17
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
HIV/AIDS
Definisi HIV/AIDS
Acquired Immune Defiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang dapat disebabkan oleh Human Immuno Deficiency Virus (HIV). Virus dapat ditemukan dalam cairan tubuh terutama pada darah, cairan vagina, cairan sperma, cairan Air Susu Ibu. Virus tersebut merusak system kekebalan tubuh manusia dengan mengakibatkan turunnya atau hilangnya daya tahan tubuh sehingga mudah terjangkit penyakit infeksi.
Human Immuno Deficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan kemudian menimbulkan AIDS. HIV menyerang salah satu jenis dari sel-sel darah putih yang bertugas menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut termasuk limfosit yang disebut T. Limfosit atau "sel T-4" atau disebut juga "sel CD – 4"
Etiologi
Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut human immunodeficiency virus (HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983 sebagai retrovirus dan disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi retrovirus baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2 dianggap sebagai virus kurang pathogen dibandingkan dengan HIV Maka untuk memudahkan keduanya disebut HIV.
Patofisiologi
Tubuh mempunyai suatu mekanisme untuk membasmi suatu infeksi dari benda asing, misalnya : virus, bakteri, bahan kimia, dan jaringan asing dari binatang maupun manusia lain. Mekanisme ini disebut sebagai tanggap kebal (immune response) yang terdiri dari 2 proses yang kompleks yaitu :
Kekebalan humoral dan kekebalan cell-mediated. Virus AIDS (HIV) mempunyai cara tersendiri sehingga dapat menghindari mekanisme pertahanan tubuh. "ber-aksi" bahkan kemudian dilumpuhkan.
Virus AIDS (HIV) masuk ke dalam tubuh seseorang dalam keadaan bebas atau berada di dalam sel limfosit. Virus ini memasuki tubuh dan terutama menginfeksi sel yang mempunyai molekul CD4. Sel-sel CD4-positif (CD4+) mencakup monosit, makrofag dan limfosit T4 helper. Saat virus memasuki tubuh, benda asing ini segera dikenal oleh sel T helper (T4), tetapi begitu sel T helper menempel pada benda asing tersebut, reseptor sel T helper .tidak berdaya; bahkan HIV bisa pindah dari sel induk ke dalam sel T helper tersebut. Jadi, sebelum sel T helper dapat mengenal benda asing HIV, ia lebih dahulu sudah dilumpuhkan. HIV kemudian mengubah fungsi reseptor di permukaan sel T helper sehingga reseptor ini dapat menempel dan melebur ke sembarang sel lainnya sekaligus memindahkan HIV. Sesudah terikat dengan membran sel T4 helper, HIV akan menginjeksikan dua utas benang RNA yang identik ke dalam sel T4 helper.
Dengan menggunakan enzim yang dikenal sebagai reverse transcriptase, HIV akan melakukan pemrograman ulang materi genetik dari sel T4 yang terinfeksi untuk membuat double-stranded DNA (DNA utas-ganda). DNA ini akan disatukan ke dalam nukleus sel T4 sebagai sebuah provirus dan kemudian terjadi infeksi yang permanen.
Fungsi T helper dalam mekanisme pertahanan tubuh sudah dilumpuhkan, genom dari HIV ¬ proviral DNA ¬ dibentuk dan diintegrasikan pada DNA sel T helper sehingga menumpang ikut berkembang biak sesuai dengan perkembangan biakan sel T helper. Sampai suatu saat ada mekanisme pencetus (mungkin karena infeksi virus lain) maka HIV akan aktif membentuk RNA, ke luar dari T helper dan menyerang sel lainnya untuk menimbulkan penyakit AIDS. Karena sel T helper sudah lumpuh maka tidak ada mekanisme pembentukan sel T killer, sel B dan sel fagosit lainnya. Kelumpuhan mekanisme kekebalan inilah yang disebut AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) atau Sindroma Kegagalan Kekebalan.
