ANALISIS PRODUK BEAR BRAND
Ellsye Maria Panggabean 11/317864/SP/24750 Sisiana Noer Pradita
11/319892/SP/24919
Khansa Afifah
11/317674/SP/24657
Hana Ivana
11/312240/SP/24515
Kumala Maharani 11/320233/SP/24953 Yudystira Surya Pradana 11/319867/SP/24917 Sekar Bestari Angga Puspa Wardani
11/318036/SP/24891 11/31777/SP/24665
Primananda Adi Kusuma 08/270518/SP/23100
BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Dewasa ini, berbagai macam produk minuman susu banyak bermunculan di pasarankarena semakin tumbuhnya kesadaran masyarakat akan pentingnya mengonsumsi susu. Kini, minum susu tidak lagi identik dengan anak-anak yang masih dalam masa pertumbuhan tetapi sudah menjadi gaya hidup bagi semua kalangan. Sebagian masyarakat percaya bahwa susu mengandung nutrisi yang baik untuk kesehatan tubuh. Susu mengandung kalsium yang berfungsi untuk memperkuat tulang dan gigi. Mengomsumsi susu secara teratur dan dalam jangka panjang dapat mencegah osteoporosis. Susu mampu menyediakan asupan gizi lengkap yang dibutuhkan manusia setiap hari. Seiring perkembangan zaman, minuman susu dalam kemasan menjadi prioritas konsumenkarena gaya hidup mereka yang semakin menuntut kepraktisan. Bila dahulu orang rela meluangkan waktu untuk menyeduh air dan mengaduk susu dalam gelas, kini sebagian orang lebih memilih untuk membeli susu dalam kemasan yang lebih praktis dan steril. Bear Brand yang diproduksi oleh PT. Nestle Indonesia merupakan produk susu dalam kemasan yang terbuat dari 100% susu murni berkualitas tinggi tanpa bahan pengawet yang telah mengalami proses sterilisasi. Kemurnian susu Bear Brand dipercaya dapat membantu kesehatan dan proses pemulihan tubuh. Bear Brand mengandung seluruh kebaikan susu dan nutrisi serta tidak mengandung gula. Berdasarkan kandungan yang dimilikinya, Bear Brand tidak hanya memposisikan diri sebagai produk minuman susu dalam kemasan tetapi juga sebagai minuman kesehatan. Oleh karena itu, peneliti bermaksud untuk melakukan riset terkait positioning product yang diambil Bear Brand. Peneliti akan melakukan riset di kota Yogyakarta karena kota tersebut dianggap mampu merepresentasikan target pasar dari produk susu Bear Brand. Sehubungan dengan uraian di atas, peneliti akan melakukan riset dengan judul “ANALISIS PRODUK MINUMAN SUSU BEAR BRAND”.
B. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui dan menganalisis product positioning dan consumer insight dari produk minuman susu steril Bear Brand pada masyarakat kota Yogyakarta pada khususnya. Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah untuk : 1. Untuk menjadi bahan pertimbangan dan referensi untuk berbagai kepentingan baik itu penelitian maupun hal lain yang memiliki kaitan dengan produk susu steril Bear Brand ataupun yang berhubungan dengan proses penentuan positioning dari suatu produk.
Bab II Landasan Teori 2.1. Pengertian Produk 2.1.1. Definisi Produk Produk menurut Kotler dan Amstrong (1996:274) adalah: “A product as anything that can be offered to a market for attention, acquisition, use or consumption and that might satisfy a want or need”. Artinya produk adalah segala sesuatu yang ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli, dipergunakan dan yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan konsumen. Menurut (Stanton, (1996:222) dalam Yeli Yunita, 2008) “A product is asset of tangible and intangible attributes, including packaging, color, price quality and brand plus the services and reputation of the seller”. Artinya suatu produk adalah kumpulan dari atribut-atribut yang nyata maupun tidak nyata, termasuk di dalamnya kemasan, warna, harga, kualitas dan merk ditambah dengan jasa dan reputasi penjualannya. Menurut Tjiptono (1999:95) secara konseptual produk adalah pemahaman subyektif dari produsen atas “sesuatu” yang bisa ditawarkan sebagai usaha untuk mencapai tujuan organisasi melalui pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen, sesuai dengan kompetensi dan kapasitas organisasi serta daya beli. Dari berbagai faktor yang diperhatikan perusahaan dalam menyusun strategi produk tingkat produk individual, tiga diantaranya perlu mendapat perhatian khusus. Ketiga faktor tersebut adalah atribut produk, penggunaan merek dagang, dan kemasan. Sebagian besar perusahaan menghasilkan lebih dari satu seri produk. Tiap seri produk seringkali terdiri lebih dari satu jenis produk sayangnya tidak semua seri dan jenis produk memberikan sumbangan hasil penjualan dan keuntungan yang sama. Oleh karena itu, pengelolaan tiap seri dan jenis produk juga tidak sama. Kapasitas produk menyumbang keuntungan ditentukan olehjumlah satuan produk yang terjual tiap masa tertentu dan besarnya contribution margin. Contribution margin adalah selisih antara harga jual per satuan produk dan biaya variable nya. Karena berbagai macam alasan perusahaan dapat memutuskan memperluas usaha bisnisnya. Upaya perluasan bisnis tersebut dapt dilakukan dengan memproduksi produk baru dengan mutu, bentuk, ukuran dan harga yang lebih rendah dari produk lama. Strategi menambah jenis produk baru seperti ini disebut downward stretching yaitu memproduksi produk yang mutu, bentuk dan
