REFERAT ANESTESI PADA OPERASI MATA
Honesty Kusuma Wardani (10310174) Muhamad Ihsan Haidar (10310245)
Pembimbing dr !eguh "antoso #$$endi% "& 'KI*%M%Kes dr H ano "u+arno% "& ' dr 'ndi+a *handra Putri% "& ' KEPANITERAAN KEPANITERAAN KLINIK SENIOR FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI DAERAHLAMPUNG
BAB 1 PENDAHULU PENDAHULUAN AN 1.1 LAT LATAR BELAKANG B ELAKANG Pasien – pasien mata umumnya memiliki risiko khusus terhadap tindakan anestesi. Pasien biasanya datan denan umur yan ekstrim! sanat muda atau "ustru sanat tua. #leh karenanya kondisi medis yan mendasari keadaan pasien tersebut dapat memperberat risiko anestesi! demikian "ua halnya respon pasien terhadap obat – obat anestesi yan diberikan. $erinnya! pasien – pasien mata yan mendapat penobatan sehubuan denan penyakit mata yan mereka derita dapat memberikan penaruh yan sini%kan terhadap tatalaksana anestesi.
1.
,.
-.
.
pentin bai seoran dokter anestesi! diantaranya adalah pemahaman tentan tekanan intra okuler &T'#( serta baaimana tekanan tersebut dapat dipenaruhi oleh beberapa penyakit dan obat – obatan! termasuk obat – obat yan diunakan dalam tindakan anestesi. Pentinnya T'# pada seoran dokter anestesi adalah sebaai berikut) Pasien denan peninkatan T'# yan ter"adi se*ara akut atau kronis yan men"alani tindakan pembedahan korekti+. Pasien denan peninkatan T'# kronik yan men"alani tindakan pembedahan non – ophthalmi* Pasien denan tindakan pembedahan bola mata terbuka akibat adanya penetratin eye in"ury. Beberapa obat dan tindakan yan diunakan dalam anestesi yan dapat mempenaruhi T'#
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
/ata diisi denan *airan intraokuolar! yan mempertahankan tekanan yan *ukup pada bola mata untuk men"aa distensinya. 0airan ini dibai dua ) umor a2ueous &anterior lensa(! umor 3itreus &posterior lensa 4 retina(. umor a2ueous berperan sebaai pemba5a 6at makanan dan oksien untuk oran di dalam mata yan tidak berpembuluh darah yaitu lensa dan kornea! dan beruna untuk menankut 6at buanan hasil metabolisme pada kedua oran. 0airan akan mempertahankan bentuk mata dan menimbulkan tekanan dalam bola mata7tekanan intra okuler.
Fisiologi tekanan intraokuler
/ata dapat dianap sebaai bola hampa denan dindin yan kaku. 8ika isi dari bola mata meninkat! tekanan intraokuler &normal 1, – ,9 mm( akan naik. Naiknya tekanan 3ena akan meninkatkan tekanan intraokuler oleh penurunan aliran a2uos dan peninkatan 3olume darah koroid. Pemberian anestesi merubah parameter ini dan dapat menpenaruhi tekanan intraokuler seperti larynos*opy! intubasi! sumbatan "alan napas! batuk! posisi trendelenbur(.
E+ek kardiopulmonal terhadap tekanan intraokuler &'#P( Variael
E!ek ter"a#a$ I%P
Tekanan Vena Sentral •
'eningkat
(((
•
'enurun
)))
Tekanan #ara" Arteri •
'eningkat
(
•
'enurun
)
Pa*%2 •
'eningkat +"i$o,entilasi-
((
•
'enurun +"i$erentilasi-
))
Pa%2
•
'eningkat
.
•
'enurun
(
: menurun &mild! moderate! marked(; < meninkat &mild! moderate! marked(; 9 tidak ada e+ek
Ketika bola mata terbuka selama tindakan operasi atau setelah per+orasi traumatik! tekanan intraokuler akan mendekati tekanan atmos+er. Beberapa +aktor yan normalnya meninkatkan tekanan intraokuler dapat menakibatkan ter"adinya penurunan 3olume intraokuler yan disebabkan oleh menalirnya *airan a2ueous atau keluarnya *airan 3itreous melalui luka yan ada.
