1
PENGGUNAAN OBAT ANTIBIOTIK PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT GANGGUAN GINJAL AKUT (GGA) dan KRONIS
Antibiotik merupakan obat yang sangat penting dan digu diguna nak kan un untu tuk k memb member eran anta tas s berb berbag agai ai peny penyak akit it infe infeks ksi. i. Dihasi Dihasilk lkan an teruta terutama ma oleh oleh jamur jamur dan bakter bakterii tanah tanah (Sumar (Sumardjo djo,, 2009 20 09. . !ada ada pend pender erit ita a gaga gagall ginja ginjall fung fungsi si ginj ginjal al sudah sudah tida tidak k sebaik saat ginjal dalam kondisi normal. !ada kondisi gagal ginjal kronis ginjal menjadi lebih sensitif terhadap penggunaan obat" obatan obatan.. !engg !engguna unaan an antibi antibioti otik k harus harus dipert dipertimb imbang angka kan n kare karena na bebera beberapa pa antibi antibioti otik k bersifa bersifatt toksik toksik terhad terhadap ap ginjal ginjal (!radi (!radina, na, 201#. 201 #. $erdap erdapat at empat empat hal utama utama yang yang menjad menjadii parame parameter ter dokter dalam memberikan antibiotik kepada pasien, yaitu% 1. $epat epat &ndi &ndika kasi si 2. $epat epat 'bat 'bat . $epat epat !asie !asien, n, dan dan ). $epat epat Dosis Dosis *ang *ang dimaksud dengan tepat indikasi adalah, antibiotik yang diberikan memba+a dampak positif ke tahap proses pemyem pemyembuh buhan an dan sesuai sesuai fungsi fungsinya nya dengan dengan gejala gejala penyak penyakit it yang tampak. Sedangkat tepat obat, memiliki pengertian bah+a obat yang digunakan sesuai dan tepat dengan penyakit yang diderita oleh pasien, dalam hal ini dimaksudkan ketepatan dalam penggunaan antibiotik berdasarkan obat pilihan utama ( Drug of Choice terhadap penyakit infeksi yang menyertai pada pasien gagal agal ginja injall kro kronis. nis. Diba Diba+ +ah ini ini ter terter tera tabe tabell tep tepat obat peng penggu guna naan an anti antibio bioti tik k yang yang dipe diperroleh oleh dari dari hasil hasil pene penelit litia ian n peng penggu guna naan an anti antibi biot otik ik pada pada pasi pasien en di S-! S-! Dr. Dr. Soer Soerad adji ji $irtonegoro $irtonegoro laten % Tabel 1. Data penggunaan antibiotik berdasarkan kriteria tepat obat pada pasien dengan gagal ginjal kronis di instalasi ra+at inap S-! Dr. Soeradji $irtonegoro laten tahun 201)
2
et % /D /hroni idney Disease &S &nfeksi Saluran emih Dari data tabel diatas, dapat disimpulkan bah+a % obat yang memiliki nilai D'/ (Drug of Choice yaitu Seftriakson (!neumonia, &S dan Diare, Amoksisilin (!neumonia dan &S, Sefotaksim (!neumonia, Ciprooksasin (&S dan Seksin (!neumonia dan Diare. Sedangkan Seftazidim, Sefradoksil dan Klindamisin merupakan antibiotik yang tidak tepat pada kasus gagal ginjal kronis. -ntuk lebih jelas lagi, perhatikan tabel diba+ah ini % Tabel 2. Data Analisis etepatan 'bat (!enggunaan Antibiotik !ada asus angguan injal ronis 3o 3ama $epat 'bat . Antibiotik !neumonia, &S, 1. Seftriakson Diare, 2. Sefta4idim " . Sefradoksil " ). Amoksisilin !neumonia, &S, #. Sefotaksim !neumonia 5. /ipro6oksasin &S 7. lindamisin " 8. Seksin !neumonia, Diare
Adapun tepat pasien, merupakan pokok utama yang harus diperhatikan, khususnya dalam dunia kedokteran he+an. De+asa
ini, pemberian antibiotik pada pasien berupa he+an juga mengikuti ri+ayat pemberian antibiotik sebelumnya, sehingga dapat menegah resistensi dari bakteri terhadap obat yang sama dalam penggunaan berikutnya. !emberian obat dengan kriteria tepat dosis berarti ketepatan obat yang diberikan pada pasien, dimana dosisnya mengikuti ketetapan standar baku berdasarkan rekomendasi serta menyesuaikan dengan kondisi pasien. :egitu juga dengan pasien yang menderita gangguan ginjal kronis, yang menjadi tolak ukur dalam menentukan dosis obat pada pasien yang seperti ini adalah nilai klirens kreatinin pasien. Dimana nilai klirens kreatinin dapat menggambarkan keadaan dari ginjal itu sendiri. Sehingga penyesuaian dosis dihitung berdasarkan nilai klirens kreatinin penderita gagal ginjal kronis menggunakan rumus dari !arfati, et al., (200, yaitu %