harganya lebih tinggi dari produk lama. Di samping itu perusahaan juga dapat memperluas usahanya dengan jalan product line-filling, yaitu menambah jenis produk baru pada seri-seri produk yang sudah berjalan . Hal lain yang wajib diperhatikan perusahaan dalam menyusun produk adalah adanya kenyataan bahwa setiap jenis produk mempunyai siklus kehidupan yang terdiri dari empat tahap. Keempat, tahap pertumbuhan, tahap kematangan dan tahap penurunan. Masing-masing tahap siklus kehidupan produk memerlukan strategi pemasaran yang berbeda 2.1.1.1. Tingkat Produk Lima Tingkatan Produk Menurut (Kotler (2003:408) dalam Yeli Yunita, 2008) ada lima tingkatan produk, yaitu core benefit, basic product, expected product, augmented product dan potential product. Penjelasan tentang kelima tingkatan produk adalah: a. Core benefit (namely the fundamental service of benefit that costumer really buying) yaitu manfaat dasar dari suatu produk yag ditawarkan kepada konsumen. b. Basic product (namely a basic version of the product) yaitu bentuk dasar dari suatu produk yang dapat dirasakan oleh panca indra. c. Expected product (namely a set of attributes and conditions that the buyers normally expect and agree to when they purchase this product) yaitu serangkaian atribut-atribut produk dan kondisi-kondisi yang diharapkan oleh pembeli pada saat membeli suatu produk. d. Augmented product (namely that one includes additional service and benefit that distinguish the company’s offer from competitor’s offer) yaitu sesuatu yang membedakan antara produk yang ditawarkan oleh badan usaha dengan produk yang ditawarkan oleh pesaing. e. Potential product (namely all of the argumentations and transformations that this product that ultimately undergo in the future) yaitu semua argumentasi dan perubahan bentuk yang dialami oleh suatu produk dimasa datang. 2.1.1.2. Klasifikasi Produk Klasifikasi Produk Banyak klasifikasi suatu produk yang dikemukakan ahli pemasaran, diantaranya pendapat yang dikemukakan oleh Kotler. Menurut Kotler (2002,451), produk dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok, yaitu: 1. Berdasarkan wujudnya, produk dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok utama, yaitu:
a. Barang, merupakan produk yang berwujud fisik, sehingga bisa dilihat, diraba atau disentuh, dirasa, dipegang, disimpan, dipindahkan, dan perlakuan fisik lainnya. b. Jasa, merupakan aktivitas, manfaat atau kepuasan yang ditawarkan untuk dijual (dikonsumsi pihak lain). Seperti halnya bengkel reparasi, salon kecantikan, hotel dan sebagainya. 2. Berdasarkan aspek daya tahannya produk dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: a. Barang tidak tahan lama (nondurable goods): Barang tidak tahan lama adalah barang berwujud yang biasanya habis dikonsumsi dalam satu atau beberapa kali pemakaian. Dengan kata lain, umur ekonomisnya dalam kondisi pemakaian normal kurang dari satu tahun. Contohnya: sabun, pasta gigi, minuman kaleng dan sebagainya. b. Barang tahan lama (durable goods): Barang tahan lama merupakan barang berwujud yang biasanya bisa bertahan lama dengan banyak pemakaian (umur ekonomisnya untuk pemakaian normal adalah satu tahun lebih). Contohnya lemari es, mesin cuci, pakaian dan lain-lain. 3. Berdasarkan tujuan konsumsi yaitu didasarkan pada siapa konsumennya dan untuk apa produk itu dikonsumsi, maka produk diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: a. Barang konsumsi (consumer’s goods) Barang konsumsi merupakan suatu produk yang langsung dapat dikonsumsi tanpa melalui pemrosesan lebih lanjut untuk memperoleh manfaat dari produk tersebut. b. Barang industri (industrial’s goods) Barang industri merupakan suatu jenis produk yang masih memerlukan pemrosesan lebih lanjut untuk mendapatkan suatu manfaat tertentu. Biasanya hasil pemrosesan dari barang industri diperjual belikan kembali. Menurut Kotler (2002, 451), ”barang konsumen adalah barang yang dikonsumsi untuk kepentingan konsumen akhir sendiri (individu dan rumah tangga), bukan untuk tujuan bisnis”. Pada umumnya barang konsumen dibedakan menjadi empat jenis: a. Convenience goods: Merupakan barang yang pada umumnya memiliki frekuensi pembelian tinggi (sering dibeli), dibutuhkan dalam waktu segera, dan hanya memerlukan usaha yang minimum (sangat kecil) dalam pembandingan dan pembeliannya. Contohnya antara lain produk tembakau, sabun, surat kabar, dan sebagainya.
