mengatakan masih ada nyeri tekan didaerah luka operasi sc
Ibu mengatakan sudah merasa baikan.
Ibu mengatakan belum BAB, namun ibu sudah BAK 4 kali sehari secara mandiri ke toilet.
Ibu mengatakan sudah bisa jalan-jalan.
O : Keadaan Umum: baik Kesadaran : composmentis
TTV : TD : 140/80 mmHg
N : 82 x/menit
S : 36,6 OC
R : 20 x/menit
Payudara : tidak tampak tegang, tidak panas, tidak tampak kemerahan, dan pengeluaran ASI lancar.
Abdomen : datar, ada luka operasi tertutup kasa, TFU 2 jari pusat, kontraksi uterus kuat dan ada nyeri tekan
Genetalia : PPV ada, lochea sanguinolenta, sedikit, warna merah kecoklatan
Ekstremitas : Tidak ada oedema.
A : Ny Y usia 33 tahun P2A0 4 Hari Post SC atas indikasi PEB dengan keadaan ibu baik.
P : 1. Memberitahu ibu dan keluarga mengenai hasil pemeriksaan yang telah dilakukan bahwa keadaan ibu baik.
Hasil : ibu mengerti mengenai hasil pemeriksaan yang telah dilakukan bahwa keadaan ibu baik.
2. Memberitahu ibu, bahwa hasil visit dokter, hari ini ibu sudah sehat dan sudah boleh pulang.
Hasil: Ibu merasa senang dengan hasil visit dokter tersebut.
Memberitahu ibu untuk istirahat yang cukup, dengan wajib tidur siang dan tidur malam selama masa nifas dirumah.
Hasil : Ibu telah mengetahui bahwa ibu nifas harus istirahat yang cukup dengan wajib tidur siang dan tidur malam.
Memberitahu ibu untuk makan-makanan yang berprotein tinggi dan makan buah-buahan agar luka operasi sc ibu cepat sembuh.
Hasil: ibu sudah mengerti bahwa ibu perlu makan-makanan yang berprotein tinggi dan makan buah-buahan agar luka operasi sc ibu cepat sembuh.
Menganjurkan pada ibu untuk menyusui bayinya secara eksklusif sampai usia bayi 6 bulan, tanpa tambahan jenis makanan apapun.
Hasil: Ibu bersedia untuk menyusui bayinya secara eksklusif.
Menganjurkan pada ibu untuk control ulang di poli kebidanan 1 minggu setelah SC.
Hasil : ibu bersedia untuk control ulang 1 minggu setelah SC.
Memeriksa tanda-tanda vital dan keadaan umum ibu sebelum pulang
Hasil : Keadaan umum ibu baik, Tanda-tanda vital: TD : 140/80 mmHg, N : 82 x/menit, S : 36,6 OC dan R : 20 x/menit.
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah penulis melakukan pengkajian pada ibu nifas Ny.Y dengan Superimposed Preeklampsia penulis mendapat perbedaan-perbedaan antara teori dengan lahan prakek yaitu :
Pengkajian
Pada tanggal 16 September 2014 penulis melakukan pengkajian pada Ny. Y dengan kasus Superimposed Preeklampsia ditemukan data ibu mempunyai penyakit tekanan darah tinggi dan memiliki riwayat penyakit preeklampsia sejak kehamilan yang pertamanya, lalu dalam keluarga ibu mempunyai penyakit keturunan hipertensi. Dalam pemeriksaan ditemukan data TD : 170/110 mmHg, N : 88 x/menit, R : 20 x/menit, S : 37°C, protein urine 100mg/24 jam. Dari data tersebut maka bisa disimpulkan bahwa ibu menderita penyakit Superimposed Preeklampsia, karena ibu memiliki penyakit hipertensi kronik yang disertai dengan preeklampsia. Sehingga dalam hal ini tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus dilapangan.
Diagnosa
Diagnosis pada kasus ini ditegakkan berdasarkan hasil anamnesa dan hasilnya Ny.Y usia 33 tahun P2A0 6 jam Post SC a/I PEB dan Riwayat SC dengan Superimposed Preeklampsia. Diagnosa ditegakan Superimposed Preeklampsia setelah ditemukan data ibu mempunyai penyakit tekanan darah tinggi dan pada kehamilannya ditemukan protein urine +.
Menurut teori bahwa untuk menegakkan diagnosa Superimposed Preeklampsia didasarkan atas TD > 140/90 mmHg sebelum kehamilan, dan saat hamil protein urine +. Sehingga dalam hal ini tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus dilapangan.
Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Masalah diagnosa atau masalah potensial yang ditegakan adalah eklampsia
Identifikasi Kebutuhan Akan Tindakan Segera / Kolaborasi
Dalam kasus ini, tidak ditemukan Tindakan segera/ emergency untuk menangani pasien dengan preeclampsia berat.
Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh
Pada tahap merencanakan asuhan yang menyeluruh berpedoman pada teori yaitu dilakukan observasi keadaan umum, TTV, balance cairan, dan pemberian antihipertensi sesuai dengan advise dokter.
Asuhan yang diberikan pada ibu nifas dengan Preeklampsia Berat di RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto telah sesuai dengan prosedur tetap yang ada, dan prosedur tetap tersebut sudah sesuai dengan ketentuan.
Pelaksanaan
Dalam melaksanakan asuhan pada Ny. Y disesuaikan dengan rencana asuhan yang telah disusun secara sistematis.
Evaluasi
Pada langkah evaluasi penulis telah berhasil melakukan observasi pada Ny. Y. Hasil Observasi pada hari keempat tekanan darah ibu sudah kembali normal.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Setelah melakukan pengkajian pada Ny. Y penulis tidak mengalami kesulitan karena selama penulis melakukan pengkajian klien sangat kooperatif. Sehingga penulis mendapatkan data sesuai dengan yang dibutuhkan.
Dalam menegakan diagnosa penulis tidak menemukan adanya kesenjangan antara teori dengan lahan praktek karena dalam menegakan diagnosa sesuai dengan teori yang ada. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial dalam mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dengan lahan praktek.
Identifikasi Kebutuhan akan tindakan segera penulis tidak menemukan tindakan segera/ emergency.. Dalam menyusun rencana, penulis menyusun berdasarkan teori seperti memberikan terapi antihipertensi sesuai dengan advise dokter dan memantau TTV ibu. Untuk pelaksanaan dan evaluasi, penulis juga tidak menemukan kesenjangan.
Saran
Bagi RS
Untuk meningkatkan profesionalisme sehingga pelayanan pada klien sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.
Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan pendidikan lebih banyak meningkatkan prosedur belajar mengajar mengenai manajemen kebidanan karena penulis masih sangat kurang dalam hal pemahaman tersebut.
Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa mampu mengkaji kasus pada pasien secara jeli dan teliti agar asuhan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Bahiyatun. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC
Bobak. 2004. Keperwatan Maternitas. Jakarta: EGC
Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan: Kementrian kesehatan Republik Indonesia.
Farrer, H. 2001. Perawatan Maternitas. Edisi 2. Jakarta: EGC
Machfoedz. 2008. Perawatan Masa Nifas. Jakarta: EGC
Saifuddin, A, B. 200. Buku Panduan Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo
Saleha, S. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba
Suherni, dkk. 2009. Perawatan Masa Nifas. Edisi 3. Yogyakarta: Fitramaya
Varney,dkk.2008.Buku Ajar Asuhan Kebidanan Volume 2. Jakarta: EGC