ASUHAN KEBIDANAN PADA ANAK M UMUR 9 HARI DENGAN DIARE AKUT DAN DEHIDRASI SEDANG DI RUANG ANAK PUSKESMAS PLUS BARA-BARAYA MAKASSAR
OLEH :
Nur Janna (11.1301.680) Rasniah (11.1301. 438)
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Indonesia salah satu Negara berkembang, penyakit yang banyak diderita masyarakat terutama balita / anak-anak adalah diare. Masyarakat sering menyepelekan penyakit diare. Diare dianggap sebagai penyakit biasa yang tidak membutuhkan penanganan khusus, padahal apabila mereka tahu betapa bahayanya diare apabila dibiarkan dan tidak segera diobati. Diare dapat disebabkan oleh beberapa factor, antara lain: karena adanya ketidak seimbangan pengangkutan air dan electrolit, terjadi absorbsi, secresi cairan dan elektrolit, terjadi kerusakan mukosa usus yang berkepanjangan dan masih lagi factor penyebab lainnya. Gejala yang mungkin timbul dapat berupa BAB cair, kembung, panas, nyeri perut dan muntah. Apabila diare ini dibiarkan dapat menyebabkan dehidrasi, untuk itu penyakit diare tidak bisa dianggap penyakit biasa, diharapkan apabila menderita diare langsung datang kepelayanan kesehatan agar tidak terjadi komplikas
B.
Tujuan 1. Tujuan Umum Mahasiswa diharapkan mengerti dan memahami teori yang didapatkan selama proses belajar mengajar sehingga dapat menerapkan secara nyata, sesuai tugas dan wewenang bidan dan untuk menambah pengetahuan tentang anak sakit dengan diare, macam, serta penanganannya. 2. Tujuan Khusus a.
Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian pada anak sakit dengan diare.
b. Mahasiswa mampu mengintepretasikan data dasar / diagnosa masalah c.
Mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnosa potensial
d. Mahasiswa mampu mengidentifikasi tindakan kebutuhan segera e. Mahasiswa mampu merencanakan tindakan dan rasionalisasi berdasarkan diagnose
C.
f.
Mahasiswa mampu melaksanakan rencana asuhan kebidanan yang te lah dibuat
g.
Mahasiswa mampu melakukan evaluasi hasil asuhan kebidanan yang telah dilaksanakan
Batasan Masalah / Ruang Lingkup Ruang lingkup asuhan kebidanan ini dilaksanakan sesuai dengan program studi dari pendidikan. Tempat praktek yang dituju adalah Puskesmas Plus Bara-Baraya Makassar.
D.
Sistematika Penulisan BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan 1. Tujuan Umum 2. Tujuan Khusus C. Batasan Masalah / Ruang Lingkup D. Sistematika Penulisan BAB II : TINJAUAN TEORI A. Konsep Dasar Diare 1. Pengertian Diare 2.
Penyebab Diare / Etiologi
3. Jenis Diare 4. Patogenesis 5. Patofisiologis 6. Gejala / Gambaran Klinis 7. Komplikasi 8. Klasifikasi Diare 9. Pemeriksaan Penunjang 10. Penanganan B. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan BAB III : TINJAUAN KASUS A. Identifikasi Data Dasar 1. Data Subyektif 2. Data Obyektif B. Identifikasi Diagnosa/ Masalah Aktual C. Identifikasi Diagnosa / Masalah Potensial D. Tindakan Emergency/Kolaborasi E. Rencana Tindakan / Intervensi F.
ImplementasI
G. Evaluasi BAB IV : PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran
BAB II TINJAUAN TEORI
A.
Konsep Dasar Diare 1. Pengertian Diare
Diare adalah keadaan frekuensi BAB lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak. Konsistensi feces dapat bewarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja.
Diare adalah buang air besar yang tidak normal atau bentuk t inja yang encer dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya.
Diare akut adalah diare yang terjadi secar a mendadak dan berlangsung kurang dari 7 hari pada bayi dan anak yang sebelumnya sakit.
Menurut Hipocrates mendefinisikan diare sebagai pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair. Dibagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI / RSCM, diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang e ncer dengan frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4 kali perhari sedangkan untuk bayi berumur lebih dari 1 bulan dan anak, bila frekuensinya lebih dari 3 kali perhari. (Ilmu Kesehatan Anak, hal : 283)
2. Penyebab Diare / Etiologi Etiologi diare dapat dibagi menjadi 4 faktor, yaitu : 1. Faktor Infeksi a.
Infeksi Enternal : Infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada anak. Infeksi Enternal ini meliputi :
Infeksi Bakteri : E.coli, salmonella, shigella, vibria cholerae, aeromonas, dll.
