BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan perlu mengetahui perkembangan kegiatan usahanya dari waktu ke waktu agar dapat diketahui apakah perusahaan mengalami kemajuan atau kemunduran dan perlu mengetahui keadaan keuangan pada saat tertentu. Hal ini dapat dilihat melalui laporan pertanggung jawaban pimpinan perusahaan dalam bentuk laporan keuangan. Laporan keuangan ini dapat digunakan untuk menilai hasilhasil yang dicapai oleh perusahaan pada masa yang lalu dan juga dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk pengambilan keputusan pada masa yang akan datang. Laporan keuangan adalah hasil akhir dari suatu proses pencatatan yang merupakan suatu ringkasan dari transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Laporan keuangan yang terdiri beberapa lembar kertas berisi angka-angka. Namun dibalik angka-angka tersebut tersimpan berbagai informasi mulai dari aktiva riil, aktiva keuangan, kewajiban perusahaan, laba perusahaan, hingga prediksi ke depan apa yang akan dialami oleh perusahaan. Secara umum laporan keuangan perusahaan mencakup neraca, laporan laba/rugi dan laporan arus kas (Kamaludin, 2011 : 34).
34
Salah satu tujuan pelaporan keuangan adalah untuk memberikan informasi mengenai aliran dana perusahaan. Laporan arus kas bermanfaat untuk mencapai tujuan. Lebih jauh lagi, laporan keuangan diharapkan bisa memberikan informasi mengenai likuiditas perusahaan, fleksibilitas keuangan perusahaan, dan kemampuan operasional perusahaan. Laporan arus kas bermafaat karena memberikan informasi yang bisa memenuhi tujuan di atas. Laporan arus kas apabila digunakan bersama laporan keuangan lainnya akan membantu pihak eksternal mengalisis : (1) kemampuan perusahaan menghasilkan arus kas masa mendatang yang positif,
(2)
kemampuan
perusahaan
memenuhi
kewajibannya
dan
membayar dividen, (3) kebutuhan perusahaan akan pendanaan eksternal, (4) alasan terjadinya perbedaan-perbedaan antara laba bersih perusahaan dengan penerimaan dan pengeluaran kasnya, (5) aspek kas dan nonkas dari transaksi investasi dan pendanaan selama periode tertentu (Mamduh dan Halim, 2007 : 59). Laporan aliran kas bertujuan untuk melihat efek kas dari kegiatan operasi, investasi, dan pendanaan. Aktivitas operasi meliputi semua transaksi dan kejadian lain yang bukan merupakan kegiatan investasi atau pendanaan. Ini termasuk transaksi yang melibatkan produksi, penjualan, penyerahan barang atau penyerahan jasa. Aktivitas investasi meliputi pemberian kredit,
pembelian atau penjualan investasi jangka panjang
seperti pabrik dan peralatan. Aktivitas pendanaan meliputi transaksi untuk
35
memperoleh dana dan distribusi return ke pemberi dana dan pelunasan hutang. Laporan arus kas perusahaan dapat digunakan sebagai suatu alat analisis keuangan yang sangat penting bagi pimpinan perusahaan, dimana maka akan dapat diketahui berapa besar dana yang dibutuhkan untuk membiayai
kegiatan
operasi perusahaan dan dapat memungkin
perusahaan untuk beroperasi seefisien mungkin serta dapat mengontrol kesulitan keuangannya. Laporan arus kas merupakan alat yang digunakan untuk mengetahui seberapa
besar kas yang telah
digunakan untuk
membiayai operasi perusahaan, apakah pengalokasian aliran kas masuk dan aliran kas keluar tepat dan efisien. Hal tersebut akan menimbulkan dampak dari aliran kas perusahaan, dimana jika kas perusahaan terlalu kecil akan mengakibatkan kekurangan dana yang dapat menyebabkan terganggunya aktivitas operasional perusahaan serta tidak likuidnya perusahaan untuk memenuhi kewajibannya. Namun jika kas yang ada diperusahaan terlalu besar akan menyebabkan kelebihan dana akan menghambat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Laporan arus kas juga menjadi alat pertanggung jawaban arus kas masuk dan arus kas keluar selama periode pelaporan. Apabila dikaitkan dengan laporan keuangan lainnya, laporan arus kas memberikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna laporan dalam
mengevaluasi
perubahan kekayaan bersih/ekuitas dana suatu entitas pelaporan dan
36
struktur keuangan (termasuk likuiditas dan solvabilitas). (Peraturan Pemerintah RI No 24 Tahun 2005 tertanggal 13 Juni 2005). Untuk lebih memfokuskan kajian penelitian ini, maka berikut disajikan
data laporan arus kas PT. Kimia Farma periode 2006 – 2010
sebagai sumber informasi yang kemudian akan menjadi dasar analisis data dalam penelitian ini, sebagai berikut : Tabel 1.01 Laporan Arus Kas PT Kimia Farma. Tbk Tahun 2006 – 2010 (Di sajikan dalam Rupiah) Uraian
2006
2007
2008
2009
2010
140.242.601.504 (23.016.238.433) (39.710.337.141)
55.512.643.134 (28.202.146.346) (13.177.968.742)
(22.080.322.177) (36.792.141.390) 56.314.439.339
80.854.083.654 (32.217.331.823) (106.771.524.982)
139.119.874.007 (13.325.407.522) (24.169.880.974)
77.516.025.930
14.132.528.046
(2.558.024.228)
(58.134.773.151)
101.624.585.511
132.865.252.004
210.381.277.934
224.513.805.980
221.955.781.752
163.821.008.601
210.381.277.934
224.513.805.980
221.955.781.752
163.821.008.601
265.445.594.112
Arus Kas dari : 1. 2. 3.
Aktivitas Operasi Aktivitas Investasi Aktivitas Pendanaan
Kenaikan (penurunan) Bersih kas dan setara kas Kas dan setara kas awal tahun Kas dan setara kas akhir tahun
Sumber : Bursa Efek Indonesia 2011
Dari
data tersebut di atas, laporan arus
kas PT. Kimia Farma
(Persero). Tbk merupakan laporan ukuran arus kas untuk tiga aktivitas utama dalam aktivitas usaha yaitu : operasi, investasi, dan pendanaan. Pertama, aktivitas operasi, kas bersih yang diperoleh dari aktivitas ini menurun pada tahun 2007 menjadi sebesar Rp. 55.512.643.134
jika
dibandingkan dengan tahun 2006 sebesar Rp. 140.242.601.504, dan selanjutnya mengalami kenaikan pada tahun 2009 dan tahun 2010. Dari urian kondisi arus kas operasi PT. Kimia Farma, Tbk. diatas, sesungguhnya
37
tujuan utama penggunaan arus kas untuk aktivitas operasi adalah kegiatan perusahaan yang terkait dengan laba yang meliputi arus kas masuk dan arus kas keluar bersih, seperti pemberian kredit kepada pelanggan, investasi pada persediaan, dan perolehan kredit dari pemasok. Kedua, arus kas dari kegiatan investasi, kas bersih yang dikeluarkan untuk aktivitas ini meningkat pada tahun 2007 menjadi sebesar Rp. 28.202 146.346 dibandingkan tahun 2006 sebesar Rp. 23.016.238.433, demikian halnya pada tahun 2008 dan 2009 terjadi penurunan arus kas dari kegiatan investasi yang kemudian mengalami kenaikan pada tahun 2010. Fenomena ini jelas menggambarkan kegiatan perusahaan dalam melakukan kegiatan penjualan dan pembelian aset tetap dan investasi dalam efek oleh perusahaan yang diharapkan dapat menghasilkan pendapatan bagi perusahaan sehingga nilai kas ini cenderung berfluktuatif dari tahun ke tahun sebagai akibat dari kegiatan investasi yang memiliki risiko yang besar dari investasi yang dilakukan oleh perusahaan. Ketiga, arus kas dari kegiatan pendanaan, kas bersih yang digunakan untuk aktivitas ini turun menjadi sebesar Rp. 13.177.968.742 dibandingkan tahun 2006 sebesar Rp. 39.710.337.141, dan pada tahun 2008 naik menjadi sebesar Rp. 56.314.439.339 Miliar, dibandingkan tahun 2007 sebesarRp. 13.177.968.742.
selanjutnya pada tahun 2009 naik menjadi
sebesar Rp.106.771.524.982 sampai dengan tahun 2010 arus kas ini mengalami kenaikan. Berdasarkan kondisi arus kas aktivitas pendanaan
38
PT. Kimia Farma Tbk diatas, cara mendistribusikan, menarik dan mendapatkan dana untuk mendukung aktivitas usaha sedikit mengalami masalah pada tahun 2007, dan kemudian terjadi perbaikan pola pengelolaannya pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2010. Peningkatan yang terjadi dari aktivitas pendanaan ini bersumber dari aktivitas perolehan pinjaman dan pelunasan dana dengan obligasi dan pinjaman lainnya. Melihat kondisi dari laporan arus kas PT. Kimia Farma Tbk diatas, sesungguhnya perusahaan dihadapkan pada masalah kedekatan asset dan kewajiban pada kas atau likuiditas perusahaan yang merupakan ukuran kemampuan untuk membayar kewajiban saat jatuh tempo. Meski arus kas yang dihasilkan untuk mendapatkan laba perusahaan meningkat tetapi hal ini bukan menjadi ukuran mutlak dari keberhasilan perusahaan dalam pengelolaan keuangannya karena perusahaan senantiasa dihadapkan pada masalah penyelesaian kewajiban-kewajibannya. Sebagaimana uraian sebelumnya dikatakan bahwa laporan arus kas apabila digunakan bersama laporan keuangan lainnya akan membantu pihak eksternal menganalisis keadaan keuangan perusahaan, maka untuk mendukung analisis yang berkaitan dengan laporan arus kas, berikut disajikan ringkasan laporan keuangan PT. Kimia Farma (Persero). Tbk sebagai berikut :
39
Tabel 1.02 Ringkasan Laporan Keuangan PT Kimia Farma. Tbk Tahun 2006 – 2010 (Dalam Rupiah) Keterangan
2006
2007
Tahun 2008
2009
2010
950.617.883.670
1.020.884.466.060
1.139.548.849.755
493.292.331.069
495.051.915.969
544.946.800.214
517.742.984.557
1.261.224.634.982
1.386.739.149.721
1.445.669.799.639
1.565.831.266.274
1.657.291.834.312
Hutang
390.570.748.341
478.711.551.186
497.905.256.839
570.156.166.178
543.257.475.734
Ekuitas
870.653.886.641
908.027.598.535
947.764.542.800
955.315.100.096
1.114.028.943.712
67.628.693.155
82.469.927.042
96.105.856.142
99.729.820.584
178.611.238.352
Aktiva lancar
750.931.689.622
893.446.818.652
Aktiva tdk lancar
510.652.078.213
Total Aktiva
Laba/Rugi Sebelum PPh Badan
Sumber : Bursa efek Indonesia tahun 2010
Dari data tabel 1.01 tersebut di atas, aktiva lancar PT. Kimia Farma pada tahun 2007 naik menjadi sebesar Rp. 893,45 miliar dibandingkan tahun 2006 sebesar Rp. 750,93 miliar. Pada tahun 2009 aktiva lancar naik menjadi sebesar Rp.1,02 triliun dibandingkan tahun 2008 sebesar Rp.950,62 miliar. Pada tahun 2010 aktiva lancar naik sebesar Rp. 1,14 triliun dibandingkan tahun 2009 sebesar Rp. Rp.1,02 triliun. Berdasarkan data diatas, dapat dikatakan bahwa aktiva lancar PT. Kimia Farma Tbk mengalami kenaikan dari tahun ke tahun mulai dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010. Hal ini memperlihatkan aktivitas perusahaan yang kondusif dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Berdasarkan dari data diatas, pos aktiva tidak lancar perusahaan mengalami penurunan pada tahun 2007 sebesar Rp. 493,29 miliar dibandingkan pada tahun 2006 sebesar Rp. 510,65 miliar, tetapi pada tahun
40
2008 aktiva tidak lancar mengalami kenaikan menjadi sebesar Rp. 495,05 miliar dibandingkan tahun 2007 yang hanya sebesar Rp.493,29 miliar, pada tahun 2009 aktiva tidak lancar juga mengalami kenaikan sebesar Rp.544,95 miliar dibandingkan tahun 2008 sebesar Rp. 495,05, Aktiva tidak lancar pada tahun 2010 turun sebesar Rp. 517,74 miliar dibandingkan tahun 2009 sebesar Rp.544,9. Kondisi ini mengisyaratkan bahwa fenomena kenaikan dan penurunan pada aktiva lancar sesungguhnya adalah perusahaan lebih mengutamakan penempatan dana investasi pada aktiva lancar yang umumnya
berjangka
menghasilkan uang
waktu yang
pendek
dengan
tujuan
peruntukannya disamping
dapat
segera
meningkatkan
kesejahteraan pemilik tetapi juga untuk menjaga likuiditas perusahaan. Total aktiva perusahaan mengalami peningkatan dari tahun ketahun mulai tahun 2006 sampai dengan tahun 2010, kontribusi tebesar dari peningkatan total aktiva perusahaan sesungguhnya berasal dari aktiva lancar perusahaan dimana pada tahun 2008 total aktiva perusahaan meningkat sebesar Rp. 1,45 triliun dibandingkan tahun 2007 yang hanya sebesar Rp. 1,39 triliun, dan seterusnya sampai dengan tahun 2010 total aktiva memperlihatkan trend perkembangan yang positif setiap tahunnya. Sementara itu, jumlah kewajiban dan ekuitaspun memperlihatkan peningkatan dari tahun ketahun mulai dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010. Meskipun jumlah kewajiban dari tahun ketahun cenderung mengalami kenaikan akan tetapi berdasarkan data laporan keuangan
41
diatas, dapat dilihat keberhasilan perusahaan dalam meningkatkan laba usahanya dari hasil lain-lain yang pada akhirnya dapat meningkatkan laba bersih perusahaan setiap tahunnya secara signifikan di mulai dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010. Berdasarkan hal tersebut, dampak keuangan
perusahaan
dari
prestasi
pencapaian
laba
perusahaan
merupakan gambaaran dari aktivitas operasi, investasi dan pendanaan yang dilakukan oleh perusahaan. Peningkatan laba bersih perusahaan ini memungkinkan bagi perusahaan untuk menjaga stabilitas keuangannya, disamping juga untuk memenuhi kewajiban mensejahterakan para pemilik perusahaan. Dalam penelitian ini, penulis lebih memfokuskan kajian pada analisa laporan arus kas perusahaan untuk mengukur likuiditas PT. Kimia Farma, Tbk. sehingga dengan melihat ringkasan laporan keuangan diatas, untuk sementara dapat dilihat bagaimana perusahaan menjaga likuiditasnya dari aspek pengalokasian dana pada aktiva lancar yang diharapkan dapat menghasilkan keuntungan dalam jangka pendek dari aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Analisis Laporan Arus Kas Untuk Mengukur Likuiditas Pada PT. Kimia Farma (Persero), Tbk”. B. Rumusan Masalah
42
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut : “Bagaimanakah tingkat likuiditas perusahaan berdasarkan laporan arus kas pada PT. Kimia Farma (Persero), Tbk”. C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis tingkat likuiditas pada PT. Kimia Farma (Persero). Tbk dengan menggunakan analisis laporan arus kas. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Penulis, Penelitian ini bermanfaat bagi penulis untuk menambah pengetahuan penulis, khususnya dibidang keuangan perusahaan yang menyangkut aspek likuiditas perusahaan berdasarkan analisis laporan arus kas. 2. Bagi Akademisi, Diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan dan sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya dimasa yang akan datang. E. Sistematika Penulisan Penulisan
penelitian
ini
terbagi
dalam
enam
bab,
yang
sistematikanya adalah sebagai berikut : Bab I
: PENDAHULUAN
43
Memuat Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian dan Sistematika Penulisan. Bab II : TINJAUAN PUSTAKA Memuat tentang Pengertian Manajemen Keuangan, Fungsi dan Tujuan Manajemen Keuangan, Pengertian Laporan Keuangan, Pengertian Laporan Arus Kas, Tujuan dan Kegunaan Laporan Arus Kas, Klasifikasi Arus Kas, Pengertian Rasio Keuangan, Analisis Laporan Arus Kas, serta Pengertian Likuiditas Bab III : METODE PENELITIAN Memuat uraian tentang Pemilihan Lokasi Penelitian, Jenis dan Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data, Alat Analisis dan Cara Pengukurannya. Bab IV : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Memuat uraian tentang Sejarah singkat PT. Kimia Farma (Persero), Tbk, visi misi dan tujuan perusahaan, maksud dan tujuan perusahaan, ruang lingkup usaha, struktur organisasi, tata kelola manajemen perusahaan, serta produk dan layanan. Bab V : PEMBAHASAN Memuat uraian tentang deskriptif hasil penelitian, perhitungan rasio arus kas, pengukuran serta pembahasan. Bab VI : PENUTUP
44
Memuat tentang kesimpulan dan saran.