Manifestasi Klinis
Menurut WHO:
1. Gejala mayor
Penurunan BB 10%
Demam memanjang atau lebih dari 1 bulan
Diare kronis
Tuberkulosis
2. Gejala minor
Koordinasi orofaringeal
Batuk menetap lebih dari 1 bulan
Kelemahan tubuh
Berkeringat malam
Hilang nafsu makan
Infeksi kulit generalisata
Limfodenopati
Herpes zoster
Infeksi herpes simplek kronis
Pneumonia
Sarkoma kaposi
Komplikasi
1. Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis, peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral,nutrisi,dehidrasi,penurunan berat badan, keletihan dan cacat.
2. Neurologik
kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia, dan isolasi social.
Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia, ketidakseimbangan elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek : sakit kepala, malaise, demam, paralise, total / parsial.
Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan maranik endokarditis.
Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human Immunodeficienci Virus (HIV)
3. Gastrointestinal
Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan,anoreksia,demam,malabsorbsi, dan dehidrasi
Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam atritis.
Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan siare.
4. Respirasi
Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza, pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas pendek,batuk,nyeri,hipoksia,keletihan,gagal nafas.
5. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri,gatal,rasa terbakar,infeksi skunder dan sepsis.
6. Sensorik
Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan
Pendengaran : otitis eksternal akut
Pemeriksaan Diagnostik
1. Tes untuk diagnosa infeksi HIV :
- ELISA
- Western blot
- P24 antigen test
- Kultur HIV
2. Tes untuk deteksi gangguan system imun.
- Hematokrit.
- LED
- CD4 limfosit
- Rasio CD4/CD limfosit
- Serum mikroglobulin B2
- Hemoglobulin
Penatalaksanaan
1. Respon biologis / aspek fisik
a. Universal precaution
1) Menghindari kontak langsung dengan cairan tubuh
2) Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
3) Dekontaminasi cairan tubuh pasien
4) Memakai alat kedokteran sekali pakai atau mensterilisasi semua alat kedokteran yang dipakai
5) Memelihara kebersihan tempat pelayanan kesehatan
6) Membuang limbah yang tercemar berbagai cairan tubuh secara benar dan aman
b. Peran perawat dalam pemberian ARV
Tujuan terapi ARV:
1) Menghentikan replikasi HIV
2) Memulihkan system imun dan mengurangi terjadinya infeksi opurtunistik
3) Memperbaiki kualitas hidup
4) Menurunkan morbiditas dan mortalitas karena infeksi HIV
c. Pemberian nutrisi
Pasien dengan HIV – AIDS harus mengkonsumsi suplemen atau nutrisi tambahan bertujuan untuk beban HIV – AIDS tidak bertambah akibat defisiensi vitamin dan mineral
d. Aktivitas dan istirahat
Respon adaptif psikologis
1) Pikiran positif tentang dirinya
2) Mengontrol diri sendiri
3) Rasionalisasi
4) Teknik perilaku
Respon sosial
1) Dukungan emosional
2) Dukungan penghargaan
3) Dukungan instrumental
4) Dukungan informative
Respon spiritual
1) Menguatkan harapan yang realistis kepada pasien terhadap kesembuhan
2) Padai mengambil hikmah
3) Kestabilan hati
Resiko epidemiologis infeksi HIV sistomatik
1) Perilaku beresiko epidemiologis
2) Hubungan seksual dengan mitra seksual resiko tinggi tanpa menggunakan kondom
3) Pecandu narkotik suntikan
4) Hubungan seksual yang tidak aman
i. Memiliki banyak mitra seksual
ii. Mitra seksual yang diketahui pasien HIV / AIDS
iii. Mitra seksual di daerah dengan prevalensi HIV / AIDS yang tinggi
iv. Homoseksual
5) Pekerjaan dan pelanggan tempat hiburan seperti: panti pijat, diskotik, karaoke atau tempat prostitusi terselubung
6) Mempunyai riwayat infeksi menular seksual (IMS)
7) Riwayat menerima transfusi darah berulang
8) Riwayat perlukaan kulit, tato, tindik atau sirkumsisi dengan alat yang tidak steril.