Prosedur #perasi /ata Terbuka •
Ekstraksi Katarak
•
Peraikan laserasi kornea
•
Trans$lantasi
kornea
+$enetrasi
kerato$lasti•
Iri#ekto/i $eri!er
•
Penga/ilan en#a asing
•
Peraikan ru$tur ola /ata
•
I/$lantasi lensa intraokuler sekun#er
•
Traekulekto/i
+#an
$rose#ur
$en0aringan lain•
Vitrekto/i +anterior #an $osterior-
•
Peraikan keooran #ari luka
E!ek oat oat anestesi $a#a tekanan intraokuler =mumnya obat – obat anestesi lain yan rendah tidak bere+ek pada tekanan intraokuler. Anestesi inhalasi menurunkan tekanan intraokuler yan proporsional sesuai dalamnya anestesi. Anestesi intra3ena "ua dapat menurunkan tekanan intraokuler. /unkin pene*ualian adalah ketamin! yan dapat menaikkan tekanan darah arteri dan tidak menyebabkan relaksasi otot ekstraokuler. antikolinerik topikal menyebabkan dilatasi pupil &midriasis(! yan dapat menyebabkan laukoma sudut tertutup. >osis premedikasi atropin sistemik yan dian"urkan tidak berhubunan denan hipertensi intraokuler! karena baaimanapun hal ini akan ter"adi pada pasien?pasien denan laukoma. $uksinilkolin meninkatkan tekanan intraokuler sebanyak @ – 19 mm selama @ – 19 menit setelah pemberiannya! menembus terutama ke dalam otot – otot ekstraokuler dan menyebabkan kontraktur.
E!ek #ari oat anestesi ter"a#a$ Tekanan Intraokuler +I%P%at
E!ek ter"a#a$ I%P
Anestesi In"alasi •
%at Volatile
•
N2%
)) )
Anestesi Intra,ena •
Bariturat
))
•
Ben3o#ia3e$in
))
•
Keta/in
4
•
%$ioi#
)
Pelu/$u" %tot •
De$olarisasi +suksinil kolin-
((
•
Non #e$olarisasi
.5)
6EFLEKS %KUL%KA6DIAK Penarikan otot?otot ekstraokular atau penekanan pada bola mata terutama otot rektus medialis dapat memun*ulkan berbaai 3ariasi disritmia "antun yan berkisar dari bradikardia Reeks okulokardiak adalah palin la6im didapati pada pasien pediatrik yan men"alani operasi strabismus. alaupun beitu! reeks ini dapat dimun*ulkan pada semua kelompok usia dan selama berbaai prosedur mata! termasuk ekstraksi katarak! enukleasi! dan perbaikan retinal detachment &perlepasan retina(.
Kebutuhan untuk pro%laksis rutin adalah kontro3ersial. /ana"emen reeks okular kardiak ketika ia ter"adi tersusun dari prosedur?prosedur berikut) penenalan dini oleh ahli bedah dan penhentian sementara stimulasi bedah hina ke*epatan detak "antun meninkat Kon%rmasi 3entilasi! oksienasi! dan kedalaman anestesia yan adekuat; Pemberian atropin intra3ena &19 C7k( "ika terdapat anuan konduksi Pada episode rekalsitran! in%ltrasi otot?otot ekstraokular denan anestetik lokal. Reeks ini pada akhirnya akan menhentikan dirinya sendiri denan traksi berulan otot?otot ekstraokular.