45
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Manajemen Keuangan 1. Pengertian Manajemen Keuangan Manajemen Keuangan adalah suatu kegiatan perencanaan, penganggaran, pemeriksaan, pengelolaan, pengendalian, pencarian dan penyimpanan dana yang dimiliki oleh organisasi atau perusahaan. Manajemen keuangan dapat didefinisikan dari tugas dan tanggung jawab manajer keuangan. Meskipun tugas dan tanggung jawabnya berlainan di setiap
perusahaan, tugas
pokok manajemen
keuangan antara lain meliputi : keputusan tentang investasi, pembiayaan kegiatan usaha dan pembagian dividen suatu perusahaan (Weston dan Copeland, 1992 : 2). Menurut Horne dan Washowich (1997 : 2) manajemen keuangan adalah : “Segala pendanaan,
aktifitas dan
yang
pengelolaan
berhubungan aktiva
dengan
dengan
perolehan,
beberapa
tujuan
menyeluruh”. Subjek dari bidang keuangan perusahaan tidak hanya terbatas pada bagaimana bisnis diorganisir untuk memperoleh dana, bagaimana dana tersebut didapatkan serta bagaimana dana tersebut dimanfaatkan. Namun subjeknya dapat pula mencakup hal-hal mengenai praktek-
46
praktek, prosedur-prosedur dan masalah-masalah yang menyangkut penyaluran dana untuk keperluan investasi usaha, serta perencanaan untuk dan pengawasan atas penggunaan dana tersebut. 2. Fungsi dan Tujuan Manajemen Keuangan Menurut Harmono (2009 : 6) Fungsi manajemen keuangan dapat dirinci ke dalam tiga bentuk kebijakan perusahaan, yaitu : (1) Keputusan investasi, adalah keputusan yang diambil oleh manajer keuangan dalam pengalokasian dana dalam bentuk investasi yang dapat menghasilkan laba dimasa yang akan datang. Keputusan ini akan tergambar dari aktiva perusahaan dan mempengaruhi struktur kekayaan perusahaan yaitu perbandingan antara current assets dengan fixes assets. (2) Fungsi pendanaan, adalah keputusan manajemen keuangan dalam melakukan pertimbangan dan analisis perpaduan antara sumbersumber dana yang paling ekonomis bagi perusahaan untuk mendanai kebutuhan-kebutuhan investasi serta kegiatan operasional perusahaan. Keputusan pendanaan akan tercermin dalam sisi pasiva perusahaan yang akan mempengaruhi financial structure maupun capital structure. (3) Fungsi
dividen,
merupakan
bagian
dari
keuntungan
suatu
perusahaan yang dibayarkan kepada pemegang saham. Keputusan dividen adalah keputusan manajemen keuangan dalam menentukan
47
besarnya proporsi laba yang akan dibagikan kepada pemegang saham dan proporsi dana yang akan disimpan di perusahaan sebagai laba ditahan untuk pertumbuhan perusahaan. Kebijakan ini juga akan mempengaruhi financial structure maupun capital ctructure. Setiap fungsi harus mempertimbangkan tujuan perusahaan; mengoptimalkan kombinasi tiga kebijakan keuangan yang mampu meningkatkan nilai kekayaan bagi para pemegang saham. Ketiga fungsi manajemen keuangan harus mempertimbangkan yang membawa dampak sinergis terhadap harga saham perusahaan di pasar. (Harmono, 2009 : 6) Menurut Weston dan Copeland (1995 : 3 ) : “Fungsi manajemen keuangan adalah menyangkut keputusan tentang penanaman modal, pembiayaan kegiatan usaha dan pembagian deviden pada suatu perusahaan”. Pendapat
lain yang
dikemukakan Weston dan Copeland
(1995 : 21) : “Fungsi utama manajemen keuangan adalah merencanakan, memperoleh dan menggunakan dana untuk menghasilkan kontribusi maksium terhadap operasi yang efisien dari suatu organisasi. Sedangkan tujuan manajemen keuangan adalah memaksimumkan kemakmuran pemegang saham (maximumtion wealth of stockholder) melalui maksimalisasi nilai perusahaan. Tujuan ini dapat ditempuh dengan memaksimumkan nilai sekarang (present value) semua keuntungan pemegang saham yang diharapkan akan diperoleh di masa mendatang”. B. Pengertian Laporan Keuangan
48
Salah satu proses akuntansi adalah penyusunan laporan keuangan perusahaan. Dalam hasil ini penyusunan laporan keuangan tersebut harus dilakukan menurut tata cara yang telah ditentukan dan lazim berlaku serta diterima oleh umum, dan di Indonesia harus sesuai dengan Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI). Menurut Sundjaja dan Barlian (2001 : 47) laporan keuangan adalah : “Suatu laporan yang menggambarkan hasil dari proses akuntasi yang digunakan sebagai alat komunikasi antar data keuangan atau aktivitas perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data-data atau aktivitas-aktivitas” Menurut Munawir (2002: 2) menyatakan bahwa : “Laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut”. Menurut Eugne F, Brigham dan Joel F. Houston (2001: 78) bahwa : “Laporan keuangan melaporkan posisi perusahaan pada suatu waktu tertentu dan operasinya selama beberapa periode yang lalu. Akan tetapi riil dari laporan keuangan adalah fakta bahwa laporan keuangan dapat digunakan untuk membantu memprediksi laba dan dividen masa depan”. Ikatan akuntansi Indonesia (IAI) (2004 : 2) dalam standar akuntansi keuangan menyebutkan bahwa : “Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan, yang meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan, catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan”. Menurut Harahap (2007 : 105) :
49
“Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Adapun jenis laporan keuangan yang lazim dikenal adalah neraca atau laporan laba / rugi, atau hasil usaha, laporan arus kas, laporan perubahan posisi keuangan”. Menurut Mamduh 2003 : 12) : “Laporan keuangan pada dasarnya ingin melaporkan kegiatankegiatan pendanaan dan kegiatan operasional sekaligus sebagai evaluasi keberhasilan strategi perusahaan untuk mencapai tujuan”. Ada tiga laporan keuangan dasar yang biasa digunakan untuk menggambarkan kondisi keuangan dan kinerja perusahaan yaitu neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas. Neraca memberikan gambaran mengenai aktiva, kewajiban, dan ekuitas para pemilik perusahaan untuk periode trertentu. Laporan laba rugi menggambarkan pendapatan bersih dari kegiatan operasi perusahaan selama periode tertentu. Laporan arus kas menggabungkan informasi dari neraca dan laporan laba rugi utnuk menggambarkan sumber penggunaan kas selama periose tertentu dalam sejarah hidup perusahaan (Keown, 2001 : 107) Sofyan Syafri Harahap (1998: 189) berpendapat bahwa : “Analisis laporan keuangan dijelaskan melalui arti masing-masing kata. Analisis yaitu menguraikan suatu unit menjadi berbagai unit yang lebih kecil. Sedangkan laporan keuangan adalah neraca, laporan laba, arus kas, dan dana. Dengan menggabungkan dua pengertian ini, maka analis laporan keuangan berarti menguraikan pos-pos laporan keuangan mejadi unit informas yang lebih kecil dan melihat hubungannya bersifat signifikan atau mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi
50
keuangan lebih dalam yang sangat menghasilkan keputusan yang tepat”.
penting
dalam
proses
C. Pengertian Laporan Arus Kas Kas sangat diperlukan oleh setiap perusahaan baik itu perusahaan swasta maupun perusahaan milik pemerintah. Pada umumnya kas diperlukan perusahaan karena tiga alasan yaitu untuk transaksi, untuk berjaga-jaga dan untuk spekulasi guna mengambil keuntungan kalau kesempatan ada. Karena alasan itulah perusahaan dituntut untuk mempunyai ketersediaan kas yang cukup dan juga perusahaan harus bisa mengelola arus kas tersebut. Pengertian arus kas menurut Sofyan Syafri Harahap (2004:257), yaitu: “Arus kas merupakan suatu laporan yang memberikan informasi yang relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas suatu perusahaan pada suatu periode tertentu dengan mengklasifikasikan transaksi pada kegiatan: operasi, penbiayaan dan investasi”. Pengertian arus kas menurut Harry Supangkat (2003:33) yaitu : „‟Ringkasan mengenai transaksi dalam bentuk kas yang berasal dari tiga macam kegiatan yang dilakukan perusahaan yaitu Kegiatan Operasi, Kegiatan Investasi dan Kegiatan Pendanaan”. Menurut Dewi Astuti (2004:23) laporan arus kas yaitu: “Suatu laporan yang mengungkapkan informasi mengenai arus kas dimasa lampau maupun arus kas yang dianggarkan”.
51
Menurut Darsono dan Ashari (2005:90), mengemukakan bahwa: “Arus Kas yaitu suatu laporan yang memuat informasi tentang sumber dan pengguanaan kas perusahaan selama periode tertentu, misalnya satu bulan atau satu tahun” Melakukan manajemen kas merupakan tugas yang sulit karena pelaksanaannya harus dilakukan secara tepat. Apabila kas yang dimiliki terlalu sedikit, maka kegiatan tidak dapat dilakukan dengan baik karena kas tidak cukup untuk membiayai kegiatan perusahaan. Tetapi sebaliknya apabila perusahaan memiliki kas yang terlalu banyak maka akan timbul kesan bahwa perusahaan tidak dapat memanfaatkan kesempatan untuk memperoleh pengembalian yang lebih besar, sebab dalam keadaan normal tingkat pengembalian uang kas akan sangat rendah. D. Tujuan dan Kegunaan Laporan Arus Kas 1.
Tujuan Laporan Arus Kas Tujuan utama dari laporan arus kas adalah memberikan informasi
mengenai
penerimaan
dan
pengeluaran
kas
suatu
perusahaan selama satu periode. Tujuan keduanya adalah memberikan informasi atas dasar kas mengenai aktivitas operasi, investasi dan pendanaan. Menurut Keiso dan Weygant (2002 : 247) tujuan laporan arus kas adalah sebagai berikut :
52
a) Menilai kemampuan perusahaan menghasilkan arus kas masa depan. b) Menilai kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban. Kemampuan membayar deviden dan kebutuhannya dan pendanaan ekstern. c) Menilai alasan antara perbedaan laba bersih dan penerimaan serta pembayaran kas yang berkaitan. d) Menilai pengaruh pada posisi keuangan suatu perusahaan dan transaksi investasi dan pendanaan kas serta non kasnya selama satu periode. 2.