b. Shopping goods: Barang-barang yang dalam proses pemilihan dan pembeliannya di bandingkan oleh konsumen diantara berbagai alternatif yang tersedia. Contohnya alat-alat rumah tangga, pakaian, furniture, mobil bekas dan lainnya. c. Specialty goods: Barang-barang yang memiliki karakteristik dan/atau identifikasi merek yang unik dimana sekelompok konsumen bersedia melakukan usaha khusus untuk membelinya. Misalnya mobil Lamborghini, pakaian rancangan orang terkenal, kamera Nikon dan sebagainya. d. Unsought goods: Merupakan barang-barang yang tidak diketahui konsumen atau kalaupun sudah diketahui, tetapi pada umumnya belum terpikirkan untuk membelinya. Contohnya asuransi jiwa, ensiklopedia, tanah kuburan dan sebagainya. 2.2. Consumer Behavior Theory Pengambilan keputusan oleh konsumen sudah lama menjadi perhatian banyak peneliti. Konsumen dipandang sebagai pembuat keputusan yang rasional yang hanya mempedulikan kepentingan dirinya sendiri. Pandangan tersebut merupakan pandangan klasik, sering disebut dengan ‘rational economic man’ (Zinkhan 1992). Sedangkan pada riset kontemporer, keputusan pembelian memiliki berbagai faktor, yaitu: kesadaran terhadap kebutuhan (need recognition), informasi yang diketahui (information search), evaluasi terhadap alternatif (evaluation of alternatives), pembentukan niat pembelian (the building of purchase intention), tindakan pembelian (act of purchasing), konsumsi (consumption), dan yang terakhir adalah pembuangan (disposal). Beberapa tokoh menyatakan hal serupa terhadap faktor faktor kontemporer tersebut: “consumer behaviour is the study of the processes involved when individuals or groups select, purchase, use or dispose of products, services, ideas or experiences to satisfy needs and desires.” (Solomon, Bamossy et al. 2006, hal. 6) “the behavior that consumers display in searching for, purchasing, using, evaluating, and disposing of products and services that they expect will satisfy their needs” (p.3). (Schiffman and Kanuk 2007, hal. 3) Di dalam teori ini, ada lima model dan pendekatan yaitu Economic Man, Psychodynamic , Behaviorist, Cognitive, dan Humanistic. Kelima pendekatan tersebut berdasarkan pada berbagai macam model karakteristik manusia dan menekankan pada berbagai variabel berbeda (Foxall 1990).
2.2.1 Economic Man Pendekatan ini merupakan pendekatan klasik yang menyatakan bahwa manusia seluruhnya adalah makhluk yang rasional dan mementingkan kepentingannya sendiri. Manusia mengambil keputusan dengan pertimbangan untuk mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin dengan pengorbanan seminimal mungkin. Untuk mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin dengan pengorbanan seminimal mungkin, manusia harus tahu semua pilihan konsumsi yang ada. Namun, langkah seperti itu dianggap tidak realistis karena manusia masih jarang mendapatkan informasi yang lengkap tentang seluruh produk, motivasi dan waktu untuk membuat keputusan yang sempurna. Lebih lanjut, manusia dianggap sebagai makhluk yang mementingkan mencari kepuasan daripada mendapatkan pilihan dengan hasil optimal (Simons, Herbert. Satisficing Theory, 1997). 2.2.2. Psychodynamic Pendekatan ini berdasarkan pada pandangan bahwa perilaku adalah subyek terkait dengan pengaruh biologis yang dipengaruhi melalui “paksaan naluri” (instinctive force). Pada intinya, pendekatan ini menekankan bahwa perilaku lebih bayak ditentukan oleh dorongan biologi dan bukan kesadaran individua atau stimuli dari lingkungan. 2.2.3. Behaviorist Berbeda dengan pendekatan Psychoacademic, pendekatan behaviorist menyatakan bahwa perilaku manusia dapat dijelaskan melalui kejadian kejadian yang ada di luar dirinya. 2.2.4. Cognitive Pendekatan ini menyatakan bahwa perilaku manusia disebabkan oleh kesadaran intrapersonalnya sendiri. Individu dilihat sebagai pengolah informasi (information processor) (Ribeaux and Poppleton 1978). Hal ini sangat bertentangan dengan pendekatan behaviorist. Walaupun begitu, peran lingkungan dan pengalaman sosial dimana konsumen secara aktif mencari dan menerima stimuli linkungan dan sosial merupakan input yang informatif untuk menambah keputusan pembelian dari dalam (Stewart, 1994).
Stimulu Organis s me Model Stimulus-Organism-Response pemilihan keputusan
Respon dari pendekatan
cognitive 2.2.5. Humanistic “It is the study of the volitional stages of decision making that has received the most productive theoretical effort,” (Nataraajan and Bagozzi identified, 1999) Pendekatan ini merupakan tahapan contoh langsung dari pengambilan keputusan yang paling produktif dari usaha usaha teoritis yang telah ada. Pendekatan ini memiliki satu teori dasar untuk lebih mudah memahaminya yaitu Theory of Trying: Teori ini menyatakan bahwa konsumen lebih memilih untuk memiliki tujuan akhir/objektif dari perilaku mereka dalam berbagai situasi (behavioral goals) dibandingkan dengan niatan dari perilaku mereka (behavioral intentions). Mereka juga harus mengeluarkan usaha dan melakukan pekerjaan tertentu untuk memenuhi tujuan akhir/objektif tersebut (Bagozzi, 2002). Teori ini paling banyak digunakan untuk mempelajari keputusan keputusan yang terkait dengan kesehatan dan hanya sedikit digunakan untuk keputusan keputusan yang terkait dengan perdagangan eceran. Beberapa bagian dalam teori ini bersifat empiris, tetapi juga tidak dapat dipungkiri bahwa beberapa variabel juga tidak memberikan pengaruh signifikan dalam percobaan (Bay and Daniel, 2003).
