KATA PENGANTAR
Segala puji syukur ke hadirat Allah SWT yang begitu banyak melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan referat yang berjudul “Epistaksis” ini. ini. Shal Shalaw awat at dan sala salam m bagi bagi Nabi Nabi Muha Muhamm mmad ad SAW SAW bese besert rtaa kelua keluarg rga, a, sahab sahabat at dan para para pengikutnya. pengikutnya. Dengan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini : 1. dr. Hj. Elfi H. Budiman Sp.M dan dr. H. Syahruddin H. Sp.M selaku pembimbing. 2. Orang tua, keluarga dan orang terdekat yang selalu mengiringi dan mendukung serta
selalu memberi semangat. 3. Nuri, Nuri, ka nafil nafila, a, ka nita nita dan ka raiha raihana na sebag sebagai ai Rekan Rekan-re -reka kan n dokte dokterr muda muda di
kepaniteraan mata RSUD Dr. Slamet Garut. 4. Perawat-perawat mata yang telah banyak membantu dan berbagi ilmu.
Semo Semoga ga refer referat at ini ini dapat dapat berm berman anfaa faatt bagi bagi penul penulis is priba pribadi di khusu khususn snya ya dan pemb pembaca aca umumnya. Akhirnya penulis mohon maaf bila terdapat banyak kekurangan dan sumbang saran membangun sangat penulis harapkan guna penyempurnaan isi referat ini.
Garut, juli 2012
Penulis
1
DAFTAR ISI
Kata pengantar............ pengantar.............................. ....................................... .......................................... ....................................... ...................................I .................I Daftar Daftar isi......................... isi............................................ ........................................ ........................................ ....................................... ...............................II ...........II I Pendahuluan.......... Pendahuluan............................. ........................................ ......................................... ....................................... ...................................... ...................3 3 II Efek anestesi anestesi pada mata .................................... ....................................................... ....................................... ...................................4 ...............4 II.1 mekanisme mekanisme kerja obat anastesi.............. anastesi................................... ........................................ ....................................... ....................4 4 II.2 fisiologi fisiologi tekanan intraokular....... intraokular.......................... ...................................... ........................................ ................................4 ...........4 II.3 efek obat – obat anestesi pada mata ........................................ ............................................................. ..........................5 .....5 III Jenis dan teknik anestesi lokal pada mata ........................................... ................................................................ ......................7 .7 III.1 anestesi anestesi topikal................. topikal.................................... ........................................ ........................................ .....................................7 ..................7 III.2 anestesi anestesi lokal untuk suntikan................ suntikan.................................. ....................................... ........................................ ....................8 .8 III.3 pemilihan pemilihan teknik anastesi anastesi lokal...................... lokal......................................... ........................................ ...............................10 ..........10 III.4 block nervus fascial.................... fascial...................................... ..................................... ........................................ ..............................10 .........10 III.5 retrobulbar retrobulbar anastesia.......... anastesia............................. ........................................ ........................................ ....................................1 .................13 3 IV Komplikasi Komplikasi anaestesi anaestesi pada mata...................... mata......................................... ........................................ .....................................1 ................15 5 V Penutup................... Penutup....................................... ....................................... ........................................ ........................................ ................................. ..............17 17 Daftar Daftar pustaka................... pustaka...................................... ....................................... ....................................... ........................................ ..............................18 .........18