Kegunaan Laporan Arus Kas Laporan arus kas berguna secara internal bagi manajemen dan secara eksternal bagi para pemodal dan kreditur. Dengan mengadakan analisa informasi arus kas, pihak manajemen akan mengetahui apakah kebijakan yang telah dilakukan berjalan dengan baik dalam hal memperoleh serta menggunakan kas tersebut pada suatu periode tertentu. Selain itu laporan arus kas juga dapat digunakan untuk menentukan kebijakan deviden, menilai efisiensi dan efektivitas setiap departemen serta mengukur kinerja setiap departemen yang telah diserahi wewenang, mengevaluasi imbas dan kebijakan pokok investasi dan pendanaan, serta memperoleh informasi yang relevan dalam penyusunan anggaran biaya, anggaran pendapatan maupun anggaran laba rugi untuk
53
menentukan prosedur dan kebijakan yang lebih tepat sehingga dapat diperoleh hasil yang lebih baik dengan menjaga struktur permodalan yang sehat. Bagi pihak eksternal perusahaan, laporan arus kas ini akan membantu para pemodal, kreditur, dan pihak lainnya dalam menilai berbagai
aspek
dari
posisi
keuangan
perusahaan,
seperti
yang
dikemukakan oleh Keiso (2002), kegunaan laporan arus kas bagi pihak eksternal yaitu : 1) Menilai kinerja perusahaan dalam menghasilkan arus kas bersih pada masa yang akan datang 2) Menilai kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya, kemampuan membayar deviden, dan kebutuhan pendanaan ekstern. 3) Penilaian atas alasan perbedaan antara laba bersih dengan kas bersih dari penerimaan serta pembayaran kas yang berkaitan. 4) Menilai pengaruh posisi laporan keuangan perusahaan dari transaksi investasi dan pendanaan kas dan non kas selama satu periode.
E. Klasifikasi Arus Kas (Cash Flows) Menurut Sofyan Syafri Harahap (2004:258) mengemukakan bahwa dalam penyajiannya Laporan Arus Kas ini memisahkan transaksi arus kas dalam tiga kategori yaitu: 1. Kas yang berasal dari/digunakan untuk kegiatan operasional. 2. Kas yang berasal dari/digunakan untuk kegiatan investasi.
54
3. Kas
yang
berasal
dari/digunakan
untuk
kegiatan
keuangan/
pembiayaan. Untuk menentukan mana arus kas yang masuk ketiga golongan yaitu Operasi, Investasi dan Pembiayaan, dapat dijelaskan sebagai berikut. 1. Kegiatan Operasional Semua transaksi yang berkaitan dengan laba yang dilaporkan dalam Laporan Laba/Rugi dikelompokkan dalam golongan ini. Demikian juga Arus Kas Masuk lainnya yang berasal dari kegiatan operasional, misalnya: a) Penerimaan dari langganan; b) Penerimaan dari piutang bunga; c) Penerimaan deviden; d) Penerimaan refund dari supplier. Arus Kas Keluar misalnya berasal dari: a) Kas yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa yang akan dijual; b) Bunga yang dibayar atas utang perusahaan; c) Pembayaran pajak penghasilan; d) Pembayaran gaji. 2. Kegiatan Investasi Disini dikelompokkan transaksi kas yang berhubungan dengan perolehan fasilitas investasi dan nonkas lainnya yang digunakan oleh
55
perusahaan. Arus kas masuk terjadi jika kas diterima dari hasil atau pengembalian investasi yang dilakukan sebelumnya misalnya dari hasil penjualan. Arus kas yang diterima misalnya dari: a) Penjualan aktiva tetap; b) Penjualan surat berharga yang berupa investasi; c) Penagihan pinjaman jangka panjang (tidak termasuk bunga jika ini merupakan kegiatan investasi); d) Penjualan aktiva lainnya yang digunakan dalam kegiatan produksi (tidak termasuk persediaan). Arus kas keluar dari kegiatan ini misalnya adalah: a) Pembayaran untuk mendapatkan aktiva tetap; b) Pembelian investasi jangka panjang; c) Pemberian pinjaman pada pihak lain; d) Pembayaran untuk aktiva lain yang digunakan dalam kegiatan produktif seperti hak paten (tidak termasuk persediaan yang merupakan persediaan operasional). 3. Kegiatan Pembiayaan Kelompok ini menyangkut bagaimana kegiatan kas diperoleh untuk membiayai perusahaan termasuk operasinya. Dalam kategori ini, arus kas masuk merupakan
kegiatan mendapatkan dana untuk
56
kepentingan perusahaan. Arus kas keluar adalah pembayaran kembali kepada pemilik dan kreditor atas dana yang diberikan sebelumnya. Contoh arus kas masuk misalnya adalah: a) Pengeluaran saham; b) Pengeluaran wesel; c) Penjualan obligasi; d) Pengeluaran surat hipotek, dan lain-lain. Arus kas keluar misalnya; a) Pembayaran dividen dan pembagian lainnya yang diberikan kepada pemilik; b) Pembelian saham pemilik (treasury stock); c) Pembayaran utang pokok dana yang dipinjam (tidak termasuk bunga karena dianggap sebagai kegiatan operasi). F. Pengertian Rasio Keuangan Dalam kehidupan sehari-hari kita sering melakukan penilaiann terhadap sesuatu dengan menggunakan berbagai metode dan standarisasi. Begitu juga untuk penilaian suatu perusahaan, kita dapat melakukan penilaian dengan berbagai metode, salah satu metode yang dikenal adalah analisis rasio. Menurut Sofyan Syafri Harahap, (2006:297) rasio keuangan adalah
57
“Angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari suatu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti)”. Menurut Lyn M Fraser dan Aileen Ormiston, (2008 : 346) : “Rasio keuangan adalah perhitungan yang dilakukan untuk menstandarisasikan, menganalisis, dan membandingkan data keuangan yang dinyatakan hubungan”. Menurut Harahap (2007 : 297) : “Rasio
keuangan
adalah
angka
yang
diperoleh
dari
hasil
perbandingan dari suatu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti)”. Rasio keuangan ini hanya menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya. Dengan penyederhanaan ini kita dapat menilai secara cepat hubungan antara pos tadi dan dapat membandingkannya dengan rasio lain sehingga kita dapat memperoleh informasi dan memberikan penilaian. Menurut Sugiono (2009 : 64) : “Yang dimaksud dengan analisis rasio adalah suatu angka yang menunjukkan hubungan antar unsur-unsur dalam laporan keuangan”. G. Jenis Rasio
58
Dalam buku analisis laporan keuangan Jumingan (2009 : 120) berdasarkan sumber datanya, dari mana rasio itu dibuat, maka rasio itu dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu : 1) Rasio-rasio neraca (balance sheet rations) yaitu rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca, misalnya rasio lancar (current ratio), rasio tunai (quick ratio), rasio modal sendiri dengan total aktiva, ratio tetap dengan utang jangka panjang dan sebagainya. 2) Rasio-rasio laporan laba rugi (income statement rations), yaitu rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari laporan perhitungan laba rugi, misalnya rasio laba bruto dengan penjualan neto, rasio laba usaha dengan penjualan neto, operating ratio, dan sebagainya. 3) Rasio-rasio antar laporan (inter-statement rations), yaitu rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca dan laporan laba rugi, misalnya rasio penjualan neto dengan aktiva usaha, rasio penjualan kredit dengan piutang rata-rata, rasio harga pokok penjualan dengan persediaan rata-rata, dan sebagainya. Menurut Weston dan Brigham (1981 : 138) rasio keuangan dapat digolongkan menjadi enam kategori, yaitu sebagai berikut : 1. Rasio likuiditas, bertujuan mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. 2. Rasio leverage, bertujuan mengukur sejauh mana kebutuhan keuangan perusahaan dibelanjai dengan dana pinjaman. Misalnya rasio total utang dengan total aktiva (total debt to total assets ratio), kelipatan keuntungan terhadap dalam menutup beban bunga (time interest earned), kemampuan keuntungan dalam menutup beban tetap (fixed charge coverage), dan sebagainya. 3. Rasio aktivitas, bertujuan mengukur efektivitas perusahaan dalam mengoperasikan dana. Misalnya Inventory turnover, average collectio period, total assets turnover, dan sebagainya. 4. Rasio profitabilitas, bertujuan mengukur efektivitas manajemen yang tercermin pada imbalan hasil dari investasi melalui kegiatan penjualan. Misalnya profit margin on sales, return on total assets, return on net worth, dan sebagainya. 5. Rasio pertumbuhan, bertujuan mengukur kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kedudukannya dalam pertumbuhan perekonomian dan industri.
59
6. Rasio valuasi, bertujuan mengukur performance perusahaan secara keseluruhan, karena rasio ini merupakan pencerminan dari rasio risiko dan rasio imbalan hasil. Menurut Hamptom (1980 : 110), rasio keuangan dapat digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu sebagai berikut : 1. Rasio likuiditas, bertujuan menguji kecukupan dana, solvency perusahaan, kemampuan perusahaan membayar kewajiban yang segera harus dipenuhi. Yang termasuk rasio likuiditas misalnya rasio lancar (current rasio), ratio tunai (quick ratio), perputaran piutang (receivables turnover), perputaran persediaan (inventory turnover). 2. Rasio profitabilitas bertujuan mengukur efisiensi aktivitas perusahaan dan kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan. Misalnya margin keuntungan (profit margin), margin laba bruto (gross profit margin), perputaran aktiva (operating assets turnover), imbalan hasil dari investasi (return on investment), rentabilitas modal sendiri (return on equity), dan sebagainya. 3. Rasio pemilikan, berkaitan langsung atau tidak langsung dengan keuntungan dan likuiditas. Membantu pemilik saham dalam mengevaluasi aktivitas dan kebijaksanaan perusahaan yang berpengaruh terhadap harga saham di pasaran. Misalnya keuntungan per lembar saham (earning per share), nilai buku per lembar saham (book value per share), rasio utang dengan modal sendiri (capital structure ratio), rasio deviden dan sebagainya. H. Pengertian Likuiditas Menurut Agus Sartono (2004:116) mengemukakan bahwa : “Likuiditas perusahaan menunjukkan kemampuan untuk membayar kewajiban financial jangka pendek tepat pada waktunya. Likuiditas perusahaan ditunjukkan oleh besar kecilnya aktiva lancar yaitu aktiva yang mudah untuk diubah menjadi kas yang meliputi kas, surat berharga, piutang, dan persediaan”. Rasio likuiditas adalah rasio yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar kewajban jangka pendek. (Darsono dan Ashari, 2005 : 74).
60
Dalam Bukunya Darsono dan Ashari (2005 : 74), jenis-jenis rasio likuiditas yang dapat digunakan yaitu terdiri dari: 1. Rasio Lancar (Current Ratio) Aktiva Lancar Rumus =
x 100% Hutang Lancar
Current Ratio adalah perbandingan antara harta lancar dengan hutang lancar. Ratio ini menunjukkan seberapa besar hutang lancar dijamin oleh harta lancar. Apabila perusahaan mempunyai current ratio 2 : 1 atau 200% ini berarti bahwa setiap Rp. 1 hutang lancar dijamin dengan 2 aktiva lancar. Rasio lancar atau current ratio, merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Dengan kata lain, seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo. Rasio lancar dapat pula dikatakan sebagai bentuk untuk mengukur tingkat keamanan (margin of safety) suatu perusahaan.
2. Rasio Sangat Lancar (Quick Ratio) Harta Lancar – Persediaan Rumus =
x 100% Hutang Lancar
61
Quick ratio atau acid-test ratio merupakan perbandingan likuiditas yaitu
dengan
membandingkan
harta
lancar
setelah
dikurangi
persediaan dengan hutang lancar. Persediaan barang harus dikeluarkan dari perhitungan karena dianggap kurang likuid dibandingkan dengan elemen harta lancar yang lain. Untuk menjadi kas, persediaan harus dijual dahulu agar menjadi piutang, baru kemudian berubah menjadi kas. 3. Rasio Kas (cash ratio) Kas + Surat Berharga Rumus =
x 100% Hutang Lancar
Rasio kas merupakan alat yang digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang. Ketersediaan uang kas dapat ditunjukkan dari tersedianya dana kas atau yang setara dengan kas seperti rekening giro atau tabungan di bank (yang dapat ditarik setiap saat). Dapat dikatakan rasio ini menunjukkan kemampuan sesungguhnya bagi perusahaan untuk membayar utang-utang jangka pendeknya. I.
Analisis Laporan Arus Kas Dalam bukunya Darsono (2005 : 91) menyatakan bahwa : “Semakin banyak perusahaan yang mencantumkan laporan arus kas ke dalam laporan keuangan tahunan”.
62
Analisis laporan arus kas ini menggunakan komponen neraca dan laba rugi sebagai alat analisis rasio. 1.
Rasio Arus Kas Operasi (AKO) Rasio arus kas operasi menghitung kemampuan arus
kas
operasi dalam membayar kewajiban lancar. Kas Operasi Jumlah Arus AKO = Kewajiban Lancar Rasio ini diperoleh dengan membagi arus kas operasi dengan kewajiban lancar. Rasio ini menunjukkan bahwa rasio arus kas operasi berada di bawah satu yang berarti terdapat kemungkinan perusahaan tidak mampu membayar kewajiban lancar, tanpa menggunakan arus kas dari aktivitas lain. Dalam perusahaan, aktivitas normal adalah aktivitas utama yang merupakan kegiatan yang terus menerus. 2.
Rasio Cakupan Kas terhadap Bunga (CKB) Rasio
ini
digunakan
untuk
mengetahui
kemampuan
perusahaan dalam membayar bunga atas hutang yang telah ada. Rasio ini diperoleh dengan arus kas dari operasi tambah pembayaran bunga, dan pembayaran pajak dibagi pembayaran bunga. Arus Kas Operasi + Bunga + Pajak CKB = Bunga 3.
Rasio Cakupan Kas terhadap Hutang Lancar (CKHL)
63
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar hutang lancar berdasarkan arus kas operasi bersih. Rasio ini diperoleh dengan arus kas operasi ditambah dividen kas dibagi dengan hutang lancar. Arus Kas Operasi + Dividen Kas CKHL = Hutang Lancar 4.
Rasio Kecukupan Arus Kas (KAK) Rasio
ini
mengukur
kemampuan
perusahaan
dalam
menyediakan kas untuk memenuhi kewajibannya dalam jangka 5 tahun mendatang. Rasio ini diperoleh dengan (laba sebelum pajak dan bunga minus pembayaran pajak minus pembayaran bunga – pengeluaran modal) dibagi (rata-rat hutang yang jatuh tempo setiap tahun selama lima tahun).
