JURNAL DAN LAPORAN
ANALISIS KIMIA INSTRUMEN
Penentuan % Kafein Metode
High Performance Liquid Chromatography (HPLC)
Disusun Oleh :
Wullan Nurdiyanti
Kelas :
XII Analisis Kimia 6
Kelompok I
SMK Negeri 13 Bandung
Jalan Soekarno Hatta KM 10
Tahun Ajaran 2016/2017
Judul Percobaan : Penetapan % Kafein Metode HPLC
Tanggal Percobaan : Rabu, 16 November 2016
Tanggal Laporan : Rabu, 23 November 2016
Nama Pembimbing : Ibu Sugiyatmi
Tujuan Percobaan :
Mengetahui cara pengerjaan menggunakan HPLC yang baik dan benar
Menentukan kadar pada sampel yang mengandung kafein dengan metode HPLC
Prinsip Percobaan :
Sampel dilarutkan dalam methanol : air (1:3) yang sesuai, disaring dengan kertas saring khusus (ɸ=0,45 μm). Filtrat diinjeksi ke dalam kolom kemudian terbawa oleh fasa gerak dengan laju alir 1,5 mL/menit dan ditangkap oleh detector S2500 dengan panjang gelombang 270 nm dengan sistem gerak isokratik.
Hasil analisa menampilkan konsentrasi dalam satuan ppm dibandingkan terhadap standarnya dilihat dari waktu retensi ( standar kafein sebesar 5,5 menit) dan luas area puncak kromatogram.
Dasar Teori :
Kromatografi
Kromatografi adalah suatu cara pemisahan dimana komponen-komponen yang akan dipisahkan didistribusikan antara 2 fase, salah satunya yang merupakan fase stasioner (diam), dan yang lainnya berupa fasa mobil (fasa gerak). Fase gerak dialirkan menembus atau sepanjang fase stasioner. Fase diam cenderung menahan komponen campuran, sedangkan fasa gerak cenderung menghanyutkannya. Berdasarkan terikatnya suatu komponen pada fasa diam dan perbedaan kelarutannya dalam fasa gerak, komponen-komponen suatu campuran dapat dipisahkan. komponen yang kurang larut dalam fasa gerak atau yang lebih kuat terserap atau terabsorpsi pada fasa diam akan tertinggal, sedangkan komponen yang lebih larut atau kurang terserap akan bergerak lebih cepat. (Dat 2002)
Terdapat beberapa jenis kromatografi sebagai berikut :
1. Kromatografi kolom
Kromatografi kolom adalah suatu tehnik pemisahan campuran komponen dimana campuran komponen yang terlarut pada pelarut akan dituang ke dalam adsorbent pada kolom dan dielusi dengan pelarut yang sama atau berbeda. Kromatografi kolom menggunakan sistem "padat-cair" dengan fasa diamnya (adsorben) yang berbentuk solid atau padat dan fase geraknya (eluen) berbentuk cairan (likuid). Kromatografi kolom digunakan untuk keperluan preparative yaitu untuk mengisolasi atau memisahkan suatu komponen tertentu dari campuranya.
2. Kromatografi kertas
Kromatografi kertas yaitu kertas mengadsorpsi air dari lingkungan sekitar. Air tersedia dilingkungan dalam bentuk kelembaban dan bertindak sebagai salah satu komponen dalam larutan pengelusi (fase gerak). Air juga bertindak sebagai fase diam. Kromatografi kertas menggunakan sistem " cair – cair" . Kromatografi kertas banyak digunakan untuk keperluan analitis.
3. Kromatografi lapis tipis
Kromatografi lapis tipis yaitu yang bertindak sebagai fase diam adalah suatu adsorbent yang diaplikasikan pada lempeng kromatografi. Adsorben bisa berupa alumina , Al2SO3 , SiO2 , silica gel. Semakin kuat komponen yang ingin dipisahkan diadsorpsi ke dalam fase diam,akan semakin lambat komponen bermigrasi dalam plat KLT.