EKSPANSI 7AS INT6A%KULA6
$uatu elembun as dapat diin"eksikan oleh o+talmolois ke dalam bilik posterior selama pembedahan 3itreous. Gelembun udara diabsorbsi dalam @ hari oleh di+usi radual melalui "arinan yan berdekatan ke dalam aliran darah. 8ika pasien menhirup N,#! elembun udara akan bertambah besar. N,# adalah -@ kali lebih larut dibandin nitroen dalam darah. Komplikasi – komplikasi yan melibatkan ekspansi elembun as intraokular dapat dihindari denan menhentikan N,# pada sekuran? kurannya 1@ menit sebelum in"eksi udara Kedalaman anestesia harus dipelihara denan pemberian aen anestetik lain. N,# harus dihindari hina elembun diabsorbsi &@ hari setelah in"eksi udara dan 19 hari setelah in"eksi $D(. 1
EFEK8EFEK SISTE'IK DA6I %BAT8%BAT 'ATA
Tetes mata topikal diabsorbsi oleh pembuluh – pembuluh dalam sa**us al3eolaris mukosa du*trus nasola*rimalis. $atu tetes &biasanya 17,9 mL( dari +enile+rin 19F menandun @ m obat. Bandinkan ini denan dosis +enile+rin intra3ena &9.9@?9.1 m( yan diunakan untuk menanani pasien de5asa denan hipotensi. Ekhotio+at &E*hothiophate( merupakan inhibitor kolinesterase ire3ersibel yan diunakan dalam penatalaksanaan laukoma karena dapat menurunkan tekanan intraokular. Aplikasi topikal beru"un pada absorbsi sistemis dan reduksi akti3itas kolinesterase plasma. Karena suksinilkolin dimetabolisir oleh en6im ini! ekhotio+at akan memperpan"an durasi ker"a suksinilkolin. E+ek sampin muskarinik – seperti bradikardia selama induksi – dapat di*eah denan obat antikolinerik intra3ena &seperti atropin! likopirolat(. Tetes mata epine+rin dapat menyebabkan hipertensi! takikardia! dan disritmia 3entrikular! e+ek disritmoenik ini dipotensiasi oleh halotan. Pemberian lansun epine+rin ke dalam bilik anterior mata belum dihubunkan denan
E+ek sistemik dari #bat?obat #+talmik %at
Asetilkolin
'ekanis/e Ker9a
Kolinerik aonis &miosis(
E!ek
Bronkos$as/e:
ra#ikar#i:
"i$otensi Aseta3ola/i#
'nhibitor
karbonik
anhidrase
Diuresis:
"i$okale/i:
asi#osis
&penurunan '#P(
/etaolik
Atro$in
Antikolinerik &midriasis(
Sin#ro/ antikolinergik sentral
Siklo$entolat
Antikolinerik &midriasis(
Disorientasi: $sikosis: konulsi
Ekotio$at
'nhibitor kolinesterase &miosis!
Pe/an9angan #ari suksinilkolin #an
penurunan '#P(
$aralisis
/i,akuriu/:
ronkos$as/e E$ine!rin
Fenile!rin
$impatis
aonis
&midriasis!
Hi$ertensi:
ra#ikar#i:
takikar#i:
penurunan '#P(
sakit ke$ala
?adrenerik aonis &midriasis!
Hi$ertensi: takikar#i: #isrit/ia
3asokonstriksi( Sko$ola/in
Antikolinerik
&midriasis!
Sin#ro/ antikolinergik sentral
3asokonstriksi( Ti/o lol
%at lok a# e ;8a#renergik
Bra#ikar#i:
as/a:
gagal
9antung
ANESTESIA U'U' UNTUK %PE6ASI 'ATA
Pilihan antara anestesi umum dan lokal harus dibuat se*ara bersama?sama oleh pasien! anestesiolo! dan ahli bedah. disebabkan oleh rasa takut untuk sadar selama suatu prosedur bedah. alaupun tidak terdapat bukti yan konklusi+ bah5a satu bentuk anestesia adalah lebih aman dibandin yan lain! anastesia lokal tampak kuran memberikan stres. Anestesia umum diindikasikan pada pasien yan tidak kooperati+! karena bahkan erakan kepala yan sedikit dapat memberikan hasil yan terbukti berbahaya selama pembedahan mikro. Pada pasien lain! anestesia lokal dikontraindikasikan untuk alasan? alasan beda. Anestesi lokal?umum! suatu teknik yan menunakan sedasi denan menontrol "alan na+as! harus dihindari karena resiko dari kombinasi kedua teknik tersebut akan
Pre/e#ikasi
+aktor?+aktor ini harus dipertimbankan ketika memilih premedikasi. Pasien pediatrik serin memiliki kelainan?kelainan konenital terkait &seperti sindrom rubella! sindrom Goldenhar! sindrom >o5n(. Pasien de5asa biasa berusia lan"ut! denan setumpuk penyakit sistemik &seperti hipertensi! diabetes melitus! penyakit arteri koroner(.