TEKNIK LOKAL ANASTESI PADA MATA
2
I
PENDAHULUAN
Sensasi dari kelopak mata atas dan kening merupakan bagian pertama yang dipersarafi dipersarafi nervus trigeminus ( nervus cranial V). nervus ini juga mempersarafi konjunctiva bulbi atas dan kornea superior. Bagian kedua yang dipersarafi oleh nervus trigeminus ini adalah mensuplai input sensori kepada kelopak mata bawah dan sedikit bagian kornea inferior dan konjunctiva bulbi bagian bawah.(1) Anastesi adalah pengobatan yang menhilangkan sensasi rasa terutama nyeri. General anastesi biasa diberikan diberikan secara intravena atau inhalasi inhalasi untuk menginduksi menginduksi agar pasien tidak merasakan merasakan nyeri. Dalam oftalmologi, general anastesi jarang sekali digunakan. prosedur yang dikerjakan pada mata dan adneksanya merupakan pendekatan terbaik dengan variasi regional atau local anastesia. Anastesi Anastesi dapat diperoleh dengan memblocking nervus sensoris yang mempersarafi mempersarafi mata dan kulit kelopak serta jaringan sekitarnya. anastesi jenis ini biasa disebut dengan “block”. Local anastesi dapat juga dicapai dengan dalam jangka waktu yang lebih cepat dengan injeksi langsung pada jaringan, jaringan, tanpa memblocking memblocking nervus yang mempersarafi. mempersarafi. Sebagai tambahan, tambahan, karena permukaan permukaan mata mata lebih lebih banyak banyak terexpo terexpose se dengan dengan dunia dunia luar, luar, maka untuk memudah memudahkan kan dapat dapat dilakua dilakuakan kan (1) pemberian pemberian anastesi anastesi secara secara langsung dengan cara cara penggunaan penggunaan tetes mata. mata. Pembedahan Pembedahan mata merupakan merupakan tindakan yang unik dan menantang bagi ahli anastesi. Karena saat saat mela melakuk kukan an opera operasi si harus harus menga mengatu turr regul regulas asii tekan tekanan an intra intraok okule uler, r, pence pencega gahan han refl reflek ek okulocardiac okulocardiac dan penanganan penanganan terhadap terhadap konsekuensi konsekuensi pemberian anastesi anastesi tersebut. tersebut. Pengontrolan Pengontrolan perluasan perluasan gas intaokuler intaokuler dan penanganan penanganan untuk menantispasi menantispasi segala kemungkinan kemungkinan efek sistemik sistemik yang timbul dari penggunaan penggunaan obat-obatan obat-obatan anastesi mata. Pengetahuan tentang mekanisme dan penanganan penanganan masalah masalah tersebut tersebut tersebut tersebut dapat mempengaruhi mempengaruhi hasil pembedahan. pembedahan. Bagian ini juga mempertimbangkan teknik khusus dari anastesi umum dan regional dalam bedah mata. Tidak ada teknik anastesia local yang benar – benar bebas dari resiko sistemik serius. Factor – factor lain termasuk keadaan medis pasien, kecemasan, dan rasa sakit atau reaksi stress terhadap operasi.(2)
II EFEK ANESTESIA ANESTESIA PADA MATA
1. Mekan Mekanism ismee ker kerja ja anast anastesi esi 3
Semua obat anastesi bekerja dengan memblok transmisi impuls neural dari ujung saraf pada kulit kelopak, konjungtiva konjungtiva atau kornea ke dalam badan sel saraf dan kembali ke otak. otak. Secara Secara kimiawi kimiawi,, hal ini terjadi terjadi pengham penghambata batan n sodium sodium channel channel dan pencega pencegahan han depolar depolarisa isasi si nervus, nervus, oleh oleh karena karena itu, itu, terjadi terjadi penghamb penghambata atan n konduks konduksii impulse impulse secara secara (1) fisiologis. Tergantung dari formulasi anastesinya, onset kerja dan durasi dapat dikontrol . pertama pertama obat anastesi sangat cepat dimetabolism dimetabolisme, e, kerja jangka panjangnya dapat bertahan bertahan selama selama beberapa beberapa jam. jam. Durasi Durasi kerja kerja dari dari anastes anastesii local local tergant tergantung ung dari dari efek efek terhadap terhadap fisi fisiol olog ogis is obat obat ters terser erbut but.. Pada Pada kons konsent entra rasi si renda rendah, h, keban kebanyak yakan an obat obat anast anastes esii local local menyeba menyebabkan bkan vasokont vasokontrik riksi si pembul pembuluh uh darah. darah. Dalam Dalam konsent konsentras rasii dan volume volume tinggi tinggi kebalikannya, dapat terjadi dilatasi pembuluh darah. (1)
2. Fisiol Fisiolog ogii tekan tekanan an intra intraoc ocula ularr
