SUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN KEJANG
PENGERTIAN · Kejang adalah gangguan sistem SSP lokal atau sistemik sehingga kejang bukan merupakan suatu penyakit, kejang merupakan tanda paling penting akan adanya suatu penyakit lain sebagai penyebab kejang. · Kejang adalah gerakan otot tubuh secara mendadak yang tidak disadari baik dalam bentuk kronik atau tonik
dengan
atau
tanpa
disertai
hilangnya
kesadaran.
· Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu rectal diatas 38°C atau suhu tubuh diatas 39°C yang disebabakan oleh proses Ekstra Kranium (diluar rongga tengkorak). · Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu (suhu rektal lebih dari 38oC) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium (diluar rongga kepala). Menurut Consensus Statement on
Febrile
Seizures
(1980),
· Kejang demam, dalam istilah medis dikenal sebagai febrile konvulsi, adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rectal > 38oC), yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium (di luar susunan saraf pusat). Penyakit ini paling sering terjadi pada anak, terutama pada golongan
umur
6
bulan
sampai
4
tahun.
ETIOLOGI 1.
Gangguan
vaskuler
a. Perdarahan akibat ptechie akibat dari anoreksia dan asfiksia yang dapat terjadi di intra cerebral atau intra
ventrikuler.
b.Perdarahan akibat trauma langsung yaitu berupa perdarahan di sub kranial atau subdural. c. d.
Trombosis Penyakit
perdarahan
seperti
e.
Sindroma
2.
Gangguan
defiasiensi
vitamin
K
hiperviskositas metabolisme
a.
Hipokalsemia
b.Hipomagnesemia c.
Hipoglkemia
d. e. f.
Amino Hipo
Asiduria dan
hipernatremia Hiperbilirubinemia
g.Difisiensi
dan
ketergantungan
akan
piridoksin.
3.
Infeksi
a.
Meningitis
b.Enchepalitis c.
Toksoplasma
d.
kongenital
Penyakit
cytomegali
inclusion
4.
Toksik
a.
Obat
konvulsion
b.Tetanus c.
Echepalopati
timbal
d.
Sigelosis
Salmenalis
5.
Kelainan
kongenital
a.
Paransefali
b.Hidrasefali 6.
Lain-
a.
lain
Narcotik
withdraw
b.Neoplasma Faktor
–
1.
faktor
Demam
yang itu
dapat
menyebabkan
sendiri
atau
kejang tinggi
demam
antara
suhu
badan
lain
:
anak
2. Efek product toksik dari pada mikroarganisme ( kuman dan virus ) terhadap otak. 3.
Respon
4.
alergi
Perubahan
atau
keadaan
imun
yang
keseimbangan
abnormal
cairan
oleh
dan
infeksi. elektrolit
5. Enhepalitis vital ( radang otak akibat virus ) yang ringan yang tidak diketahui atau enchepalopati toksik sepintas. 6.
Gabungan
semua
faktor
tersebut
diatas.
KLASIFIKASI Secara 1.
umum Konvulsi
dibagi akut
menjadi (
2
yaitu Non
: rekuren)
Merupakan konvulsi yang sering terjadi pada neonatus. Seluruh tipe serangan konvulsi akut pada anak – anak dapat merupakan manisfestasi sementara penyakit akut yang melibatkan otak. Umumnya kejang demam terjadi setelah 6 bulan pertama kehidupan, namun dalam 2 – 3 tahun pertama insidennya terus menerus
mencapai
2.
usia
6 – 8
tahun
Konvulsi
Dapat
juga
dan
sesudah
kronik
disebut
kejang
(
epilepsi,
a.
itu
itu
menjadi
jarang.
Rekuren
terdapat
10
)
macam
epilepsi
Epilepsi
:
Idiopatik
Gambaran elektroenchepalografik terutama pada saat tidur, memperlihatkan abnormalitas umum pada 90
%
anak
dengan
b.
kejang
idiopatik.
Epilepsi
Organik
Dapat terjadi setelah kerusakan otak didapat pada masa pranatal, natal dan posnatal . anak sering memperlihatkan
cacat
c.
motorik
dan
Epilepsi
retardasi
mental.
Tonik-
Klonik
Kejang umum, datang spasme otot dengan fase tronik – klonik. Epilepsi ini dapat terjadi pada malam hari tanpa disadari klien.lidah atau gigi tergigit, nyeri kepala, darah dibantal atau tempat tidur basah oleh
kemih
d.
dappat
Epilepsi
terjadi (
1
–
Absenses
2
hari.