EBIT – Bunga – Pajak – Aset Tetap KAK = Rata-rata Hutang Lancar selama 5 tahun
64
BAB III METODE PENELITIAN A. Pemilihan Lokasi Penelitian Objek penelitian ini adalah PT. Kimia Farma (Persero). Tbk sebagai perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam periode penelitian dari tahun 2006 – 2010, dengan alasan sebagai berikut : 1.
PT. Kimia Farma (Persero). Tbk merupakan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang menerbitkan dan mempublikasikan laporan keuangannya setiap tahun di media massa.
2.
Bahwa PT. Kimia Farma(Persero), Tbk., menyediakan data laporan keuangan arus kas yang diperlukan dalam penelitian ini yang diterbitkan oleh otoritas bursa dalam hal ini Bursa Efek Indonesia (BEI).
B. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu data yang berupa angka-angka atau data yang dapat dihitung serta dapat dianalisis secara sistematis. Data kuantitatif dalam penelitian ini adalah angka-angka yang terdapat dalam laporan keuangan dan laporan arus kas pada perusahaan PT. Kimia Farma (Persero), Tbk periode 2006 – 2010.
65
2. Sumber Data Adapun sumber data dalam penelititan ini adalah data sekunder, yaitu data laporan keuangan perusahaan yang diterbitkan oleh otoritas Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui website Bursa Efek Indonesia. C. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dalam melakukan penelitian ini adalah : 1. Penelitian kepustakaan, yaitu pengumpulan dasar-dasar teori dan penelitian terdahulu, serta segala informasi yang berkaitan dengan penelitian yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas, seperti informasi didapat di internet maupun lainnya. 2. Studi dokumentasi, adalah pengumpulan data yang dilakukan pada subjek penelitian melalui dokumen-dokumen laporan keuangan dan dokumen pendukung lainnya dari perusahaan. D. Alat Analisis Untuk mengukur likuiditas perusahaan PT. Kimia Farma (Persero), Tbk, digunakan rasio laporan arus kas. Menurut Darsono dan Ashari (2005 : 91), yaitu sebagai berikut : 1.
Rasio Arus Kas Operasi (AKO) Jumlah Arus Kas Operasi AKO = Kewajiban Lancar
66
Rasio ini diperoleh dengan membagi arus kas operasi dengan kewajiban lancar. Rasio ini menunjukkan bahwa rasio arus kas operasi berada di bawah satu yang berarti terdapat kemungkinan perusahaan tidak mampu membayar kewajiban lancar, tanpa menggunakan arus kas dari aktivitas lain. Dalam perusahaan, aktivitas normal adalah aktivitas utama yang merupakan kegiatan yang terus menerus.
2.
Rasio Cakupan Kas terhadap Bunga (CKB) Arus Kas Operasi + Bunga + Pajak CKB = Bunga
3.
Rasio Cakupan Kas terhadap Hutang Lancar (CKHL) Arus Kas Operasi + Dividen Kas CKHL = Hutang Lancar
4.
Rasio Kecukupan Arus Kas (KAK) EBIT – Bunga – Pajak – Pengeluaran Modal KAK = Rata-rata Hutang Lancar selama 5 tahun
E. Cara Pengukuran Menurut Alwi (1993:109) menyatakan bahwa untuk mengetahui sejauh mana kondisi finansial perusahaan saat ini, diperlukan suatu cara evaluasi. Dalam hal ini ada dua model evaluasi finansial yang dapat
67
memberikan gambaran tentang sejauh mana kondisi perusahaan pada saat ini, yaitu : 1. Analisis trend Analisis trend adalah adalah analisis perkembangan rasio finansial perusahaan dalam beberapa tahun yaitu perbandingan antara suatu rasio saat sekarang dengan rasio yang sama pada waktu yang lampau. Analisis ini sering disebut sebagai analisis historis (Historical Analysis). 2. Norma Industri Norma industri adalah rata-rata rasio yang dihasilkan dari beberapa perusahaan yang sejenis yang dapat dijadikan sebagai alat pengukur bagi perusahaan yang bersangkutan. Rasio ini disebut sebagai rasio industri. Pengkuran rasio keuangan terhadap rasio keuangan industri akan menunjukkan sejauh mana kondisi keuangan perusahaan saat ini di bandingkan dengan para pesaing dalam industri yang sama.
68
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 1.1.1.
Sejarah Singkat PT. Kimia Farma (Persero), Tbk Kimia Farma merupakan perusahaan perintis dalam industri farmasi
Indonesia. Awal mula berdirinya perusahaan dapat dilihat balik ke tahun 1917, ketika NV Chemicalien Handle Rathkamp & Co., perusahaan farmasi pertama di Hindia Timur didirikan. Sejalan dengan kebijakan nasionalisasi bekas perusahaan-perusahaan Belanda, pada tahun 1958 pemerintah melebur sejumlah perusahaan farmasi menjadi PNF Bhinneka Kimia Farma. Selanjutnya pada tanggal 16 Agustus 1971 bentuk hukumnya diubah menjadi Perseroan Terbatas, menjadi PT Kimia Farma (Persero). Sejak tanggal 4 Juli 2001 Kimia Farma tercatat sebagai perusahaan publik di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. Berbekal tradisi industri yang panjang selama lebih dari 187 tahun dan nama yang identik dengan mutu, Kimia Farma telah berkembang menjadi sebuah perusahaan pelayanan kesehatan utama di Indonesia yang kian
memainkan
peranan
penting
dalam
pengembangan
dan
pembangunan bangsa dan masyarakat.
69
PT. Kimia Farma juga telah melakukan ekspansi bisnisnya tidak hanya di tingkat nasional tapi juga mulai memasuki tingkat perdagangan internasional. Produk-produk Kimia Farma yang mencakup produk obat jadi dan sediaan farmasi serta bahan baku obat seperti Iodine dan Quinine telah memasuki pasar dinegara : Eropa, India, Jepang, Taiwan and New Zealand. Produk jadi dan kosmetik telah di pasarkan ke Yaman, Korea Selatan, Singapura, Malaysia, Vietnam, Sudan, and Papua New Guinea. Demikian juga untuk produk-produk herbal yang berasal dari bahan alami juga telah dipersiapkan proses registrasinya untuk memasuki pasar baru seperti : Filipina, Myanmar, Pakistan, Uni Emirat Arab, Oman, Bahrain and Bangladesh. Produk Herbal merupakan target utama korporasi untuk periode mendatang mengingat banyaknya peminat dan pembeli potensial yang telah menunjukkan minat untuk melakukan hubungan bisnis dengan perusahaan. 1.1.2. o
Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan Visi Perusahaan “Komitmen pada peningkatan kualitas kehidupan, kesehatan dan lingkungan”.
o
Misi Perusahaan
Mengembangkan industri kimia dan farmasi dengan melakukan penelitian dan pengembangan produk yang inovatif.
70
Mengembangkan bisnis pelayanan kesehatan terpadu yang berbasis jaringan distribusi dan jaringan apotek.
Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dan mengembangkan sistem informasi perusahaan
o
Maksud dan Tujuan Perusahaan Maksud dan tujuan perusahaan ialah turut melaksanakan dan menunjang kebijakan serta program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya, khususnya kegiatan usaha dibidang industri kimia, farmasi, biologi dan kesehatan serta industri makanan dan minuman dengan menerapkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan
yang baik. Untuk mencapai maktud dan tujuan diatas,
perseroan melaksanakan kegiatan usaha, baik dilakukan sendiri atau kerjasama dengan pihak lain, sebagai berikut :
Mengadakan, menghasilkan, mengolah bahan kimia, farmasi, biologi dan lainnya yang diperlukan guna pembuatan sediaan farmasi, kontrasepsi, kosmetik, obat tradisional, alat kesehatan, produk makanan/minuman
dan
produk
lainnya
termasuk
bidang
perkebunan dan pertambangan yang ada hubungannya dengan produksi diatas.
Memproduksi produk unggulan baik dari pengembangan sendiri maupun kerja sama dengan pihak luar.
71
Menyelenggarakan
kegiatan
pemasaran,
perdagangan,
dan
distribusi dari hasil produksi seperti diatas, baik hasil produksi sendiri maupun hasil produksi pihak ketiga, termasuk barang umum, baik di dalam maupun di luar negeri, serta kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan dengan usaha perseroan.
Berusaha dibidang jasa, yang berhubungan dengan kegiatan usaha perusahaan, serta upaya dan sarana pemeliharaan dan pelayanan kesehatan pada umumnya, termasuk jasa konsultasi kesehatan
Jasa penunjang lainnya termasuk pendidikan, penelitian, dan pengembangan sejalan dengan maksud dan tujuan perusahaan, baik yang dilakukan sendiri maupun kerjasama dengan pihak lain.
1.1.3.
Ruang Lingkup Usaha PT. Kimia Farma Tbk (Persero), Tbk adalah perusahaan publik yang
bergerak di bidang infustri Farmasi. PT. Kimia Farma dibentuk pada tanggal 16 Agustus 1971, Pengelola saat ini : Direktur Utama : M. Sjamsul Arifin Direktur Keuangan : Rusdi Rosman Direktur Pemasaran: Agus Anwar Direktur Produksi: Jisman Siagian Direktur Umum & Personalia : Zurbandi Sebagai
perusahaan
publik
sekaligus
BUMN,
Kimia
Farma
berkomitmen penuh untuk melaksanakan tata kelola perusahaan yang baik
72
sebagai suatu kebutuhan sekaligus kewajiban sebagaimana diamanatkan Undang-undang No. 19/2003 tentang BUMN. PT. Kimia Farma Tbk. merupakan sebuah perusahaan pelayanan kesehatan yang terintegrasi, bergerak dari hulu ke hilir, yaitu : industri, marketing, distribusi, ritel, laboratorium klinik dan klinik kesehatan. Dengan dukungan kuat Riset dan Pengembangan, segmen usaha yang dikelola oleh perusahaan induk ini memproduksi obat jadi dan obat tradisional, yodium, kina dan produk-produk turunannya, serta minyak nabati. Lima fasilitas produksi yang tersebar di kota-kota besar di Indonesia merupakan tulang punggung dari segmen industri, dimana kelimanya telah mendapat sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dan sertifikat ISO 9001, ISO 9002 dan ISO 14001 dari institusi luar negeri. (Llyod's, SGS, TUV). Hasil produksi yang di buat oleh Pabrik Farmasi perusahaan baik produk obat-obat kimia, Formulasi dan herbal, dibagi dalam 6 (enam) lini produksi yaitu etikal, obat bebas, generik, narkotika, lisensi dan bahan baku. Sebagai bagian dari tanggung jawab sosialnya Kimia Farma berkomitmen untuk memastikan pasokan obat generik yang tetap ke pasar dalam negeri sesuai dengan misi perusahaan. Dalam menjalankan usaha, perseroan mengacu pada nilai-nilai perusahaan
“I
CARE”
(Innovative,
Costumer
First,
Accountancility,
Responsobility, Eco Friendly) yang menjadi pedoman dalam berkarya demi
73
meningkatkan kualitas kehidupan, kesehatan, dan lingkungan. Adapun penjebaran dari “I CARE” yaitu sebagai berikut :
I (Innovative), memiliki budaya berpikir
of the box dan membangun
produk unggulan
C (Customer First), mengutamakan pelanggan sebagai rekan kerja/mitra.
A (accountability), bertanggung jawab atas amanah yang dipercayakan oleh perusahaan dengan memegang teguh profesionalisme, Integritas dan kerja sama
R (Responsibility), memiliki tanggung jawab pribadi untuk bekerja tepat waktu, tepat sasaran dan dapat diandalkan.
E (Eco Friendly), menciptakan dan menyediakan produk maupun jasa layanan yang ramah lingkungan.
1.1.4.
STRUKTUR ORGANISASI Struktur Organisasi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk, yaitu sebagai
berikut :
74
Bagan Struktur Organisasi PT. Kimia Farma (Persero), Tbk Direktur Utama Direkt ur Pemasaran
Direkt ur Produksi
Direkt
Direkt ur Keuangan
ur Umum & SDM
Manajer Satuan pengawas Intern
Manajer Pengem- bangan Bisnis
Manajer Plant Jakarta
Manajer Plant Bandung
Manajer SPI Anak Perusahaan
Manajer Bisnis Internasional
Manajer Produksi
Manajer Produksi
Manajer Binabang SDM
Manajer PPPI
Manajer PPPI
Manajer Pemastia n Mutu
Manajer Pemastia n Mutu
Manajer Umum & Pengelolaan Aset
Manajer Suplay Chain Manajer Marketing CHP
Manajer Plant Semarang
Manajer Marketing Generik Manajer Marketing Institusi Manajer Unit Logistik Manajer Marketing
Manajer Perenca naan & Pengendalian Produksi Manajer Pengada an
Manajer Plant Watudakon Manajer Plant Medan Manajer Riset & Pengembangan
Manajer Sekretaris Perusahaan
Manajer PKBL
Manajer Legal
Manajer Keuanga n Manajer Akuntans i Manajer Perenca naan & Pengendalian Keuangan Manajer Teknolog i Informasi
75
1.1.5.
Tata Kelola Manajemen Perusahaan
1. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) RUPS merupakan pemegang kekuasaan tertinggi di dalam perseroan dan memegang segala wewenang yang tidak diserahkan kepada Direksi atau Komisaris. Perusahaan selalu berupaya untuk menjamin agar hak-hak pemegang saham selalu dipernuhi serta memperlakukan
semua
pemegang
saham
secara
setara.
