BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sekarang ini perkembaangan dunia industri semakin maju, hal itu terbukti dengan banyaknya industri-industri baru yang mengelola berbagai macam produk. Dengan demikian, kebutuhan akan faktor-faktor produksi menjadi bertambah banyak.
Di Indonesia, minuman ringan mudah sekali diperoleh di berbagai tempat, mulai dari warung sampai toko-toko kecil. Minuman ringan dikonsumsi oleh semua lapisan masyarakat dari berbagai latar belakang pendidikan dan pekerjaan. Dengan konsumsi minuman ringan yang sedemikian luasnya, produk minuman ringan bukanlah barang mewah melainkan barang biasa.
Di dunia ini terdapat banyak merek minuman ringan, dan salah satu yang paling sering kita jumpai adalah coca-cola. Perusahaan Coca-Cola menempati urutan pertama dalam penjualan minuman ringan. Dibalik kesuksesan perusahaan Coca-Cola, pasti ada berbagai strategi yang diterapkan. Dari segi sumber daya manusia, kualitas produk, hingga sistem informasi manajemen yang diterapkan. Sistem Informasi Manajemen (SIM) adalah jaringan prosedur pengolah data yang dikembangkan dalam suatu sistem dengan maksud memberikan informasi kepada manajemen sebagai dasar pengambilan keputusan.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka kelompok kami mengambil judul "Penerapan SIM pada Perusahaan Coca-Cola Amatil".
Rumusan Masalah
Bagaimana sejarah perusahaan Coca-Cola Amatil ?
Bagaimana manajemen kinerja di perusahaan Coca-Cola Amatil?
Apa teknologi produksi yang diterapkan di perusahaan Coca-Cola Amatil?
Bagaimana Sistem Informasi Manajemen di Perusahaan Coca-Cola Amatil?
Bagaimana strategi perusahaan Coca-Cola Amatil dalam menghadapi pesaing berdasarkan teori dari Michael Porter?
Bagaimana perusahaan Coca-Cola Amatil dalam menggalakkan program Corporate Social Responsibility (CSR) ?
Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui sejarah perusahaan Coca-Cola Amatil
Untuk mengetahui manajemen kinerja di perusahaan Coca-Cola Amatil
Untuk mengetahui teknologi produksi yang diterapkan di perusahaan Coca-Cola Amatil
Untuk mengetahui Sistem Informasi Manajemen di Perusahaan Coca-Cola Amatil
Untuk mengetahui strategi perusahaan Coca-Cola Amatil dalam menghadapi pesaing berdasarkan teori dari Michael Porter
Untuk mengetahui Coca-Cola Amatil dalam menggalakkan program Corporate Social Responsibility (CSR)
BAB II
PEMBAHASAN
Sejarah Coca-Cola Amatil
Coca-Cola pertama kali diperkenalkan pada tanggal 8 Mei 1886 oleh John Styth Pemberton, seorang ahli farmasi dari Atlanta, Georgia, Amerika Serikat. Dialah yang pertama kali mencampur sirup karamel yang kemudian dikenal sebagai Coca-Cola. Frank M. Robinson, sahabat sekaligus akuntan John, menyarankan nama Coca-Cola karena berpendapat bahwa dua huruf C akan tampak menonjol untuk periklanan. Kemudian, ia menciptakan nama dengan huruf-huruf miring mengalir, Spencer, dan lahirlah logo paling terkenal di dunia.
Dr. Pemberton kemudian menjual ciptaannya dengan harga 5 sen per gelas di apotiknya dan mempromosikan produknya dengan cara membagi ribuan kupon yang dapat ditukarkan untuk mencicipi satu minuman secara cuma-cuma. Pada tahun tersebut ia menghabiskan US$46 untuk biaya periklanan. Pada tahun 1892, Pemberton menjual hak cipta Coca-Cola kepada Asa G. Chandler yang kemudian mendirikan perusahaan Coca-Cola pada 1892.
Chandler piawai dalam menciptakan perhatian konsumen dengan cara membuat berbagai macam benda-benda cinderamata berlogo Coca-Cola. Benda-benda tersebut kemudian dibagi-bagi di lokasi-lokasi penjualan penting yang berkesinambungan. Gaya periklanan yang inovatif, seperti desain warna-warni untuk bus, lampu gantung hias dari kaca, serta serangkaian cinderamata seperti kipas, tanggalan dan jam dipakai untuk memasyarakatan nama Coca-Cola dan mendorong penjualan.