)Petit
Mal
Kehilangan kesadaran sementara, berputarnya bola mata ke atas, gerakan alis mata, kepala mengangguk , anggukan kepala sedikit gemetar pada otot – otot badan dan anggota tubuh. e.
Epilepsi
Psikomotorik
Berupa gerakan motorik tetapi tidak berulang dan sering kompleks,sering didapatkan kepucatan disekitar f.
mulut,
pekikan
Kejang
nyaring
Partial
atau
usaha
Vokal
minta (
pertolongan
dan
Epilepsi
lain-
lain.
Jackson
)
Kejang ini dimulai pada suatu kelompok yang menyebar ke tempat lain, misalnya dari ibu jari ke jari yang lain,
pergelangan
tangan,
g. Terjasdi
lengan,
wajah
Kejang sebelum
usia
dan
kemudian
kaku
Mioklonik 2
tahun
dibagi
yang
sama. Infantil
menjadi
2
yaitu
:
· Jika tingkat perkemabangan tidak pernah normal terjadi pada usia 4 bulan, terdapat cacat serebelum kongenital
atau
sebab
organik
lainnya.
· Jika anak tumbuh normal sampai usia 6 bulan atau lebih, memiliki kemampuan motorik yang baik namun dengan kemampuan bahasa dan penyesuaian yang buruk dibanding usia kronologisnya. h.
Kejang
Mioklonik
dan
Akinetik
Biasanya melibatkan satu kelompok otot dan dikaitkan dengan hilangnya tonis postural tubuh secara
mendadak. i.
Kejang
Noktural
Mimpi buruk dan tidur berjalan ( somnambolisme ) paling sering terjadi pada saat tidur nyensyak yaitu 1-
2
jam
j.
setelah
istirahat.
Kejang
Induksi
Dengan terapi obat saja biasanya tidak memuaskan. Setelah anak belajar menarik perhatian dengan cara ini,
maka
sulit
untuk
mengubah
sifat
ini.
GAMBARAN
KLINIS
Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kabanyakan bersamaan dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat, yang disebabkan oleh infeksi diluar SSP : misalnya tonsilitis, otitis media akut, bronkitis, furunkulosis. Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam, berlangsung singkat dengan sifat bangkitan dapat berbentuk tonik – klonik, tonik, klonik, vokal atau akinetik.
Umumnya
kejang
berhenti
sendiri.
Begitu kejang berhenti anak tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak tetapi setelah beberapa detik atau menit anak akan terbangun dan sadar kembali tanpa adanya kelainan saraf. Menurut FKUI – RSCM Jakarta
pedoman
1.
Umur
2.
Kejang
untuk
anak
ketika
berlangsung
3. 4. 5.
membuat
diagnosis
kejang
hanya
kejang
antara
sebentar
6
saja,
Kejang Kejang
timbul
dalam
Pemeriksaaan
demam bulan
tidak
lebih
sederhana dan
yaitu
4
tahun.
15
menit.
dari
bersifat 16
saraf
jam
pertama
sebelum
umum.
setelah
dan
sesudah
timbulnya
demam.
kejang
normal.
6. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu sesudah suhu normal tidak menunjukkan kelainan. 7.
Frekuensi
kejang
bangkitan
dalam
1
tahun
tidak
melebihi
4
kali.
PROGNOSIS Risiko yang akan dihadapi oleh seorang anak sesudah menderita kejang demam tergantung dari faktor : 1.
Riwayat
penyakit
kejang
tanpa
demam
dalam
keluarga
2. Kelainan dalam perkembangan atau kelainan syaraf sebelum anak menderita kejang demam. 3. Bila
Kejang terdapat
yang paling
berlangsung sedikit
2
dari
lama 3
faktor
atau tersebut
kejang diatas
fokal maka
:
1. Dikemidian hari akan mengalami serangan kejang tanpa demam sekitar 13 % dibandingkan bila terdapat satu atau tidak sama sekali faktor tersebut diatas, serangan kejang tanpa demam hanya 2-3 %
saja. 2. Hemiparesis biasanya terjadi pada pasien yang mengalami kejang lama (berlangsung lebih dari 30 menit) baik bersifat umum atau fokal. Kelumpuhan dapat terjadi pada kejang fokal yang bersifat flaksit tetapi
setelah
2
minggu
timbul
spasitas.
PENATALAKSANAAN 1.
Memberantas
kejang
secepat
mungkin.