4. Kromatografi partisi
Prinsip kromatografi partisi dapat dijelaskan dengan hukum partisi yang dapat diterapkan pada sistem multikomponen yang dibahas di bagian sebelumnya. Dalam kromatografi partisi, ekstraksi terjadi berulang dalam satu kali proses. Dalam percobaan, zat terlarut didistribusikan antara fasa stationer dan fasa mobil. Fasa stationer dalam banyak kasus pelarut diadsorbsi pada adsorben dan fasa mobil adalah molekul pelarut yang mengisi ruang antar partikel yang ter adsorbsi. Contoh khas kromatografi partisi adalah kromatografi kolom yang digunakan luas karena merupakan sangat efisien untuk pemisahan senyawa organik (Gambar 12.3)
5. Kromatografi gas
Campuran gas dapat dipisahkan dengan kromatografi gas. Fasa stationer dapat berupa padatan (kromatografi gas-padat) atau cairan (kromatografi gas-cair).Umumnya, untuk kromatografi gas-padat, sejumlah kecil padatan inert misalnya karbon teraktivasi, alumina teraktivasi, silika gel atau saringan molekular diisikan ke dalam tabung logam gulung yang panjang (2-10 m) dan tipis.
6. HPLC
HPLC digunakan untuk pemurnian (misalnya untuk keperluan sintesis) senyawa organik skala besar, HPLC (high precision liquid chromatography atau high performance liquid chromatography) secara ekstensif digunakan. Bila zat melarut dengan pelarut yang cocok, zat tersebut dapat dianalisis. Ciri teknik ini adalah penggunaan tekanan tinggi untuk mengirim fasa mobil kedalam kolom. Dengan memberikan tekanan tinggi, laju dan efisiensi pemisahan dapat ditingkatkan dengan besar.
HPLC (High Performance Liquid Chromatography)
Pengertian
Kromatografi cair berperforma tinggi (high performance liquid chromatography/HPLC) merupakan salah satu teknik kromatografi untuk zat cair yang biasanya disertai dengan tekanan tinggi. HPLC digunakan untuk memisahkan molekul berdasarkan perbedaan afinitasnya terhadap zat padat tertentu. Cairan yang akan dipisahkan merupakan fasa cair dan zat padatnya merupakan fasa diam (stasioner). Teknik ini sangat berguna untuk memisahkan beberapa senyawa sekaligus karena setiap senyawa mempunyai afinitas selektif antara fasa diam tertentu dan fasa gerak tertentu. Dengan bantuan detector serta integrator kita akan mendapatkan kromatogram. Kromatogram memuat waktu tambat serta tinggi puncak suatu senyawa.
Teknik HPLC merupakan suatu metode kromatografi cair-cair, yang dapat digunakan baik untuk keperluan pemisahan maupun analisis kuantitatif. Analisis kualitatif dengan teknik HPLC didasarkan pada pengukuran luas area standar. Pada prakteknya, metode pembandingan area standar dan sampel kurang menghasilkan data yang akurat bila hanya melibatkan suatu konsentrasi standar. Oleh karena itu, dilakukan dengan menggunakan teknik kurva kalibrasi. (Wiji, dkk. 2010 : 17).
Jenis-jenis HPLC
Pemisahan dengan HPLC dapat dilakukan dengan fase normal (jika fase diamnya lebih polar dibanding dengan fase geraknya) atau fase terbalik (jika fase diamnya kurang non polar dibanding dengan fase geraknya). Berdasarkan pada kedua pemisahan ini, sering kali HPLC dikelompokkan menjadi HPLC fase normal dan HPLC fase terbalik.
Selain klasifikasi di atas, HPLC juga dapat dikelompokkan berdasarkan pada sifat fase diam dan atau berdasarkan pada mekanisme sorpsi solut, dengan jenis-jenis HPLC sebagai berikut:
1. Kromatografi adsorbsi
Kromatografi adsorbsi sangat cocok untuk pemisahan senyawa-senyawa yang agak polar. Pertikel-partikel silika atau alumina biasanya digunakan sebagai adsorben. Gugus-gugus polar silanol pada permukaan silika dan gugus polar aluminol pada permukaan alumina bertindak sebagai tempat adsorbsi molekul-molekul polar. Jenis kromatografi ini menggunaka fasa gerak nonpolar seperti heksana dan jenis kromatografi ini disebut juga kromatografi fasa normal.
2. Kromatografi partisi
Pada kromatografi partisi, retensi solut dan pemisahan analog dengan ekstraksi cair-cair. Konsentrasi solut dalam masing-masing fasa cair sinyatakan dengan koefisien partisi. Biasanya fasa gerak lebih polar daripada fasa diam sehingga disebut kromatografi fasa terbalik.