Upaya mengiklankan merek Coca-Cola ini pada mulanya tidak mendorong penggunaan kata Coke, bahkan konsumen dianjurkan untuk membeli Coca-Cola dengan kata-kata berikut: "Mintalah Coca-Cola sesuai namanya secara lengkap; nama sebutan hanya akan mendorong penggantian produk dengan kata lain". Tetapi konsumen tetap saja menghendaki Coke, dan akhirnya pada tahun 1941, perusahaan mengikuti selera popular pasar. Tahun itu juga, nama dagang Coke memperoleh pengakuan periklanan yang sama dengan Coca-Cola, dan pada tahun 1945, Coke resmi menjadi merek dagang terdaftar.
Kemudian sejak tahun 1960-an, berbagai produk The Coca-Cola Company telah diperkenalkan ke pasar Indonesia. Dan pada tahun 2000, 10 operasi pembotolan dikonsolidasikan di bawah Coca-Cola Amatil Indonesia.
Manajemen Kinerja
Key Performance Indicator (KPI) sebagai Standar Kinerja
Coca-Cola Amatil merancang performance plan setiap karyawan dalam bentuk KPI. KPI dimaknai sebagai stadar kinerja yang harus dicapai oleh karyawan selama satu tahun. KPI disepakati oleh atasan langsung dan karyawannya melalui diskusi yang juga didasarkan atas KPI tahunan dari CCA(Annual Business Plan) dan data-data kinerja tahun sebelumnya. Annual Business Plan sebagai dasar KPI individu membuat adanya keselarasan visi antara karyawan dan juga strategi perusahaan. KPI juga akan dipakai sebagai standar penilaian kinerja yang dilakukan sebanyak dua kali dalam setahun oleh atasan langsung. Setelah KPI disepakati, maka atasan akan melakukan assesment kompetensi terhadap karyawannya. Assesment ini bertujuan untuk menilai dan mengindentifikasikan kompetensi apa saja yang dibutuhkan karyawan untuk mencapai KPI.
Individual Development Plan (IDP) sebagai Sarana Pencapaian KPI
IDP dapat dimaknai sebagai sebuah rencana pengembangan diri untuk melengkapi kompetensi yang dibutuhkan oleh karyawan saat melakukan tanggung jawab kerja. IDP dibuat berdasarkan kesepakatan antara atasan langsung dengan karyawan pada saat wawancara penentuan KPI dan IDP. IDP dibuat agar karyawan mempunyai kompetensi yang memadai untuk melaksanakan pekerjaannya. Ada beberapa tipe pengembangan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kompetensi karyawan, antara lain: training, seminar, workshop, on the job training, ataupun coaching.
Teknologi Produksi yang Digunakan oleh Coca-Cola Company
Diawali dengan menciptakan suatu resep minuman ringan (coca-cola), dimana dalam proses pengerjaannya dikerjakan secara manual atau dengan kata lain proses pengerjaan dikerjakan oleh tenaga manusia sepenuhnya. Hanya saja dalam terapan teknologi ini, mengalami beberapa kendala, yaitu dalam hal pemenuhan kebutuhan konsumen yang terus meningkat, dll.
Gambar b.1 Proses Pengisian Botol Minuman Ringan
Dari terapan teknologi yang sudah ada, kemudian berkembang menjadi suatu terapan teknologi yang baik. Hal ini bertujuan untuk menanggulangi permasalahan yang terdapat pada terapan teknologi. Yaitu terciptanya suatu alat yang dapat mempermudah manusia dalam melakukan suatu proses pengerjaan (dalam hal ini pengisian dan pencacahan botol Coca-cola) yaitu dengan menggunakan system Microcontroller.
Gambar b.1 Simulasi Teknologi Pengisian dan Pencacahan
Hanya saja, dengan menggunakan sistem ini (sistem Microcontroller), masih mengalami kendala yaitu dalam proses assemblynya karena memerlukan beberapa tahap yang memakan waktu dan cukup merepotkan.