In#uksi
induksi untuk operasi mata biasa lebih terantun pada masalah? masalah medis pasien dibandin pada penyakit mata pasien atau "enis operasi yan diren*anakan. perke*ualian adalah pada pasien denan bola mata ruptur. Kun*i untuk induksi anestesia pada pasien denan *edera mata terbuka adalah kontrol tekanan intraokular denan induksi yan mulus. perke*ualian adalah pada pasien denan bola mata ruptur. Kun*i untuk induksi anestesia pada pasien denan *edera mata terbuka adalah kontrol tekanan intraokular denan induksi yan mulus. relaksan otot nodepolarisasi diunakan sebaai penanti suksinilkolin karena penaruh suksinilkolin pada tekanan intraokular. $ebaian besar pasien denan *edera bola mata terbuka memiliki perut yan penuh dan memerlukan tekhnik induksi sekuens?*epat
Penga
Pena5asan berkelan"utan akan diskoneksi sirkuit pernapasan atau ekstubasi se*ara tidak sena"a "ua pentin. Kemunkinan penekukan dan obstruksi tuba endotrakhea dapat diminimalisir denan menunakan tuba endotrakhea yan diperkuat atau sudut?kanan. temperatur tubuh bayi serin naik selama pembedahan mata karena pembunkusan dari kepala hina u"un kaki dan paparan permukaan tubuh yan tidak sini%kan.
/ual yan disebabkan oleh stimulasi 3aus merupakan masalah postoperati+ yan serin ter"adi! terutama setelah operasi strabismus. E+ek Halsa3a dan peninkatan tekanan 3ena sentral yan menyertai muntah dapat berakibat buruk bai hasil operasi dan meninkatkan risiko aspirasi. Pemberian metoklopramid intra3ena intraoperati+ &19 m pada de5asa( atau droperidol dosis ke*il &,9 C7k( dapat terbukti berman+aat. Karena biayanya! ondansetron biasa di*adankan untuk pasien denan ri5ayat mual muntah postoperati+.
Ekstuasi Dan Penge/alian Kesa#aran
"ahitan dan tekhnik penutupan luka menurani risiko robek luka postoperati+! penembalian kesadaran yan mulus dari anestesia umum masihlah diharapkan. Batuk pada penyinkiran tuba endotrakhea dapat di*eah denan menekstubasi pasien selama tinkat anestesia menenah. akhir prosedur bedah mendekat! relaksasi otot dipertahankan dan respirasi spontan dikembalikan. Aen?aen anestetik dapat diteruskan selama pembersihan "alan napas. N,# kemudian dihentikan! dan lidokain intra3ena &1.@ m7k( dapat diberikan untuk menumpulkan reeks batuk se*ara sementara. Ekstubasi diteruskan 1?, menit setelah lidokain dan selama respirasi spontan pada oksien 199F. Kontrol "alan napas yan tepat adalah pentin hina reeks batuk dan menelan pasien kembali. tekhnik ini tidak
Anestesi 6egional Untuk %$erasi 'ata
Anestesi reional untuk operasi mata biasanya dilakukan blokade retrobulbar atau peribulbar! merupakan blokade sara+ 5a"ah! dan sedasi intra3ena. /eskipun teknik ini lebih bersi+at non in3asi+ dibandinkan denan anestesi umum yan memakai pipa endotrakeal dan "ua memiliki resiko mual lebih ke*il setelah operasi! anestesi lokal "ua tidak terlepas dari berbaai komplikasi. $ebaai tambahan! blokade tersebut tidak akan menhasilkan akinesia dan analesia yan adekuat pada mata! atau pasien tidak akan dapat berbarin tanpa bererak selama operasi berlansun
BL%KADE 6ET6%BULBA6
Pada teknik ini! obat anestesi lokal disuntikkan ke arah belakan dari bola mata masuk ke dalam konus bola mata yan dibentuk oleh otot?otot ekstraokuler
Gambar A) $elama dilakukan lokade retroulbar! pasien menatap ke supranasal! "arum dimasukkan sebanyak 1!@ *m menikuti dindin in+erotemporal dari orbita. Gambar B) 8arum kemudian diarahkan ke atas dan ke nasal mele5ati apeks dari orbita dan dimasukkan sampai u"un "arum masuk ke konus otot
Komplikasi dari penyuntikan obat anestesi ke dalam retrobulbar adalah perdarahan retrobulbar! per+orasi bola mata &terutama pada mata denan pan"an kelenkunan aksial lebih besar dari , mm(! atropi sara+ optik! ke"an yan nyata! reeks okulokardiak! edema pulmoner neuroenik akut! blokade sara+ trieminal dan henti na+as. Penyuntikan retrobulbar biasanya tidak dilakukan pada pasien denan anuan perdarahan &karena resiko ter"adinya perdarahan(! myopia yan hebat &bola mata yan pan"an meninkatkan resiko ter"adinya per+orasi( atau trauma mata terbuka &tekanan dari *airan yan disuntikkan ke belakan bola mata dapat menyebabkan ekstrusi dari isi intraokuler melalui lukanya
BL%KADE PE6IBULBA6 Kebalikan dari blokade retrobulbar! "arum pada blokade peribulbar tidak dimasukkan ke dalam konus yan dibentuk dari otot?otot ekstraokuler. Kedua teknik tersebut akan menalami akinesia pada mata sama baiknya. Keuntunan dari blokade ini adalah kurannya resiko untuk ter"adinya penetrasi mata! sara+ optik dan arteri! dan nyeri pada saat penyuntikan tidak terlalu hebat. Keruiannya men*akup onset yan lama dan peninkatan resiko ter"adinya ekimosis.