Bab III Metode Penelitian
Metodologi Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode kualitatif memperlakukan data sebagai sesuatu yang bermakna secara intrinsik. Dengan demikian, data yang ada dalam penelitian kualitatif bersifat “lunak”, tidak sempurna, imaterial, kadangkala kabur dan seorang peneliti kualitatif tidak akan pernah mampu mengungkapkan semuanya secara sempurna. Namun demikian, data yang ada dalam penelitian kualitatif bersifat empiris, terdiri dari dokumentasi ragam peristiwa, rekaman setiap ucapan, kata dan gestures dari objek kajian, tingkah laku yang spesifik, dokumen-dokumen tertulis, serta berbagai imaji visual yang ada dalam sebuah fenomena sosial (Neuman,1997: 328). Peneliti menggunakan metode observasi langsung. Observasi langsung biasanya melibatkan seorang peneliti kualitatif langsung dalan setting sosial. Ia mengamati, secara lebih kurang “terbuka”, di dalam aneka ragam keanggotaan dari peranan-peranan subjek yang ditelitinya (Gubrium et.al., 1992: 1577). Penggunaan metode ini dirasa sangat cocok untuk digunakan dalam menganalisis produk Bear Brand secara langsung di dalam setting sosial konsumennya. 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini berlokasi di Daerah Istimewa Yogyakarta. 2. Teknik Pengumpulan Data Peniliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara wawancara dan Focus Group Discussion (FGD). 2.1 Wawancara Alasan peneliti menggunakan wawancara untuk mendapatkan data karena wawancara melibatkan peneliti untuk mendapatkan data secara oral langsung kepada informan. Selain secara oral peneliti juga dapat memperoleh data dengan teks dari informan melalui internet sehingga dapat menghemat waktu dan biaya. Dekade ini wawancara juga dinilai lebih efektif dengan adanya media elektronik seperti telepon genggam, sehingga memungkinkan peneliti melakukan wawancara via telepon.
Dalam wawancara peneliti juga dapat merencanakan pertanyaan yang sesuai dengan kebutuhannya untuk mendapatkan data yang sesuai. Pertanyaan yang diajukan dapat digunakan sebagai acuan untuk selanjutnya mendalami lagi obyek yang diteliti. 2.2 Focus Group Discussion (FGD) FGD secara sederhana dapat didefinisikan sebagai suatu diskusi yang dilakukan secara sistematis dan terarah mengenai suatu isu atau masalah tertentu. Irwanto (2006: 1-2) mendefinisikan FGD adalah suatu proses pengumpulan data dan informasi yang sistematis mengenai suatu permasalahan tertentu yang sangat spesifik melalui diskusi kelompok. FGD memungkinkan peneliti dan informan berdiskusi intensif dan tidak kaku dalam membahas isu-isu yang sangat spesifik. FGD juga memungkinkan
peneliti mengumpulkan informasi secara cepat dan
konstruktif dari peserta yang memiliki latar belakang berbeda-beda. Di samping itu, dinamika kelompok yang terjadi selama berlangsungnya proses diskusi seringkali memberikan informasi yang penting, menarik, bahkan kadang tidak terduga. Di luar fungsinya sebagai metode penelitian ilmiah, Krueger & Casey (2000: 12-18) menyebutkan, FGD pada dasarnya juga dapat digunakan dalam berbagai ranah dan tujuan, misalnya (1) pengambilan keputusan, (2) needs assesment, (3) pengembangan produk atau program, (4) mengetahui kepuasan pelanggan, dan sebagainya. 3. Teknik Analisis Data Analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini menggunakan beberapa strategi dan langkah. Secara umum, analisis data berpegang pada konsepsi analisis data yang merupakan proses mengatur urutan data, mengorganisasikanya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar (Patton, 1980: 268 dalam Moleong, 2004). Dapat diartikan, analisis data adalah sebuah proses pengorganisasian data yang bertujuan menemukan tema dan hipotesis kerja yang akhirnya diangkat menjadi teori substantif1. 1Moleong, 2004: 103
Berdasarkan data yang terkumpul selanjutnya diolah dan dianalsis dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. b. c. d.
Mengorganisir data. Membaca keseluruhan informasi dan pengkodean. Membuat uraian terperinci mengenai kasus dan konteksnya. Peneliti menetapkan pola dan mencari hubungan antara beberapa
kategori. e. Selanjutnya peneliti melakukan interpretasi dan mengembangkan generalisasi natural dari kasus baik untuk peneliti maupun untuk penerapannya pada kasus yang lain. f. Menyajikan secara naratif.2 A. Limitasi Penelitian Penelitian ini memiliki batasan-batasan dalam membahas permasalahan yang diteliti. Batasan-batasan ini digunakan untuk memberikan “pagar” bahasan agar tidak melebar dan tetap fokus pada kajian yang diteliti. Batasan-batasan itu yaitu, peneliti hanya membahas produk Bear Brand serta analisisnya pada konsumen. Penelitian ini tidak dilakukan diluar lingkup DIY. Penelitian difokuskan pada mahasiswa usia 20-25 tahun .
Hasil Focus Group Discussion Group A
2http://www.penalaran-unm.org/index.php/artikel-nalar/penelitian/116metode-penelitian-kualitatif.html diunduh pada 17 Juni pukul 22:43 WIB.