Microcontroller (Pengendali Mikro)
Gambar b.2 Sistem Minimum Microcontroller
Microcontroller atau Pengendali Mikro merupakan sistem mikroprosesor lengkap yang terkandung di dalam sebuah chip. Microcontroller berbeda dari mikroprosesor serba guna yang digunakan dalam sebuah PC, karena sebuah microcontroller umumnya telah berisi komponen pendukung sistem minimal mikroprosesor, yakni memori dan antarmuka I/O. Atau dengan kata lain Microcontroller adalah suatu keping IC dimana terdapat microprosessor dan memori program (ROM) serta memori serbaguna (RAM). Kelebihan utama dari Microcontroller ialah telah tersedianya RAM dan peralatan I/O pendukung sehingga ukuran board microcontroller menjadi sangat ringkas.
Kemudian dari terapan teknologi yang baik, semakin berkembangnya ilmu dan teknologi, menghasilkan suatu terapan teknologi yang lebih baik. Hal ini pun bertujuan untuk menanggulangi permasalah yang ada dalam terapan teknologi yang baik. Gambar dibawah ini merupakan Proses manufaktur PT. Coca-Cola Indonesia.
Gambar c.1
Tahap pertama untuk menghasilkan Coca-Cola sangat sederhana, yaitu membuat sirup yang terdiri dari gula dan air. Airnya disaring dengan seksama karena bagi "Coca-Cola" bahan baku berkualitas tinggi sangat mutlak diperlukan.
Gambar c.2
Untuk memastikan bahwa air yang digunakan untuk produk botol dan kaleng benar-benar bersih dan murni, air tersebut disaring. Para teknisi pengawasan mutu menguji air tersebut berkali-kali sebelum digunakan untuk membuat produk akhir.
Gambar c.3
Pemeriksaan dan pengujian berlanjut. Perangkat canggih membantu para teknisi memeriksa segala segi proses, mulai dari kondisi tiap kemasan hingga kadar karbondioksida, rasa dan kandungan sirup. Pada tahap ini, campuran sirup diperiksa.
Gambar c.4
Sirup kemudian ditambahkan dengan konsentrat "Coca-Cola". Sari rasa untuk "Coca-Cola ini dibuat di pabrik-pabrik The Coca-Cola Company dan hingga kini tetap merupakan rahasia dagang terbesar di dunia. Teknisi kemudian mencicipi, memeriksa dan mencatat campuran setiap batch sirup dengan seksama. Setelah pencampuran, cairan siap untuk diberi tambahan karbondioksida. Pengawasan mutu yang amat ketat adalah alas an mengapa "Coca-Cola" dikenal sebagai minuman yang memiliki kadar soda yang paling sempurna.
Gambar c.5
Rangkaian botol dari gelas atau plastik PET (Polyethelyne terephthalate) maupun kaleng sekarang dalam jumlah sangat besar siap untuk diisi dengan produk akhir. Botol-botol pun harus melalui pemeriksaan yang amat teliti. Pertama-tama dicuci dan dibasuh kemudian diperiksa secara elektronik dan manual. Barulah boto-botol tersebut siap untuk diisi dengan minuman ringan paling popular di dunia saat ini.
Gambar c.6
Botol demi botol diletakkan di atas ban berjalan agar dapat terisi secara otomatis. Cara tersebut menjamin jumlah dalam tiap botol akurat, dan penutupan botol secara otomatis menjamin kadar higienis yang sempurna pula.
Gambar c.7
Akhirnya, botol-botol diberi label, kode produksi dan dikemas dalam karton-karton atau dimasukkan ke dalam krat. Selanjutnya, pusat penjualan siap untuk mengirimkan produk-produk "Coca-Cola menuju lebih dari 420.000 gerai (outlet) yang menjual produk-produk "Coca-Cola" di Indonesia.
Dalam proses ini, menggunakan PLC (Programmable Logic Control). Yang merupakan pengembangan dari sistem microcontroller.
PLC (Programmable Logic Controller)
Gambar c.8 jenis PLC
PLC merupakan pengembangan dari sistem microcontroller. PLC (Programmable Logic Controller) atau Kontrol Logika Terprogram adalah suatu microprosessor yang digunakan untuk otomatisasi proses industri seperti pengawasan dan pengontrolan mesin di jalur perakitan suatu pabrik. PLC memiliki perangkat masukan dan keluaran yang digunakan untuk berhubungan dengan perangkat luar seperti sensor, relai, contactor dll.