Mata dapat ddianggap sebagai bola hampa dengan dinding yang kaku . jika isi dari bola mata meningkat, meningkat, tekanan intraocular intraocular ( normal 12-20 mmHg ) akan naik. Sebagai contoh, glaucoma disebabkan oleh sumbatan aliran humor aquos. Begitu juga tekanan intraocular akan naik jika volume darah dalam bola mata meningkat. Naiknya tekanan vena akan mening meningkatk katkan an tekanan tekanan intraocu intraocular lar oleh oleh penurun penurunan an aliran aliran aquos aquos dan peningka peningkatan tan volume darah koroid. Perubahan yang ekstrim dari tekanan darah arteri dan ventilasi ventilasi dapat meningkatkan tekanan intraokuler seperti laringoscopy, intubasi, sumbatan jalan napas, batuk, posisi posisi trendlenbur trendlenburg. g.(2) Hal lain peningkatan ukuran bola mata yang tidak proporsional mengubah volume isinya akan meningkatkan tekanan intraokuler. Penekanan pada mata dari sungkup nyang sempit, sempit, posisi posisi prone prone yang tidak tidak baik, baik, atau atau pendara pendarahan han retrobu retrobulbar lbar merupak merupakan an tanda tanda peningkatan peningkatan tekanan.(2) Tekanan intraocular membantu mempertahankan bentuk dan membangun optic dari mata. oleh karena itu Variasi temporer tekanan biasanya dapat ditoleransi dengan baik oleh mata normal. Dalam kenyataan berkedip menaikkan tekanan intraocular sebanyak 5 mmHg sampai dengan 26 mmHg. Episode transien peningkatan tekanan intraokuler pada pasien dengan tekanan arteri opthalmikus yang rendah. Hipotensi, arteriosklerotik arteri retina, bagaimanapun bagaimanapun dapat membahayakan membahayakan retina retina yang menyebabkan menyebabkan iskemia retina.(2) Pada saat bola bola mata mata dibuka dibuka selama selama prosedu prosedurr pembeda pembedahan han atau atau setela setelah h trauma trauma tembus, tekanan intraokuler dapat mendekati tekanan atmosfer. Beberapa factor secara normal meningkatkan ntekanan intraokuler akan menurun bila terjadi pengaliran aquos atau ekstruksi ekstruksi vitreus vitreus menembus menembus luka. Komolikasi lama yang serius menimbulkan menimbulkan kelainan (2) visus yang permanen. 4
3. Efek obat anastesi anastesi pada pada tekanan tekanan intraoc intraocular ular
Umumnya obat – obatnya anastesi lain dengan konsentrasi rendah tidak berefek pada tekanan intraokuler. intraokuler. Anastesi Anastesi inhalasi menurunkan menurunkan tekanan intraokuler intraokuler yang proposional proposional sesuai dalamnya dalamnya anastesi. anastesi. Penyebab penurunannya penurunannya multiple multiple antara lain : penurunan penurunan tekanan darah mengurangi mengurangi volume korodial, relaksasi relaksasi otot – otot ekstraokuler ekstraokuler menurun menurunkan kan tekanan tekanan dinding dinding bola bola mata mata , kontriks kontriksii pupil pupil memudah memudahkan kan aliran aliran aquos. aquos. Anastesi Anastesi intravena intravena juga dapat menurunkan menurunkan tekanan intraocular. intraocular. Mungkin Mungkin pengecualian pengecualian adalah adalah ketamin ketamin,, yang dapat dapat menaikka menaikkan n tekanan tekanan darah darah arteri arteri dan tidak tidak menyeba menyebabkan bkan relaksasi otot ekstraokuler. (2) Table 38-1 variabel efek jantung dan pernapasan pada tekanan intraocular
Variabel
Efek pada TIO
Tekanan vena sentral Meningkat
↑↑↑
Menurun
↓↓↓
Tekanan darah arteri Meningkat
↑
Menurun
↓
Pa CO2 Meningkat (hipoventilasi)
↑↑
Menurun (hiperventilasi)
↓↓
PaO2 Meningkat
O
Menurun
↑
Keterangan gambar : ↓ : menurun ( ringan, sedang, petanda ) ↑ : meningkat ( ringan, sedang, petanda ) 5
O : tidak ada efek
III JENIS DAN TEKNIK TEKNIK ANESTESI LOKAL LOKAL PADA MATA
1. Anast nastes esii topi topica call
Anast Anastes esii topic topical al berg berguna una untuk untuk sejum sejumla lah h pros prosed edur ur diag diagnos nosti ticc dan dan tera terape peti tik, k, termas termasuk uk tonomet tonometri, ri, pembuan pembuangan gan benda benda asing asing atau jahitan jahitan,, goniosk gonioskopi, opi, keroka kerokan n konjungtiva, dan tindakan bedah ringan pada kornea dan konjungtiva, dan test fungsi air mata juga menggunakan anastesi topical juga. Satu dua tetes biasanya sudha cukup, namun dosisnya dapat diulang selama tindakan berlangsung.(1) Proparacaine, tetracaine, dan benoxinate adalah obat anastesi yang paling umum digunakan. Untuk praktisnya dikatakan dikatakan bahwa obat ini memiliki potensi 6
anastetik yang ekuivalen. Larutan cocain 1-4% juga dapat dipakai sebagai anastesia topical. (3) Tetracaine banyak digunakan dalam anastesi topical dan dapat digunakan untuk penggunaan penggunaan tunggal baik dalam drop atau ampul. Propacaine Propacaine dan benoxinate benoxinate efektif untuk untuk ujung ujung saraf saraf kornea kornea melalui melalui pember pemberian ian topical topical.. Formul Formulaa terseb tersebut ut merupak merupakan an formulasi dengan tingkat osmotic yang tinggi dan memberikan rasa perih dan terbakr merupakan formulasi dengan tingkat osmotic yang tinggi, dan memberikan rasa perih dan terbakar saat diberikan. Kadang – kadang dilusi anastesi topical yang diimbangi dengan larutan garam dapat mengurangi perasaan tidak nnyaman ketika tetesan pertama diteteskan . drop anestesi topical tidak boleh diresepkan untuk penggunaan pasien dirumah.(4) 1.