Jumlah Responden : 7 orang Lokasi FGD : Kantin Fisipol UGM Waktu Pelaksanaan : 17.00-18.30 WIB Identitas Responden : Nama Usia Jurusan dan Universitas Nawang 20 Tahun Komunikasi UGM Wiwik 20 Tahun Komunikasi UGM Ivan 19 Tahun FEB UGM Nadya Arda Aldi Cya
18 Tahun 19 Tahun 20 Tahun 20 Tahun
FEB UGM Komunikasi UGM Manajemen Atmajaya Manajemen Atmajaya
Aktivitas Sehari-hari Kuliah, Bermain Kuliah, Organisasi, Bermain Kuliah, Organisasi, Ibadah, UKM Kuliah, Organisasi, Bermain Kuliah, Organisasi, Pengajian Kuliah, Organisasi, Bermain Kuliah, Organisasi, UKM
Hasil FGD : 1. Menurut Anda bagaimana rasa susu Bear Brand? Nawan Enak g Wiwik Murni, tidak membuat enek Ivan Rasanya plain Nadya Enak dan gurih Arda Murni dan susu banget Aldi Tidak amis seperti susu lainnya Cya Lebih terasa susu aslinya 2. Bagaimana aroma dari susu Bear Brand? Nawan Biasa saja g Wiwik Tidak membuat enek Ivan Tidak amis Nadya Tidak amis Arda Susu banget Aldi Tidak amis Cya Enak 3. Menurut Anda bagaimana kemasan susu Bear Brand? Menarik atau tidak? Adakah saran untuk kemasan Bear Brand? Nawan g Wiwik Ivan Nadya
Kemasan Bear Brand original biasa saja, tetapi yang premium Gold itu lucu Biasa saja, tapi lebih baik daripada susu kemasan kardus Biasa saja Kurang suka, karena tidak go green
Arda Aldi Cya
Biasa saja Biasa saja Biasa saja
4. Menurut Anda Bagaimana logo susu Bear Brand? Apakah sudah merepresentasikan Bear Brand? Nawan g Wiwik Ivan Nadya Arda Aldi Cya
Kayak susu dari beruang beneran Kesannya kayak bukan susu sapi Kayak susu beruang Sudah Kayak susu beruang Pertama kali tau, ngiranya susu beruang beneran Kalo menurutku tidak seperti susu beruang, karena aku sudah tahu dari awal kalau itu susu sapi
5. Menurut Anda bagaimana merk susu Bear Brand? Apakah sudah merepesentasikan Bear Brand? Nawan g Wiwik Ivan Nadya Arda Aldi Cya
Sudah Sudah Sudah Sudah Sudah Sudah Sudah
6. Apakah manfaat yang paling Anda rasakan dari susu Bear Brand? Ceritakan pengalaman Anda Nawan g Wiwik Ivan Nadya Arda Aldi Cya
Kalau minum susu Bear Brand rasanya jadi lebih kenyang Kalau sesudah minum susu Bear Brand melancarkan buang air besar Kalau aku minum susu Bear Brand buat jadi temen begadang, karena aku merasa susu Bear Brand lebih efektif daripada kopi Untuk meningkatkan antibodi aku Biasa saja, tapi temenku ada yang habis muntah-muntah terus minum Bear Brand langsung jadi lebih sehat Kalau aku buat kesehatan Biasanya kalau lagi mau sakit aku langsung minum susu Bear Brand
7. Menurut Anda aspek apa saja yang perlu ditingkatkan dari Bear Brand? Dan apa yang menurut adan sudah baik dan tidak perlu mengalami perubahan? Nawan g Wiwik Ivan Nadya Arda Aldi Cya
Variasi rasanya kalau bisa ditambah, kan udah ada malt sama tea kalau bisa ditambahin rasa-rasa lain yang belum ada di susu lainnya. Logonya dibuat lebih eyecatching saja Dibuatin yang family pack, jadi bisa diminum beramai-ramai sama keluarga Kalau bisa dibuat kemasan yang kardus juga supaya lebih ramah lingkungan daripada kaleng. Sudah bagus Kalau bisa dibuat family pack juga Kalau bisa dibuat yang kemasan lebih besar, seperti Aqua yang punya berbagai ukuran kemasan
8. Menurut anda apa saja keunggulan Bear Brand? Nawan g Wiwik Ivan Nadya Arda Aldi Cya
Rasanya yang berbeda Segar dan enak di badan Khasiatnya Bagus untuk kesehatan Tidak menggunakan perasa dan pengawet Kemasannya menarik Baik untuk menyembuhkan penyakit dan meningkatkan daya tahan tubuh
9. Menurut anda apa saja kekurangan Bear Brand? Nawan g Wiwik Ivan Nadya Arda Aldi Cya
Harganya mahal Harganya mahal Ukurannya kurang besar Mahal Biasa saja Harganya Kurang besar
10. Apakah anda tau kandungan apa saja yang dimiliki Bear Brand Nawan g Wiwik Ivan
Tidak Tidak Tidak
Nadya Arda Aldi Cya
Tidak Tidak Tidak Tidak
11. Satu kata yang menggambarkan Bear Brand Nawan g Wiwik Ivan Nadya Arda Aldi Cya
Enak Sehat Menyegarkan Susu Cool Netral Kental
12. Bear Brand termasuk produk yang seperti apa sih di masyarakat? Nawan g Wiwik Ivan Nadya Arda Aldi Cya
Mahal Yang tahu cuma masyarakat tertentu saja Untuk kalangan menengah keatas, karena harganya mahal Untuk menengah keatas Mahal Untuk kesehatan Prestigious
13. Bear Brand berada di posisi dan skala prioritas mana ketika kamu membeli susu? Nawan g Wiwik Ivan Nadya Arda Aldi Cya
Kedua, pertama Milo kedua baru Bear Brand karena mahal Pertama Kedua, pertama Cimory karena low fat dan saya diet Pertama, karena dari awal saya sudah suka Kedua, pertamanya Hilo Kedua, yang pertama itu Ovaltine Pertama, karena sudah dari turun-temurun
14. Apa makna Bear Brand bagi anda? Nawan g Wiwik Ivan Nadya