BL%KADE SUB TEN%N
Dasia Tenon melinkari bola mata dan otot?otot ekstraokuler. #bat anestesi lokal disuntikkan ke ba5ah dan menyebar ke arah retrobulbar. >iunakan "arum denan ukuran ,@G atau 1IG yan khusus untuk blokade sub?Tenon. $etelah pemberian obat anestesi topikal! kon"unti3a diankat denan memakai +orsep bersamaan denan +asia tenon di kuadran in+eronasal. Torehan ke*il dibuat denan memakai untin est*ott denan u"un tumpul! yan kemudian akan masuk keba5ah membentuk "alur di +asia Tenon yan menikuti bentuk dari bola mata dan mele5ati ekuator. Ketika mata masih di%ksasi denan +orsep! kanula dimasukkan dan obat anestesi sebanyak -? ml disuntikkan. Komplikasi dari blokade sub?Tenon lebih sedikit dibandinkan denan teknik retrobulbar dan peribulbar! tapi "aran ada laporan tentan ke"adian per+orasi bola mata! perdarahan! selulitis! kehilanan penlihatan se*ara permanen! dan obat anestesi lokal akan menyebar ke dalam *airan serebrospinal.
Blok Sara! Fasialis
Blokade sara+ 5a"ah men*eah kelopak mata berkedip selama operasi berlansun dan membuat operator dapat menempatkan spekulum mata di daerah operasi. Ada beberapa teknik dari blokade sara+ 5a"ah! yaitu ) 3an Lint! Atkinson dan #JBrien. Komplikasi utama dari blokade ini adalah perdarahan subkutis. Prosedur lain! teknik Nadbath! yaitu blokade sara+ 5a"ah yan memblok +oramen stilomastoid diba5ah kanal auditori eksterna! yan letaknya berdekatan denan ner3us 3aus dan loso+arineus. Blokade ini tidak direkomendasikan karena berhubunan denan paralisis pita suara! larinospasme! dis+aia dan anuan na+as.
Gambar. Ada beberapa teknik dari blokade sara+ 5a"ah! termasuk &1( 3an Lint! &,( Atkinson! dan &-( #JBrien
Anestesi To$ikal $etelah beberapa tahun belakanan ini! teknik anestesi lokal yan kuran traumatis biasanya untuk daerah?daerah bilik anterior &*ontoh katarak( dan operasi laukoma. Trend yan meninkat saat ini tidak menunakan penyuntikan obat anestesi se*ara bersamaan. $etelah pemberian obat tetes topikal! proparakain 9!@F &dikenal "ua sebaai proksimetakain klorhidrat(! diulan setiap @ menit sebanyak @ kali pemberian! obat anestesi "eli &lidokain klorhidrat denan metilselulose ,F( diusapkan denan memakai kapas ke arah kantun kon"unti3a in+erior dan superior. Tetrakain tetes mata 9!@F "ua bisa diunakan. Pemakaian anestesi topikal tidak bisa dilakukan pada operasi di daerah bilik posterior &*ontoh) perbaikan peleasan retina( dan akan beker"a denan baik untuk operator yan menunakan teknik operasi yan *epat tapi halus yan tidak membutuhkan keadaan akinesia pada mata.