Infeksi Virus : Enterovirus, adenovirus, rotavirus, astrovirus, dll.
Infeksi Parasit : Cacing (ascaris), Protozoa (trichomonas haminis), Jamur (candida algicans).
b. Infeksi Parenteral :Infeksi dibagian tubuh lain di luar alat pencer naan seperti :
Tonsilofaringitis (Radang Tonsil)
Radang Tenggorokan
Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.
2. Faktor Malarbsorbsi a. Malarbsorbsi Karbohidrat (Disakarida, Monosakarida) Pada bayi kepekaan terhadap lactoglobulis dalam susu formula menyebabkan diare. Gejalanya berupa diare berat, tinja berbau sangat asam, sakit di daerah perut. b.
Malarbsorbsi Lemak Dalam makanan terdapat lemak yang disebut trglyserida. Dengan bantuan kelenjarlipase mengubah lemak menjadi micelles yang siap di arbsorbsi usus. Jika tidak ada lipase dan terjadi kerusakan mukosa usus, diare dapat terjadi. Gejalanya adalah tinja mengandung lemak.
c.
Malarbsorbsi Protein
3. Faktor Makanan Makanan yang mengakibatkan diare adalah makanan yang tercemar, basi, beracun, mentah (sayuran) dan kurang matang. 4. Faktor Psikologis Rasa takut, cemas dan tegang, walaupun jarang jika terjadi pada anak dapat menyebabkan diare kronis. 3. Jenis Diare a.
Diare Akut Diare akut adalah diare yang terj adi sewaktu-waktu, tetapi gejalanya dapat menjadi berat. Penyebabnya sebagai berikut :
Gangguan jasad renik / bakteri yang m asuk kedalam usus halus setelah melewati berbagai rintangan asam lambung
Jasad renik yang berkembang pesat didalam usus halus
Racun yang dikeluarkan oleh bakteri
Kelebihan cairan usus akibat racun
b. Diare Kronis / Menahun / Persisten Pada diare kronis terjadinya lebih kompleks, berupa faktor yang menimbulkannya terutama jika sering berulang pada anak. Diare kronis / diare yang menetap akan berakhir 14 hari atau lebih lama, kare na :
Gangguan bakteri jamur dan parasit
Malarbsorbsi kalori dan lemak
Gejala-gejala sisa karena cidera usus oleh setiap enteropatogen pasca infeksi akut.
4. Patogenesis Mekanisme dasar menyebabkan timbulnya diare adalah : a.
Gangguan Osmotic Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meninggi sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam ro ngga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
b. Gangguan Sekresi Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan reaksi sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus. c.
Gangguan Motilitas Usus Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan selanjutnya akan timbul diare juga.
5. Patogenesis Diare Kronis Lebih kompleks dan faktor yang menimbulkan ialah inflasi bakteri, parasit, malarbsorbsi, malnutrisi, dll. 6. Patofisiologis Sebagai akibat diare, baik akut maupun kronik akan terjadi : a.
Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi) yang mengakibatkan terjadinya gangguan asam basa (Asidosis Metabolic, Hipoglikemia)
b. Gangguan gizi sebagai akibat kelaparan (masukkan kurang, pengeluaran bertambah) c.
Hipoglikemia
d. Gangguan sirkulasi darah 7. Gejala / Gambaran Klinis a.
Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah, suhu badan meningkat
b. Tinja bayi encer, berlendir atau berdarah c.
Warna tinja kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu
d.
Anus lecet
e. Gangguan gizi akibat intake (asupan) makanan yang kurang f.
Muntah sebelum dan sesudah diare
g.
Hipoglikemia (penurunan kadar gula darah)
h. Dehidrasi (kekurangan cairan)
8. Komplikasi a.
Dehidrasi (Ringan, Sedang, Berat)
b. Renjatan hipovolemik c.
Hipokalemia (dengan gejala meterosinus, hipotoni otot, lemak gradiksida, perubahan elektrokardiogram)
d. Hipoglikemia e. Intoleransi sekunder akibat kerusakan v illi mukosa usus defisiensi enzim laktosa f.