RUPS
dilaksanakan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun, RUPS tahunan harus di selenggarakan dalam jangka enam bulan setelah berakhirnya tahun buku. 2. Dewan Komisaris Komisaris bertugas melakukan pengawasan secara umum dan atau
khusus
serta
memberikan
nasihat
kepada
Direksi
dalam
menjalankan perusahaan. Komisaris terdiri atas sekurang-kurangnya tiga orang dan salah seorang diantaranya diangkat sebagai Komisaris Utama. Para komisaris dianggkat oelh RUPS untuk jangka waktu lima tahun. Antara anggota komisaris dan Direksi tidak diperbolehkan memiliki keterikatan kekeluargaan. Dewan komisaris terdiri dari 1 (satu) orang Komisaris Utama, 1 (satu) orang Komisaris dan 3 (Tiga) orang Komisaris Independen. Tugas dan Wewenang Komisaris :
76
a. Komisaris bertugas melakukan pengawasan terhadap kebijaksanaan pengelolaan perusahaan yang dilakukan Direksi, b. Bertanggung jawab untuk memberikan nasihat kepada Direksi, antara lain mengenai rencana pengembangan perusahaan, pelaksanaan rencana
kerja
dan
anggaran
perusahaan,
ketentuan-ketentuan
Anggaran Dasar, Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) serta peraturan perundang-undangan yang berlaku. c. Dalam melaksanakan kegiatan pengawasan, Komisaris mewakili kepentingan pemegang saham dan bertanggung jawab kepada RUPS. 3. Direksi Direksi
bertanggung
jawab
sepenuhnya
atas
pengurusan
perseroan sesuai kepentingan dan tujuan perseroan, serta mewakili perseroan di dalam dan di lluar pengadilan. Pengangkatan dan pemberhentian Direksi merupakan wewenang RUPS sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar Perusahaan. Tugas dan Wewenang Direksi : a. Direksi bertanggung jawab penuh dalam melaksanakan tugasnya untuk
kepentingan
perseroan
dalam
mencapai
maksud
dan
tujuannya. b. Setiap anggotanya Direksi wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab
menjalankan tugasnya dengan mengindahkan
77
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan Anggaran Dasar Perusahaan. c. Direksi mewakili perusahaan di dalam dan di luar pengadilan, dan karenanya berwenang melakukan segala tindakan dan perbuatan baik mengenai pengurusan maupun pemilikan serta mengikat perusahaan dengan pihak lain, dan pihak lain dengan perusahaan. d. Dengan pembatasan-pembatasan yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar Perusahaan, dan dengan memperhatikan peraturan perundangundangan serta ketentuan Pasar Modal yang berlaku. 1.1.6.
Produk dan Layanan
1. Bidang Usaha Perseroan memiliki bidang usaha utama, yaitu industri yang didukung oleh riset dan pengembangan, pemasaran, distribusi, retail farmasi, dan laboratorium klinik serta klinik kesehatan 2. Industri Kegiatan
usaha
industri
dikelola
dan
oleh
holding
yang
memproduksi obat jadi, obat tradisional, minyak nabati, yodium dan kina beserta produk-produk turunannya. Kegiatan usaha industri memiliki 5 (lima) fasilitas produksi (Plant) yang tersebar di beberapa kota di Indonesia. a. Plant Jakarta : satu-satunya pabrik di Indonesia yang ditugaskan pemerintah untuk memproduksi obat golongan narkotika dan
78
memproduksi ARV (Anti Retro Viral). Memperoleh sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB), ISO-9001:2008 dan mendapat rating “A” dari Badan POM. Mendapatkan Proper Biru dalam pengolahan limbah dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Penghargaan Gubernur DKI untuk ketaatan dan Kinerja Pengolahan Lingkungan. b. Plant Bandung : Memproduksi bahan baku kina dan turunannya, serta
Alat
Kontrasepsi
Dalam
Rahim
(AKDR)
yang
telah
mendapatkan US-FDA Approval. Menerima sertifikat CPOB untuk produksi tablet, sirup, serbuk, dan pil KB. Menerapkan sistem manajemen mutu ISO-9001:2008 serta mendapatkan rating “A” dari Badan POM. Mendapat Kosher Certificate dari Court of the Chief Rabbi Beth Din London, sertifikat produk garam kina dari European Directoroate for the Quality of Medicines (EDQM), dan Sertifikat Halal MUI Jabar. c. Plant Semarang : Khusus memproduksi minyak jarak, minyak nabati dan kosmetika (bedak). Telah menerapkan sistem manajemen mutu ISO-9001:2008
dan
mendapatkan
sertifikat
Cara
Pembuatan
Kosmetika yang Baik (CPKB). d. Plant Watudakon, Jombang : satu-satunya pabrik pengolah tambang yodium di Indonesia. Telah mendapatkan sertifikat CPOB serta ISO9001:2008 dan ISO 14001. Memproduksi fero sulfat sebagai bahan baku
79
pembuatan tablet besi untuk obat penambah darah dan kapsul lunak vitamin A. Dalam bentuk sediaan, plant ini memproduksi tablet, tablet salut, salep, sirup dan cairan obat luar/dalam. Pada tahun 2010, Plant Watudakon mendapatkan Penghargaan Produktivitas dalam kompetisi 5R Kategori Emas untuk bagian Produksi dari Gubernur Propinsi Jawa Timur atas prstasinya dalam melaksanakan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) tanpa Kecelakaan Kerja (zero acciddent). e. Plant Medan : Memproduksi obat dalam sediaan tablet, krim dan kapsul. Mendapatkan sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dan ISO-9001:2008 serta mendapat rating “A” untuk sertifikasi dari Badan POM. 3. Produk-Produk Kimia Farma Saat ini, Perseroan memproduksi sebanyak 132 item produk dengan rincian sebagai berikut : Tabel. 4.01 Tabel Produk Kimia Farma N
Lini Produk
Jumlah
o 1
Generik (OGB)
169
2
Produk Kesehatan Obat Bebas Obat Herbal Kosmetik Etikal
19 26 29 85
. .
3
. 4
ARV
5 80
. 5
Narkotika
6
6
Konstrasepsi
7
. . 7 Bahan Baku Sumber : PT. Kimia Farma (Persero) Tbk
36
81
4. Riset dan Pengembangan Unit riset dan pengembangan melaksanakan kegiatan penelitian dan pengembangan produk baru Perseroan, yang dilengkapi dengan laboratorium formulasi (skala laboratorium dan skala pilot), laboratorium ekstrak bahan alam, laboratorium analisis dan kebun percobaan seluas 5 Ha dii Banjaran, Jawa Barat. Unit Riset dan Pengembangan melakukan penelitian formulasi, baik untuk sediaan modern maupun herbal medicine, sintesa kimia sederhana dan pengembangan tanaman obat. Saat ini, Perseroan fokus mengembangkan obat atau produk farmasi yang
berbahan dasar tumbuh-tumbuhan (herbal) yang
memanfaatkan kekayaan hayati indonesia sekaligus bermanfaat bagi masyarakat. Disamping itu, Perseroan juga memulai mengembangkan produk
obat/farmasi
yang
berbasis
knowledge,
seperti
produk
bioteknologi dan rasiofarmasi. 5. Pemasaran dan Distribusi Perseroan tidak hanya memasarkan produk di dalam negeri saja, namun juga melakukan ekspor guna memenuhi permintaan obat-obatan di negara-negara Asia, eropa dan Afrika. Kegiatan pemasaran di dukung oleh sekitar 451 field forces untuk seluruh lini yang tersebar di wilayah Indonesia, terdiri dari product Manager, Regional Sales Manager dan Area Supervisor, pada tahun 2010, perseroaon dapat menjaring lebih dari 29.255 orang dokter dan 359 buah rumah sakit. Di tahun 2010, telah
82
diselenggarakan berbagai kegiatan pemasaran dalam rangka peningkatan penjualan, seperti Produk Kimia Farma Primadona di Apotek Kimia Farma dan Program Diskon. Kegiatan distribusi dilaksanakan PT. Kimia Farma Trading & Distribution (KFTD), anak perusahaan yang berperan penting dalam upaya peningkatan penjualan produk-produk perseroan. PT. Kimia Farma Trading & Distribution memiliki jaringan sebanyak 41 cabang dan tenaga salesman sejumlah 446 orang untuk melayani 45.954 outlet terdaftar di seluruh wilayah Indonesia. Di samping mendistribuskan produk-produk Perseroan, KFTD juga bertindak sebagai distibutor untuk produk-produk Principal dari dalam dan luar negeri.
83
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Untuk menganalisis tingkat likuiditas PT. Kimia Farma (Persero) Tbk, maka data-data yang diperlukan adalah sebagai berikut : a. Data Laporan Keuangan PT. Kimia Farma (Persero), Tbk Data laporan keuangan PT. Kimia Farma (Persero), Tbk yang akan dianalisis adalah data laporan keuangan tahun 2006 sampai dengan tahun 2010, yang di dalamnya terdapat rincian pos-pos keuangan yang menjadi bahan penelitian untuk dianalisis yaitu bagaimanakah tingkat likuiditas perusahaan berdasarkan laporan arus kas pada PT. Kimia Farma (Persero), Tbk. Adapun pos-pos keuangan yang akan dilakukan perhitungan berdasarkan laporan arus kas PT. Kimia Farma (Persero) Tbk adalah sebagai berikut :
84
Tabel 5.01 Laporan Arus Kas Pt. Kimia Farma (Persero), Tbk Tahun 2006 – 2010 (disajikan dalam Rupiah) N 0 .
.
.
.
. .
2006
Uraian
1 Kas bersih diperoleh dari/ digunakan utk Aktivitas Operasi 2 Kas bersih diperoleh dari/ digunakan utk Aktivitas Investasi 3 Kas bersih diperoleh dari/ digunakan utk Aktivitas Pendanaan 4 Kenaikan (penurunan) Bersih kas dan setara kas 5 Kas dan setara kas awal tahun 6 Kas dan setara kas akhir tahun
2007
2008
2009
2010
140.24 2.601.504
55.51 2.643.134
(22.0 80.322.177)
80.854. 083.654
139.11 9.874.007
(23.01 6.238.433)
(28.20 2.146.346)
(36.7 92.141.390)
(32.21 7.331.823)
(13.32 5.407.522)
(39.71 0.337.141)
(13.17 7.968.742)
56.31 4.439.339
(106.7 71.524.982)
(24.16 9.880.974)
77.516 .025.930
14.13 2.528.046
(2.55 8.024.228)
(58.13 4.773.151)
101.62 4.585.511
132.86 5.252.004 210.38 1.277.934
210.3 81.277.934 224.5 13.805.980
224.5 13.805.980 221.9 55.781.752
221.95 5.781.752 163.82 1.008.601
163.82 1.008.601 265.44 5.594.112
Sumber : www.kimiafarma.co.id tahun 2010
Tabel 5.02 Persentase Laporan Arus Kas Pt. Kimia Farma (Persero), Tbk Tahun 2006 – 2010 N 0 .
.
Uraian
1 Kas bersih diperoleh dari/ digunakan utk Aktivitas Operasi Kas bersih diperoleh dari/ digunakan 2 utk Aktivitas Investasi Kas bersih diperoleh dari/ digunakan utk Aktivitas Pendanaan 3
.
. . .