Se#asi Intra,ena
Beberapa tekhnik sedasi intra3ena tersedia untuk operasi mata. #bat yan diunakan adalah kuran pentin daripada dosisnya. $edasi dalam harus dihindari karena ia meninkatkan risiko apneu dan erakan tak sadar pasien selama operasi. >i sisi lain! blok retrobulbar dan sara+ +a*ialis dapat relati+ tidak nyaman bai pasien. $ebaai kompromi! beberapa anestesiolo memberikan suatu dosis ke*il barbiturat ker"a sinkat &seperti 19?,9 m metoheksital atau ,@?@ m thiopental( untuk menhasilkan episode sinkat ketidaksadaran selama blok reional. $ebaai alternati+! suatu bolus ke*il al+entanil &-@?@99 C( memunkinkan suatu periode sinkat analesia yan kuat. Anestesiolo lain! yan per*aya bah5a risiko henti napas dan aspirasi tidak dapat diterima! membatasi dosis mereka untuk menhasilkan relaksasi minimal dan amnesia.1 /ida6olam &1?- m( denan atau tanpa +entanil &1,.@?,@ C( merupakan reimen yan la6im.1! >osis *ukup ber3ariasi antar pasien dan harus diberikan dalam peninkatan?peninkatan ke*il. Tanpa terantun tekhnik yan diunakan! 3entilasi dan oksienasi harus terus dimonitor &lebih disukai melalui pulse oymetry(! dan peralatan untuk menyediakan 3entilasi tekanan positi+ harus seera tersedia
KEADAAN SPESIFIK KLINIK DAN K%'PLIKASI In9eksi 7as Intra,itreal Pada o+tamoloi terkadan menin"eksikan se"umlah ke*il as ke dalam rona 3itreal selama pembedahan retina. Tu"uannya untuk membentuk elembun penyana yan stabil yan mempertahankan retina pada tempatnya. Gas yan umum diunakan seperti sul+ur heauoride &$D( dan karbon oktouorin &0-DM( adalah as inert! tidak larut dalam air dan kuran dapat berdi+usi. Nitrous oksida 11 kali lebih larut dibandin $D dan denan *epat memasuki elembun as.
*e#era 'ata Penetrasi /ana"emen anestesi emerensi untuk pasien denan *edera mata terbuka dan perut memerlukan penaturan kebutuhan untuk men*eah aspirasi isi lambun denan pen*eahan peninkatan T'# tiba?tiba yan dapat menyebabkan kerusakan mata lebih lan"ut dan hilannya penlihatan.@ Bila perlu pemberian a5al antaonis reseptor , seperi metoklopropamid &9!1@ m7K i3( akan menurunkan 3olume lambun dan memberikan perlindunan.
*e#era 'ata Anak /ana"emen anestesi mata pada anak?anak melibatkan pertimbanan khusus. Trauma mata anak "ua dapat disertai *edera kranial. Bila pemberian narkotik diperlukan untuk menontrol nyeri! antiemetik "ua harus diberikan. Anestesi mata reional tidak sesuai pada pasien denan trauma mata! usia muda! dan tidak kooperati+. 'ntubasi endotrakeal dapat meninkatkan T'#! menyulitkan pada kelompok usia ini! dan oleh karena itu harus dihindari pada *edera mata pediatrik terbuka.
6etino$ati Pre/aturitas R#P adalah proli+erasi abnormal sel mesenkim primiti3e yan tidak berdi+erensisasi di retina. $el?sel ini membentuk "embatan arterio3as*ular! dan proli+erasi dapat menyebabkan penarikan dan pelepasan retina denaan kebutaan. Bayi denan R#P "ua serin memiliki ri5ayat immaturitas umum! apnu! bradikardi! "aundi*e! P>A! dysplasia intra3entrikular! hipoksia! dan anuan perkembanan.
