Analisis Kasus Perusahaan Kader Industrial (Thailand)
Kader Industrial (Thailand) Caompany berlokasi di dekat bangkot, Thailand. Perusahaan ini merupakan Join Venter yang 40 % dimiliki oleh Kader Holding Co. dari Hongkong, 40% oleh perusahaan yang berkaitan dengan Grup Pokphand Chareon Thailand, dan sisanya 20% oleh investor Thailand. Pabrik ini mempekerjakan 3000 pekerja, sebagian besar merupakan wanita muda, yang membuat boneka mainan untuk ekspor. Mainan-mainan itu termasuk Big Bird, Bart Simpson, dan Muppets for Fisher-Price, Inc. Mainan "R" Us dan Produk Kenner. Perusahaan menyediakan pekerjaan yang sangat dibutuhkan bagi sejumlah keluarga.
Pabrik manufaktur terdiri dari empat bangunan besar empat lantai yang terhubung . Oleh karenanya, pabrik biasa menjaga pintu untuk dikunci diantara bangunan-bangunan untuk mencegah pencurian. Ditambah lagi, sekali perubahan dimulai, pintu ke pabrik dikunci sehingga orang tidak akan mencuri. Para pekerja di pabrik dibayar antara $120 dan $160 per bulan.
Pada senin, 10 Mei 1993, api mulai menyala di material yang tersimpan kemudian menyebar ke tranformer elektrik di area pemotongan kain di lantai dasar di salah satu bangunan. Banguna pertama, yang ana ada 800 orang bekerja, roboh dilahap api dalam 10 menit. Api dengan cepat menyebar ke dua bangunan lainnya, yang rusak juga. Tidak ada alarem yang berbunyi karena pabrik tidak memiliki alarm juga tidak memiliki pemadam api. Penjaga keamanan yang sebelumnya mengunci pintu pada awal shif mengatakan bahwa mereka tidak memiliki waktu untuk membukanya.
Banyak orang yang lompat dari jendela lantai atas. Ratusan orang terperangkap dibalik pintu yang terkunci. Banyak tubuh ditemukan menumpuk dibalik pintu dan di bawah tangga yang mengarah ke pintu yang roboh di bawah beratnya para pekerja yang mencoba menyelamatkan diri. Bangunan hancur dengan cepat karena konstruksi yang bobrok dan tiang baja yang roboh lebih dulu. Hampir 200 orang meninggal, dengan tambahan 469 terluka, banyak dari mereka dari yang lompat melalui jendela.
Perusahaan mengklaim bahwa perusahaan memiliki peralatan pencegah kebakaran yang memadai dan ada. Perusahaan mempertahankan kebijakan keselamatannya di TV, menyatakan bahwa perusahaan patuh dengan semua regulasi pemerintah. Perusahaan menyatakan bahwa merka akan merawat pekerja yang luka dan mengkompensasi keluarga korban. Perusahaan menawarkan $200 kepada setiap pekerja yang luka dan setiap keluarga koraban yang meninggal sebear $4000.
Chaiyuth Chavalitnitikul, seorang tenaga ahli kerja pemerintah, mengatakan bahwa perusahaan tercatat melakukan pelanggaran keselamatan pada 5 Februari oleh inspektorat pemerintah. Inspektorat menwarakan perusahaan untuk melatih para pekerja dalam memadamkan kebakaran, melakukan latihan pemadaan api, da memasukan rencana evakuasi. Perusahaan gagal memenuhinya. Juru bicara pemerintah Abhisit Vejjajiva mengakui bahwa pemerintah perlu mengambil posisi yang lebih kuat pada keselamatan pekerja. Hanya ada 50 inspektor yang menjalankan regulasi api pada 90.000 perusahaan dan bisnis. Banyak inspektor tidak melakukan penerapan hukum secara serius. Dia juga menyatakan bahwa "penyuapan secara jelas merupakan bagian dari masalah". Dia berjanji akan lebih gigih dalam menerapkan aturan di kemudian hari.
Kebakran Kader ini merupakan contoh dari regulasi yang teledor terkadang dipasangkan dengan korupsi yang menghadapkan para pekerja dengan resiko tempat kerja di Ekonomi Asia yang tumbuh cepat. Tingkat pertumbuhan kecelakaan sangat tinggi di wilayah. Malaysian Trade Union Congress mengkailm bahwa dari 1985 sampai 1990 jumlah kecelakaan industri di negara mendekati double dari 6. 724 menjadi 121.104. Kebakaran Kader ini merupakan kebakaran perusahaan terburuk dalam sejarah. Catatan sebelumnya dipegang oleh perusahaan Triangle Shirtwast yang mengalami kebakaran pada 25 Maret 1911, ketika 146 pekerja garmen wanita terkunci di loteng preusahaan di kota New York.