BAB II
DATA FOKUS PENGKAJIAN
1. Aktivitas / istirahat
Gejala: Mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya, progresi kelelahan / malaise, Perubahan pola tidur
Tanda: Kelemahan otot, menurunnya massa otot
Respon fisiologis terhadap aktivitas seperti perubahan dalam TD, frekuensi jantung, pernapasan
2. Sirkulasi
Gejala: Proses penyembuhan luka yang lambat (bila anemia); perdarahan lama pada cedera (jarang terjadi)
Tanda: Takikardia, perubahan TD postural, Menurunnya volume nadi perifer, Pucat atau sianosis: perpanjangan kapiler
3. Integritas ego
Gejala: Faktor stres yang berhubungan dengan kehilangan, mis: dukungan keluarga, hubungan dengan orang lain
Penghasilan, gaya hidup tertentu dan stres spiritual
Mengkuatirkan penampilan: alopesia, lesi cacat dan menurunnya BB
Mengingkari diagnosa, merasa tidak berdaya, putus asa, tidak berguna, rasa bersalah
Kehilangan kontrol diri dan depresi
Tanda: Mengingkari, cemas, defresi, takut, menarik diri
Perilaku marah, postur tubuh mengelak, menangis, dan kontak mata kurang
Gagal menepati janji atau banyak janji untuk periksa dengan gejala yang sama
4. Eliminasi
Gejala: Diare yang intermitten, terus menerus, sering dengan atau tanpa disertai kram abdominal, Nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi
Tanda: Feces dengan atau tanpa disertai mukus dan marah, Diare pekat yang sering
Nyeri tekan abdominal, Lesi atau abses rectal, personal, Perubahan dalam jumlah, warna dan karakteristik urin
5. Makanan / cairan
Gejala: Anoreksia, perubahan dalam kemampuan mengenali makanan / mual / muntah
Disfagia, nyeri retrostenal saat menelan
Penurunan berat bada: perawakan kurus, menurunnya lemak subkutan / massa otot, turgor kulit buruk, Lesi pada rongga mulut, adanya selaputnya putih dan perubahan warna
Kesehatan gigi / gusi yang buruk, adanya gigi yang tanggal
Edema (umum, dependen)
6. Higiene
Gejala: Tidak dapat menyelesaikan aktivitas
Tanda: Memperlihatkan penampila yang kurang rapi, Kekurangan dalam banyak atau perawatan diri, aktivitas perawatan diri
7. Neurosensori
Gejala: Pusing, pening / sakit kepala, perubahan status mental. Kehilangan ketajaman atau kemampuan diri untuk mengatasi masalah, tidak mampu mengingat dan konsentrasi menurun, Kerusakan sensasi atau indera posisi dan getaran
Klemahan otot, tremor dan perubahan ketajaman penglihatan
Kebas, kesemutan pada ekstremitas (kaki tampak menunjukkan perubahan paling awal)
Tanda:
Perubahan status mental dan rentang antara kacau mental sampai dimensia, lupa, konsentrasi buruk, tingkat kesadaran menurun, apatis, retardasi psikomotor / respon melambat
Ide paranoid, ansietas yang berkembang bebas, harapan yang tidak realistis
Timbul refleksi tidak normal, menurunnya kekuatan otot dan gaya berjalan ataksia
Tremor pada motorik kasar / halus, menurunnya motorik
Vocalis: hemi paresis; kejang
Hemoragi retina dan eksudat
8. Nyeri / kenyamanan
Gejala:
Nyeri umum atau local, sakit, rasa terbakar pada kaki
Sakit kepala (keterlibatan ssp)
Nyeri dada pleuritis
Tanda:
Pembengkakan pada sendi, nyeri pada kelenjar, nyeri tekan
Penurunan rentang gerak, perubahan gaya berjalan / pincang
Gerak otot melindungi bagian yang sakit
9. Pernapasan
Gejala:
Isksering, menetap
Napas pendek yang progresif
Batuk (sedang sampai parah), produktif / non produktif sputum (tanda awal dari adanya PCP mungkin batuk spasmodic saat napas dalam)
Bendungan atau sesak dada
Tanda:
Takipnea, distres pernapasan
Perubahan pada bunyi napas / bunyi napas adventisius
Sputum: kuning (pada pneumonia yang menghasilkan sputum)
10. Keamanan
Gejala:
Riwayat jatuh, terbakar, pingsan, luka yang lambat proses penyembuhannya
Riwayat menjalani transfusi darah yang sering atau berulang (mis: hemofilia, operasi vaskuler mayor, insiden traumatis)