Bila penderita datang dalam keadaan stsatus konfusifus, obat pilihan utama adalah Diazepam yang diberikan secara IV, keberhasilannya dapat menekan kejang sekitar 80-90 % dengan efek terapeutik yang
sangat
cepat.
Dosis
obat
tergantung
dari
berat
badan
yaitu
:
a. BB kurang dari 10 kg : 0,5 – 0,75 mg/kg BB dengan minimal dalam semprit 2,5 mg. b.
BB
10 – 20
c.
BB
kg
:
0,5
diatas
mg
/kg
20
BB
dengan
kg
minimal
:
dalam
0,5
semprit
mg
7,5
/kg
mg. BB.
Biasanya dosis rata-rata yang terpakai 0,3 mg/kgBB tiap kali dengan maksimum 5 mg pada anak berumur
kurang
dari
5
tahun
2.
dan
10
mg
pada
anak
yang
lebih
Pengobatan
Sebelum
memberantas
a.
kejang
tidak
Semua
b.
Posisi
kepala
boleh
penunjang dilupakan
perlunya
pakaian miring
besar.
pengobatan
ketat
untuk
mencegah
aspirasi
penunjang. dibuka.
pada
lambung.
c. Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen bila perlu lakukan intubasi atau trakeostomi. d.
Penghisapan
lendir
harus
dilakukan
secara
teratur
dan
diberikan
oksigen.
Fungsi vital seperti kesadaran, suhu, TD, RR dan fungsi jantung harus diawasi secara ketat. Cairan intravena sebaiknya diberikan dengan monitoring untuk menilai adanya kelainan metabolik dan elektrolit. Jika suhu meningkat sampai hiperpireksia dilakukan hibernasi dengan kompres alkohol dan es. Obat untuk hibernasi adalah Clorpromazin 2-4 mg/kgBB per hari dibagi dalam 3 dosis, Prometazon 4-6 mg/kgBB perhari dibagi dalam 3 dosis secara suntikan. Untuk mencegah edema otak diberikan kortikosteroid
dan
3. Dibagi a.
glukokortikoid.
Pengobatan 2
rumatan. bagian
Profilaksis
: Intermiten
Untuk mencegah terulangnya kejang kembali dikemudian hari dengan memberikan obat campuran anti
konvulsan
dan
b.
antipiretik.
Profilaksis
jangka
panjang.
Gunanya untuk menjamin terdapatnya dosis yang terapeutik yang stabil dan cukup didalam darah penderita
untuk
4.
mencegah
terulangnya
Mencari
kejang
dan
dikemudian
mengobati
hari. penyebab.
Pasien yang datang dengan kejang demam sebaiknya dilakukan pemeriksaan intensif seperti : a.
Pungsi
lumbal.
b.
Darah
lengkap.
c.
Gula
darah.
d.
Elektrolit
(Kalium,Magnesium,
e.
Natrium)
Faal
f.
hati
Foto
tengkorak.
g.
EEG
h.
Enchepalografi
PENGKAJIAN Hal-hal
yang
1.
perlu
dikaji
Riwayat
pada
anak
kesehatan
yang bayi
mengalami atau
kejang
: anak.
Riwayat kelahiran atau dimasa neonatus, penyakit kronis, neoplasma, immunosupresi, infeksi telinga dalam ataum infeksi ekstra kranial (OMA), meningitis atau enchepalitis, tumor otak yang merupakan penyebab
terjadinya
kejang
sehingga
2.
sangat
perlu
dilakukan
Pemeriksaan
anamnese. fisik.
Pemeriksaan fisik yang dilakukan untuk mengetahui apakah ada kelainan neurologik, peningkatan TTV, yang biasanya terjadi pada anak yang mengalami kejang. Kejang terutama terjadi pada anak golongan umur 6 bulan – 4 tahun. Pemeriksaan fisik dipengaruhi oleh usia anak dan organime penyebab, perubahan tingkat kesadaran, irritable, kejang tonik-klonik, tonik, klonik, takikardi, perubahan pola nafas,
muntah
3.
dan
hasil
Psikososial
pungsi atau
lumbal
yang
faktor
abnormal. perkembangan.
Umur, tingkat perkembangan, kebiasaan (apakah anak merasa nyaman, waktu tidur teratur, benda yang difavoritkan), 4.
Riwayat
mekanisme penyakit
koping, kejang
pengalaman tanpa
dengan demam
penyakit dalam
sebelumnya. keluarga.