Elektroretinogra= alothan! isouran! dan enuran dapat mempenaruhi potensial bankitan 3isual &HEPs(. alothan dan isouran menurunkan amplitudo dan meninkatkan tetapnya HEPs. Konsentrasi 9!IF atau lebih tini isouran dapat memperpan"an tetapnya HEPs. alaupun beberapa penelitian menyatakan bah5a hubunan ini terantun dosis. Ketamin! deri3at phen*y*lidine adalah sesuatu anestetik yan unik karena meninkatkan akti3itas elektrik otak. Peninkatan akti3itas ini dapat menubah amplitudo HEPs dan membiaskan kesimpulan tes. Ketamin telah diunakan untuk anestesia pada kelin*i tanpa mempenaruhi respon elektroretinora%
Strais/us Tia masalah yan berhubunan denan strabismus meliputi) kemunkinan peninkatan resiko hipertemia malina! tininya insiden mual dan muntah postoperati3e. Resiko hipertermia malina dapat dikurani denan menhindari suksinikholin dan halothan. Lebih lan"ut! karena suksinilkolin meninkatkan tonus otot ekstraokular untuk men"amin episode hipertermia malina *epat terdeteksi! suhu tubuh! EKG! dan khususnya konsentrasi tidal akhir 0#, harus dimonitor denan hati?hati selama anestessi umum pada pasien denan strabismus. /ual muntah postoperati3e persisten menhambat pemulihan dan bahkan memerlukan pena5asan ketat. Banyak obat telah diunakan untuk menontrol mual dan muntah pada pasien ini "ua tanpa memperpan"an masa penyembuhan. >roperidol &@C7K i3 ( berhasil menurani insuden mual dan muntah sampai 1F?,,F tanpa meninkatkan 5aktu pemulihan &! "am(. Pemberian intra3ena lidokain &1!@ m7K( sebelum intubasi trakea "ua menurunkan insiden mual muntah sampai 1?,9F.
Sin#ro/ Kongenital Patologi 'ata $indrom konenital dimana abnormalitas mata adalah satu?satunya mani+estasi anuan multisystem menyebabkan masalah seluruh mane"emen anestesi umum. Pasien denan homo*ystiuria! suatu anuan konenital metabolisme asam amino yan "aran dapat disertai denan subliasi dan lensa atau laukoma. Pasien ini rentan terhadap komplikasi tromboemboli selama anestesi umum. /ane"emen anestesi yan aman memerlukan pratatalaksana denan asam asetilsalisilat dan dipiridamole! hidrasi adekuat denan lukosa atau dekstran berat molekul rendah! dan pemeliharaan tekanan darah arteri yan baik dan 3asodilatasi peri+er. Pasien denan abnormalitas kranio+asial! seperti pada 0rou6on disease! Alport syndrome! or Kneist syndrome dapat menderita myopia! lepasnya retina! eopthalmus! atau laukoma. Trakea dapat sulit diintubasi pada pasien ini.
BAB III KESI'PULAN
/ata dapat dianap sebaai bola hampa denan dindin yan kaku. 8ika isi dari bola mata meninkat! tekanan intraokuler &normal 1, – ,9 mm( akan naik. Pemberian anestesi merubah parameter ini dan dapat menpenaruhi tekanan intraokuler seperti larynos*opy! intubasi! sumbatan "alan napas! batuk! posisi trendelenbur. Banyak obat?obat anestesi memiliki penaruh terhadap peninkatan tekanan intraokular. Anestesi inhalasi menurunkan tekanan intraokuler yan proporsional sesuai dalamnya anestesi. Anestesi intra3ena "ua dapat menurunkan tekanan intraokuler. /unkin pene*ualian adalah ketamin! yan dapat menaikkan tekanan darah arteri dan tidak menyebabkan relaksasi otot ekstraokuler.
Pilihan antara anestesi umum dan lokal harus dibuat se*ara bersama?sama oleh pasien! anestesiolo! dan ahli bedah. Anestesia umum diindikasikan pada pasien yan tidak kooperati+! karena bahkan erakan kepala yan sedikit dapat memberikan hasil yan terbukti berbahaya selama pembedahan mikro. Pilihan tekhnik induksi untuk operasi mata biasa lebih terantun pada masalah?masalah medis pasien dibandin pada penyakit mata pasien atau "enis operasi yan diren*anakan. Kun*i untuk induksi anestesia pada pasien denan *edera mata terbuka adalah kontrol tekanan intraokular denan induksi yan mulus.
/asalah?masalah pentin seperti reulasi tekanan intraokular! denan memperhatikan e+ek obat?obat anestesi pada tekanan intraokular! reeks okulokardiak! denan penunaan obat?obat antikolinerik yan termasuk dalam prosedur mana"emen penananan reeks okulokardiak! pen*eahan ekspansi as intraokular! denan menhentikan penunaan nitrous oksida 1@ menit sebelumnya! sebaai upaya pen*eahan! pen*eahan e+ek?e+ek sistemik pada bola mata denan penunaan aen? aen anestesi denan tepat dan benar! ketepatan dalam penunaan anestesi umum atau reional pada operasi mata! serta penananan dini keadaan spesi%k dan komplikasi pada operasi mata merupakan problem?problem +undamental klinis yan perlu di5aspadai dan dilakukan upaya pen*eahan dini.