Riwayat penyakit defisiensi imun, yakni kanker tahap lanjut
Riwayat / berulangnya infeksi dengan PHS
Demam berulang; suhu rendah, peningkatan suhu intermitten / memuncak; berkeringat malam
Tanda:
Perubahan integritas kulit: terpotong, ruam mis: ekzema, eksantem, psoriasis, perubahan warna / ukuran mola; mudah terjadi memar yang tidak dapat dijelaskan sebabnya
Rektum, luka-luka perianal atau abses
Timbulnya nodul-nodul, pelebaran kelenjar limfe pada 2 area tubuh atau lebih (mis: leher, ketiak, paha)
Menurunnya kekuatan umum, tekanan otot, perubahan pada gaya berjalan
11. Seksualitas
Gejala:
Riwayat perilaku beresiko tinggi yakni mengadakan hubungan seksual dengan pasangan yang positif HIV, pasangan seksual multipel, aktivitas seksual yang tidak terlindung dan seks anal
Menurunnya libido, terlalu sakit untuk melakukan hubungan seks
Penggunaan kondom yang tidak konsisten
Menggunakan pil pencegah kehamilan (meningkatkan kerentanan terhadap virus pada wanita yang diperkirakan dapat karena peningkatan kekurangan (pribilitas vagina)
Tanda:
Kehamilan atau resiko terhadap hamil
12. Genetalia:
Manifestasi kulit (mis: herpes, kulit); rabas
13. Interaksi sosial
Gejala:
Masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis, mis: kehilangan kerabat / orang terdekat, teman, pendukung, rasa takut untuk mengungkapkannya pada orang lain, takut akan penolakan / kehilangan pendapatan
Isolasi, kesepian, teman dekat ataupun pasangan seksual yang meninggal akibat AIDS
Mempertanyakan kemampuan untuk tetap mandiri, tidak mampu membuat rencana
Tanda:
Perubahan pada interaksi keluarga / orang terdekat
Aktivitas yang tidak terorganisasi, perubahan penyusunan tujuan
14. Penyuluhan / pembelajaran
Gejala:
Kegagalan untuk mengikuti perawatan, melanjutkan perilaku beresiko tinggi (mis: seksual ataupun penggunaan obat-obatan IV)
Penggunaan / penyalahgunaan obat-obatan IV, saat ini merokok, penyalahgunaan alkohol
15. Pertimbangan rencana pemulangan:
Memerlukan bantuan keuangan, obat-obatan / tindakan, perawatan kulit / luka, peralatan / bahan; trasportasi, belanja makanan dan persiapan perawatan diri, prosedur keperawatan teknis, tugas perawatan / pemeliharaan rumah, perawatan anak, perubahan fasilitas hidup.
Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem imunologis HIV / AIDS adalah:
1. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d pertahanan primer tidak efektif
2. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d kehilangan yang berlebihan, diare berat
3. Resiko tinggi terhadap tidak efektifnya pola nafas b/d ketidakseimbangan muscular
4. Resiko tinggi terhadap perubahan faktor pembekuan b/d penurunan absorpsi Vitamin K
5. Perubahan nutrisi kurang dari tubuh b/d perubahan pada kemampuan untuk mencerna d/d penurunan berat badan
6. Nyeri kronik b/d inflamasi d/d keluhan nyeri
7. Kerusakan integritas kulit b/d defisit imunologi d/d lesi kulit
8. Perubahan membran mukosa oral b/d defisit imunologi d/d candidiasis
9. Kelelahan b/d perubahan produksi energi metabolisme d/d kekurangan energi
10. Perubahan proses pikir b/d hipoksemia d/d perubahan lapang perhatian
11. Ansietas b/d ancaman pada konsep pribadi d/d peningkatan tegangan
12. Isolasi sosial b/d perubahan status kesehatan d/d perasaan ditolak
13. Ketidakberdayaan b/d perubahan pada bentuk tubuh d/d bergantung pada orang lain untuk perawatan
14. Kurang pengetahuan mengenai penyakit b/d tidak mengenal sumber informasi d/d permintaan informasi
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
DENGAN PASIEN HIV/AIDS
Pengkajian
A. Identitas pasien.
Nama :Tn. ABC
Umur : 37 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Suku/bangsa : Banten/Indonesia.