5. Kelainan dalam perkembangan atau kelainan saraf sebelum anak menderita kejang demam 6.
Lama
7. 8.
Frekuensi Adanya
berlangsungnya terjadinya
anggota
keluarga
kejang yang
pernah
kejang.
dalam
1
tahun.
menderita
kejang
sebelumnya.
Pengkajian
Neurologik
1. Suhu,
Tanda tekanan
darah,
2. a. b.
–
Tanda
denyut
jantung,
Hasil Fontal kepala
TD,
Denyut
nadi.
pemeriksaan
:
Lingkar
Vital
menonjol, (
di
kepala
rata, bawah
dan
umur
2
cekung. tahun
)
c.
Bentuk
umum.
3.
Reksi
pupil
a.
Ukuran
b.
Reaksi
terhadap
c.
Kesamaan
4.
Tingkat
a.
Kewaspadaan
(respon
terhadap
cahaya respons kesadaran
panggilan
dan
perintah
b.
Iritabilitas
c. d. 5.
)
Letargi Orientasi
terhadap
dan diri
sendiri,
rasa orang
lain
mengantuk dan
lingkungan. Afek
Alam
perasaan,
6.
Aktivitas
Jenis 7.
labilitas. kejang
dan
lamanya.
Fungsi
sensoris
a.
Reaksi
terhadap
nyeri
b.
Reaksi
terhadap
suhu
8.
Refleks
a.
Refleks
b.
Adanya
tendo refleks
superfisial
patologik
9.
(
dan
misalnya
:
dalam Babinski
Kemampuan
a.
Kemampuan
intelektual
menulis
b.
dan
menggambar
Kemampuan
A.
)
membaca
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi terjadi injury berhubungan dengan aktivitas kejang, serangan mendadak dari perubahan aliran 2.
Tidak
darah efektifnya
jalan
nafas
ke
berhubungan
dengan
spasme
otak. otot
pernapasan,
aspirasi.
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pengalaman, kurangnya informasi perawatan rumah. 4. Gangguan konsep diri ( gambaran diri / harga diri ) berhubungan dengan kehilangan kontrol dari tubuh, B.
reaksi
lingkungan
terhadap
INTERVENSI
anak. KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi terjadi njury berhubungan dengan aktivitas kejang, serangan mendadak dari perubahan aliran
darah
ke
otak.
Intervensi
:
a. · ·
Pre Mengidentifikasi Singkirkan
·
benda
Monitor
faktor
resiko
– benda
yang
Kaji
ada
konvulsif di
sekitar
untuk anak
secara
dan
Sediakan
penyakit
yang
dapat
terus
kadar
Sediakan
·
pre
cardiopulmonal
· ·
Konvulsif kejang
melukainya.
–
menerus
gula dekatkan
O2
sesuai
darah
peralatan
suction
dengan
indikasi
b.Konvulsif · ·
Baringkan Catat
·
waktu,
Atur
anak
durasi,
bagian
pemberian
tubuh
yang
pengobatan
·
Pertahankan
jalan
·
Pastikan
klien
c.
yang
terlibat (
dan
frekuensi
contoh
nafas
rata.
(
Airway
dalam
Monitor
·
TTV
Pertahankan Setelah
·
anak
bangun
dan
keadaan
Sediakan
dan
berikan
) ) aman. Konvulsi
kesadaran
jalan sadar
kejang.
Diazepam
Post
·
·
ditempat
klien
nafas minum
hangat, oral
cairan
efektif. untuk
rehidrasi. hygiene.
· Apabila kejang terlalu lama atau terjadi kejang berulang, segera bawa anak ke RS untuk menghindari gejala
sisa.
2.
Tidak
efektifnya
jalan
nafas
berhubungan
dengan
spasme
otot
pernapasan,
aspirasi.
Intervensi
:
a. Baringkan pasien dengan sikap extensi / miringkan kepala klien untuk mencegah aspirasi. b.Berikan c.
O2
Pada
saat
(
1-
kejang
2
liter
berikan
/
menit
sudip
lidah
)
bila
untuk
berat,
mencegah
berikan supaya
hingga
lidah
4
tidak
liter.
tergigit.
d. Lepaskan pakaian yang menggangu pernafasan ( misalnya ikat pinggang, gurita dan lain sebagainya ). e.
Observasi
TTV
secara
kontinue
setiap
½
jam.
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pengalaman, kurangnya informasi perawatan rumah. Intervensi a.