Proparacaine hydrochloride (ophtaine, dll )
(3,4)
Sediaan : larutan 0,5 % sediaan kombinasi proparacain dan flourescen tersedia sebagai flouracaine. Dosis : 1 tetes dan diulangi bila perlu Mula dan lama kerja : anestesi ulai bekerja dalam 20 detik dan bertahan 10-15 menit Catatan : paling sering iritasinya diantara obat – obat mata topical
2.
Tetracaine hydrochloride ( pontocaine)
(3,4)
Sediaan : larutan 0,5 % dan salep 0,5 % Dosis : 1 tetes dan diulangi bila perlu Mula dan lama kerja : mulai bekerja dalam 1 menit dan bertahan selama 15 – 20 menit Catatan : nyeri saat diteteskan
3.
Benoxinate hydrochlodirde
(3,4)
Sediaan : larutan 0,4% 7
Dosis : 1 tetes dan diulangi bila perlu Mula dan lama kerja : mulai bekerja 1-2 menit dan bertahan selama 10 – 15 menit. Catat Catatan an : benox benoxina inate te 0,4 0,4 % dan flour floures escin cin dapat dapat dipak dipakai ai sebe sebelum lum tonom tonomet etri ri aplanasi.
2.
ANASTESI LOKAL UNTUK SUNTIKAN
Khususnya salah satu anastesi amida yang dikombinasikan dengan long-act ester anestes anestesii untuk untuk mendapat mendapatkan kan efek efek anastes anastesii sensor sensorik ik dan motorik motorik jangka jangka panjang. panjang. Campuran tersebut dapat disuntikan langsung ke dalam cone otot orbita , memblok nervus nervus mototik mototik dan sensor sensoris is mata. mata. Penyunti Penyuntikan kan anastes anastesii juga dapat dapat diberika diberikan n pada m.orbicularis ( van lint block ), ke dalam nervus ketujuh sebagaimana penyuntikan sebag sebagai aima mana na penyu penyun n tika tikan n ini ini meli melinta ntasi si tula tulang ng maxi maxill lla, a, untuk untuk memb memblo lok k nervu nervuss (O’bri (O’brien en blok) blok) atau atau langsung langsung dimasuk dimasukkan kan ke dalam dalam forame foramen n stylom stylomast astoid, oid, untuk untuk (1,3) memblok motorik otot wajah secara lengkap dari samping (Atkinson block ) Lidokain Lidokain,, procain procain,, mepivac mepivacain ain adalah adalah anestes anestesii local local yang umum umum dipakai dipakai untuk untuk dipakai operasi mata. Obat yang bekerja lebih lama seperti bupivacaine dan etidocaine sering dicampurkan dengan anestesi lain untuk memperpanjang kerja. Anastesi local sangat aman bila dipakai hati – hati. Namun dokter harus sadar akan potensi toksik sistemik bila terjadi penyerapan cepat dari tempat suntikan, pada kelebihan dosis atau tanpa sengaja suntikan intravena.(1) Penambahan hyalorunidase memudahkan penyebaran anastesi dan memperpendek onse onsett samp sampai ai 1 meni menit. t. Deng Dengan an alas alasan an ini, ini, hyal hyalor orun unid idas asee seri sering ng dipa dipaka kaii pada pada penyuntikan penyuntikan retrobulber retrobulber sebelum ekstrasi ekstrasi katarak. katarak. Sampai 4-5 cc, dapat disuntikkan disuntikkan dibelak dibelakang ang bola bola mata mata dengan dengan relati relative ve aman. aman. Anaste Anastesi si suntik suntik yang paling banyak banyak dipakai optalmolog optalmolog pada pasien tua, yang rentan terhadapa aritmia jantung. jantung. Karenanya Karenanya jangan pakai pakai epinefrin epinefrin dengan dengan konsenterasi konsenterasi melebihi melebihi 1 : 200.000. 200.000. (1) 1.