Minuman ketika lagi pengen Kebutuhan ketika sakit Bear Brand membuat hidup saya lebih hidup Menyehatkan
Arda Aldi Cya
Biasa saja Penyelamat Penambah daya tahan tubuh
15. Mengapa kalian bisa mencoba Bear Brand? Nawan g Wiwik Ivan Nadya Arda Aldi Cya
Pengen Penasaran Dulu pernah dirawat di rumah sakit, terus pas disana ada yang nyuruh minum susu Bear Brand supaya lebih cepat sembuh penasaran Pernah minta sama teman Dibeliin orang tua Disuruh sama orang tua
Hasil Focus Group Discussion Group B Jumlah Responden : 8 orang Lokasi FGD : Kantin Fisipol UGM Waktu Pelaksanaan : 17.00-18.30 WIB Identitas Responden : Nama Usia Jurusan dan Universitas Jordie 20 Tahun Akutansi UII Runi 20 Tahun Manajemen UII Bondan 19 Tahun Komunikasi UGM Bima 20 Tahun HI UGM Purnama 21 Tahun Hukum UII Agni 20 Tahun UGM Dhiko 20 Tahun Linda 20 Tahun Hasil FGD : 1. Rasa Bear Brand Nama Jordie Runi Bondan Bima Purnama Agni Dhiko Linda
Aktivitas Sehari-hari Kuliah Kuliah Kuliah Kuliah, Wiraswasta Kuliah, Kerja Kuliah Kuliah Kuliah
Jawaban Enak Enak Tawar Tawar Tawar Enak Tawar Tawar
2. Bau Bear Brand Nama Jordie Runi Bondan Bima Purnama Agni Dhiko Linda
Jawaban Murni Segar Sususegar Kaleng murni murni segar murni
3. Kemasan Bear Brand Nama Jordie
Jawaban Simpel, Kecil
Runi Bondan Bima Purnama Agni Dhiko Linda
Simpel Kecil Pas Unik, Kecil, Simpel Pas Simple Kecil
4. Saran untuk Kemasan Nama Jordie Runi Bondan Bima Purnama Agni Dhiko Linda
Jawaban Kemasan botol kaca Kemasan botol kaca Sudah baik Kemasan kotak Sebaiknya ada kemasan besar Dibuat kemasan lebih besar Sudah baik Dibuat kemasan kotak
5. Logo Bear Brand Nama Jordie Runi Bondan Bima Purnama Agni Dhiko Linda
Jawaban Simpel Simpel Lucu karena ada gambar beruang Cocok Bingung kenapa gambarnya beruang Lucu Cocok Lucu
6. Kecocokan Logo dengan Produk Nama Jordie Runi Bondan Bima Purnama Agni Dhiko Linda
Jawaban Sudah Sudah Sudah Sudah Sudah Sudah Sudah Sudah
7. Kecocokan Nama dengan Produk Nama Jordie
Jawaban Belum, Karena tidak relevan. Namanya
Runi Bondan Bima Purnama Agni Dhiko Linda
bear brand, tapi isi susu sapi. Belum, karena tidak relevan. Namanya bear brand, tapi isi susu sapi. Belum Belum Belum Belum Belum Belum
8. Apakah konsumen sudah merasakan manfaat bear brand ? Nama Jordie Runi Bondan Bima Purnama Agni Dhiko Linda 9. Product Experience Nama Jordie Runi Bondan Bima Purnama Agni Dhiko Linda 10. Kekurangan Bear Brand Nama Jordie Runi Bondan Bima Purnama Agni Dhiko Linda
Jawaban Sudah, energi Sudah, vitamin dan kalsium Belum Sudah, detoks Sudah, energi Belum Sudah, detoks Sudah, detoks
Jawaban Mengkonsumsi sebelum olahraga basket Mengkonsumsi ketika terserang alergi lalu sembuh Belum Mengkonsumsi sebelum tes kesehatan Mengkonsumsi sebelum futsal Mengkonsumsi saat dirasaingin Mengkonsumsi sebelum olahraga Mengkonsumsi ketika terserang alergi
Jawaban Rasa diperbanyak , dan ukuran diperbesar Rasa diperbanyak , dan ukuran diperbesar Varian Rasa lain Sebaiknya memiliki varian rasa coklat Rasa diperbanyak , dan ukuran diperbesar Ukuran diperbesar Ukuran diperbesar Ukuran diperbesar
11. Kelebihan Bear Brand Nama Jordie Runi Bondan Bima Purnama Agni Dhiko Linda
Jawaban Satu-satunya Satu-satunya Satu-satunya Satu-satunya Satu-satunya Khasiatnya Satu-satunya Satu-satunya
12. Kandungan Nama Jordie Runi Bondan Bima Purnama Agni Dhiko Linda
Jawaban Tidak memiliki kalsium Tidak tahu Tidak tahu Tidak tahu Tidak tahu Tidak tahu Tidak tahu Tidak tahu
13. 1 kata untu Bear Brand Nama Jordie Runi Bondan Bima Purnama Agni Dhiko Linda 14. Kenyamanan Kemasan Nama Jordie Runi Bondan Bima Purnama Agni Dhiko Linda
Jawaban Naga Kaleng Steril Steril Kaleng Beruang Putih
Jawaban Pas Pas Pas Pas Pas Kurang mantap Pas Pas
15. Opsi keberapa Nama Jordie Runi Bondan Bima Purnama Agni Dhiko Linda
Jawaban 4 3 5 3 3 3 5 2
16. Pandangan di masyarakat Nama Jordie Runi Bondan Bima Purnama Agni Dhiko Linda
Jawaban Berenergi Susu untuk detoks Murni Susu steril Susu untuk mencegah sakit Steril Susu steril Susu murni
17. Harga Bear Brand Nama Jordie Runi Bondan Bima Purnama Agni Dhiko Linda 18. Tagline Nama Jordie Runi Bondan Bima Purnama Agni Dhiko Linda
Jawaban Mahal Mahal Mahal Mahal Mahal Mahal Mahal Mahal Jawaban Pas Pas Pas Pas Pas Pas Pas Pas
19. Ambassador yang tepat untuk Bear Brand Nama Jawaban Jordie Atlet basket Runi Atlet, model Bondan Iko Uwais Bima Fauzi Badilah Purnama Orang gym, petualang Agni Agung Hercules Dhiko Nadine Chandrawinata Linda Orang-orang dari pekerjaan yang berbedabeda
Rangkuman Focused Group Discussion 1. Rasa a. b. c. d. e. f.