:
Anjurkan
orang
tua
mengenal
kelainan
alami
kejang.
b.Diskusikan pengobatan, dosis, frekuensi, tujuan, efek samping, dan apa yang harus dilakukan jika terjadi c.
kesalahan
Diskusikan
rencana
perawatan
di
rumah,
dosis. serta
perawatan
selama
kejang
d. Ajarkan kepada orang tua bagaimana cara mengobservasi dan menentukan pertolongan pertama yang
aman
dan
legal.
4. Gangguan konsep diri ( gambaran diri / harga diri ) berhubungan dengan kehilangan kontrol dari tubuh,
reaksi
lingkungan
terhadap
anak.
Intervensi
:
a. Jelaskan perilaku anak selama / setelah kejang kepada anak dan orang tua. Jangan sampai anak mengalami
rasa
malu
akan
perilakunya.
b.Informasikan kepada keluarga akan pentingnya memperlakukan anak –anak mereka seperti anak – anak c.
Bantu
yang orang
tua
untuk
menentukan
kegiatan
lain. perkembangan
anak
yang
tepat.
d. Siapkan anak untuk menentukan atau melakukan kegiatan perkembangan anak yang tepat. e. Dampingi anak / orang tua untuk mempergunakan sumber – sumber koping yang tepat. EVALUASI 1. 2. 3. 4.
Anak Aktivitas
terbebas kejang
Kerusakan Penurunan
sistem
dari
dapat
cedera
dicegah saraf
kesadaran
atau
otak
dikendalikan. tidak
tidak
5. Anak memiliki harga diri dan citra diri yang meningkatkan kesejahteraan.
fisik.
terjadi terjadi.
makalah kejang pada neonatus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Kejang pada bayi baru lahir tidak banyak dijumpai dan sulit diprediksi dari mana sumbernya. Kejang pada orang dewasa dapat diketahui sumbernya dengan jelas, sedangkan kejang pada bayi sulit ditetapkan sumbernya karena korteks serebri nya belum matang. Bentuk kejang pada bayi baru lahir dapat beraneka ragam dan sangat sulit untuk diterka. Maka dari itu bidan perlu berkonsultasi dengan dokter anak.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa definisi dari kejang pada bayi baru lahir?
2.
Apa penyebab terjadinya kejang pada bayi baru lahir?
3.
Penilaian apa untuk membuat diagnosis kejang pada bayi baru lahir?
4.
Kelainan fisik seperti apa yang terjadi pada bayi baru lahir yang mengalami kejang?
5.
Apa tanda dan gejala kejang pada bayi baru lahir?
6.
Bagaimana penanganan kejang pada bayi baru lahir?
7.
Bagaimana peran bidan dalam menangani kasus kejang pada bayi baru lahir?
1.3 Tujuan
1.
Untuk mengetahui definisi dari kejang yang terjadi pada bayi baru lahir
2.
Untuk mengetahui dan memahami penyebab kejang pada bayi baru lahir
3.
Untuk lebih mengetahui tanda dan gejala kejang yang terjadi pada bayi baru lahir
4.
Untuk lebih mengetahui dan bisa diterapkan dalam melakukan penanganan pada bayi baru lahir
saat dihadapkan dengan situasi gawat darurat.
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi
Kejang adalah kelainan sistem saraf pusat yang terjadi secara mendadak dengan manifestasi klinik kehilangan koordinasi neuromotorik. Kejang pada bayi baru lahir adalah kejang yang timbul dalam masa neonatus atau dalam 38 hari sesudah lahir. Kejang ini merupakan tanda penting akan adanya penyakit lain sebagai penyebab kejang, yang dapat menyebabkan gejala sisa yang menetap di kemudian hari. Bila penyebabnya diketahui, penyakit ini harus segera diobati. Kejang nenonatus tidak sama dengan kejang pada anak atau orang dewasa karena konvulsi klonik cenderung tidak terjadi selama umur bulan pertama. Proses penyembuhan akson dan tonjolan dendrit juga mielinisasi tidak sempurna pada otak neonatus.
2.2 Etiologi
·
Komplikasi perinatal
-
Hipoksi-iskhemik ensefalopati. Biasanya kejang timbul pada 24 jam pertama kelahiran.
-
Trauma susunan saraf pusat. Dapat terjadi pada persalinan presentasi bokong, ekstraksi cunam
atau ekstraksi vakum berat. -
Perdarahan intrakranial.