Kejang
9. Klasifikasi Diare Klasifikasi
Gejala
Diare 1. Dehidrasi
■
Terdapat dua / lebih tandatanda berikut :
Klasifikasi
Tindakan / Pengobatan
a. Diare
■
Jika tidak ada klasifikasi berat lain
Dehidrasi Berat
♥
Latergis / tidak sadar
♥
Berikan
cairan
untuk
dehidrasi ♥
Mata cowong / cekung
berat
(rencana terapi c) dan tablet zink
♥
Tidak bisa minum / malas minum
■
Jika anak juga mempunyai klasifikasi berat lain :
♥
Cubitan kulit perut kembali sangat lambat
♥
Rujuk segera
♥
Jika masih bisa minum, berikan ASI dan larutan oralit selama perjalanan
■
Jika
ada
kolera
didaerah
tersebut, berikan antibiotik untuk kolera ■
Terdapat dua / lebih tandatanda berikut :
b. Diare Dehidrasi Ringan
♥
Gelisah, rewel / marah
♥
Mata cowong / cekung
■
Berikan cairan dan makanan sesuai rencana terapi b dan
/
tablet
zink
(10
berturut-turut)
Sedang ■
Jika anak juga mempunyai klasifikasi berat lain :
♥
Haus, minum dengan lahap
hari
♥
Cubitan kulit perut kembali
♥
Rujuk segera
♥
Jika masih bisa minum,
sangat lambat berikan ASI dan larutan oralit selama perjalanan ■
Nasehati
kapan
kembali
segera ■
Kunjungan ulang 3 hari jika tidak ada perbaikan
■
Tidak cukup tanda-tanda untuk di
klasifikasikan
sebagai
c. Diare
Tanpa
■
Dehidrasi
Beri cairan dan makanan sesuai rencana terapi a dan
diare dehidrasi berat atau
tablet
ringan / sedang
berturut-turut) ■
zink
Nasehati
(10
kapan
hari
kembali
segera ■
Kunjungan ulang 3 hari jika tidak ada perbaikan
2. Jika
■
Ada Dehidrasi
a. Diare
■
Atasi
dehidrasi
sebelum
Diare
Persisten
dirujuk,
kecuali
14 hari
Berat
klasifikasi berat lain
ada
/ Lebih ■
Tanpa Dehidrasi
b. Diare
■
Rujuk
■
Nasehati pemberian untuk diare persisten
Persisten ■
Beri tablet zink (10 hari berturut-turut)
3. Darah
■
Ada darah dalam tinja
a. Disentri
■
Kunjungan ulang 5 hari
■
Beri antibiotic yang sesuai
■
Beri tablet zink (10 hari
Dalam Tinja
berturut-turut) ■
Nasehati
kapan
kembali
segera ■
Kunjungan ulang 2 hari
10. Pemeriksaan Penunjang a.
Pemeriksaan Tinja : Mikroskopis dan makroskopis. pH dan kadar gula jika diduga ada intoleransi gula (sugar intolerance). Biarkan kuman untuk mencari kuman penyebab dan uji resistensinya terhadap berbagai antibiotika (pada diare persisten).
b. Pemeriksaan Darah : Darah perifer lengkap, analisis gas darah dan elektrolit (terutama Na, K, Ca dan P serum pada diare yang disertai kejang) c.