4 Kenaikan (penurunan) Bersih kas dan setara kas 5 Kas dan setara kas awal tahun 6 Kas dan setara kas akhir tahun
20067007 60,45%
200 7-2008 41. 81%
22,50 %
6,1 3%
-
200 8-2009 645 ,14%
66,98%
327,56%
81,77% 58,34 % 6,72 %
118,10% 6,7 2% 1,14%
20092010 72,06 %
12,43%
58,64%
285,82% 2.1 72,64% 1,14% 26,19%
77,36% 274,81% 26,19% 62,03 %
85
Dari data tersebut di atas, dapat dianalisis bahwa kas bersih yang diperoleh PT. Kimia Farma dari aktivitas operasi pada tahun 2007 menurun sebesar 60,45% jika dibandingkan tahun 2006, penurunan ini disebabkan peningkatan pembayaran kepada pemasok karyawan lebih besar dari peningkatan penerimaan dari karyawan. Sedangkan aktivitas operasi tahun 2008 menurun sebesar 41,81% jika dibandingkan tahun 2007, penurunan ini disebabkan peningkatan pembayaran kepada pemasok dan karyawan lebih besar dari peningkatan penerimaan dari pelanggan dan akibat dari pengaruh krisis global yang terjadi. Kas bersih yang diperoleh dari aktivitas operasi tahun 2009 meningkat sebesar 645,14% jika dibandingkan tahun 2008, peningkatan ini disebabkan oleh peningkatan penerimaan dari pelanggan sebesar Rp. 441.420.519.433. Arus kas dari Aktivitas operasi tahun 2010 meningkat sebesar 72,06% jika dibandingkan tahun 2009, peningkatan ini disebabkan terutama oleh peningkatan penerimaan dari pelanggan sebesar Rp. 305.986.030.407. Kas bersih yang dikeluarkan Kimia Farma untuk aktivitas investasi perusahaan pada tahun 2007 meningkat sebesar 22,50% dibandingkan tahun 2006, peningkatan pengeluaran ini disebabkan meningkatnya belanja aktiva tetap yang dilakukan oleh perusahaan pada tahun 2007. Sementara itu kas bersih yang dikeluarkan untuk aktivitas investasi perusahaan pada tahun 2008 menurun sebesar 6,13% dibandingkan tahun 2007, dan pada tahun 2010
86
Kas bersih aktivitas investasi turun dari Rp. 32.217331.823 pada tahun 2009 menjadi Rp. 13.325.407.522 di tahun 2010. Kas bersih yang digunakan Kimia Farma untuk aktivitas pendanaan pada tahun 2007 sebesar Rp. 13.177.968.742 turun sebesar 66,96% dibandingkan tahun 2006 akibat telah dilunasinya pembayaran pinjaman pemerintah pada tahun 2006. Kas bersih yang digunakan untuk aktivitas pendanaan pada tahun 2008 sebesar Rp. 56.314.439.339 naik sebesar 327,56% dibandingkan tahun 2007, hal ini disebabkan karena meningkatnya penambahan hutang bank jangka pendek. Kas bersih yang digunakan untuk aktivitas pendanaan tahun 2009 turun sebesar 285,82% dibandingkan tahun 2008, hal ini disebabkan terjadi pembayaran hutang bank sebesar. Kas bersih yang digunakan untuk aktivitas pendanaan tahun 2010 turun sebesar 77,36% dibandingkan
tahun
2009,
hal
ini
terutama
disebabkan
terjadinya
pembayaran hutang bank tahun 2010 sebesar Rp. 20.462.785.757 sedangkan ditahun 2009 sebesar Rp.90.612.038.978. Informasi arus kas yang berasal dari ketiga aktivitas di atas, berdasarkan laporan arus kas perusahaan menghasilkan kas dan setara kas pada akhir tahun yang nilai berfluktuatif. Pada tahun 2006 sebesar Rp.210.381.277.934 nilai kas dan setara akhir tahun ini meningkat pada tahun 2007 menjadi Rp. 224.531.805.980, dan pada tahun 2008 turun menjadi sebesar Rp. 221.955.781.752, sedangkan pada tahun 2009 turun menjadi sebesar Rp. 163.821.008.601 dan meningkat lagi pada tahun 2010 menjadi
87
Rp. 265.445.594.112. fenomena naik turunnya nilai kas dan setara kas pada akhir tahun disebabkan karena terjadinya kenaikan dan penurunan bersih kas dan setara kas, penurunan yang sangat tajam terjadi pada tahun 2008 dan tahun 2009, penerimaan kas dan setara kas pada akhir tahun yang bersumber dari ketiga aktivitas di atas pada dua tahun tersebut karena perusahaan dihadapkan pada situasi krisis ekonomi keuangan global dimana dampak yang paling terasa dari krisis tersebut terutama pada aktivitas investasi dan pendanaan perusahaan. Disamping juga berdampak juga pada aktivitas operasi perusahaan. Kondisi ini mulai pulih setelah memasuki tahun 2010, dimana aktivitas operasi perusahaan meningkat dibandingkan pada dua tahun sebelumnya. Berdasarkan atas data kondisi laporan arus kas perusahaan diatas, dari ketiga aktivitas kegiatan yang berkaitan dengan arus kas perusahaan yaitu aktivitas operasi, aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan perusahaan, dapat dikatakan bahwa keputusan manajemen dari waktu ke waktu terhadap penggunaan kas untuk pencapaian tujuan perusahaan berdampak positif terhadap hasil operasi dan posisi keuangannya. Namun demikian beberapa komponen dari penggunaan arus kas sesungguhnya mengalami masalah terutama arus kas untuk investasi dan pendanaan yang mengakibatkan perusahaan harus terbebani. Hal ini disebabkan karena penggunaan arus kas investasi dan pendanaan ditujukan semata oleh perusahaan yang kegiatannya terutama untuk membiayai aktivitas-aktivitas
88
usaha perusahaan, berbeda dengan arus kas operasi yang berorientasi pada pemenuhan
kebutuhan
usaha
perusahaan
secara
umum
yang
pengalokasiannya ditujukan pada operasi perusahaan kaitannya dengan peningkatan laba perusahaan. Tahun 2010 merupakan tahun yang paling menguntungkan selama kurang lebih 4 tahun terakhir, mencerminkan pemulihan setelah kinerja yang buruk terutama pada tahun 2008 dan tahun 2009 dan aktivitas restrukturisasi. Untuk periode 4 tahun tersebut, kas dari operasi menutup kas bersih yang digunakan dalam aktivitas investasi dan hampir seluruh dividen yang dibayarkan. Khusus untuk arus kas dari investasi, pengelolaan dana ini lebih terkonsentrasi dalam aktivitas investasi pada aktiva tetap yang jangka waktu pengembaliannya relatif lama sehingga harus ada balancing penerimaan yang bersumber dari aktivitas jangka pendek terutama dalam hal yang berkaitan dengan stabilitas keuangan perusahaan. Sementara itu, untuk aktivitas yang berkaitan dengan pendanaan, perusahaan akan dihadapkan pada masalah membengkaknya jumlah hutang usaha jika tidak diimbangi dengan kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan kasnya untuk menghasilkan laba, maka perusahaan akan dihadapkan pada masalah likuiditas. Akan tetapi kondisi pengelolaan keuangan PT. Kimia Farma Tbk tehadap arus kasnya justru memperlihatkan efektifitas dan efisiensinya dalam pencapaian laba yang maksimal bagi perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari jumlah kas
89
dan setara kas pada akhir tahun yang dapat dihasilkan perusahaan, posisi kas ini memungkinkan perusahaan untuk menjaga likuiditasnya yang bersumber dari kas perusahaan itu sendiri.
b. Data Laporan Keuangan Kas PT. Kimia Farma (Persero), Tbk Berikut data laporan keuangan lainnya yang berkaitan dengan laporan arus kas untuk data penelitian pada PT. Kimia Farma (Persero) tbk periode tahun 2006-2010, yaitu sebagai berikut : Tabel 5.03 Ringkasan Laporan Keuangan PT. Kimia Farma (Persero), Tbk Tahun 2006 – 2010 Ketera ngan Aktiva lancar Aktiva tdk lancar Total Aktiva Kewajib an Ekuitas Laba/Ru gi Sebelum PPh Badan
Tahun 2006
2007
2008
2009
2010
750.931.
893.44
950.61
1.020.8
1.139.5
689.622
6.818.652
7.883.670
84.466.060
48.849.755
510.652.
493.29
495.05
544.94
517.74
078.213
2.331.069
1.915.969
6.800.214
2.984.557
1.261.22
1.386.7
1.445.6
1.565.8
1.657.2
4.634.982
39.149.721
69.799.639
31.266.274
91.834.312
390.570.
478.71
497.90
570.15
543.25
748.341
1.551.186
5.256.839
6.166.178
7.475.734
870.653.
908.02
947.76
955.31
1.114.0
886.641
7.598.535
4.542.800
5.100.096
28.943.712
67.628.6 93.155
82.469. 927.042
96.105. 856.142
99.729. 820.584
178.61 1.238.352
Sumber : www.kimiafarma.co.id 2010
Tabel 5.04 Persentase Laporan Keuangan PT. Kimia Farma (Persero), Tbk Tahun 2006 – 2010 Tahun Keterangan
2006 – 2007
2007 - 2008
2008 - 2009
2009 - 2010
90
Aktiva lancar Aktiva
18,98%
tdk
lancar
6,40 %
-3,40 %
% 0,36
9,92%
Kewajiban
22,45%
Ekuitas
4,29%
21,95%
11,62 %
10,08
%
Total Aktiva
Laba/Rugi Sebelum PPh Badan
7,39
% 4,25
4,99%
8,31
%
% 4,01
5,84 %
14,58
%
% 4,38
4,78%
5,02
%
% 16,53
11,93 %
3,77
%
%
79,10 %
Sumber :Data Olahan
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah aktiva lancar PT. Kimia Farma pada tahun 2007 mengalami kenaikan sebesar 18,98% dibandingkan dengan tahun 2006. Peningkatan ini terutama disebabkan peningkatan piutang usaha dan persediaan masing-masing 44,75% dan 37,33% dibandingkan tahun 2006. Pada tahun ini, kebijakan pengelolaan keuangan perusahaan terutama penggunaan dana yang dialokasikan lebih ditujukan pada aktivitas penjualan dan investasi pada persediaan yang mengakibatkan terjadinya kenaikan pada kedua pos aktiva lancar tersebut. Keputusan penggunaan dana ini oleh pengelolah perusahaan memiliki dampak yang baik bagi PT. Kimia Farma Tbk. dalam meningkatkan aktivitas operasi, investasi
dan
pendanaan
yang
dilakukan
oleh
perusahaan
untuk
menghasilkan laba yang maksimal. Jumlah aktiva lancar perusahaan pada tahun 2008 meningkat sebesar 6,39%, dibandingkan tahun 2007. Peningkatan aktiva tersebut terutama pada 91
persediaan yang naik sebesar Rp. 37,17% dan serta kenaikan sebesar 34,16% biaya dibayar dimuka dari tahun sebelumnya. Jumlah aktiva lancar perusahaan pada tahun 2009 sebesar Rp. 1.020.884.466.060 atau meningkat sebesar 7,39% dibandingkan tahun 2008 yang sebesar Rp.950.617.883.670, peningkatan aktiva lancar tersebut terutama pada piutang usaha yang naik sebesar Rp.39.464.057.393 atau naik 14,48% dan
persediaan yang naik
sebesar Rp.24,49 miliar atau naik 5,42% selain itu, pajak di bayar dimuka juga mengalami kenaikan sebesar 323,74%. Peningkatan aktiva lancar pada tahun 2010 sebesar 11,62% tersebut antara lain karena peningkatan pada kas dan setara kas sebesar Rp.101.624.585.511atau naik 62,03%, piutang usaha sebesar Rp.53.120.249.159 atau naik 17,44% dan pajak dibayar dimuka sebesar Rp. 11.715.195.292 atau naik sebesar 12,80%. Kondisi diatas, merupakan implikasi dari keputusan penggunaan dana perusahaan dalam aktivitas usahanya yang pada tahuntahun sebelumnya telah dilakukan. Maksimalisasi penggunaan aktiva lancar perusahaan pada tahun 2008, tahun 2009 dan tahun 2010 memberikan dampak positif dalam menghasilkan laba bersih perusahaan, hal ini ditunjukkan dengan peningkatan yang cukup signifikan dari laba bersih perusahaan
dari
tahun
ketahun.
Penggunaan
aktiva
lancar
untuk
meningkatkan laba perusahaan disamping untuk menghasilkan laba bersih, juga dimaksudkan untuk menjaga kestabilan keuangan perusahaan, atau dengan kata lain untuk menjaga likuiditas keuangan perusahaan.
92
Aktiva tidak lancar PT. Kimia Farma pada tahun 2007 sebesar Rp.493.292.331.069 mengalami penurunan sebesar 3,40% dibandingkan tahun 2006 sebesar Rp 510.652.078.213 Penurunan tersebut terutama disebabkan menurunnya nilai bersih aktiva tetap. Pada tahun 2008 aktiva tidak lancar sebesar Rp.495.051.915969 atau naik sebesar 0,36% dibandingkan tahun 2007 sebesar Rp. 493.292.331.069 kenaikan tersebut antara lain disebabkan oleh pertumbuhan dari aktiva pajak tangguhan-bersih, aktiva tetap dan aktiva lain-lain. Pada tahun 2009 aktiva tidak lancar sebesar Rp. 541.740.164.077 atau naik sebesar 10,08% dibandingkan tahun 2008 sebesar Rp. 495.051.915.969, kenaikan tersebut antara lain disebabkan oleh pertumbuhan dari aktiva lainlain sebesar Rp.43,83 miliar atau 91,71%. Pada tahun 2010 aktiva tidak lancar sebesar Rp. 517.742.984.557 atau turun 4,99% dibandingkan tahun 2009 yang sebesar Rp. 544.946.800.214, penurunan tersebut terutama disebabkan berkurangnya aktiva lain-lain sebesar Rp.38.423.745.058 atau turun 40,40%. Dari kondisi keuangan atas aktiva tidak lancar perusahaan diatas, dapat dianalisis bahwa penggunaan dana perusahaan yang di investasikan pada aktiva tetap perusahaan di tahun 2007 menurun dibandingkan dengan tahun 2006 karena kebijakan pengalokasian dana perusahaan lebih di investasikan pada aktiva lancar perusahaan yang dianggap paling likuid untuk tujuan kecepatan dari perputaran keuangan perusahaan. Aktivitas penggunaan dana perusahaan pada aktiva tidak lancar perusahaan pada
93
tahun 2008 sampai tahun 2010 juga mengalami fluktuatif sebagai akibat kurangnya aktivitas investasi yang dilakukan perusahaan khususnya investasi pada aktiva tetap. Total
aktiva
Kimia
Farma
pada
tahun
2007
sebesar
Rp.1.386.739.149.721 meningkat sebesar Rp. 125.155.381.886 atau 9,92% dibandingkan tahun 2006 sebesar Rp. 1.261.583.767.835, dari total aktiva pada tahun 2007 tersebut sebanyak 64,43% berupa aktiva lancar dan 35,57% berupa aktiva tidak lancar, sedangkan pada tahun 2006 komposisi aktiva lancar sebesar 59,52% dan aktiva tidak lancar sebesar 40, 48%. Total aktiva Kimia Farma pada tahun 2008 sebesar Rp. 1,445.669.799.639 meningkat sebesar 4,25% dibandingkan tahun 2007 yang hanya sebesar Rp. 1.386.739.149.721, dari total aktiva pada tahun 2008 tersebut sebanyak Rp.950.617.883.670 berupa aktiva lancar dan Rp. 495.051.915.969 berupa aktiva tidak
lancar, sedangkan jumlah kewajiban di tahun 2008 adalah
Rp.497.905.256.839 dan jumlah ekuitas sebesar Rp. 947.764.542.800. Total aktiva tahun 2009 Kimia Farma naik 8,31% menjadi lebih dari Rp. 1.562.624.630.137, peningkatan ini terjadi karena meningkatnya jumlah aktiva
lancar
dari
Rp.