3. Kromatografi fasa terikat
Kromatografi fasa terikat merupakan teknik HPLC yang paling penting dan paling banyak digunakan pada saat sekarang. Kromatografi fasa terikat dioperasikan dengan mode fasa terbalik. Akan tetapi, sorben fasa terikat terdidi dari partikel silika akan dimodifikasi secara kimia dengan rantai alkil.
4. Kromatografi penukar ion
Kromatografi penukar ion merupakan teknik pemisahan campuran ion-ion atau molekul-molekul yang dapat di-ionkan. Ion-ion bersaing dengan ion fasa gerak untuk memperebutkan tempat berikatan pada fasa diam.
5. Kromatografi ekslusi ukuran
Ukuran molekul merupakan kriteria utama dalam pemisahan dengan kromatografi ekslusi ukuran. Teknik ini berbeda dengan teknik-teknik kromatografi lainnya karena disini hampir tidak ada fasa diam. Interaksi polar dan non-polar diantara solut dan fasa diam pada dasarnya tidak diharapkan karena hal itu mempersulit retensi. Pemisahan terjadi karena solut-solut berdifusi masuk dan keluar pori-pori material paking kolom. Molekul-molekul yang lebih besar dari diameter pori-pori akan melewati kolom secara cepat dan dikenal dengan istilah volume tereklusi. Sebaliknya, molekul-molekul kecil menempati volume pori dan bertahan lebih lama.
Komponen HPLC
Menurut Adnan (1997), komponen utama HPLC adalah :
a. Reservoir pelarut : zat pelarut yang dipakai polaritasnya dapat bervariasi tergantung dari senyawa yang dianalisis, yang perlu diperhatikan adalah bahwa tempat pelrut tersebut harus memungkinkan untuk proses menghilangkan gas atau udara yang ada dalam pelarut
b. Pompa : digunakan untuk mengalirkan pelarut sebagai fase mobile dengan kecepatan dan tekanan yang tetap
c. Injektor : saat sampel diinjeksikan ke dalam kolom, diharapkan agar pelarut tidak mengganggu masuknya keseluruhan sampel ke dalam kolom. Injeksi dapat menggunakan syringe.
d. Kolom kromatografi : kolom yang dipakai memiliki panjang 10 – 25 cm dan diameter 4,5 – 5 mm yang diisi dengan fase stasioner beukuran 5-10 mikrometer dan terbuat dari logam atau stainlessteel.
e. Detektor : digunakan untuk mendeteksi sampel. Detektor dibutuhkan untuk mempunyai sinsitivitas yang tinggi, linear untuk jangka konsentrasi tertentu dan dapat mendekati eluen tanpa mempengaruhi resolusi kromatografi.
Bagian-bagian Alat HPLC
Keterangan gambar :
Fasa Gerak
Methanol Murni
Selang penghubung fasa gerak
Arus listrik
Stabilizer
CBM-20A
Selang penghubung kolom
Kolom
Detector SPD-20A
Pump LC-20AT
Injector rheodyne
Injector
PC
Monitor
Printer
Beberapa kegunaan dari HPLC :
HPLC dengan prinsip kromatografi banyak digunakan pada industri farmasi dan pestisida.
Zat- zat dengan kepolaran berbeda yaitu antara sedikit polar sampai polar dapat dipisahkan dengan HPLC berdasarkan partisi cair-cair.
Asam-asam nukleat dapat dipisahkan dengan kolom penukar ion yang dikombinasikan dengan kolom butiran berlapis zat berpori.
Morfin, heroin dan semacamnya telah dapat dipisahkan dengan rezin Zipax-SAX.
Dapat memisahkan vitamin- vitamin yang larut dalam air.
Digunakan untuk menentukan berat molekul polimer dan masalah-masalah biokimia.
Dapat digunakan untuk memurnikan dan mengidentifikasi suatu senyawa.
Kelebihan dan Kekurangan Dalam Penggunaan HPLC
Dengan adanya HPLC tentunya sangat membantu dalam proses kromatografi. Berikut merupakan kelebihan dari alat HPLC antara lain:
· Mampu memisahkan molekul-molekul dari suatu campuran dengan daya memisah yang tinggi.