Gambar c.9 Aplikasi PLC di Bidang Industri
Hampir segala macam proses produksi di bidang industri dapat diotomatisasi dengan menggunakan PLC. Kecepatan dan akurasi dari operasi bisa meningkat jauh lebih baik menggunakan sistem kontrol ini. Keunggulan dari PLC adalah kemampuannya untuk mengubah dan meniru proses operasi di saat yang bersamaan dengan komunikasi dan pengumpulan informasi-informasi vital.
Sistem Informasi Manajemen di Perusahaan Coca-Cola Amatil
Perusahaan Coca-cola merupakan sebuah perusahaan multinasional,karena Coca-cola terlibat banyak dalam bisnis internasional,mempunyai atau mengendalikan fasilitas di lebih dari satu Negara. Dalam perusahaan multinasional sendiri dihadapkan dengan empat strategi operasi, seperti strategi internasional, multidomestik, global dan transnasional. Dalam hal ini Coca-cola memilih strategi global. Dan Coca-cola dalam strategi globalnya menggunakan sistem Strategic Route Planning (SRP).
Sederhananya, SRP merupakan solusi TI yang memungkinkan perusahaan merumuskan strategi routing secara tepat. Misalnya, sebuah area dengan jumlah penduduk tertentu sebaiknya dilayani dengan berapa armada, bagaimana jalur masing-masing armada agar lebih efisien dan efektif, wilayah mana yang masih kosong dan bisa dipenetrasi oleh wiraniaga (salesman) CCAI, dan sebagainya. Semua itu bisa diketahui dari SRP yang serba terkomputerisasi. Singkatnya, ini merupakan sistem aplikasi yang bisa memproses digital mapping distribusi produk-produk Cola-Cola.
Bagi perusahaan penjualan (sales company) seperti CCAI, SRP jelas sangat dibutuhkan dalam proses bisnisnya. Ini diakui Deborah Intan Nova, Manajer Sistem Informasi Nasional & Teknologi CCAI. Eksekutif yang punya nama panggilan Debbie ini lebih jauh menjelaskan, ada empat tujuan implementasi TI di CCAI. Pertama, meningkatkan pendapatan (revenue generation). Kedua, meningkatkan pelayanan pelanggan. Ketiga, mengelola atau meminimalkan biaya (efisiensi). Dan keempat, meningkatkan utilisasi aset –, truk, chiller, colddrink, dan lain-lain.
Menariknya, SRP ini bukan sekadar teknologi berbasis global positioning system (GPS) sebagaimana banyak dipakai perusahaan distribusi atau taksi. Kalau GPS sekadar untuk melihat atau memotret posisi sementara, SRP menggabungkan antara GPS dengan hitung-hitungan aritmatika. GPS diperlukan untuk meng-capture letak atau lokasi masing-masing gerai. Dari situ kemudian dimasukkan ke dalam sistem SRP dan diolah untuk merumuskan pola kunjungan atau rute terbaik. Dari SRP, manajemen mengetahui, misalnya bila CCAI punya 20 truk kanvas, rute mana saja yang paling efektif dan efisien yang harus dilewati masing-masing truk hingga tidak ada gerai yang terlewatkan. Jangan sampai salesman mengendarai mobil lebih jauh dan mengunjugi banyak tempat, tapi secara total tingkat produktivitasnya rendah.
Namun ada sisi kelemahan dari (ERP) karena masih belum maksimal digunakan sebagai referensi bagi penetapan strategi pemasaran perusahaan. Oleh karena itu, peran DSS sangat dibutuhkan untuk menggali dan melakukan analisis perilaku konsumen terhadap pembelian suatu produk melalui data historikal transaksi pelanggan selama dua tahun. Decision Support Systems (DSS) atau system pendukung keputusan adalah serangkaian kelas tertentu dari system informasi terkomputerisasi yang mendukung kegiatan pengambilan keputusan bisnis dan organisasi. System pendukung keputusan atau DSS digunakan untuk mengumpulkan data, menganalisa dan membentuk data yang dikoleksi, dan mengambil keputusan yang benar atau membangun strategi dari analisis, tidak pengaruh terhadap computer, basis data atau manusia penggunanya. Kriteria atau parameter-parameter yang digunakan dalam membantu pengambilan keputusan digambarkan seperti model berikut:
Gambar 3. Diagram Model Kriteria Pengambilan Keputusan
Berdasarkan model yang terdapat pada Gambar 3 datas, PT COCA COLA AMATIL INDONESIA menjadikan beberapa parameter dalam pengambilan keputusan antara lain, ranking (peringkat) berdasarkan revenue yang diperoleh di setiap wilayah, penetrasi pasar, basket index untuk mengetahui persentase pembelian produk PT COCA COLA AMATIL INDONESIA, market share produk PT COCA COLA AMATIL INDONESIA dibandingkan dengan produk perusahaan lain, jumlah penjualan produk, dan nilai penjualan ritel setiap bulan untuk peningkatan penjualannya.