950.617.883.670
di
tahun
2008
menjadi
Rp.1.020.884.466.060 di tahun 2009 atau naik sebesar 7,39%, dan jumlah aktiva tidak lancar meningkat dari Rp. 495.051.915.969 di tahun 2008 menjadi Rp. 541.740.164.077 di tahun 2009 atau naik sebesar 9,43%. Total aktiva Kimia Farma pada tahun 2010 meningkat 5,48% menjadi Rp.1.657.291.834.312, yang
94
disebabkan meningkatnya jumlah aset lancar dari Rp. 1.020.884.466.060 di tahun 2009 menjadi Rp. 1.139.548.849.755 di tahun 2010 atau naik sebesar 11,62%. Berdasarkan kondisi jumlah total aktiva perusahaan, dapat dikatakan bahwa sumbangan terbesar dari total aktiva perusahaan adalah berasal dari aktiva lancar perusahaan. Hal ini memperkuat analisis sebelumnya bahwa perusahaan lebih mengutamakan menginvestasikan sumber dananya pada aktivitas-aktivitas usaha yang sifatnya paling likuid dalam menghasilkan laba perusahaan. Jumlah kewajiban Kimia Farma bertambah sebesar Rp. 87.781.669.992 atau 22,45% dari tahun 2006 sebesar Rp. 390.929.881.194 menjadi Rp.478.711.551.186 pada tahun 2007, dari sejumlah kewajiban pada tahun 2007 sebanyak 90,57% berupa kewajiban lancar dan sisanya sebesar 9,43% berupa kewajiban tidak lancar, sedangkan pada tahun 2006 kewajiban lancar sebanyak 90,31% dan sisanya 9,69% berupa kewajiban tidak lancar. Jumlah kewajiban mengalami kenaikan sebesar
4,01% dari tahun 2007 sebesar
Rp.478.711.551.1186 miliar menjadi Rp. 497.905.256.839 pada tahun 2008, dari sejumlah kewajiban pada tahun 2008 sebanyak Rp. 449.854.948.189 berupa kewajiban lancar dan sisanya sebesar Rp. 48.050.308.650 berupa kewajiban tidak lancar. Jumlah kewajiban mengalami kenaikan sebesar 14,94% dari tahun 2008 sebesar Rp. 497.905.256.839 menjadi Rp. 567.309.530.042 pada tahun 2009, dari sejumlah kewajiban pada tahun 2009 sebanyak Rp.510.854.102.157
95
berupa kewajiban lancar dan sisanya sebesar Rp. 56.455.427.885 berupa kewajiban tidak lancar. Jumlah kewajiban mengalami penurunan sebesar 4,78% menjadi Rp. 543.257.475.734 pada tahun 2010, komposisi kewajiban tersebut sebesar 86,48% berupa kewajiban lancar dan 13,52% berupa kewajiban tidak lancar. Dari kondisi fenomena jumlah kewajiban diatas, dapat dianalisis
bahwa peningkatan kewajiban perusahaan merupakan
implikasi dari maksimalisasi sumber dana untuk aktivitas usaha perusahaan yang setiap tahunnya meningkat sampai dengan tahun 2009. Jumlah kewajiban menurun dikarenakan efek dari penggunaan dana yang maksimal oleh perusahaan menghasilkan laba yang sebagiannya diputuskan untuk dijadikan sebagai sumber dana pada aktivitas selanjutnya. Ekuitas
Kimia
Farma
mengalami
peningkatan
sebesar
Rp.37.373.711.894 atau 4,29%, ekuitas Kimia Farma meningkat dari Rp.870.653.886.641 pada tahun 2006 menjadi Rp. 908.027.598.535 pada tahun 2007, peningkatan ini terutama sejalan dengan pencapaian laba bersih di tahun
tersebut.
Ekuitas
kimia
farma
meningkat
4,38%
dari
Rp.908.027.598.535 di tahun 2007 menjadi Rp. 947.764.542.800 di tahun 2008, peningkatan ini terutama sejalan dengan pencapaian laba bersih ditahun tersebut. Ekuitas Kimia Farma meningkat 5,02% dari Rp. 947.764.542.800 pada tahun 2008 menjadi Rp. 995.315.100.095 di tahun 2009, peningkatan ini karena meningkatnya saldo laba terutama sejalan dengan pencapaian laba
96
bersih di tahun tersebut. Ekuitas Kimia Farma pada tahun 2010 meningkat sebesar 11,93% dari Rp. 995.315.100.095 pada tahun 2009 menjadi Rp.1.114.028.943.712, peningkatan ini karena bertambahnya saldo laba sejalan dengan pencapaian laba bersih di tahun tersebut. Laba
sebelum
pajak
Kimia
Farma
meningkat
21,95%
dari
Rp.67.628.693.155 di tahun 2006 menjadi Rp. 82.469.927.042 di tahun 2007. Pada
tahun
2008
laba
sebelum
pajak
meningkat
16,53
%
dari
Rp.96.105.856.142 menjadi Rp. 99.729.820.584 di tahun 2009. Pada tahun 2010 laba sebelum pajak meningkat 79,10% dari Rp. 99.729.820.584 di tahun 2009 menjadi Rp.178.611.238.352 di tahun 2010. B. Pembahasan 1. Perhitungan Rasio Arus Kas Metode yang digunakan untuk menganalisis tingkat likuiditas PT. Kimia Farma (Persero), Tbk dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 adalah dengan analisis rasio arus kas. Berdasarkan data-data yang diperoleh dari hasil penelitian di atas maka dapat dihitung tingkat likuditas perusahaan terhadap laporan arus kas, adapun perhitungannya adalah sebagai berikut : a. Rasio Arus Kas Operasi (AKO) Rasio arus kas operasi menghitung kemampuan arus kas operasi dalam membayar kewajiban lancar. Rasio ini diperoleh dengan membagi arus kas operasi dengan kewajiban lancar.
97
AKO
Jumlah Arus Kas Operasi Kewajiban Lancar
98
Tabel 5.05 Perhitungan Rasio Arus Kas Operasi (AKO) PT. Kimia Farma (Persero), Tbk Tahun 2006-2010 Perhitungan Rasio Arus Kas Operasi 140.242.601.504 AKO 353.030.125.009 55.512.643.134 AKO 433.564.022.986 (22.080.322.177) AKO 449.854.948.189 80.854.083.654 AKO 510.854.102.156 139.119.874.007 AKO 469.822.675.254
Tahun 2006 2007 2008 2009 2010
Hasil Perhitungan 0,397
Perse ntase 39,73 %
0,128 12,80 %
0,049
0,158 0,296
4,91% 15,83 % 29,61 %
Sumber : Data Olahan Dari Tabel 5.05 diatas, terlihat bahwa rasio arus kas operasi PT. Kimia Farma untuk tahun 2006 adalah sebesar 0,397 atau 39,7% yang berarti untuk setiap 100 rupiah kewajiban lancar dijamin dengan 39.7 rupiah arus kas operasi yang diterima oleh perusahaan, atau dengan kata lain bahwa kemampuan yang dimiliki oleh arus kas operasi perusahaan untuk membayar kewajiban lancarnya adalah sebesar 39,7 % dari total kewajiban
lancar
yang
dimiliki
oleh
perusahaan,
jika
nilai
ini
dibandingkan dengan nilai rasio yang dipersyaratkan dalam menjaga likuiditas perusahaan dimana nilai 0,397 < 1, maka dapat dikatakan bahwa perusahaan tidak cukup memiliki kemampuan yang lebih dalam
99
menyelesaikan kewajiban lancarnya hanya dengan menggunakan arus kas operasinya di tahun tersebut tanpa dukungan aktivitas lain dari pemanfaatan arus kas perusahaan. Tahun 2007 arus kas operasi PT. Kimia Farma adalah sebesar 0,128 atau 12,8% yang berarti untuk setiap 100 rupiah kewajiban lancar dijamin dengan 12.8 rupiah arus kas operasi yang diterima oleh perusahaan, atau dengan kata lain bahwa kemampuan yang dimiliki oleh arus kas operasi perusahaan adalah sebesar
untuk membayar kewajiban lancarnya
12,8 % dari total kewajiban lancar yang dimiliki oleh
perusahaan, terjadinya penurunan pada tahun 2007 dibandingkan tahun 2006 diakibatkan karena perusahaan harus membayar kegiatan operasi lain-lain yang jauh lebih besar dibandingkan tahun 2006, sebagai akibat dari penambahan aktivitas usaha yang bertujuan untuk meningkatkan laba perusahaan sebagaimana tujuan dari pada pengalokasian arus kas pada aktivitas operasi. Hal ini dapat dilihat hasil dari kegiatan tersebut di atas dapat meningkatkan kas dan setara kas akhir tahun, jika nilai ini dibandingkan dengan nilai rasio yang dipersyaratkan dalam menjaga likuiditas perusahaan dimana nilai rasio 0,128 < 1, maka dapat dikatakan bahwa perusahaan pun tidak cukup memiliki kemampuan yang lebih dalam menyelesaikan kewajiban lancarnya hanya dengan menggunakan arus kas operasinya di tahun tersebut tanpa dukungan aktivitas lain dari pemanfaatan arus kas perusahaan, akan tetapi berdasarkan pada
100
kenyataan bahwa sesungguhnya implikasi dari penggunaan arus kas yang berasal dari aktivitas operasi perusahaan justrui meningkatkan nilai kas dan setara kas akhir tahun berupa arus kas masuk. Tahun 2008 arus kas operasi adalah -0,049 yang berarti bahwa perusahaan tidak memiliki kemampuan arus kas operasi di tahun 2008 untuk menyelesaikan kewajiban lancar yang harus dibayarkan oleh perusahaan karena perusahaan benar-benar tidak memiliki dana untuk membayar kewajiban lancar perusahaan, karena arus kas tersebut semuanya dimanfaatkan untuk kegiatan aktivitas operasi perusahaan, jika dibandingkan dengan nilai rasio yang dipersyaratkan dalam menjaga likuiditas sangat jelas bahwa perusahaan tidak memiliki kemampuan dalam menyelesaikan kewajiban lancarnya dengan menggunakan arus kas operasinya di tahun 2008 karena nilai rasionya negatif tanpa dukungan aktivitas lain dari pemanfaatan arus kas perusahaan. Tahun 2009 dan tahun 2010 nilai rasio laba operasi perusahaan pada tahun-tahun tersebut masing-masing adalah 0,158 dan 0,296 yang berarti bahwa kemampuan arus kas operasi pada tahun-tahun tersebut berada dibawah satu yang berarti bahwa pada tahun-tahun ini pun perusahaan tidak cukup memiliki kemampuan yang lebih untuk membayar kewajiban lancar dengan menggunakan arus kas operasi tanpa dukungan aktivitas lain dari pemanfaatan arus kas perusahaan.
101
Berdasarkan dari interprestasi atas hasil perhitungan rasio arus kas operasi, diketahui bahwa mulai dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 nilai rasio ini sesungguhnya kemampuan arus kas operasi perusahaan yang digunakan sebagai satu-satunya instrumen dalam menyelesaikan kewajiban lancar perusahaan sangat terbatas karena pengalokasian arus kas untuk aktivitas operasi lebih dialokasikan pada pemberian kredit kepada pelanggan, investasi pada persediaan, dan perolehan kredit dari pemasok yang ditujukan untuk memaksimalkan laba bersih pada akhir periode kegiatan usaha setiap tahunnya. Artinya bahwa keputusan penggunaan dana oleh manajemen perusahaan untuk arus kas operasi lebih di tujukan pada aktivitas perusahaan yang terkait dengan laba, dimana arus kas operasi di tujukan pada aktivitas investasi dalam bentuk piutang pelanggan dan persedian, serta pendanaan oleh pemasok barang dan jasa yang bermuara pada peningkatan laba perusahaan. Fenomena kenaikan arus kas operasi diatas yang bersumber dari sekuritisasi piutang usaha dan pengurangan persediaan bukanlah sumber dana yang dapat diandalkan karena terbatasnya arus kas masuk dari pengurangan piutang, dan demikian pula halnya dengan kelebihan persediaan yang dapat dikurangi karena pengurangan persediaan tersebut memberikan dampak yang buruk pada penjualan dan kas harus dikeluarkaan untuk mengganti persediaan.
102
Kenaikan arus kas operasi yang timbul akibat kenaikan kewajiban lancar oleh PT. Kimia Farma Tbk bukanlah merupakan sumber arus kas masuk yang dapat dipertahankan, karena pada saat itu perusahaan masih menunda pembayaran dan menaikan hutang usaha untuk meningkatkan arus kas operasi. Tetapi disisi lain, pemasok merespons dengan membebankan biaya yang lebih tinggi karena pemasok menanggung biaya yang lebih tinggi dan arus kas operasi yang lebih rendah saat tingkat piutangnya naik. Berdasarkan analisis ini, dapat dikatakan sesungguhnya nilai rasio arus kas operasi yang ada tidak dapat dijadikan ukuran
mutlak
ketidakmampuan
PT.