· Dapat dihindari terjadinya dekomposisi / kerusakan bahan analisis.
· Dapat digunakan bermacan-macam detektor dengan kepekaan yang tinggi.
· Kolom dapat digunakan kembali.
· Waktu analisa cukup singkat.
· HPLC dapat digunakan untuk isolasi zat yang tidak mudah menguap dan zat yang tidak stabil.
· Dapat menganalisis sampel yang kecil kuantitasnya.
· Teknik HPLC dapat dilakukan pada suhu kamar.
Kelemahan dari alat HPLC antara lain:
· Harga sebuah alat HPLC cukup mahal.
· Sering ada larutan standar yang tertinggal diinjektor.
· Pada kolom dengan diameter rata-rata partikel fase diam dengan ukuran 5 dan 3 mikrometer sela-sela partikel lebih mudah tertutup oleh kotoran, jadi harus seringkali dicuci dan kemurnian larutan harus dijaga.
Kaffein
Kafeina atau sering disebut dengan kafein, salah satu senyawa alkaloid xantina berbentuk kristal dan berasa pahit yang bekerja sebagai obat perangsang psikoaktif dan diuretik ringan. Kafein ditemukan oleh seorang kimiawan Jerman yaitu Friedrich Ferdinant Runge pada tahun 1819. Ia menciptakan istilah "kaffein" untuk merujuk pada senyawa kimia pada kopi. Kafein yang disebut guarnina ketika ditemukan pada guarana, mateina ketika ditemukan pada mate, dan teina ketika ditemukan pada teh. Semua istilah tersebut sama-sama merujuk pada senyawa kimia yang sama.
Kafein dijumpai secara alami pada bahan pangan seperti biji kopi, daun teh, buah kola, guarana dan mate. Pada tumbuhan, ia berperan sebagai peptisida alami yang melumpuhkan dan mematikan serangga-serangga tertentu yang memakan tanaman tersebut. Ia umumnya dikonsumsi oleh manusia dengan mengekstraksi dari biji kopi dan daun teh.
Alat dan Bahan :
Alat
No.
Alat
Jumlah
1.
Alat HPLC
1
2.
Injector HPLC
1
3.
Kaca Arloji
2
4.
Pipet tetes
2
5.
Kertas saring khusus
1
6.
Neraca Analitik
1
7.
Tabung reaksi
3
8.
Alat penyaring
1
9.
Labu ukur 100 mL
2
Bahan
No.
Bahan
Jumlah
1.
Metanol : Air (1 : 3)
Secukupnya
2.
Sampel Kaffein
Secukupnya
3.
Aqua bidest
Secukupnya
Prosedur Percobaan :
Persiapan Kolom HPLC
Disiapkan fasa gerak air:methanol (3:1)
Difurging dan lanjutkan dengan dialirkan fasa gerak pada kolom HPLC
Dibuat metode pengukuran HPLC dengan panjang gelombang 273 nm, laju alir = 1,5 mL/menit
Persiapan Larutan Standar Paracetamol
Disiapkan fasa gerak methanol:air (1:3) ditampung dalan botol fasa gerak
Dilakukan furging terhadap kolom HPLC
Dibuat larutan standar induk kafein 1000 ppm dalam labu ukur 100 mL
Dibuat larutan standar paracetamol 40 ppm dalam labu ukur 50 mL dari standar induk 1000 ppm
Persiapan Sampel
Disaring menggunakan kertas saring khusus dan dipindahkann ke dalam tabung reaksi bertutup.
Sample sudah siap diinjeksikan.
Data Pengamatan :
Membuat Fasa Gerak (Methanol : Air (1:3))
No
Gambar
Keterangan
1
Siapkan methanol dan aqua bidest untuk membuat methanol:aair (1:3)
2
Ukur methanol dan aqua bidest yang dibuat sebanyak 500 mL sebesar 1
Perhitungan
Methanol: 125 mL
Aqua bidest: 375 Ml
3
Lalu aduk mehtanol dan aqua bidest yang di dalam gelas kimia 500 mL
4
Siapkan alat penyaring untuk menyaring methanol : air (3:1)
1. Siapkan penyaring membran ɸ=0,45 μm (pastikan bagian penyaring yang licin terleak di bawah)
2. Pasang penyaring dengan menggunakan sedikit aqua bidest
sebagai perekatnya
3. Pasang penjepit pada bagian tengah alat penyaring.
5
Saring methanol:air (1:3) ke dalam penyaringan yang sudah disiapkan
1. Hubungkan peyaring pada selang yang tersambung pada kompresor yang sudah dinyalakan
2. Bilas dahulu alat nyaring sebanyak 3x dan tempat untuk meletakkan methanol: air sebanyak 3x
3. Saring semua methanol:air ke dalam penyaring dan masukkan ke dalam tempat yang sudah dibilas
4. Degas methanol:air selama 15 menit.
Pengoperasian HPLC
Hidupkan Pump LC – 20AT.