Do (;
Do ( N ) Cl ( N )
< Cl (GL
eterangan % Do (3 Dosis pada ginjal normal Do (; Dosis pada gagal ginjal /l (3 lirens pada ginjal normal /l (; lirens pada gagal ginjal Tabel 3. Data penggunaan antibiotik berdasarkan kriteria tepat dosis pada pasien dengan gagal ginjal kronis di instalasi ra+at inap S-! Dr. Soeradji $irtonegoro laten tahun 201)
)
#
eterangan % = memenuhi > dosis berlebih ? dosis kurang !ada tabel diatas, dapat dilihat beberapa jenis antibiotik yang diberikan pada pasien dengan gangguan ginjal kronis berikut disajikan dosis standar yang dianjurkan perharinya. Diharapkan dengan adanya standar baku dosis pemberian antibiotik terhadap pasien dengan gangguan ginjal kronis, maka resiko dan efek samping obat terhadap pasien dapat dikurangi. Dilain sisi, penggunaan antibiotika berisiko tinggi terhadap gangguan fungsi ginjal. olongan antibiotika yang dapat menyebabkan gangguan fungsi ginjal antara lain adalah % golongan aminoglikosida, betalaktam dan @anomisin, golongan sulfanamid, golongan aylo@ir, golongan rifampisin, golongan amphoterisin : serta golongan tetrasiklin. Antibiotika yang membasmi gram negatif lebih bersifat nefrotoksis. al ini terjadi akibat penurunan ekskresi 3a dan air, perubahan aliran darah (iskemi, obstruksi pada saluran air kemih serta karena perubahan umur seseorang menjadi tua. :eberapa golongan antibiotika yang menyebabkan nefrotoksis pada ginjal, yaitu % 1. Golonan A!"nol"#o$"da Bekanisme terjadinya nefrotoksis % Aminoglikosida masuk kedalam ginjal """menapai maksimal dikortek ginjal dan sel tubulus"""aminoglikosida berikatan dengan lisosom (melaui proses endositosis dan seCuestration""" membentuk myeloid bodylisosom sekunder dan
5
fosfolipidosis"""membran lisosom peah"""melepaskan asam hidrolase"""mengakibatkan kematian sel. Pen%ea&an 'ead"n*a 'o#$"$"'a$ + penggunaan dosis tunggal, deteksi toksisitas subklinik, monitoring serum kreatinin setiap hari dan monitoring produksi air kemih. ,en--' --'an 'o#$"$"'a$n*a !-la" da" *an /al"n 'o#$"$ *a"'- + !eomisin " Gentamisin " #o$ramisin " !etilmisin " Amikasin " Stretomisin% 2. Golonan S-l0ona!"d Spektrum nefrotoksisitasnya meliputi% nefritis interstitial akut, arteritis nekrotikan, gangguan ginjal akut akibat anemia hemolitik pada pasien dengan desiensi "5"!D dan gangguan ginjal akut akibat kristaluria pada pemakaian lama. Pen%ea&an dan /enoba'an + mempertahankan hidrasi, alkalinisasi dengan sodium bikarbonat 5"12 gramhari sampai p urin E 7,#, deteksi hematuria 2" kali seminggu, mengurangi dosis sulfa dan pemasangan ureteral stent atau dialisis bila perlu kalau tindakan bedah tak memungkinkan. olongan sulfa yang menyebabkan gangguan ginjal antara lain % sulfadia4ine dan kotrimoksa4ol. 3. A!/&o'e"%"n B (A! B) Am": bersifat hidrolik sehingga mudah berampur dengan membran sel epitel dan meningkatkan permebialitas. al ini akan merusak sel endotel yang mengakibatkan @asokonstriksi arteriole aFeren dan eFeren glomerulus dan menyebabkan penurunan G dan berakibat terjadi oliguria. $oksisitas terhadap tubulus tergantung dari efek toksis langsung dan iskemik yang berkelanjutan. Pen%ea&an 'ead"n*a ne0o'o#$"$ *a"'+ menampur dengan intralipid, dopamin aagonist, suplementasi garam, mengatur keepatan infus dan dosis titrasi. . R"!a!/"$"n Benyebabkan insiden nefrotoksis 1,8 H hingga 15 H dari semua kasus gangguan ginjal akut (A. al ini terjadi akibat obat yang menginduksi anemi hemolitik, sehingga perlu diatur dan diperhatikan pada lamanya pemberian obat terhadap pasien.