Kimia
Farma
Tbk
dalam
menyelesaikan kewajiban lancarnya, karena keputusan pengelolaan keuangan arus kas operasi oleh pihak manajemen lebih berfokus pada pemanfaatan arus kas operasi untuk menghasilkan laba bersih perusahaan yang pada akhirnya dapat digunakan untuk menutupi kewajibankewajiban lancarnya pada setiap akhir periode buku sehingga besaran nilai rasio ini membutuhkan dukungan dari rasio aktivitas lain dalam pemanfaatan arus kas perusahaan untuk menyelesaikan kewajibankewajiban lancarnya. Berdasarkan tabel 5.05 diatas, hasil perhitungan rasio arus kas operasi (AKO) PT. Kimia Farma (Persero), Tbk dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 dapat digambarkan dalam grafik tren rasio arus kas operasi (AKO) sebagai berikut :
103
Gambar 5. 01 Perhitungan Rasio Arus Kas Operasi (AKO) PT. Kimia Farma (Persero), Tbk Tahun 2006-2010
b. Rasio Cakupan Kas Terhadap Bunga (CKB)
CKB
Arus Kas Operasi Bunga Pajak Bunga
Tabel 5.06 Perhitungan Rasio Cakupan Kas Terhadap Bunga (CKB) PT. Kimia Farma (Persero), Tbk Tahun 2006-2010 T ahun
Perhitungan Rasio Cakupan Kas Terhadap Bunga (CKB)
Hasil Perhitungan
104
18,68
140.242.601.504 10.140.866.125 39.120.136.105 10.140.866.125
7
CKB
55.512.643.134 6.145.343.959 39.120.136.105 6.145.343.959
2
2
CKB
22.080.322.177 16.873.686.055 43.159.967.410 16.873.686.055
2
80.854.083.654 25.486.369.011 28.522.249.160 CKB 25.486.369.011
2
CKB
2
006
007
008
009
14,59
4,866 5,292 13,74 5
2 010
CKB
139.119.874.007 14.336.646.263 43.606.774.424 14.336.646.263
Sumber : Data Dari tabel 5.06 tersebut, cakupan arus kas terhadap bunga pada Olahan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk, untuk tahun 2006 adalah sebesar 18,687 yang berarti bahwa kemampuan arus kas operasi dalam menutup biaya bunga adalah 18 kali dari total arus kas operasi yang dimiliki oleh perusahaan. Tahun 2007 sebesar 14,592 yang berarti bahwa kemampuan arus kas operasi dalam menutup biaya bunga adalah 14 kali dari total arus kas operasi yang dimiliki oleh perusahaan. Tahun 2008 sebesar 4,866 yang berarti bahwa kemampuan arus kas operasi dalam menutup biaya bunga adalah 4 kali dari total arus kas operasi yang dimiliki oleh perusahaan. Tahun 2009 sebesar 5,292 yang berarti bahwa kemampuan arus kas operasi dalam menutup biaya bunga adalah 5 kali dari total arus kas operasi yang dimiliki oleh perusahaan. Pada tahun 2010 sebesar 13,745 yang berarti bahwa kemampuan arus kas operasi dalam menutup
105
biaya bunga adalah 13 kali dari total arus kas operasi yang dimiliki oleh perusahaan. Dengan rasio yang besar menunjukkan bahwa arus kas operasi mempunyai kemampuan yang lebih baik dalam menutup biaya bunga sehingga kemungkinan perusahaan tidak mampu membayar bunga sangat kecil. Berdasarkan pada perkembangan nilai rasio cakupan kas terhadap bunga tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 memperlihatkan nilai yang berfluktuatif, yang disebabkan oleh aktivitas-aktivitas operasi yang dilakukan perusanaan dengan menggunakan arus kas operasinya lebih dikosentrasikan pada kegiatan yang sifatnya mendorong untuk menciptakan laba perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan. Berdasarkan tabel 5.06 hasil perhitungan Rasio Cakupan Kas Terhadap Bunga (CKB) PT. Kimia Farma (Persero), Tbk dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 dapat digambarkan pada grafik tren rasio cakupan kas terhadap bunga (CKB) berikut ini : Gambar 5. 02 Perhitungan Rasio Cakupan Kas Terhadap Bunga (CKB) PT. Kimia Farma (Persero), Tbk Tahun 2006-2010
106
c. Rasio Cakupan Kas Terhadap Hutang Lancar (CKHL) CKHL
Arus Kas Operasi Deviden Kas Hutang Lancar
107
Tabel 5.07 Perhitungan Rasio Cakupan Kas Terhadap Hutang Lancar (CKHL) PT. Kimia Farma (Persero), Tbk Tahun 2006-2010 T ahun 2 006
Perhitungan Rasio Cakupan Kas Terhadap Hutang Lancar (CKHL)
Hasi l Perhitungan 140.242.601.504 169.110.388 0,398 CKHL 353.030.125.009
2 007 2 008 2 009 2
55.512.643.134 181.041.409 CKHL 433.564.022.986 CKHL
( 22.080.322.177 ) 62.620.795 449.854.984.189
80.854.083.654 510.854.102.156 139.119.874.007 CKHL 510.854.102.156
CKHL
010
Pe rsentase 39, 77 %
0,128 12, -
85%
0,049 0,158
4,89%
0,296
15, 83% 29, 61%
Sumber : Data Olahan Dari data tabel 5.07, hasil perhitungan terlihat bahwa nilai cakupan arus kas terhadap hutang lancar adalah sebesar 0,441 untuk tahun 2006 yang berarti kemampuan arus kas operasi dan dividen kas untuk membayar hutang lancar sebesar 0,441 kali dari total arus kas operasi dan dividen kas yang dimiliki oleh perusahaan, untuk tahun 2007 sebesar 0,164 yang berarti kemampuan arus kas operasi dan dividen kas untuk membayar hutang lancar sebesar 0,164 kali dari total arus kas operasi dan dividen kas yang dimiliki oleh perusahaan, tahun 2008 sebesar 0,95 yang berarti kemampuan arus kas operasi dan dividen kas untuk membayar hutang lancar sebesar 0,95 kali dari total arus kas 108
operasi dan dividen kas yang dimiliki oleh perusahaan, tahun 2009 sebesar 0,158 kali yang berarti kemampuan arus kas operasi dan dividen kas untuk membayar hutang lancar sebesar 0,158 kali total arus kas operasi dan dividen kas yang dimiliki oleh perusahaan, sampai dengan tahun 2010 sebesar 0,296 yang berarti kemampuan arus kas operasi dan dividen kas untuk membayar hutang lancar sebanyak 0,296 kali dari total arus kas operasi damn dividen kas yang dimiliki oleh perusahaan. Rasio yang rendah menunjukkan kemampuan yang rendah dari arus kas operasi dan dividen kas dalam menutup kewajiban lancar. Jika lihat rasio tahun 2006 dan tahun 2007 terlihat bahwa terjadi penurunan dalam rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban semakin rendah. Jika nilai rasio ini dibandingkan dengan nilai rasio yang dipersyaratkan dalam menjaga likuiditas perusahaan dimana nilai rasio < 1, maka dapat dikatakan bahwa perusahaan pun tidak cukup memiliki kemampuan yang lebih dalam menyelesaikan kewajiban lancarnya hanya dengan menggunakan arus kas operasi dan dividen kas di tahun tersebut tanpa dukungan aktivitas lain dari pemanfaatan arus kas perusahaan. Studi empiris di Amerika Serikat memperlihatkan bahwa rasio arus kas terhadap hutang lancar untuk kondisi bisnis yang sehat adalah sekitar 0,4 atau lebih. Pada industri yang relatif sudah memasuki tahap kedewasaan, aliran kas biasanya positif, dan
109
perusahaan-perusahaan secara umum tidak akan kesulitan memperoleh surplus kas dari operasi perusahaan.
Berdasarkan tabel 5.07 hasil perhitungan Rasio Cakupan Kas Terhadap Hutang Lancar (CKHL) PT. Kimia Farma (Persero), Tbk dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 dapat digambarkan pada grafik tren Rasio Cakupan Kas Terhadap Hutang Lancar (CKHL ) yaitu sebagai berikut : Gambar 5. 03 Perhitungan Rasio Cakupan Kas Terhadap Hutang Lancar (CKHL) PT. Kimia Farma (Persero), Tbk Tahun 2006-2010
e. Rasio Kecukupan Arus Kas (KAK) KAK
EBIT Bunga Pajak Aset Tetap Rata Rata Hutang Lancar Selama 5 Tahun
Perhitungan Rasio Kecukupan Arus Kas PT. Kimia Farma untuk lima tahun yang datang yaitu : 110
KAK
104.909.107.055 2.476.652.171 (186.093.387.154) (27.819.689.118) 443.425.174.719
0,71 atau 71,34%
Dari hasil perhitungan dapat terlihat bahwa Rasio kecukupan arus kas PT. Kimia Farma dapat dikatakan baik, artinya kemampuan perusahaan dalam membayar kewajibannya untuk jangka 5 tahun kedepan dapat terpenuhi. 2. Hasil Pengukuran Berdasarkan pada hasil perhitungan rasio arus kas di kas di atas, untuk memudahkan melihat suatu kondisi laporan arus kas PT. Kimia Farma (persero) Tbk, apakah mengalami peningkatan, penurunan, tetap atau fluktuasi, hasil perhitungan ke empat rasio dirangkum dalam tabel 5.07 dan tabel 5.08 rata-rata industri yaitu sebagai berikut : Tabel 5.08 Nilai AKO, CKB, CKHL PT. Kimia Farma (Persero), Tbk Tahun 2006-2010 Rasio Arus Kas Tahun
CKH
AKO
CKB
2006 2007 2008 2009 2010
39,73 12,80 -4,91 15,83 29,61
18,69 14,59 -0,25 5,29 13,75
44,15 16,40 -0,95 18,54 29,61
Rata-
18,61
10,41
21,55
L
111
Rata
Sumber : Data Olahan
112
Tabel 5.09 Nilai Rata-Rata Industri Tahun 2006 - 2010 ( Industri Farmasi) Rasio Arus Kas Tahun
2006 2007 2008 2009 2010
Rata-
AKO
CKB
47,24 50,81 36,41 31,66 52,56
8,2 6 8,7 0 12, 27 11, 31 27, 68 13,64
43,74
CKH L 56,52 51,73 54,55 41,01 59,75
52,71
Rata
Sumber : Data Olahan Berdasarkan tabel 5.07 dan tabel 5.08 hasil perhitungan Rasio AKO, CKB, CKHL PT. Kimia Farma (Persero), Tbk dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 dengan perhitungan hasil rata-rata industri dapat digambarkan pada grafik berikut ini : Gambar 5.04 Hasil Perhitungan Rasio AKO Rata-rata Industri dan PT. Kimia Farma Tahun 2006-2010
113
Gambar 5.05 Hasil Perhitungan Rasio CKB Rata-rata Industri dan PT. Kimia Farma Tahun 2006-2010
Gambar 5.06 Hasil Perhitungan Rasio CKHL Rata-rata Industri dan PT. Kimia Farma Tahun 2006-2010
114
Untuk perhitungan Rasio Kecukupan Arus Kas (KAK) PT. Kimia Farma dan Rata-rata Industri dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel. 5.10 Perhitungan Rasio Kecukupan Arus Kas (KAK) PT. Kimia Farma dan Industri Tahun 2006-2010 (Disajikan dalam Rupiah) Uraian Laba sebelum pajak Bunga Pajak Aset Tetap
Hasil pengurangan Rata-rata Hutang lancar Selama 5 thn Hasil Perhitungan
Kimia Farma 104.909.10
Industri 375.800.53
7.055
1.341
2.476.652.1
27.144.117.
71
431
186.093.38
95.915.427.
7.154
935
27.819.698.
62.919.686.
118
644
316.345.54 0.156 443.425.17 4.719 0,71 = 71,34%
189.821.29 9.330 443.209.83 7.786 0,43 = 42,83%
Sumber : Data Olahan
Dari tabel 5.08 di atas, rata-rata nilai AKO PT. Kimia Farma (Persero) Tbk, untuk rasio arus kas operasi (AKO) dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 berada dibawah rasio arus kas operasi ratarata industri artinya bahwa likuiditas perusahaan berdasarkan rasio ini dapat dikatakan kurang baik disamping jika diperbandingkan dengan 115
nilai rasio yang dipersyaratkan, trend nilai rasio ini berada dibawah trend rasio rata-rata industri, yang menandakan likuiditas perusahaan kurang baik, karena baik trend rasio perusahaan maupun trend rasio rata-rata industri sama-sama berada dibawah satu. Akan tetapi pada tahun 2009 dan tahun 2010 memperlihatkan kecenderungan membaik karena trend perkembangannya mengikuti trend perkembangan ratarata industri. Rata-rata rasio cakupan kas terhadap bunga (CKB) PT. Kimia Farma (Persero) Tbk, pada tahun 2006 berada diatas trend rata-rata industri, yang berarti pada tahun tersebut likuiditas perusahaan berdasarkan rasio ini relatif lebih baik dibanding dengan para pesaing. Akan tetapi, trend rasio perusahaan mulai tahun 2007 sampai dengan tahun 2010 berada di bawah trend rat-rata industri yang berarti bahwa likuiditas perusahaan berdasarkan rasio ini dapat dikatakan kurang baik. Dari hasil perhitungan bahwa nilai rata-rata cakupan arus kas PT. Kimia Farma (Persero), Tbk terhadap hutang lancar pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 berada dibawah trend rata-rata industri hal ini dapat dikatakan bahwa likuiditas perusahaan berdasarkan rasio ini adalah kurang baik meskipun pada tahun 2006 nilai rasio ini mendekati nilai trend rata-rata industri. Pada tabel 5.10 dapat dilihat bahwa nilai rasio kecukupan arus kas perusahaan untuk lima tahun berada diatas rata-rata industri yang
116
berarti bahwa nilai rasio ini dapat dikatakan baik, artinya kemampuan perusahaan dalam menyediakan kas untuk memenuhi kewajibannya dalam jangka 5 tahun mendatang.
117
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan penulis serta didukung dengan data yang diperoleh selama penelitian, penulis menarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Bahwa tingkat likuiditas PT. Kimia Farma (Persero) Tbk berdasarkan laporan arus kas memperlihatkan kondisi yang kurang baik jika diperbandingkan dengan nilai rasio yang dipersyaratkan berada di bawah satu yang berarti terdapat kemungkinan perusahaan tidak mampu membayar kewajiban lancar dan rata-rata industri. 2. Likuiditas perusahaan berada pada posisi yang baik terutama saat diukur dengan rasio CKB pada tahun 2006, akan tetapi pada 4 tahun berikutnya rasio ini berada di bawah rata-rata industri. 3. Bahwa tingkat likuiditas perusahaan yang berada pada industri farmasi jika dibandingkan dengan nilai rasio yang dipersyaratkan sesungguhnya di bawah dari rata-rata industri. 4. Rasio likuiditas yang berdasarkan pada laporan arus kas sesungguhnya perusahaan masih mampu menjalankan aktivitasnya karena jika dilihat dari pos kas dan setara kas pada akhir tahun perusahaan.
118
5. Aktivitas yang dilakukan perusahaan yang bersumber dari arus kas baik itu aktivitas operasi, investasi dan pendanaan diperuntukkan pada kegiatan usaha yang bersifat riil untuk tujuan menciptakan laba perusahaan. B. Saran Berdasarkan pada hasil penelitian ini, penulis menyarankan agar perusahaan menjaga likuiditasnya berdasarkan pada laporan arus kasnya terutama pemanfaatan arus kas operasi, investasi dan pendanaan. Pemanfaatan
aktivitas
yang
dimaksudkan
adalah
agar
perusahaan
menempatkan penggunaan arus kasnya pada investasi jangka pendek seperti pembayaran kewajiban yang kecenderungan pengembaliannya lebih cepat agar pembayaran kewajiban-kewajiban jangka pendeknya dapat terpenuhi tepat waktu.
119