Enak Tawar Murni Gurih Tidak amis, dan Terasa seperti susu asli
2. Aroma a. Tidak amis b. Segar c. Murni d. Susu sekali e. Seperti bau kaleng f. Enak, dan g. Tidak membuat rasa mual 3. Kemasan Menurut sebagian responden kemasan Bear Brand saat ini sudah pas, sementara beberapa responden lain ada yang merasa bahwa kemasan Bear Brand sebagai berikut: a. Tidak go green b. Unik c. Kecil d. Simpel 4. Saran untuk Kemasan Kemasan yang diharapkan oleh responden terhadap kemasan Bear Brand adalah sebagai berikut: a. Dibuat dalam kemasan botol kaca b. Kemasan kotak c. Ada kemasan yang lebih besar 5. Logo Menurut responden logo susu Bear Brand sudah merepresentasikan prosuk susu, namun beberapa responden merasa bahwa logo Bear Brand merepresentasikan bahwa Bear Brand adalah susu dari beruang. 6. Kesesuaian Nama Produk Menurut sebagian responden nama Bear Brand sudah cocok dengan produknya, sementara sebagian lainnya merasa bahwa nama Bear Brand belum merepresentasikan produknya karena alasan namanya ‘Bear’, tetapi isinya susu sapi.
7. Manfaat Seluruh responden telah merasakan manfaatnya. 8. Pengalaman Mengonsumsi Bear Brand a. Meminum sebelum olahraga untuk menambah energi b. Meminum ketika terserang alergi agar cepat sembuh c. Meminum sebelum tes kesehatan d. Meminum saat ingin e. Meminum untuk menjaga kesehatan dan meningkatkan antibodi f. Meminum saat begadang karena Bear Brand dirasa lebih efektif daripada kopi g. Meminum agar merasa lebih kenyang h. Meminum untuk memperlancar buang air besar 9. Saran untuk Bear Brand a. Variasi rasanya kalau bisa ditambah, cokelat atau rasa-rasa lain yang belum ada di susu lain. b. Logonya dibuat lebih eyecatching c. Dibuat family pack d. Ukuran diperbesar e. Kalau bisa dibuat kemasan yang kardus juga supaya lebih ramah lingkungan 10. Kelebihan susu Bear Brand a. Satu-satunya susu steril b. Rasanya berbeda c. Khasiatnya d. Segar dan enak di badan e. Tidak menggunakan perasa dan pengawet f. Kemasannya menarik 11. Kekurangan Bear Brand a. Harganya mahal b. Ukurannya kurang besar 12. Kandungan di dalam Susu Bear Brand Mayoritas responden menyatakan bahwa mereka tidak mengetahui kandungan dari susu Bear Brand, sementara responden yang merasa mengetahui menyatakan bahwa susu Bear Brand tidak mengandung kalsium. 13. Satu Kata yang Merepresentasikan Susu Bear Brand a. Enak b. Sehat
c. d. e. f. g. h. i. j. k. l.
Menyegarkan Susu Cool Netral Kental Naga Kaleng Steril Beruang Putih
14. Pandangan di Masyarakat a. Berenergi b. Mahal c. Susu untuk detoks d. Murni e. Steril f. Untuk mencegah penyakit g. Hanya masyarakat tertentu yang mengetahui h. Untuk masyarakat menengah keatas karena harganya mahal i. Prestigious j. Untuk kesehatan 15. Makna Bear Brand a. Diminum saat ingin saja b. Kebutuhan ketika sakit c. Membuat hidup lebih hidup d. Menyehatkan e. Penyelamat f. Penambah daya tahan tubuh 16. Alasan mencoba Bear Brand a. Penasaran b. Diberikan saran untuk mengonsumsi Bear Brand saat di rumah sakit c. Dibelikan oleh orang tua d. Permintaan orang tua e. Teman 17. Brand Ambassador untuk Bear Brand a. Atlet b. Model c. Iko Uwais d. Fauzi Badilah e. Orang yang sering ke gym f. Orang yang gemar berpetualang
g. Agung Hercules h. Nadine Chandrawinata i. Orang dari pekerjaan yang berbeda-beda
Wawancara Narasumber : Didid Anggi Charisma Pekerjaan : Brand Assistant Bear Brand Pusat Jakarta Lokasi Wawancara : Food Park UGM Waktu Wawancara : 16.00-20.00 WIB Hasil Wawancara : 1. Kompetitor : Dalam kategori Susus steril sebenarnya Bear Brand belum memiliki kompetitor secara langsung 2. Positioning: Tujuan Positioning dari Bear Brand bukan hanya untuk dikonsumsi ketika sakit atau tidak enak badan saja, Bear Brand berusaha menempatkan dirinya sebagai produk Daily Life
3. Target Pasar : Target utama dari Bear Brand bukan hanya young age (condong kesalah satu) melainkan merata dalam rentang usia 19-45 tahun 4. Campaign : Untuk mencapai target semua kalangan Bear Brand mengadakan empat jenis kampanye dalam satu tahun terakhir yaitu : 1. Chinese New Year = menyasar komunitas masyarakat China di Indonesia, dimana mereka merupakan konsumen setia yang paling berpotensi 2. Ramadhan Campaign = menekankan pada Family Oriented dan penguatan citra Bear Brand sebagai produk yang halal. Beberapa rangkaian acaranya : Saur Bareng Bear Brand, satu hari satu Bear Brand 3. Bad Substance Campaign = kampanye guna menangkal zatzat negatif yang mengganggu kesehatan. Beberapa rangkaian acaranya : Print Ad, Payung, dan pemberian masker bagi para korban merapi 4. LTYB (Listen To Your Body) Campaign : segmen utama kampanye ini adalah anak muda dengan mendirikan Booth ditempat-tempat strategis 5. Varian Rasa : Sejauh ini Bear Brand belum ada niatan untuk menambah varian rasa baru, tetap sama dengan rasa original, white malt, dan white tea. Sebab apabila ada penambahan rasa akan menghilangkan kesan steril dimana steril berarti murni dan tidak ada penambahan rasa apapun. Kesan premium dan steril yang merupakan kekuatan utama akan terancam apabila hal ini dilakukan. Sementara itu adanya rasa white tea dan white malt juga erat kaitannya dengan kesehatan, contohnya white tea yang merupakan teh paling baik untuk kencantikan melebihi green tea maupun black tea 6. Kemasan : - Bear Brand tetap pada kemasan kaleng dan tidak berpindah ke kemasan tetra pack karena akan merusak kandungan susu - Kaleng yang digunakan Bear Brand lebih keras dibandingkan dengan kaleng minuman sejenis lainnya. Kaleng Bear Brand terdiri dari dua bagian guna meminimalkan ruang kosong pada kemasan, tidak seperti minuman lainnya yang terdiri dari tiga bagian sehingga banyak udara yang masuk dan merusak kandungan produk 7. Iklan dan Pencitraan produk : Bear Brand tidak mengiklankan manfaat produk, tidak memuat khasiat dan manfaat di kemasannya, dan tidak memiliki akun Facebook maupun Twitter.Dikarenakan ada regulasi dan serangkaian tes yang dilakukan oleh BPOM apabila ada claim yang menyatakan
bahwa Bear Brand memiliki manfaat dan khasiat tertentu. Perihal manfaat biarkan konsumen yang menilai. Sesuai dengan tag line iklan Bear Brand “Rasakan Kemurniannya” yang tidak menyinggung perihal manfaat dan benefit yang diberikan. 8. Strength: Kekuatan Bear Brand memang terletak pada Word Of Mouth yaitu dari konsumen bukan dari advertising-nya
Analisis Hasil Wawancara dan FGD Positioning Produk Bear Brand Keunggulan : keunggulan Bear Brand sudah bisa ditangkap dengan baik oleh konsumen, bahwa kelebihannya terletak pada “susu steril” serta manfaat yang dikandungnya. Persepsi produk : Bear Brand mampu menempatkan posisinya sebagai produk premium dengan tepat, dilihat dari hasil FGD yang menyatakan harga Bear Brand bukanlah untuk kalangan bawah melainkan kalangan menengah keatas. namun memang sesuai dengan manfaat yang diberikan Pengujian Kemasan : Banyak yang belum mengetahui benefit mengapa kemasan Bear Brand dibuat kaleng bukan kardus. Responden beranggapan kemasan kaleng tidak baik untuk lingkungan. Ada juga yang berpendapat bahwa rasa susu menjadi
seperti rasa kaleng. Kemasan Family Pack (dalam ukuran besar) banyak disarankan agar lebih efisien dan bisa dikonsumsi bersama keluarga. Posisi Merk : Banyak Responden yang mempertanyakan nama “Bear Brand” dimana produk yang ditawarkan adalah susu sapi. Namun kerancuan ini masih memposisikan merk Bear Brand pada prioritas utama pembelian susu belum berdampak pada penurunan posisi merk Interpretasi Produk : Produk dipandang masyarakat sebagai poroduk yang baik bagi kesehatan bersama beragam manfaat yang diyakini konsumen. Hal ini justru diperoleh bukan karena banyaknya iklan dan bukan karena rangkaian janji yang ditawarkan produk. Word Of Mouth sukses menaikan citra produk. Sasaran pasar juga tepat melihat yang membeli produk adalah responden anak muda yang kebanyakan didorong oleh kerabat mereka yang lebih tua.
LAMPIRAN FGD
LAMPIRAN WAWANCARA NARASUMBER
Daftar Pustaka Bungin, B. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Bungin, B. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Prenada Media Group. Griffin, EM. 2006. A First Look at Communication Theory. New York: McGraw-Hill. Gubrium, Jaber F and James A. Holstein, 1992. “Qualitative Methods”, dalam Encyclopedia of Sociology, Vol. 3. New York: Macmillan Publishing Company. Moleong, Lexy J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif: Bandung: Rosdakarya. Prajarto. Nunung. 2006. Tulis Saja, Kapan Lagi. Yogyakarta: Fisipol UGM. Thomas, R. Murray. 2003. Blending Qualitative & Quantitative (Research Methods in Theses and Dissertations). California: Corwin Press. Jurnal: MAKARA, SOSIAL HUMANIORA, VOL. 9, NO. 2, DESEMBER 2005: 57-65 5757. MEMAHAMI METODE KUALITATIF. Gumilar Rusliwa Somantri Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia Website:
http://bincangmedia.wordpress.com/2011/03/28/relasi-media-dan-konsumtivismepada-remaja/ diunduh dan diakses pada 15 Oktober 2013. Pukul 19:08 WIB.