7
. A%*%lo" Berupakan obat anti@irus yang menyebabkan nefrotoksis apabila diberikan lebih dari #00 mgm 2 melalui intra@ena. 3efrotoksis diakibatkan oleh rendahnya kelarutan obat, yang menyebabkan presipitasi intratubuler dengan gejala obstruksi uropati dan hematuria. Gaktor resiko terjadinya nefrotoksis meliputi pengurangan @olume airan, adanya gejala insuIsiensi ginjal, dan infus bolus yang epat. 4. Golonan Pen"%"ll"n Se0alo$/o"n dan Be'ala#'a! $erdapat golongan !eniillin yang bepotensial terjadinya nefrotoksis, yaitu metiillin, peniillin dan ampisilin. $erjadinya nefritis interstisialis, diperkirakan akibat reaksi imun terhadap dosis dan lamanya pemberian obat, khususnya metiillin dan peniillin . Diantara ketiga golongan peniillin ini, yang tersering menyebabkan nefritis interstisialis adalah metiillin . Sedangkan sefalosporin jauh lebih kurang toksik kalau dibandingkan dengan aminoglikosida dan polimiksin. Jalaupun demikian, dosis berlebih dan kombinasi sefalosporin dengan aminoglikosida dan metiillin dapat menyebabkan nefrotoksisitas juga. :egitu halnya dengan sefalodrin dosis ) grhari utamanya dapat menyebabkan nefrotoksis. Bekanisme terjadinya nefrotoksis melalui reaksi iskemia dan enotoksemia serat renal orte< mitohondria injury. 3efrotoksis betalaktam hampir sama efeknya seperti golongan penisillin dan sefalosporin. 5. 6an%o!"$"n Berupakan obat yang paling toksis, digunakan sebagai alternatif apabila pasien alergi terhadap obat lain. Sifatnya tidak bisa diserap oleh saluran erna, sehingga diberikan seara intra@ena untuk mendapatkan efek sistemik. Dalam tahap perkembangannya, @anomisin diberikan dalam bentuk kombinasi dengan D"mannitol dan makrogol )00(!K )00, dimana efek nefrotoksiknya jauh lebih berkurang. Bekanisme terjadinya nefrotoksis yaitu melalui kerusakan glomerulus yaitu dilatasi :o+manLs spae dan hipertopi glomerulus. Sedangkan di tubulus dapat berupa dilatasi tubulus renalis, nekrosis atau degenerasi epitel tubulus dan adanya silinder hialin dalam tubulus.
8
Dalam penerapannya, pemberian antibiotik terhadap pasien dengan gangguan fungsi ginjal dibutuhkan pengaturan dan pengetahuan dokter mengenai farmakokineik dan farmakodinamik obat serta efeknya pada ginjal. :eberapa hal yang penting dalam pemberian obat antibiotik pada gangguan fungsi ginjal yaitu dengan ara mengatur dosis yang diperlukan, untuk ini perlu pengetahuan tentang% a. !erubahan egimen 'bat"obatan b. ;oading Dose, dan . Dosis !emeliharaan (Baintenane Dose Bengenai dosis pemeliharaan, hal ini ditujukan untuk mempertahankan dosis normal pada penderita dengan gagal ginjal setelah pemberian loading dose. umusnya adalah % Dosis pada gagal ginjal Dosis norml < Df et % Df t 12 normal atau t 12 gagal ginjal t 12 eliminasi +aktu paruh obat Di ba+ah ini terdapat rekomendasi pemberian obat antibiotika pada penderita dengan gangguan ginjal. 'leh karena gangguan ginjal dapat ditentukan melalui nilai kliren kreatinin, maka penentuan dosis obat pada penderita gagal ginjal juga mengikuti penyesuainnya dengan nilai kretainin. Adapun rekomendasi dosisnya dapat dilihat pada tabel diba+ah ini % Tabel . ekomendasi Dosis Antibiotika pada !asien dengan angguan injal Dosis aminoglikosida permualaan pada ginjal normal %
9
Dosis a+al aminoglikosida dan dosis inter@al pada gangguan ginjal %
/ontoh dosis antibiotika pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal serta penderita dialisis dialisis %
KESI,PULAN
'bat antibiotika yang memiliki sifat nefrotoksis masih dapat diberikan pada pasien dengan gangguan ginjal. 3amun, seorang dokter yang profesional harus mengetahui prinsip kerja obat serta farmakokinetik dan farmakodinamik dari obat antibiotik tersebut. Muga perlu diperhatikan beberapa hal penting dalam hal memberikan obat antibiotik kepada pasien penderita gangguan fungsi ginjal, yaitu% a. !erubahan egimen 'bat"obatan b. ;oading Dose, dan . Dosis !emeliharaan (Baintenane Dose
10
Serta parameter pemberiannya, meliputi a. $epat &ndikasi . $epat !asien, dan b. $epat 'bat d. $epat Dosis DA7TAR PUSTAKA •
•
•
!radina, . Ayu. 201#. K@aluasi !enggunaan Antibiotik !ada !asien agal injal ronis Di &nstalasi a+at &nap sup Dr. Soeradji $irtonegoro laten !eriode 201). !askah &u$likasi, 'niersitas )uhammadi*ah Surakarta, Surakarta% /hasani, Shofa. 2008. Antibiotik 3efrotoksik % !enggunaan pada angguan Gungsi injal. +!C -K '!D.&, Semarang. Sumardjo, Damin. 2009. &endidikan Kepera/atan untuk Strata 0. Makarta N K/ :uku edokteran