·
Kelainan metabolisme
-
Hipoglikemia
-
Hipokalsemia
-
Hipomagnesemia
-
Hiponatremia
-
Hipernatremia
-
Hiperbilirubinemia
-
Ketergantungan pridoksin
-
Kelainan metabolisme asam amino
·
Infeksi
Dapat disebabkan bakteri dan virus termasuk TORCH ·
Ketergantungan obat
·
Polisitemia
·
Penyebab yang tidka diketahui (3-25%)
2.3 Klasifikasi Kejang
a.
Subtle
Merupakan tipe kejang tersering yang terjadi pada bayi kurang bulan. Bentuk kejang ini hamper tidak terlihat, biasanya berupa pergerakkan muka, mulut, atau lidah berupa menyeringai, terkejat-kejat, mengisap, menguyang, menelan, atau menguap. Manifestasi kejang subtle pada mata adalah pergerakkan bola mata berkedip-kedip, deviasi bola mata horizontal dan pergerakkan bola mata yang cepat (nystagmus jerk). Pada anggota gerak didapatkan pergerakkan mengayuh atau seperti berenang. Manifestasi pada pernapasan biasanya berupa apnea. b.
Klonik
Bentuk klinis kejang klonik berlangsung 1-3 detik, tidak disertai gangguan kesadaran. Bentuk kejang ini di akibatkan trauma fokal pada kontusio cerebri pada bayi besar atau bayi cukup bulan, atau pada kelainan ensefalopati metabolik. c.
Tonik
Kejang tonik biasa didapatkan pada bayi berat lahir rendah dengan masa kehamilan kurang dari 34 minggu dan bayi-bayi dengan komplikasi perinatal berat seperti perdarahan intraventrikuler. Bentuk klinis kejang ini yaitu pergerakkan tungkai yang menyerupai sikap deseberasi atau ekstensi tungkai dan fleksi lengan bawah dengan bentuk dekortikasi. d.
Mioklonik
Manifestasi klinis kejang mioklonik yang terlihat adalah gerakan ekstensi atau fleksi dari lengan atau keempat anggota gerak yang berulang dan terjadi dengan cepat. Gerakan tersebut seperti gerak refleks Moro. Kejang ini merupakan pertanda kerusakan susunan saraf pusat yang luas dan hebat, seperti pada bayi baru lahir yang dilahirkan dari ibu kecanduan obat.
2.4 Penilaian Diagnosis
Penilaian untuk membuat diagnosis antara lain dilakukan penilaian dengan urutan sebagai berikut:
1.
Anamnesis yang teliti tentang keluarga, riwayat kehamilan, riwayat persalinan, dan kelahiran.
-
Riwayat kehamilan
·
Bayi kecil untuk masa kehamilan
·
Bayi kurang bulan
·
Ibu tidak disuntik tetanus toksoid
·
Ibu menderita diabetes mellitus
-
Riwayat persalinan
·
Persalinan pervaginam dengan tindakan (cunam, ekstraktor vakum)
·
Persalinan presipitatus
·
Gawat janin
-
Riwayat kelahiran
·
Trauma lahir
·
Lahir asfiksia
·
Pemotongan tali pusat dengan alat
2.
Pemeriksaan kelainan fisik bayi baru lahir
-
Kesadaran (normal, apatis, somnolen, sopor, koma)
-
Suhu tubuh (normal, hipertermia atau hipotermia)
-
Tanda-tanda infeksi lainnya
3.
Penilaian kejang
-
Bentuk kejang
Gerakan bola mata yang abnormal, nystagmus, kedipan mata paroksismal, gerakan mengunyah, gerakan otot-otot muka, timbulnya apnea yang episode, adanya kelemahan umum yang periodik, tremor, jitterness, gerakan klonik sebagian ekstermitas, tubuh kaku.
-
Lama kejang
-
Apakah pernah terjadi sebelumnya
4.
Pemeriksaan laboratorium
-
Punksi lumbal
-
Punksi subdural
-
Gula darah
-
Kadar kalsium (Ca++)
-
Kadar Magnesium
-
Kultur darah
-
TORCH Pada jitterness dapat dibedakan dari kejang:
·
Tidak didapatkan kelainan pandang dan pergerakan mata
·
Timbulnya karena stimulasi, sedangkan kejang biasanya spontan
·
Gerakan berupa tremor, bukan hentakan klonik
·
Biasanya menghilang apabila dilakukan fleksi pasif
·
Pada umumnya disebabkan oleh dipokalsemia, hipoglikemia, hiposi-iskhemik ensefalopati, drug
withdrawal
2.5 Kelainan Fisik dan Diagnosis Banding
Tabel kelainan fisik dan diagnosis banding kejang pada bayi baru lahir KELAINAN FISIK
DIAGNOSIS BANDING
Kejang dengan kondisi: ·
Biru, gagal nafas.