Lidocain hydrochloride (xylocaine)
(3)
Berkat kerjanya yang cepat dan lama (1-2 jam ), lidokain menjadi anastesi local yang paling sering dipakai. Anastesi ini dua kali lebih poten daripada prekain. Sampai 30cc larutan 1% tanpa epinefrin, dapat dipakai dengan aman. Pada operasi katarak, 15 – 20cc umumnya lebih cukup. Dosis maksimal yang aman adalah 4,5 mg/Kg tanpa epinefrin dan 7 mg/Kg dengan epinefrin.
8
2.
Procaine hydrochloride (novacaine)
(3,4)
Sediaan : larutan 1%, 2% dan 10% Dosis : kira – kira 50cc larutan 1% dapat disuntikkan tanpa menimbulkan efek sistemik. Dosis maksimal yang aman adalah 10 mg/Kg Lama kerja : 45 – 60 menit
3.
Bupivacaine hydrochloride (marcaine, sensorcaine)
(3,4)
Sediaan : larutan 0,25%, 0,5% dan 0,75% Dosis Dosis ; larutan larutan 0,75% 0,75% paling paling sering sering dipakai dipakai dalam dalam ophtalm ophtalmolog ologi. i. Dosis Dosis aman aman maksimu maksimum m untuk untuk dewasa dewasa adalah 250 mg dengan epinefrin epinefrin dan 200 mg tanpa tanpa epinefrin. epinefrin. Bupivacaine Bupivacaine sering dicampur dengan lidocain lidocain dengan perbandingan perbandingan 50 : 50 4.
Etiocaine hydrochloride (duranest)
(3,4)
Sediaan : larutan 1% dan 1,5 % Dosis : dosis maksimum yang aman adalah 4 mg/Kg tanpa epinefrin dan 5,5 mg/Kg dengan epinefrin. Obat ini sering dicampurkan dengan lidokain untuk anastesi local pada bedah bedah mata Mula dan lama kerja : mula kerja lebih lambat daripada lidocaine, namun lebih cepat dari pada bupivicaine. Lama kerja kira- kira dua kali lidocaine ( 4-8 jam ).
3.
PEMILIHAN TEKNIK ANASTESI LOKAL
Dalam memutuskan memutuskan pemilihan pemilihan tipe anastesi anastesi local yang digunakan digunakan ada beberapa hal yang dipertimbangkan. Diantaranya : 1. Fak Faktor tor pa pasien sien
Operasi katarak dengan anastesi local sangat dibutuhkan pasien yang kooperatif selama selama operasi. operasi. Jadi Jadi pasien pasien dengan dengan persia persiapan pan , kecemas kecemasan an dan kemamp kemampuanny uannyaa untuk untuk bekerja sama sama kesemuanya kesemuanya itu itu perlu perlu diperhitungkan. diperhitungkan. Lokal Lokal anastes anastesii merupak merupakan an prosedur prosedur pilihan untuk kebanyak kebanyakan an pasien pasien , bahkan bahkan mereka yang memiliki kelemahan pendengaran . kemampuan pasien untuk memaklumi 9
manipulasi disekitar mata tanpa blesparospasme seharusnya telah menjadi penilaian selama preoperative. preoperative. 2.
Faktor pembedahan
a. Tipe Tipe dan dan uku ukura ran n ins insis isii b. Resiko komplika komplikasi si c. Lamanya Lamanya operasi operasinya nya ( lamanya lamanya operasi operasi tidak tidak merupak merupakan an kontraind kontraindikas ikasii anastes anastesia ia local) d. Peng Pengal alam aman an oper operat ator or.. Rekomendasi tipe anastesia mengenai keputusan pembedahan harus mencakup tentang keputusan pemilihan tipe anastesi yang diindikasikan untuk tiap – tiap pasien. Hal ini bergantung bergantung pada aspek psikologi psikologi dan temuan klinis mengenai bola mata dan orbita, orbita, dan mengantisipasi kesulitan pembedahan. (5)
4.