Sedangkan data yang digunakan adalah data sekunder berupa deret waktu (time series) dengan periode dua tahun terkahir. Jenis sumber data berasal dari data eksternal perusahaan yang didapatkan melalui kerjasama antara PT COCA COLA AMATIL INDONESIA dengan masing-masing outlet melalui trading term yang telah disepakati kedua belah pihak.Untuk saat ini PT COCA COLA AMATIL INDONESIA telah bekerjasama dengan outlet seperti Matahari, Carefour, Giant, dan Indomart. Melalui proses training didapatkan akurasi data mendekati 98% sehingga informasi yang dihasilkan dapat digunakan untuk membantu proses pengambilan keputusan khususnya untuk mendukung strategi pemasaran.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, penerapan aplikasi DSS ini digunakan untuk mendukung strategi pemasaran dalam melakukan penetrasi pasar sehingga diharapkan perusahaan mampu mengembangkan sebuah sistem customer profiles. Harapannya perusahaan mampu membuat dan melakukan promosi yang efektif berdasarkan segmen pasar yang sesuai sehingga target penjualan akan mudah tercapai dan tidak kalah bersaing dengan kompetitor.
Strategi Perusahaan Coca-Cola Amatil dalam Menghadapi Pesaing Berdasarkan Teori dari Michael Porter
Menurut Porter jika perusahaan ingin meningkatkan usahanya dalam persaingan yang ketat perusahaan harus memilikh prinsip bisnis, Harga yang tinggi, Produk dengan biaya yang rendah, dan bukan kedua – duanya. Berdasarkan prinsip tersebut maka Porter Menyatakan ada tiga Strategi Generik yaitu: Differentiation, Overall Cost Leadership dan Fokus. Menurut Porter strategi perusahaan unutk bersaing dalam suatu industri dapat berbeda – beda dan dalam berbagai dimensi, Porter mengemukakan tiga belas dimensi yang biasanya digunakan oleh perusahaan dalam bersaing, yaitu : Sepesialisasi, Identifikasi Merk,Dorongan Versus Tarikan, Seleksi Saluran, Mutu Produk, Kepeloporan Teknologis, Integrasi Vertikal, Posisi Biaya, Layanan,Kebijakan Harga, Leverage, Hubungan dengan Perusahaan Induk, Hubungan dengan Pemerintah.
Berikut adalah analisis teori Porter pada PT Coca – Cola Bottling Indonesia.
Aspek Pembeli
Pembeli ( Konsumen ) dari produk Coca – Cola mencakup segala usia dari anak kecil, remaja, dan orang dewasa. Yang hampir di konsumsi oleh segala usia dan Produk Coca Cola dapat dinikmati di seluruh dunia.
Manajemen Strategi Perusahaan :
Pelayanan yang Baik supaya para Pembeli tidak berpaling pada produk yang lain
Produk yang berkualitas dengan Harga yang Rendah dan dapat dijangkau oleh semua kalangan
Promosi
Pemberian Hadiah / Mengadakan Kompetisi.
Aspek Pemasok
Setiap proses produksi sebuah perusahaan memerlukan sebuah input yang berupa bahan baku, tenaga kerja yang dipasok oleh para Suppliers. oleh karena itu para perusahaan harus mempunyai relasi yang baik pada para suppliers supaya bahan baku dapat tercukupi tepat waktu dan sistem pembayaran yang lebih fleksibel.