Ø Anoksia susunan saraf pusat.
·
Trauma lahir pada kepala bayi.
Ø Perdarahan otak.
·
Mikrosefali.
Ø Cacat bawaan.
·
Perut buncit.
Ø Sepsis.
·
Hepatosplenomegali.
Ø Sepsis.
·
Mulut mecucu.
Ø Tetanus.
2.6 Penanganan
· 1.
Prinsip dasar mengatasi kejang pada bayi baru lahir sebagai berikut:
Mengatasi kejang dengan memberikan obat anti kejang. (misalnya Diazepam, Fenobarbital, Fenitoin/Dilantin)
2.
Menjaga jalan nafas tetap bebas. (perhatikan ABCD resusitasi)
3.
Mencari faktor penyebab kejang. (perhatikan riwayat kehamilan, persalinan dan kelahiran, kelainan fisik ditemukan, bentuk kejang,
dan hasil laboratorium) 4.
Mengobati penyebab kejang. (mengobati hipoglikemia, hipokalsemia, dan lain-lain)
·
Obat anti kejang
-
Diazepam
Dosis 0,1-0,3 mg/kgbb IV, disuntikkan perlahan-lahan sampai kejang berhenti. Dapat diulangi pada kejang berulang, tetapi tidak dianjurkan untuk digunakan pada dosis pemeliharaan. -
Fenobarbital
Dosis 5-10 mg/kgbb IV disuntikkan perlahan-lahan selama beberapa menit. Apabila kejang berlanjut, Fenobarbital dapat diulangi dengan dosis maksimal 20 mg/kgbb. Dosis pemeliharaan ialah 5-8 mg/kgbb/hari dibagi dalam 2 dosis. -
Fenitoin (Dilantin)
Dosis 5-10 mg/kgbb IV disuntikkan dalam 5-10 menit. Dapat diulangi lagi 5-10 menit. Fenitoin diberikan apabila kejang tidak dapat diatasi dengan Fenobarbital dosis 10-20 mg/kgbb. Sebaiknya Fenitoin diberikan 10-15 mg/kgbb IV pada hari pertama, dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan 4-7 mg/kgbb IV atau oral dalam 2 dosis.
· -
Penanganan kejang pada bayi baru lahir
Bayi diletakkan dalam tempat yang hangat. Pastikan bahwa bayi tidak kedinginan. Suhu bayi
dipertahankan 36.5o – 37o C.
-
Jalan napasbayi dibersihkan dengan tindakan penghisapan lendir diseputar mulut, hidung sampai
nasofaring. -
Bila bayi apnea, dilakukan pertolongan agar bayi bernapas lagi dengan alat bantu balon dan
sungkup, diberi O2 (oksigen) dengan kecepatan 2 liter/menit. -
Dilakukan pemasangan infus intravena di pembuluh darah perifer; di tangan, kaki, atau kepala.
Bila bayi diduga dilahirkan oleh ibu berpenyakit diabetes mellitus, dilakukan pemasangan infus melalui vena umbilikus. -
Bila infus sudah terpasang, diberi obat anti kejang diazepam 0,5 mg/kg suppositoria/IM setiap 2
menit sampai kejang teratasi. Kemudian ditambah luminal (fenobarbital) 30 mg IM/IV. -
Nilai kondisi bayi selama 15 menit. Perhatikan kelainan fisik yang ada.
-
Bila kejang sudah teratasi, diberi cairan infus Dekstrose 10% dengan kecepatan 60 ml/kgbb/hari.
-
Dilakukan anamnesis mengenai keadaan bayi untuk mencari faktor penyebab kejang (perhatikan
riwayat kehamilan, persalinan, dan kelahiran): 1.
apakah kemungkinan bayi dilahirkan oleh ibu berpenyakit diabetes mellitus.
2.
Apakah bayi kemungkinan prematur.
3.
Apakah kemungkinan bayi mengalami aspiksia.
4.
Apakah kemungkinan ibu bayi pengidap/menggunakan bahan narkotika.