BLOK NERVUS FASCIALIS
4.1
(4)
Teknik umum
a. Gunaka Gunakan n jar jarum um 25 G, 1,5 1,5 inc inch h b. Masukkan Masukkan sedikit jarum anastesi anastesi tradisional tradisional untuk memanipulasi memanipulasi jarum sedikit lebih sakit c. Arah jarum jarum mungkin dapat diubah tanpa mengeluarkan mengeluarkan jarum jarum dari kulit kulit d. Selalu Selalu inspirasi inspirasi sebelum sebelum menyunti menyuntikkan kkan anastesi anastesi untuk mencega mencegah h masukny masuknyaa obat secara intravena e. Masuk Masukkan kan lar larut utan an seju sejuml mlah ah 3-5 3-5 ml f. Sunt Suntik ikka kan n seca secara ra perl perlah ahan an g. Berikan Berikan tekanan tekanan diatas diatas tempat tempat suntikkan suntikkan untuk untuk menyebark menyebarkan an efek obat anastesi anastesi pada nervus nervus motoris motoris dan meminim meminimalisas alisasii pendarahan. pendarahan.
4.2
Teknik van lint klasik
a. Suntikkan jarum 1 cm dibelakang dibelakang pada margin lateral orbita inferior 10
b. Masukkan Masukkan sedikit ujung jarum jarum anastesi anastesi c. Jauhkan jarum dari tulang tulang dan dan suntukkan suntukkan kira – kira 0,5 ml anastesi anastesi d. Selanjut Selanjutnya, nya, masukkan masukkan horizon horizontal tal dan suntikka suntikkan n 1 – 2 ml subkuta subkutaneou neouss sepanjang sepanjang inferotemporal orbta sambil mengeluarkan jarum e. Sama suntikkan suntikkan superonasal superonasal dan suntikkan suntikkan sepanjang sepanjang supertempo supertemporal ral orbital orbital
Gambar 1. Teknik van lint
4.3
Teknik van lint modifikasi
a. Hindari Hindari pembe pembengka ngkakan kan kelopa kelopak k mata seca secara ra berleb berlebihan ihan b. Masukkan Masukkan jarum kira kira – kira kira 1 cm dari dari lateral lateral canthus canthus c. Masuk Masukka kan n sedik sedikit it uju ujung ng jar jarum um d.
Masukkan jarum ke dalam ruang subkutaneus superior dan suntikkan 1 – 2 ml sambil menarik jarum. Tapi jangan mengeluarkan jarum dari kulit.
e. Masukka Masukkan n jarum kedal kedalam am inferio inferiorr dan suntukka suntukkan n anastesi anastesi f. Kelu Keluar arka kan n jaru jarum m dari dari kul kulit it
4.4
Teknik O’Brien
a. Identif Identifikas ikasii prosces proscessus sus condylo condyloid id dari dari mandibua mandibuall b. Masukkan Masukkan jarum sampai sampai ke ke periosteum periosteum processus processus condyloid 11
c. Suntikka Suntikkan n kira kira – kira kira 2 ml larut larutan an anaste anastesi si d. Tarik Tarik jarum sampa sampaii bagian ujungny ujungnyaa lalu masukkan masukkan ke arah posteri posterior or dan anterior anterior dari arcus zygomaticus e. Sunti Suntikka kkan n lar larut utan an anas anaste tesi si f. Lalu Lalu jarum di arahkan arahkan ke bagian bagian inferio inferiorr sepanjang sepanjang tepi tepi posterior posterior ramus ramus mandib mandibula ula.. Dan suntikkan 1 -2 ml.
4.5
Teknik atkinson
a.
Masukkan jarum subkutaneous pada tepi inferior tulang zygomatic secara langsung di bawah rongga orbta
b.
Masukkan jarum menjelang arcus zygomaticus , arahkan kira – kira 300 diatas telinga
c. Suntikka Suntikkan n kira kira – kira kira 3-4 3-4 ml laruta larutan n anaste anastesi si
5. RETR RETROB OBUL ULBA BARIS RIS ANAS ANASTE TESI SI
a. Berikan Berikan anast anastesi esi topi topikal kal ( conto contoh h propara proparakain kain ) b. Gunakan spuit ukuran 25 G, 1,5 inci tumpulkan ujung jarum retrobulbar retrobulbar ( misal jarum atkinson ) untuk meminimalisasi kemungkinan perforasi menyeluruh c.
Perintahkan pasien menatap ke atas dan ke arah berlawanan dari arah suntikan
d. Palpa Palpasi si rong rongga ga orbit orbitaa infer inferio ior r e. Tempatk Tempatkan an jarum jarum prepe prependik ndikular ular melalui melalui kulit kulit f. Sunti Suntikka kkan n kira kira – kira kira 0,5 ml larut larutan an subkut subkutan an untuk untuk mengu mengurn rnag agii rasa rasa saki sakitt keti ketika ka septum orbita di suntikkan g. Suntikkan Suntikkan jarum lurus ke dalam ( sejajar sejajar dengan dsar dsar orbita orbita ), perforasi perforasi septum septum orbita orbita h.