Pemeriksaan kadar ureum dan klanin darah untuk mengetahui faal ginjal
d. Cuodenal incubation, untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif terutama pada diare kronik 11. Penanganan Dasar pengobatan diare adalah : A. Pemberian Cairan
Cairan peroral
Pada pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan diberikan peroral berupa cairan yang berisikan NaCl dan NaHCO3, KCl dan Glukosa
Untuk diare akut dan kolera pada anak diatas usia 6 bulan kadar Natrium 90 mg/l
Sedangkan anak dibawah 6 bulan dengan dehidrasi ringan / sedang kadar Natrium 50-90 mg/l
Formula lain yang disebut oralit Cara sederhana ini dapat dibuat sendiri (formula tidak lengkap) hanya
mengandung garam dan gula (NaCl dan sukrosa) atau air tajin yang diberi garam dan gula. B. Cairan Perenteral / Infuse Pada umumnya menggunakan cairan RL (Ringer Laktat) Cara memberikan cairan :
Belum ada dehidrasi Peroral sebanyak anak mau minum (ad libitum) atau 1 gelas tiap defekasi
Dehidrasi Ringan 1 jam pertama : 25 – 50 ml / kg BB / peroral (nitragastric) Selanjutnya : 125 ml / kg BB / hari ad libitum
Dehidrasi Sedang 1 jam pertama : 50 – 100 ml / kg BB / peroral / intragastric (sonde) 7 jam berikutnya : 10 – 12 ml / kg BB / jam dengan 3 – 5 tetes / menit 16 jam berikutnya : 125 ml / kg BB / Oralit peroral / intragastric
C. Pengobatan Dietelik Untuk anak dibawah 1 tahun dan diatas 1 tahun dengan BB kurang dari 7 kg jenis makanannya adalah :
Susu (ASI dan susu formula yang mengandung laktosa rendah dan asam lemak tidak jenuh, misalnya LLM, almiron atau sejenisnya)
Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim)
Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan
D. Obat – Obatan a. Obat anti sekresi
Asetosal dengan dosis 25 mg/l dengan dosis minimum 30 mg
Klorpapmazin dengan dosis 0,5 / kg BB / hari
b. Obat spasmolitik
c.
Papaverihn
Ekstra bveladona
Opium loperamid
Obat pengeras tinja
Kaolin
Dektini
Chorcool
Tahurol
d. Antibiotika Pada umumnya antibiotik tidak diperlukan untuk mengatasi diare akut kecuali bila penyebabnya jelas, seperti :
B.
Kolera : Terosiktin 25 – 50 mg / kg BB / hari
Compylohectar : Eritromycin 40 – 50 mg / kg BB / hari
Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Asuhan kebidanan ini adalah bantuan yang diberikan oleh bidan kepada klien atau pasien yang pelaksanaannya dilakukan dengan cara :
Bertahap dan Sistematis
Melalui suatu proses yang disebut manajemen kebidanan
Manajemen Kebidanan menurut Varney, 1997 :
1. Pengertian
Proses pemecahan masalah
Digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah.
Penemuan-penemuan keterampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis.
Untuk pengambilan suatu keputusan
Yang berfokus pada klien.
2. Langkah-langkah
Langkah I : Tahap Pengumpulan Data Dasar / Pengkajian Pada langkah pertama ini berisi semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Yang terdiri dari data subjektif data objektif. Data subjektif adalahyang menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesa. Yang termasuk data subjektif antara lain biodata, riwayat kesehatan, keluhan utama, riwayat menstruasi, riwayat kesehatan, riwayat kehamilan, persalinan dan nifas, pengetahuan klien. Data objektif adalah yang menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan test diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus. Data objektif terdiri dari pemeriksaan fisik yang sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan khusus (inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi) dan pemeriksaan penunjang (laboratorium, catatan baru dan se belumnya).
Langkah II : Intepretasi Data Dasar / Diagnosa Masalah Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.
Langkah III : Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial & Mengantisipasi Penanganannya Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosa potensial berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap diagnosa atau masalah potensial ini benar-benar terjadi.
Langkah IV : Menetapkan Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera untuk Melakukan Konsultai, Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan lain berdasarkan kondisi klien. Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.
Langkah V : Menyusun Rencana Asuhan yang Menyeluruh / Intervensi Pada langkah ini direncanakan usaha yang ditentukan oleh langkahlangkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah atau diagnosa yang telah di identifikasi atau di antisipasi.
Langkah VI : Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien dan Aman / Implementasi Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara e fisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi oleh
klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Walau bidan tidak melakukan sendiri ia tetap memikul tanggung jawab untukmengarahkan pelaksanaannya.
Langkah VII : Evaluasi Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan kebidanan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar tetap terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah di identifikasi didalam diagnosa dan masalah. Rencana tersebut dianggap efektif jika memang benar dalam pelaksanaannya.