Agama : Kristen Katholik
Status perkawinan : Belum kawin
Pendidikan/pekerjaan : SMA Makasar
Bahasa yang digunakan : Indonesia
Alamat : Jl. Garuda
B. Alasan masuk rumah sakit
Alasan dirawat : mencret sejak 1 bulan yang lalu, malam keringat dingin dan kadang demam serta tubuh terasa lemah.
Keluhan utama : Diare tak terkontrol tanpa merasakan sakit perut penyebab tidak diketahui, dengan faktor yang memperberat adalah bila bergerak dan usaha yang dilakukan adalah diam.
C. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan sebelum sakit ini :
pasien sebelumnya tidak pernah sakit serius kecuali batuk dan pilek.
Riwayat kesehatan sekarang :
sejak 12 tahun, yang lalu pasien mengkonsumsi obat putaw dengan cara suntik. Karena menggunakan obat terlarang akhirnya dikucilkan oleh saudara-saudaranya. Klien memakai obat karena merasa terpukul akibat ditinggal menginggal ibunya. Sejak 1 bulan yang lalu klin mencret-mencret 3-5 kali sehari. Sejak 15 hari yang lalu mencretnya makin keras dan tak terkontrol. Klien tgl 10-1-2016, memeriksakan diri ke UGD RSUD nabire.
Riwayat kesehatan keluarga :
Kedua orang tua sudah meninggal, tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama atau PMS. Tidak ada penyakit bawaan dalam keluarga klien.
Pengkajian Kasus Kelolaan
ktivitas hidup sehari – hari
Aktivitas sehari-hari
Pre-masuk rumah sakit
Di rumah sakit
A. Makan dan minum
1. Nutrisi
2. Minum
Pola makan tidak teratur, tetapi tidak ada napsu makan, terutama jika sudah memakai obat.
Minum air putih dengan jumlah tidak tentu kadang minuman keras.
Pola makan 3 kali/hari bubur, namun tidak ada napsu makan, nyeri saat menelan, makan hanya 1/2 porsi.
Minum air putih 2-3 gelas dan teh hangat 2-3 gelas.
B. Eliminasi
Mencret 5 X/hari,, seperti lendir, tidak bercampur darah dan berbau. BAK 2 X hari dan tidak ada kelainan.
Mencret dengan frekuensi 5-7 X/hari, encer, tidak ada isi tanpa diikuti sakit perut dan BAK 2 X/hari serta tidak ada kelainan.
C. Istirahat dan tidur
Pasien tidak bisa istirahat dan tidur karena terus keluar memcret serta perasaan tidak menentu akibat tidak dapat putaw sejak 20 hari.
Pasien istirahat di tempat tidur saja. Pasien tidak bisa istirahat dan tidur karena terus keluar mencret serta perasaan tidak menentu akibat tidak dapat putaw sejak 20 hari.
D. Aktivitas
Pasien sebagai guide freelance sejak sebulan tidak bekerja.
Pasien mengatakan tidak bisa melakukan aktivitasnya karena lemah, merasa tidak berdaya dan cepat lelah. Pasien partial care.
E. Kebersihan diri
Jarang dilakukan.
Mandi dibantu petugas, dan menggosok gigi dilakukan di tempat tidur. Hambatan dalam melakukan kebersihan diri adalah lemah .
F. Rekreasi
Tidak ada, hanya dengan memakai putaw.
Hanya ingin bercerita dengan petugas.