Setelah septum diperforasi dn equator menyeluruh sudah terjadi ( kira – kira 1 cm jarum penetras penetrasii ), jarum supero nasal nasal pada kira kira – kira kira sudut 300
i.
Jarum Jarum disunti disuntikkan kkan menem menembus bus septum septum intr intramus amuskul kular ar dan masuk masuk ke otot otot
j.
Pindahkan jarum dari sisi ke sisi secara perlahan, lihat setiap gerakan dari mata secara menyelurh apakah sudah terjadi penetrasi 12
k. Aspirasi Aspirasi untuk untuk menyakinka menyakinkan n bahwa bahwa obat tidak masuk ke pembuluh pembuluh drah drah l.
Suntukka Suntukkan n secar secaraa perlaha perlahan n 3 – 4 ml ml larut larutan an anast anastesi esi
m. Pinda Pindahka hkan n jar jarum um n. Berikan Berikan tekanan tekanan untuk untuk mencegah mencegah pendarahan pendarahan dan untuk untuk menyebar menyebarkan kan anastesi. anastesi. o. Kompli plikas kasi : -
Pend Pendar arah ahaan retro etrobu bullbar bar
-
Oklu Oklusi si aret areter erii reti retina na sen sentr tral alis is
-
Inje Injeks ksii ana anast stes esii int intra rava vasc scul ular ar
-
Perf Perfor orasi asi mata mata deng dengan an jarum jarum retr retrobu obulb lbar ar
-
Depre Depresi si respi respira rasi si dan kardio kardiovas vascul cular ar
13
Gambar 2. Anastesia retrobulbar
Konta indikasi relative anatesi lokal
(5)
a. Pasien Pasien menolak menolak anatesi anatesi lokal lokal walaupun walaupun setelah setelah konseling konseling dan penjelas penjelasan an mengenai mengenai resiko resiko didalamnya b. Pasien dengan dengan kondisi kondisi kesehatan kesehatan yang buruk dan dan dengan posisi posisi tubuh tubuh yang terbatas terbatas c.
Pasien dengan riwayat sebelumnya memuliki reaksi buruk, alergi atau komplikasi lain terhadap anastesi lokal.
14
IV KOMPLIKASI ANASTESI PADA MATA
Kompli Komplikasi kasi anastett anastettik ik terutam terutamaa berkait berkaitan an dengan dengan tipe tipe anastes anastesia ia yang digunaka digunakan. n. Komplikas ini jarang terjadi pada anestesia topikal dan subtenon dan sering terjadi pada anestesia retrobulbar dan peri bulbar. Komplikasi yang dapat terjadi adalah : 1. Pendar Pendarah ahan an retro retrobul bulba barr
Hal ini dapat terjadi pada injeksi retrobulbar atau oeribulbar. Biasanya terdapat protopsis, protopsis, bola mata yang tegang, dan kesulitan kesulitan dalam membuka kelopak mata. Penatalaksanaan yang dapat dilakukan adalah pemijatandengan tangan sesegera mungkin selama 15 – 20 menit. Hal ini akan menghentikan pendarahan . periksa tekanan intra okular denga dengan n palpas palpasii kemud kemudian ian oper operas asii dapat dapat dila dilakuk kukan an . tekan tekanan an intra intraoku okula larr dapat dapat juga juga diturunkan dengan kantotomi lateral. Jika TIO tidak dpat dilakukan maka pembedahan di tunda dan di berikan obat – obat anti glaukoma.(5,6) 2. Perf Perfor oras asii bol bola a mat mata a
Komplikasi ini sering ditemui selama atau dengan injeksi retrobulbar. Terkadang dapat ditemukan juga kerusakan nervus optikus. Untuk menghindari komplikasi ini maka sebaiknya anastesia peribulbar dilakukan dengan jarum pendek. Diagnosis dini perforasi bola mata sangatlah sangatlah penting. Biasanya Biasanya terdiagnosis terdiagnosis dengan hipotoni mendadak. mendadak. Penatal Penatalaksa aksanaan naan dengan dengan evalua evaluasi si mata mata yang lengkap lengkap untuk untuk mencar mencarii tempat tempat perfora perforasi. si. Lokasi perforasi ini biasanya ditutup dengan krioterapi. Evaluasi perifer untuk mengecek status retina jika terjadi break atau ablasio pada retina maka haru s ditatalaksana dengan tepat. (5,6) 3. Pendar Pendarah ahan an subko subkonju njung ngtiv tiva a