Hidupkan Detector SPD – 20A, tunggu sampai inisialisasi selesai.
Hidupkan CBM – 20A.
Hidupkan PC.
Sebelum memulai mengoperasikan instrument dan saat mengganti fase gerak sebaiknya dilakukan purging dengan tujuan menghilangkan gelembung dan kotoran yang ada dalam fase gerak agar tidak masuk kolom.
Pada menu utama windows, klik "LC SOLUTION".
Klik gambar instrument 1.
Klik "OK", akan muncul menu utama "REAL TIME ANALYSIS"
Klik "FILE" "NEW METHOD FILE" untuk membuat file metode baru.
Klik "INSTRUMENT PARAMETER". Pada instrument parameters view (dibawah layar kromatogram) klik "NORMAL" untuk tampilan parameter ringkas atau klik "ADVANCED" untuk tampilan parameter detail, klik toolbar "PUMP".(Isi parameter pompa sesuai dengan kondisi yang diinginkan).
Klik toolbar "DETECTOR"
(Isi parameter LAMP dengan D2, tentukan suhu sel yang diinginkan, tentukan panjang gelombang yang diinginkan).
Klik toolbar "DATA ACQUISITION"
(Isi parameter LC Stop Time dengan 0,01. Beri tanda pada kolom Acquisition Time (Detector A) lalu isi parameter End Time dengan waktu analisis yang diinginkan.
Simpan parameter yang telah diset ke dalam nama file metode tertentu dengan cara mengklik "FILE",
"SAVE METHOD FILE AS", tentukan folder penyimpanan, isi nama file, klik "SAVE".
Klik "DOWNLOAD" untuk mengirim parameter ke system HPLC.
Hidupkan instrument dengan mengklik "INSTRUMENT ON/OFF". Semua unit akan aktif.
Untuk mengetahui kestabilan baseline, lakukan Baseline Check dengan mengklik "BASELINE".
(Tunggu hingga kolom Result menunjukkan Pass. Jika hasilnya Failed. Tunggu beberapa saat, lalu lakukan Baseline Check lagi. Jika hasilnya telas Pass, lakukan injeksi baku.
Injeksi Baku
Pada menu utama Real Time Analysis, klik "ACQUISITION".
Klik "SINGLE START".
Isi parameter yang diinginkan (Sample Name, Sample ID, terutama parameter Data File. (Tentukan folder penyimpanan).
Klik "OK", maka akan muncul Data Acquisition Start, Klik data button or close MAN – INJ. IN Terminator on the instrument just of tex injectiction (start, quit).
Lakukan injeksi baku dengan cara memutar tuas injector Rheodyne ke posisi LOAD injeksikan ± 100 larutan baku. Putar tuas ke posisi INJECT. Analisis akan segera berlangsung sesuai dengan waktu analisis yang telah diset.
Lakukan injeksi larutan baku berikutnya.
Kalibrasi Baku
Klik "LCsolution".
Klik "POST RUN".
Klik "CALIBRATION".
Klik toolbar data (tanda lingkaran merah diatas). Klik 2 kali data file baku yang akan dijadikan standar (Jika data baku lebih dari satu, cukup pilih salah satu data saja).
Klik "WIZARD".
Atur parameter yang diinginkan, misalnya Min Area, dll. Klik "NEXT".
Beri tanda pada puncak yang dijadikan peak target sesuai waktu retensi masing – masing. Klik "NEXT".
Isi parameter yang diinginkan, missal Quantitave Method dengan External Standard, dan Units dengan ppm, # of Calib.Levels diisi dengan jumlah deret standar yang digunakan, dll. Klik "NEXT".
Isi parameter toleransi waktu retensi yang diinginkan, klik "NEXT".