B. Psikososial.
Psikologis :
pasien belum tahu penyakit yang dialaminya, klien hanya merasa ditelantarkan oleh teman dan keluarganya. Klien punya kaka di Bandung, tetapi sejak lama tidak berkomunikasi.Klien tidak percaya dengan kondisinya sekarang. Mekanisme koping pasrah. Klien ingin diperlakukan manusiawi. Klien pada tanggal 14-1-2002 bermaksud melakukan bunuh diri dengan menjatuhkan diri dari lantai II akibat merasa tidak berguna lagi.
Sosial :
sejak 12 tahun sudah berkomunikasi dengan keluarga sejak ayah dan ibunya meninggal, teman-temanya sebagian pemakai putaw yang sekarang entah dimana.
Spiritual :
Pada waktu sehat sangat jarang ke Gereja. Klien minta didampingi Pastur Jelanti dari Menara Kathedral Surabaya.
Pemeriksaan Fisik
TTV
Keadaan umum : Pasien tampak lemah, kurus, dan pucat
Kesadaran : Compos Mentis
TD : 110/70 mmHg
N : 120 x/ mnt
R : 22 x/ mnt
SB : 37,8oC
BB : 40 kg
Head to toe :
Kepala:
Bentuk bulat, dan ukuran normal, kulit kepala nampak kotor dan berbau, Rambut ikal, nampak kurang bersih.
Mata (penglihatan).
Ketajaman penglihatan dapat melihat, konjungtiva anemis, refleks cahaya mata baik, tidak menggunakan alat bantu kacamata.
Hidung (penciuman).
Bentuk dan posisi normal, tidak ada deviasi septum, epistaksis, rhinoroe, peradangan mukosa dan polip. Fungsi penciuman normal.
Telinga (pendengaran).
Serumen dan cairan, perdarahan dan otorhoe, peradangan, pemakaian alat bantu, semuanya tidak ditemukan pada pasien. Ketajaman pendengaran dan fungsi pendengaran normal.
Mulut dan gigi.
Ada bau mulut, perdarahan dan peradangan tidak ada, ada karang gigi/karies. Lidah bercak-bercak putih dan tidak hiperemik serta tidak ada peradangan pada faring.
Leher.
Kelenjar getah bening tidak membesar, dapat diraba, tekanan vena jugularis tidak meningkat, dan tidak ada kaku kuduk/tengkuk.
Thoraks.
Pada inspeksi dada simetris, bentuk dada normal. Auskultasi bunyi paru normal. Bunyi jantung S1 dan S2 tunggal. Tidak ada murmur.
Abdomen.
Inspeksi tidak ada asites, palpasi hati dan limpa tidak membesar, ada nyeri tekan, perkusi bunyi redup, bising usus 14 X/menit.
Repoduksi
Penis normal, lesi tidak ada.
Ekstremitas
Klien masih mampu duduk berdiri dan berjalan sedikit, tetapi cepat lelah. Ektremitas atas kanan terdapat tatoo dan pada tangan kiri tampak tanda bekas suntikan.
Integumen.
Kulit keriput, pucat, akral hangat.
Pemeriksaan Penunjang
A. Laboratorium :
Tanggal 10-1 2016
Hb : 8,7
Leukosit : 8,8
Trombosit : 208
PCV : 0,25
Terapi : tanggal 14-1-2016
- Diet TKTP
- RL 14 X/mnt
- Cotimoxazol : 2 X II tab
- Corosorb : 3 X 1 tab
- Valium : 3 X 1 tab
Klasifikasi Data
Data Subyektif
Data Obyektif
Pasien mengatakan lemah, cepat lelah, bila melaukan aktivitas, terbatas.
Pasien mengatakan kadang demam.
Pasien mengatakan tidak ada nafsu makan, saat menelan sakit, mengatakan tidak bisa menghabiskan porsi yang disiapkan
Pasien mengatakan diare sejak 1 bulan yang lalu, mengatakan menceret 5-7 kali/hari, kadang demam dan keringat pada malam hari, minum 2-3 gelas/hari
Klien merasa diasingkan oleh keluarga dan teman-temannya, klien tidak punya uang lagi, klien merasa frustasi karena tidak punya teman dan merasa terisolasi. Minta dipanggilkan Pastur Jelantik dari Gereja Katedral.