Keadaan ini biasanya didapatkan dengan anastesia peribulbar subtenon dan injeksi retrobulbar. retrobulbar. Untuk membedakannya dengan perdarahan perdarahan retrobulbar, retrobulbar, warnanya merahsegar merahsegar (5,6) dan TIO normal. 4. Kemosis
Diat Diatas asii deng dengan an memb membua uatt insi insisi si subk subkon onju junc ncti tiva va dan dan drai draina nase se cair cairan an dari dari pembengkakan. pembengkakan.(5,6)
5. Komp Komplik likasi asi terh terhada adap p nerv nervus us VII VII
15
Blok Blok terha terhada dap p nervu nervuss fasc fascia iall prox proxim imal al mungk mungkin in menye menyebab babkan kan disf disfag agia ia atau atau mungkin obstruksi respirasi dan menyebar ke glossofaringeal, vagus dan nervus accesory spinal. (5,6) 6. Alergi
Alergi terhdapa anastesi dan hualoronidase sangatlah jarang. (5,6) 7. Oc Ocul uloc ocar ardi diac ac refl reflex ex
Kejadian ini sangat jarag terjadi, hal ini disebabkan karena terjadi reaksi vasovagal. (5,6)
V
PENUTUP 16
Penggunaan anestesi lokal ditujukan untuk menghilangkan sensasi nyeri pada saat operasi mata. Dalam pengerjaannnya seorang anastesi diharuskan mengatur regulasi tekanan intraokuler, pencegahan pencegahan reflek okulocardiac okulocardiac dan penanganan penanganan terhadap konsekuensi konsekuensi pemberian pemberian anastesi anastesi tersebu tersebut. t. Pengont Pengontrola rolan n perluasa perluasan n gas intaoku intaokuler ler dan penangan penanganan an untuk untuk menanti menantispas spasii segala segala (1) kemungkinan efek sistemik yang timbul dari penggunaan obat-obatan anastesi mata. Obat anastesi pada anastesi lokal mata bekerja dengan cara memblok transmisi impuls neural dari ujung saraf pada kulit kelopak, konjungtiva atau kornea ke dalam badan sel saraf dan kembali ke otak. Secara kimiawi, hal ini terjadi penghambatan sodium channel dan pencegahan depolarisasi nervus, oleh karena itu, terjadi penghambatan konduksi impulse secara fisiologis.(2) Pada pemakaian anastesi lokal pada mata ada beberapa teknik yang bisa dipilih mulai dari teknik topikal yang biasa dipakai pada pembedahan minor samapai teknik retrobulbaris yang digunakan untuk operasi dalam skala yang lebih besar.(3) Layaknya semua operasi operasi walaupun memakai memakai teknik lokal masih masih memiliki memiliki efek samping. Terutama pada pemakaian teknik retrobulbar dan subtenon. Efek samping yang bisa timbul adalah pendarahan pendarahan retrobulbar retrobulbar yang dikhawatirkan dikhawatirkan dapat memicu memicu terjadinya terjadinya peningkatan TIO yang akan (5,6) berakhir dengan terjadinya terjadinya glaukoma. glaukoma.
DAFTAR PUSTAKA
17
1. Duva Duvall ll bria brian, n, kers kershne hnerr robe robert rt.. Anes Anesth thet ethi hic. c. Dala Dalam m opth opthal almi micc medi mediva vati tion onss and and pharmacology pharmacology second second edition edition SLACK SLACK incorporated incorporated 2. Morg Morgan an g. Edwa Edward rd jr, jr, mikha mikhail il mage maged d s. Anest Anesthe hesia sia for opthal opthalmi micc surg surger ery. y. Dala Dalam m clinical anestheshioloogy second edition. Prentince-hal international, inc. United state of america 1996. Hal 656 – 659 3.
Vaughan D.G, asbury T, riordan – eva P. Obat = obat mata yang biasa dipakai. Dalam oftalmologi umum edisi 14. Ilustrasi laurael V.S. Alih bahasa Jan tambajong, bram U pendit. Editor Editor Y, Y, joao suyono, suyono, penerbit penerbit widya widya medika. medika. Jakarta Jakarta 2000. Hal Hal 64 – 65
4. Hershoeter Hershoeter s. Opthalmi Opthalmicc anesthesia. anesthesia. Dalam Dalam opthalmic opthalmic surgical surgical procedurs, procedurs, little, little, brown brown and compan. Boston /toronto 1998. Hal 15 – 22 5.
http://www.rcoa.ac.uk/docs/RCARCOGuidelines.pdf
6.
http://www.anesthesia-analgesia.org/cgi/reprint/yudapratiwi3.pdf
18