MANAGEMAN
ASUHAN
KEBIDANAN
BAYI
PATOLOGI
PADA BAYI Ny. “ M” DENGAN MASALAH DIARE AKUT DENGAN DEHIDRASI SEDANG DI PUSKESMAS PLUS BARA-BARAYA MAKASSAR TANGGAL 20 MARET 2013
NO. Register
: 1739
Tanggal Lahir
: 11 Maret 2013 Jam 14.15 wita
Tanggal Pengkajian
: 20 Maret 2013 Jam 16.00 wita
Nama Pengkaji
: NURJANNA & RASNIAH
LANGKAH I IDENTIFIKASI DATA DASAR A. IDENTITAS BAYI/ANAK Nama
: An. “M”
Tanggal Lahir
: 11 Maret 2013 jam 14.15 wita
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Anak ke
: 2 (dua)
IDENTITAS ORANG TUA Nama
: Ny. “M” / Tn. “A”
Umur
: 33 tahun / 29 tahun
Nikah /lamanya : 1 kali / 3 tahun Suku
: Bugis / Bugis
Agama
: Islam / Islam
Pendidikan
: SMA / SMA
Pekerjaan
: IRT / Wiraswasta
Alamat
: JL. H. Kalla II RW 2 MAKASSAR
B. DATA BIOLOGIS / FISIOLOGIS Tanggal : 20-03-2013 jam : 16.05 Wita 1. Keluhan Utama Ibu klien mengatakan bahwa anaknya mencret sedikit-sidikit > 10x/hari, muntah tiap kali minum susu dan badannya panas 1 hari sejak tanggal 19-03-2013.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu klien mengatakan pada tanggal 20-03-2013 klien BAB cair mulai pagi >10x/hari, BAK jarang.
Tiap kali habis minum langsung muntah dan badannya panas.
Masuk Puskesmas Plus Bara-Baraya Makassar pada Tanggal 20-03-2013 jam 16.00 Wita
3. Riwayat Penyakit Lalu Ibu klien mengatakan klien tidak memiliki riwayat penyakit sebelumnya. 4. Riwayat Penyakit Keluarga Ibu klien mengatakan bahwa dalam keluarganya tidak pernah menderita penyakit menular seperti TBC, Hepatitis, HIV/AIDS dsb, klien tidak pernah menderita penyakit menurun seperti kencing manis, sesak nafas, dsb, klien tidak pernah menderita penyakit menahun seperti penyakit jantung. 5. Riwayat Sosial Ibu klien mengatakan selama dilingkungan keluarga klien termasuk anak yang aktif. 6. Riwayat alergi Ibu klien mengatakan klien tidak mempunyai Riwayat alergi. 7. Riwayat kelahiran dan kehamilan a.
Prenatal Ibu klien mengatakan bahwa selama hamil sering periksa kebidan. Trimester I : 2 x II : 3 x III : 4 x
b. Natal
Ibu klien mengatakan bayi lahir langsung menangis dengan :
BBL
: 3200 gram
PBL : 47 cm
LP
LD : 30 cm
LK : 32 cm
: 30 cm
c.
Penilaian APGAR Score Nilai / Tanda
0
1
2
1
2
Apperence (Warna kulit)
Pucat
2
Tidak Ada
Seluruh Badan Kemerahmerahan >100
2
Pulse (Frekuensi Jantung) Gremence (reflex rangsangan) activity (onus otot)
Badan Merah, Ektremitas Biru <100
2
2
Tidak Ada
Meringis
Batuk bersin
1
2
Lemas
Sedikit gerakan
Pergerakan Aktif
1
2
Respiration (pernapasan)
Tidak Ada
Lemas dan Tidak teratur
Menangis aktif
2
2
Post natal Ibu klien mengatakan bahwa setelah lahir diasuh sendiri dan diberi ASI yang c ukup.
8. Pola Pemenuhan kebutuhan dasar a.
Nutrisi Sebelum sakit : klien makan bubur 2x/hari Minum susu 2-3 botol+ASI Saat MRS
: klien makan bubur 2x/hari Minum susu 1 botol/hari+ASI
b. Pola eleminasi Sebelum sakit : BAB 1-2x/hari ko nsistensi lunak, warna kuning, bau khas BAK 6-8x/hari warna kuning jernih, bau khas Saat MRS
: BAB ? 10x/hari, konsistensi cair, warna kuning, bau khas BAK 2-4x/hari, warna kuning jernih, bau khas.
c.