Isi nama dan konsentrasi masing – masing komponen sesuai dengan waktu retensinya. Klik "FINISH".
Klik "APPLY TO METHOD", klik "YES". Isikan filename (ex, Calculation), Save.
Checklist QA/QC, klik "OK".
Klik "TOP".
Klik "BATCH PROCESSING", klik "FILE NEW".
Klik toolbar data, drag-in data baku. Atur sebagai berikut :
Sample Type diisi Standard, Initialize Calibration Curve (ini untuk data kromatogram yang tadi sudah kita olah pada wizard tadi) OK. Untuk baku berikutnya diisi Add Calibration Level.
Method File diisi sesuai dengan nama file metode yang digunakan untuk pengolahan pada wizard tadi. (ex, Calculation)
Klik "BATCH START", jika ada pertanyaan untuk menyimpan file batch, isi nama file yang diinginkan, klik "SAVE". Klik "OK", Yes.
Report Hasil Pengukuran
Klik "TOP", klik 1 Report Format, klik 2, klik 3 (untuk mencari report format yang telah di sett).
Klik 1, drag semua data yang akan dikalkulasikan, Print hasilnya.
Perhitungan [Kaffein]
[Kaffein] = Luas area sampelLuas area standar x Konsentrasi standar (40 ppm)
= 767277154527 x 40 ppm
= 19,8612288 = 19,86 ppm
Pembahasan :
1 Sebelum mekakukan praktikum, sebaiknya dilakukan furging terlehih dahulu yang bertujuan untuk menghilangkan gelembung gas yang berasa di sistem HPLC. Karena jika terdapat gelembung gas, dikhawatirkan akan menghalangi lajunya fasa gerak ataupun sampel, sehingga analisis tidak akan berjalan maksimal.
2. Pada saat analisis sebaiknya pada saat pengukuran sample dan standar harus dimasukan pada rentang waktu yang sama atau jangan di klik start pada saat single start karena waktu retensi yang dialami akan berbeda atau bertambah dan pada saat beres engukuran tuas injector rheodyne jangan dibuka karena alat akan membaca kembali zat yang dianalisa
3. Pembilasan harus menggunakan aqua bides dikarenakan agar tidak adanya mikroorganisme dan mineral yang akan masuk ke dalam kolom yang nantinya akan merusak HPLC
4. . Sample dan standar harus disaring agar tidak ada padatan- padatan dan mineral- mineral yang sangat kecil yang pada saat pengukuran akan menyumbat pipa kapiler
5. Jika terhambat gelembung , dapat membuat tekanan menjadi lebih besar. Yang jika ini terus terjadi, maka akan dapat mengurangi life time alat.
6. Sebelum dan sesudah digunakan sebaiknya dilakukan pencucian, dengan tujuan untuk menhilangkan sisa-sisa partikel yang menempel yang akan menghambat proses analisis.
7. Pada saat melakukan injeksi larutan tidak boleh ada gelembung gas dalam alat syringe, karena dikhawatirkan gelombang gas tersebut dapat menghambat laju cairan.
8. Waktu retensi diatur 2 kali lebih besar daripada waktu retensi yang terdapat di dalam literatur. Apabila terjadi pergeseran waktu saat keluarnya peak.
9. Flow reat jangan terlalu cepat/lambat karena jika terlalu camepat maka kontak antara fasa gerak dan kolom akan semakin sebentar. Yang akan membuat penguraian sampel akan kurang maksimal.
10. Kolom yang digunakan bersifat non-polar sedangkan fasa gerak bersifat polar sehingga HPLC ini termasuk HPLC metode fasa terbalik.
11. Setelah pengoperasian HPLC dengan menggunakanfasa gerak organik , cuci kolom HPLC dengan menggunakan methanol dengan laju alir 1 mL/menit sampai tekanan aktual pompa menunjukkan kurang lebih sama dengan saat pencucian methanol sebelum melakukan analisa.
XI. Kesimpulan :
Dari hasil praktikum diperoleh % Kafein metode High Performance Liquid Chromatography (HPLC) dalam sample sebesar 19,86 ppm
Daftar Pustaka :
Day, R.A., A.L. Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
Hendayana, Sumar. (2006) . KIMIA PEMISAHAN Metode Kromatografi dan Elektroforensis Modern. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Nilai
Paraf