Manajemen Strategi Perusahaan:
Perusahaan harus mempunyai hubungan yang baik pada para relasi
Perusahaan harus tepat waktu dalam waktu pembayran kepada para suppliers
Barang Pengganti (subtitusi)
Barang subsitusi dari Produk Coca Cola adalah
AQua
Es Tee
Teh Botol Sosro
Mizone
Ultra Milk
Dan Lain – Lain
Manajemen Strategi untuk barang pengganti atau subtitusi
Perusahaan harus Meyakinkan kepada pelanggan bahwa produk Coca – Cola tetap minuman bersoda no 1 di dunia
dan perusahaan mempertahankan kualitas produk supaya para pelanggan tidak berpaling ke produk yang lain
Pendatang Baru ( New Entry )
Pendatang baru pada minuman Coca – Cola adalah seperti Mizone, Pocari Sweet, dan lain sebagainya,
Manajemen Strateginya adalah :
Maka sebaiknya suatau perusahaan harus menerapkan strategi Portee yaitu, Diferensiasi
Harga Yang murah dari produk pendatang baru tersebut.
Loyalitas Perusahaan Kepada para konsumen
Kompetitor
Kompetitor dari produk Coca – Cola adalah
7up
Mirinda
Pepsi
Dan Lin – lain.
Manajemen Strategi:
Harga Yang terjangkau
Kualitas yang lebih baik lagi
Inovasi Produk
Fokus pada satu produk yaitu minuman bersoda No 1 di Dunia.
Program Corporate Social Responsibility (CSR) oleh Coca-Cola Amatil
Sebagai perusahaan yang baik, PT. Coca Cola Amatil Indonesia (CCAI) menggalakan program Corporate Social Responsibility (CSR) dalam rangka mengatasi isu lingkungan yang diangkat oleh masyarakat sekitar pabrik. Salah satu strategi Corporate Social Responsibility (CSR) yang dilakukan oleh PT. Coca Cola Amatil Indonesia dalam menanggapi isu tersebut yaitu :
Coke Farm
Melalui pemanfaatan Coke Farm di area pabrik. Coke Farm merupakan salah satu 2 lahan perealisasian program CSR yang digalakkan di PT. Coca Cola Amatil Indonesia (CCAI), tepatnya di area operasional Rancaekek. Berupa perkebunan organik yang terletak di belakang pabrik Coca Cola Rancaekek. Dalam pelaksanaan program Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Coca Cola Amatil Indonesia (CCAI) melalui pemanfaatan Coke Farm, terdapat beberapa spesifikasi kegiatan, diantaranya pengelolalaan fishpond, pembuatan biopori, planting of tree, tea leaves composting, dan solid waste-recycling.
Fishpond
Pengelolaan fishpond dilakukan di area Coke Farm, tepatnya di belakang pabrik pembotolan Coca Cola di kawasan Rancaekek, Bandung. Tujuan fishpond ini adalah untuk mengairi perkebunan organik Coca Cola (Coke Farm) dan sebagai tempat konservasi lingkungan di pabrik. Terdapat banyak jenis ikan yang dibudidayakan di sini, diantaranya ikan nila, ikan mas, ikan bawal, ikan patin, ikan lele, dan lain-lain. Fishpond dikelola oleh masyarakat sekitar pabrik yang bersedia membudidayakannya, dimana hasil panen budidaya tersebut dapat dinikmati oleh pengelola. Selain itu, tim Corporate Affair Coca Cola melakukan pendekatan ke berbagai rumah makan di sekitar kawasan pabrik pembotolan coca cola untuk mendistribusikan hasil panen bibit ikan, dimana seluruh keuntungan yang diperoleh diberikan kepada masyarakat yang mengelola. Kebijakan tersebut merupakan salah satu bukti nyata komitmen PT. Coca Cola Amatil Indonesia (CCAI) dalam menyejahterakan masyarakat di sekitar kawasan operasional.
Biopori
Pembuatan biopori digalakkan untuk menciptakan pabrik yang ramah lingkungan melalui pembuatan lubang resapan air yang juga dapat menghasilkan 3pupuk kompos alami. Sudah lebih dari lima puluh lubang biopori dibuat di seluruh kawasan pabrik pembotola Coca Cola di Rancaekek Bandung. Selain itu, PT. Coca Cola Amatil Indonesia (CCAI) telah bekerjasama dengan beberapa LSM yang bergerak di bidang lingkungan dalam menyelenggarakan kegiatan sosial lingkungan dan mensosialisasikan pembuatan lubang biopori kepada pelajar serta masyarakat luas.