-
Bila kejang sudah teratasi, diambil bahan untuk pemeriksaan laboratorium untuk mencari faktor
penyebab kejang, misalnya: 1. darah tepi, 2. elektrolit darah 3. gula darah, 4. kimia darah (kalsium, magnesium) 5. kultur darah, 6. pemeriksaan TORCH, dan lain-lain. -
Bila ada kecurigaan kearah sepsis dilakukan pemeriksaan fungsi lumbal.
-
Obat diberikan sesuai dengan penilaian ulang .
-
Apabila kejang masih berulang, diazepam dapat diberikan lagi sampai 2 kali.
1.
bila kejang terus, diberi Fenitoin (dilantin) dalam dosis 15 mg/kgbb sebagai bolus IV diteruskan
dalam dosis 2 mg/kgbb IV setiap 12 jam. 2.
Untuk hipoglikemia (hasil dextrostix/gula darah < 40 mg%) diberi infus dekstrose 10%.
3.
Untuk hipokalsemia (hasil kalsium darah < 8 mg%) diberi kalsium glukonas 10% 2 ml/kgbb dalam
waktu 5-10 menit. 4.
Apabila belum teratasi juga, diberi Piridoksin 25-50 mg IV.
2.7 Bagan Penanganan Kejang Pada Bayi Baru Lahir TANDA – TANDA
Tremor, hiperaktif, kejang- kejang, tiba- tiba menangis melengking, tonus otot hilang disertai atau tidak dengan hilangnya kesadaran pergerakan-pergerakan movements),
yang
nistagmus
tidak
terkendali
atau
(involuntary
mata
mengedip-
mngedip paroksiksmal. KATEGORI
· Tetanus neonaturum · Sepsis · Menginitis · Ensepalitas
·
Ganguan
metabolik
hipoglikemik atau hipokalsemik). ·
Anoksia
susunan
saraf
pusat. ·
Pendarahan otak.
PENILAIAN
·
Bentuk kejang
·
Seluruh badan / lokal
·
Seluruh badan / lokal
·
Lama kejang
·
Sekejap atau < 1 menit
·
Sekejap atau < 1 menit
·
Suhu tubuh
·
Dengan panas
·
Tanpak panas
·
Kesadaran
·
Kesadaran berkurang
·
Sadar
·
Tanda- tanda infeksi
·
Lesu / ngatuk /tidak mau
·
Normal, mau minum
laninya
minum
PENANGANAN Bidan Atau Puskesmas
(
·
Bersihkan jalan nafas
·
Masukan sendok/ sepatel di bungkus kain untuk menekan lidah
·
Beri oksigen
·
Atasi kejang dengan Diazepam 0,5 mg/ kg supositoria/ i.m. tiap
2 menit sampai kejeng teratasi. ·
Diberi fenobarbital 30 mg i.m.
·
Infus Dektrose 10% ( liat tabel kebutuhan dasar cairan dan
kalori pada neonatus )
RUMAH SAKIT
·
Diberi antibiotika 1 dosis ( liat tabel jenis dan dosis antibiotika).
·
Rujuk rumah sakit.
·
Sama dengan di atas
·
Bayi dalam indikator / dihangatkan
·
Beri oksigen
·
Beri Diazepam 0,5 mg/kg supositorial/i.m / i.v
·
Kemudian diberi fenobarbital 30 mg i.v/i.m
·
Bila masih kejang diberi fenitoin 15 mg/ kg i.v dilanjutkan 2 mg
/kg tiap 12 jam. ·
Infus Dektrose 10% 6o cc/ kg
·
Beri kalsium glukonas 2 ml/ kg dalam waktu 5-10 menit.
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan
Kejang adalah kelainan sistem saraf pusat yang terjadi secara mendadak dengan manifestasi klinik kehilangan koordinasi neuromotorik. Kejang pada bayi baru lahir adalah kejang yang timbul dalam masa neonatus atau dalam 38 hari sesudah lahir. Kejang pada neonatus dibagi menjadi 4 jenis, yaitu kejang subtle, klonik, tonik dan mioloklonik. Tanda dan gejalanya yaitu Tremor, hiperaktif, kejang- kejang, tiba- tiba menangis melengking, tonus otot hilang disertai atau tidak dengan hilangnya kesadaran pergerakan-pergerakan yang tidak terkendali (involuntary movements), nistagmus atau mata mengedip- mngedip paroksiksmal. Bentuk penanganannya yaitu mengatasi kejang dengan memberikan obat anti kejang, menjaga jalan nafas tetap bebas, mencari faktor penyebab kejang, mengobati penyebab kejang.