Pola personal hygiene Sebelum sakit
: mandi 2x/hari, ganti baju 2x/hari, keramas 3-4x/minggu
Saat MRS
: diseka 2x/hari, ganti baju 2x/hari
d. Pola aktifitas Sebelum sakit : klien termasuk anak yang aktif bermain dengan saudaranya. Saat MRS
: klien hanya diam dan menangis, lebih banyak berbaring dan digendong.
e. Pola istirahat Sebelum sakit : Tidur malam 8-10 jam Tidur siang 2-3 jam Saat MRS
: Tidur malam 7-9 jam Tidur siang 1-2 jam
9. Pemeriksaan fisik
Keadaan Umum : lemah
Kesadaran
Pemeriksaan TTV :
S : 38
N : 97 x/menit
P : 21 x/menit
DJ: 119 x/menit
Antropometri :
BB : 3,2 kg
TB: 47 cm
LP : 30 cm
LD : 30 cm
LK : 45 cm
Kepala
Ubun-ubunagak cekung,
Kulit kepala bersih,
Rambut lurus warna hitam
Muka
Tidak pucat,
Kulit lembab
Mata
Tidak Ikhterus,
Sclera putih, konjungtiva merah muda,
Mata agak cowong.
Telinga
Bersih tidak ada secret.
Mulut
Bersih, tidak ada lesi maupun serumen.
Hidung
: composmentis
Tidak ada labioskisis dan tidak ada stomatitis
Leher
tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
tidak ada pembesaran kelenjar limfe
tidak ada benjolan kelenjar tyroid
Dada
tidak ada benjolan dan nyeri tekan
tidak ada retraksi dinding dada
Abdomen
perut terlihat cembung
terdapat bising usus, frek. sering
Genital
nafas normal, tidak terdengar wezhing dan ronchi
Bersih dan tidak ada varices
Anus
Anus berlubang,
tidak haemoroid dan BAB sering >10x cair
Ekstremitas atas
Jari lengkap, tidak ada polidaktili, sindaktili, andaktili, amelia. Pada tangan kiri terpasang infuse KA-EN 4B denagn 28 tetes per menit
Ekstremitas bawah
Jari lengkap, tidak ada polidaktili, sindaktili, andaktili, amelia, tidak ada pals varus dan pals vagus
LANGKAH II DIAGNOSA MASALAH AKTUAL Diagnosa
: Bayi M umur 9 bulan dengan diare akut dan dehidrasi sedang
Ds
:Ibu klien mengatakan bahwa anaknya mencret sedikit-sedikit >10x/hari muntak tiap kali minum susu dan badannya panas 1 hari
Do
: S : 38 , N : 97 x/menit, p : 21 x/menit, DJ: 119 x/I, BB : 8 Kg
BAB>10x dengan konsisitensi cair
Turgor kulit menurun
BAK sedikit 2x/hari
Analisa dan Interpretasi Data: Gangguan kebutuhan cairan dan elektrolit kemudian mengalami Kenaikan suhu tubuh dan membutuhkan Observasi TTV, Observasi intake dan output , dapat di kompres air hangat karena terjadi rehidrasi cairan dan elektrolit. LANGKAH III ANTISIPASI DIAGNOSA / MASALAH POTENSIAL Anak M umur 9 bulan dengan potensial terjadi diare kronik dan dehidrasi berat LANGKAH IV TINDAKAN EMERGENCY / KOLABORASI Kolaborasi dengan dokter spesialis anak LANGKAH V RENCANA TINDAKAN / INTERVENSI Diagnosa
: Bayi M umur 9 hari dengan diare akut dan dehidrasi sedang
Tujuan
: Diharapkan dalam 1×24 jam kebutuhan cairan elektrolit pada anak dapat terpenuhi, dan suhu tubuh anak menurun.
Kriteria
: 1. a. TTV dalam batas normal - DJ : 120- 160
1x/menit
- S : 36,5 -37,5 - N : 60 - 80 x/menit - P : 40 – 60 x/menit b. Keadaan umum baik 2. Diare teratasi 3. Tidak dehidrasi INTERVENSI Tanggal 20-03-2013
jam : 16.10 WITA
1. Lakukan pendekatan pada klien dan petugas Rasional
: Agar terjalin hubungan saling percaya dan kerjasama baik antara klien dan petugas.
2. Beri penyuluhan tentang anak dengan diare Rasional
: Perawatan bayi dengan cepat dan tepat dapat menghindari terjadinya komplikasi/bahaya.