Keadaan umum : Pasien tampak lemah, kurus, dan pucat
Kesadaran : Compos Mentis
TD : 110/70 mmHg
N : 120 x/ mnt
R : 22 x/ mnt
SB : 37,8oC
BB : 40 kg Turgor masih baik, inkontinensia alvi, BAB encer, membran mukosa kering, bising usus meningkat 20 X/menit
Lemah, 4 hari tidak makan, mulut kotor, lemah, holitosis, lidah ada bercak-bercak keputihan, Hb 8,7g/dl, pucat, konjungtiva anemis
Analisa Data
Data
Penyebab
Masalah
Ds :
Pasien mengatakan kadang demam
Do :
Keadaan umum : Pasien tampak lemah, kurus, dan pucat
Kesadaran : Compos Mentis
TD : 110/70 mmHg
N : 120 x/ mnt
R : 22 x/ mnt
SB : 38,oC
Immunocompromised
Resiko Infeksi
Ds :
Pasien mengatakan diare sejak 1 bulan yang lalu, mengatakan menceret 5-7 kali/hari, kadang demam dan keringat pada malam hari, minum 2-3 gelas/hari.
Do :
Turgor masih baik, inkontinensia alvi, BAB encer, membran mukosa kering, bising usus meningkat 20 X/menit
Diare intake cairan
Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan
Ds :
Pasien mengatakan tidak ada nafsu makan, saat menelan sakit, mengatakan tidak bisa menghabiskan porsi yang disiapkan.
Do :
Lemah, 4 hari tidak makan, mulut kotor, lemah, holitosis, lidah ada bercak-bercak keputihan, Hb 8,7g/dl, pucat, konjungtiva anemis
Intake yang tidak adekuat
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Ds :
Klien merasa diasingkan oleh keluarga dan teman-temannya, klien tidak punya uang lagi, klien merasa frustasi karena tidak punya teman dan merasa terisolasi. Minta dipanggilkan Pastur.
Do :
Mencoba melakukan percobaan bunuh diri tanggal 14-1-2016, dengan berusaha menceburkan diri dari lantai II.
Harga diri rendah
Resiko bunuh diri
Diagnosa Keperawatan berdasarkan Prioritas
Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d kehilangan yang berlebihan, diare berat
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang tidak adekuat
Resiko infeksi b/d immunocompromised
Resiko bunuh diri b/d harga diri rendah
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN HIV/AIDS
(DIAGNOSA, INTERVENSI,)
No.
Diagnosa Keperawatan
Rencana Keperawatan
Tujuan
Intervensi
Rasional
1
Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d kehilangan yang berlebihan, diare berat, ditandai dengan :
Ds :
Pasien mengatakan diare sejak 1 bulan yang lalu, mengatakan menceret 5-7 kali/hari, kadang demam dan keringat pada malam hari, minum 2-3 gelas/hari.
Do :
Turgor masih baik, inkontinensia alvi, BAB encer, membran mukosa kering, bising usus meningkat 20 X/menit
Keseimbangan cairan dan elektrolit dipertahankan dengan kriteria intake seimbang output, turgor normal, membran mukosa lembab, kadar urine normal, tidak diare setelh 3 hari perawatan.
Monitor tanda-tanda dehidrasi.
Monitor intake dan ouput
Anjurkan untuk minum peroral
Atur pemberian infus dan eletrolit : RL 20 tetes/menit.
Kolaborasi pemberian antidiare antimikroba
Volume cairan deplesi merupakan komplikasi dan dapat dikoreksi.
Melihat kebutuhan cairan yang masuk dan keluar.
Sebagai kompensasi akibat peningkatan output.
Memenuhi kebutuhan intake yang peroral yang tidak terpenuhi.
Mencegah kehilangan cairan tubuh lewat diare (BAB).
2
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang tidak adekuat ditandai dengan :
Ds :
Pasien mengatakan tidak ada nafsu makan, saat menelan sakit, mengatakan tidak bisa menghabiskan porsi yang disiapkan.