Planting of Trees
Planting of Trees atau penanaman pohon memiliki dampak positif yang luar biasa besar bagi masyarakat, komunitas, dan juga lingkungan hidup. Penanaman pohon dapat membantu memelihara dan mengaktifkan kembali lingkungan hidup. Untuk menciptakan lingkungan pabrik yang hijau dan sehat, serta dalam rangka mendukung kampanye lingkungan hidup, dilakukan program penanaman pohon. Selain itu, di area Coke Farm juga terdapat lahan pembibitan dan budidaya pohon keras, seperti mahoni dan trembesi, salah satu jenis pohon yang memproduksi oksigen terbesar. Dimana, hasil pembibitan pohon keras ini, dapat disumbangkan untuk gerakan penghijauan, terutama di sekitar kawasan pabrik.
Organic- Green House
Organic- Green House merupakan salah satu bagian di area Coke Farm, berupa lahan perkebunan organik yang menggunakan metode perkebunan tanpa bahan kimia, seperti pestisida, fertilizer, antibiotic, hormone penumbuh tanaman yang tidak memenuhi standar organik. Perkebunan organik dikelola oleh masyarakat di sekitar kawasan pabrik, dengan harapan para petani yang menggarap perkebunan organik tersebut dapat menjadi lebih peduli terhadap lingkungan, khususnya pada jumlah energi yang digunakan dalam dunia 4 agrikultur. Adapun tanaman yang dibudidayakan di perkebunan ini, diantaranya tanaman cabe, tomat, bawang daun, dan lain-lain. Sama halnya dengan fishpond, hasil panen dari kebun organik ini sepenuhnya diberikan dan dikelola oleh warga sekitar.
Pemanfaatan limbah Frestea
Khusus untuk setiap produksi produk frestea, PT.Coca Cola Amatil Indonesia menghasilkan limbah berupa ampas daun teh basah yang tidak terpakai. Sebagai penggalakan gerakan peduli lingkungan dan upaya pengolaan limbah, ampas tersebut dimanfaatkan untuk membuat pupuk kompos, pemanfaatan ini disebut dengan tea leaves- composting. Ada dua metode yang dipakai dalam pembuatan pupuk kompos di Coke Farm ini, yaitu open windrow dan sistem kascing. Pada metode open windrow, ampas teh basah dikeringkan lalu disiram dengan EM4 secara berkala sampai akhirnya bakteri penghasil pupuk kompos berkembang biak dan siap dipanen. Sedangkan pada sistem kascing, ampas teh yang dihasilkan dari produksi frestea dimakan oleh cacing dan kotoran-nya menjadi pupuk. Pupuk kompos yang dihasilkan dari ampas teh tersebut dapat dipakai untuk membudidayakan tanaman organik di Coke Farm, disumbangkan dalam acara-acara atau kampanye lingkungan, serta di jual ke pasaran melalui kios Coke Farm.
Solid Waste Recyling
Solid waste recycling merupakan kegiatan mendaur ulang sampah, dimana sampah non-organik yang dihasilkan oleh produksi PT.Coca Cola Amatil di gunakan untuk membuat kerajinan tangan atau memproduksi alat-alat yang dapat digunakan sebagai pendukung pelestarian lingkungan. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengedukasi masyarakat dan komunitas setempat mengenai pentingnya 5 melakukan 3R (Reduce, Reuse, Recycle).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perusahaan Coca-Cola menempati urutan pertama dalam penjualan minuman ringan. Dibalik kesuksesan perusahaan Coca-Cola, pasti ada berbagai strategi yang diterapkan. Dari segi sumber daya manusia, kualitas produk, teknologi produksi, hingga sistem informasi manajemen yang diterapkan. CCAI menerapkan sistem manajemen kinerja berdasrkan kemampuan individual, para manajer selalu membri penilaian kepada para karyawan tentang kinerja merka, dan selalu melakukan evaluasi untuk menciptakan SDM yang terampil dan profesional. Teknologi CCAI berkembang dari masa kemasa, diawali dengan pembuatan secara manual hingga saat ini dengan menggunakan mesin-mesin yang serba canggih, seperti Microcontroller dan Programmable Logic Controller. Dari segi SIM perusahaan CCAI menggunakan Strategic Route Planning (SRP). SRP merupakan solusi TI yang memungkinkan perusahaan merumuskan strategi routing secara tepat. Dengan demikian, perusahaan ini dapat meraih kesuksesan dengan memanfaatkan kemajuan teknologi yang terus berkembang didunia.
18