3. Lakukan observasi TTV Rasional
: Deteksi dini adanya kegawat daruratan
4. Observasi intake dan output Rasional
: Mengetahui keseimbangan cairan pada anak
5. Lakukan observasi tanda-tanda shock hipovolemik Rasional
: Jika terjadi shock dapat segera teratasi
6. Lakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak Rasional
: untuk menentukan terapi selanjutnya
7. Anjurkan pada ibu klien untuk memberikan ASI yang banyak Rasioanal
: untuk mengembalikan cairan tubuh yang hilang
8. Anjurkan mengompres bila anak panas Rasional
: menjaga keseimbangan tubuh anak
9. Jelaskan tentang personal hygiene Rasional
: Agar tidak terinfeksi kuman lebih lanjut
10. Jelaskan tanda-tanda dehidrasi Rasional
: Agar tidak sampai terjadi komplikasi lebih lanjut
LANGKAH VI IMPLEMENTASI Tanggal : 20-03-2013
jam : 16.15 WITA
1. Melakukan pendekatan dengan klien dengan cara sapa, salam, senyum serta kenalan. 2. Memberi penyuluhan tentang anak dengan diare 3. Melakukan observasi TTV dan observasi intake dan output 4. Melakukan observasi tanda tanda shock hipovolemik 5. Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak 6. Menganjurkan ibu memberikan ASI yang banyak 7. Menganjurkan mengompres jika anak panas 8. Memberi tahu ibu tentang personal hygiene 9. Menjelaskan tanda-tanda dehidrasi LANGKAH VII EVALUASI Tanggal 20-06-2013
Jam : 16.15 WITA
1. Ibu dan klien membalas sapaan dan tersenyum 2. Ibu mengerti tentang penyuluhan anak dengan diare 3. Pemeriksaan TTV:
DJ : 119 x/menit
(N = 120-160 x/menit)
N : 97 x/menit
(N = 60-80 x/menit)
S : 38
(N = 36,5 - 37,5 )
P : 21 x/i
(N = 40-60 x/i )
4. Pemeriksaan tanda-tanda shock hipovolemik (-) 5. Kolaborasi dengan dokter spesialis anak
Terapi : a. Infuse KA-EN 4B 1000 ml/hari b. Injeksi Taxegram 3×200 c.
Injeksi Acran 3×1/3 ampul
d. Oral: L bio (2×1) e. Zink (1×1) f.
Diit: Bebelac FL
g.
Nasi tim
6. Ibu sudah memberikan ASI yang banyak kepada anaknya 7. Ibu mengompres anaknya apabila anaknya demam dengan cara Kain lembab di letakkan di kepala, lipatan ketiak dan lipatan tengkuk 8. Ibu sudah mengerti tentang personal hygiene dan selalu menjaga kebersihan anaknya 9. Ibu mengerti apa tanda-tanda dehidrasi : a. Latergis / tidak sadar b. Mata cowong / cekung c.
Tidak bisa minum / malas minum
d. Cubitan kulit perut kembali sangat lambat
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan Diare merupakan keluarnya tinja cair lebih dari 3 x24 jam Macam diare terbagi 3 : 1. Diare akut 2. Diare berkepanjangan 3. Diare kronik Gejala klinis : BAB cair, berlendir/berdarah, kembung, panas, nyeri perut dan muntah. Anak Ny “M” umur 9 hari mengalami diare yang ditandai dengan BAB > 10x/hari cair, kemudian anak dibawa ke Puskesmas Plus Bara-Baraya Makassar. Di Puskesmas Plus BaraBaraya Makassar anak M dirawat dengan baik oleh petugas kesehatan dan kolaborasi dengan dokter spesialis anak, dipantau tanda-tanda vitalnya, diberi terapi untuk mengembalikan keseimbangan tubuhnya. Sehingga pada tanggal 22-03-2013 kondisi anak baik dan dibolehkan pulang.
B. Saran Bagi Mahasiswa Hendaknya mahasiswa dapat lebih memperhatikan setiap kasus yang terjadi di tempat praktek sehingga mahasiswa dapat menyusun setiap asuhan kebidanan yang sesuai.
Bagi Instansi Pelayanan Dalam memberikan pelayanan kesehatan hendaknya harus sesuai dengan wewenang yang telah ditentukan serta dapat bekerja sama dengan klien dan dapat memahami sedalam-dalamnya tentang masalah yang dialami klien agar dapat memberikan pelayanan kesehatan secara optimal.
Bagi Instansi Pendidikan Dapat memberikan bimbingan kepada mahasiswa baik dari segi teori maupun keterampilan secara maksimal agar mahasiswa dapat bekerja secara mudah dan mandiri dalam memberikan pelayan dengan baik dan benar sesuai dengan protap yang ada.