Do :
Lemah, 4 hari tidak makan, mulut kotor, lemah, holitosis, lidah ada bercak-bercak keputihan, Hb 8,7g/dl, pucat, konjungtiva anemis
Setelah satu 4 hari perawatan pasien mempunyai intake kalori dan protein yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan metaboliknya dengan kriteria pasien makan, serum albumin dan protein dalam batas normal, menghabiskan porsi yang disiapkan, tidak nyeri saat menelan, mulut bersih.
Monitor kemampuan mengunyah dan menelan.
Monitor intake dan ouput.
Rencanakan diet dengan pasien dan orang penting lainnya.Anjurkan oral hygiene sebelum makan.
Anjurkan untuk beri makanan ringan sedikit tapi sering.Timbang TB/BB
Mengetahui jenis makanan yang lebih cocok
Untuk membandingkan kebutuhan dengan suplai sehingga diharapkan tidak terjadi kurang nutrisi
Untuk mengurangi kotoran dalam mulut yang dapat menurunkan nafsu makan.
Untuk mengatasi penurunan keluhan makan
3
Resiko infeksi b/d immunocompromised ditandai dengan :
Ds :
Pasien mengatakan kadang demam
Do :
Keadaan umum : Pasien tampak lemah, kurus, dan pucat
Kesadaran : Compos Mentis
TD : 110/70 mmHg
N : 120 x/ mnt
R : 22 x/ mnt
SB : 37,8oC
Pasien akan bebas infeksi oportunistik dan komplikasinya dengan kriteria tak ada tanda-tanda infeksi baru, lab tidak ada infeksi oportunis, tanda vital dalam batas normal, tidak ada luka atau eksudat.
Monitor tanda-tanda infeksi baru.
gunakan teknik aseptik pada setiap tindakan invasif. Cuci tangan sebelum meberikan tindakan.
Anjurkan pasien metoda mencegah terpapar terhadap lingkungan yang patogen.
Atur pemberian antiinfeksi sesuai order
Untuk pengobatan dini
Mencegah pasien terpapar oleh kuman patogen yang diperoleh di rumah sakit.
Mencegah bertambahnya infeksi
Mempertahankan kadar darah yang terapeutik.
4
Resiko bunuh diri b/d harga diri rendah ditandai dengan :
Ds :
Klien merasa diasingkan oleh keluarga dan teman-temannya, klien tidak punya uang lagi, klien merasa frustasi karena tidak punya teman dan merasa terisolasi. Minta dipanggilkan Pastur.
Do :
Mencoba melakukan percobaan bunuh diri tanggal 14-1-2016, dengan berusaha menceburkan diri dari lantai II.
Setelah 4 hari klien tidak membahayakan dirinya sendiri secara fisik.
. Waspada pada setiap ancaman bunuh diri
Jauhkan semua benda berbahaya dari lingkungan klien
Observasi secara ketat
Observasi jika klien minum obat
Komunikasikan kepedulian perawat kepada klien.
Waspada jika tiba-tiba menjadi tenang dan tampak tentram
Dukung perilaku positif klien.
Karena tanda tersebut sebagai tanda permintaan tolong
Untuk mencegah penggunaan benda tersebut untuk tindakan bunuh diri
Untuk mencegah jika ditemukan gejala perilaku bunuh diri
Obat mengandung antidepresan dapat mengurangi perilaku bunuh diri klien.
Untuk meningkatkan harga diri klien
Karena hal tersebut merupakan suatu cara mengelabui petugas.
Meningkatkan harga diri klien
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Acquired Immune Defiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang dapat disebabkan oleh Human Immuno Deficiency Virus (HIV). Virus dapat ditemukan dalam cairan tubuh terutama pada darah, cairan vagina, cairan sperma, cairan Air Susu Ibu. Virus tersebut merusak system kekebalan tubuh manusia dengan mengakibatkan turunnya atau hilangnya daya tahan tubuh sehingga mudah terjangkit penyakit infeksi.
Saran
Untuk penderita diharapkan untuk selalu kontrol dengan teratur, selalu konsultasi bila ada keluhan dan ketidaktahuan tentang penyakitnya.