Analisis kasus
Yang menajadi stakeholder dalam kasus ini adalah Pekerja, amanjemen Kader Industrial dan pemerintah.
Perusahaan wajib bertanggung jawab penuh terhadap pekerja, Mereka diprediksi melakukan penyuapan yang melanggar etika. Resiko kebakran adalah sesuatu yang harus dicegah dan diprioritaskan. Misal dengan melengkapi gedung dengan alarm kebakaran, alat-alat pemadam kebakaran. Dalam hal ini, perusahaan sudah berlaku tidak etis dari sejak awal dengan tidak melengkapi standar perusahaan yang ditetapkan undang-undang. Namun, Perusahaan mencoba bermain dengan inspektor untuk tetap meloloskan perusahaan tersebut seperti sesuai standar. Dalam hal ini tindakan inspektor yang mau disuap pun bisa diminta pertanggung jawaban. Sehingga pengusutan kasus ini adalah perusahaan dan pemerintah. Adanya kesempatan untuk melobi inspektor membuat perusahaan melakukan tindakan tidak etis dari sejak awal. Pun demikian, pengawasan pemerintah menjadi lemah karena adanya sogokan dari perusahaan tersebut. Sehingga stakeholder yang dirugikan dalam kasus ini adalah pekerja.
Poin inti dari kasus ini adalah harusnya memahami resiko yang akan timbul dari semua operasi perusahaan dan ketika ada kesempatan untuk bertindak secara etis maka tindakan tidak etis itu akan dijalankannya.
KADER INDUSTRY (THAILAND) COMPANY
Kader Industry (Thailand) Company terletak di Bangkok, Thailand. Ini adalah perusahaan patungan yang dimiliki 40 persen oleh kader Holdings Co dari Hongkong, 40 persen oleh perusahaan terkait dengan thailand yang Chareon Pokphand Group, dan 20 persen sisanya oleh investor Taiwan. Pabrik ini mempekerjakan 3.000 pekerja, sebagian besar perempuan muda yang membuat boneka mainan untuk ekspor.
Kader Industrial (Thailand) Company pertama kali terdaftar pada tanggal 27 Januari 1989. Namun setengah tahun berselang terjadi bencana kebakaran pada pabrik yang baru dibangun. Kemudian kebakaran ini menyebabkan lisensi dicabut pada tanggal 21 November 1989. Kader Industrial (Thailand) Company dibuka kembali 04 Juli 1990. Seperti di banyak negara berkembang, pencurian menjadi masalah terbesar. Oleh karena itu pada umumnya dalam menjaga keamanan pintu terkunci antar bangunan untuk mencegah terjadinya pencurian. Jadi, setelah pergantian shift dimulai, pintu masuk pabrik terkunci sehingga tidak akan ada orang yang dapat menyelinap keluar atau masuk untuk melakukan pencurian. Pekerja yang bekerja di pabrik tersebut diberikan upah antara $ 120 dan $ 160 per bulan.
Peristiwa kebakaran pada Kader Industrial adalah contoh dari lax regulations yang kadang-kadang ditambah dengan korupsi yang menyebabkan pekerja dihadapkan bahaya di tempat kerja pada perkembangan ekonomi Asia yang cepat. Tingkat pertumbuhan kecelakaan sangat tinggi di Asia. Kongres serikat buruh Malaysia mengklaim bahwa 1985-1990 jumlah kecelakaan industri di dalam negeri hampir dua kali lipat, dari 61.724 ke 121.104 kejadian. Kebakaran Kader adalah kebakaran yang terburuk sepanjang sejarah. Rekor sebelumnya dipegang oleh Triangel Shirtwaist Factory pada 25 Maret 1911, ketika 146 pekerja garmen wanita terkunci di loteng pabrik di kota new York.
Jawaban :
Stakeholder dalam kasus ini adalah pekerja, konsumen, kreditur, investor, masyarakat lingkungan sekitar dan pemerintah Thailand.
Peringkat prioritas yang diberikan kepada tiap stakeholder adalah :
Pihak yang dirugikan : Pertama adalah Pekerja, karena merupakan pihak yang paling dirugikan dalam peristiwa kebakaran Kader Industrial (Thailand) Company. Pekerja tidak dijamin keselamatan dan kesehatan kerja. Kedua, konsumen karena telah melakukan pemesanan produk. Ketiga, masyarakat sekitar karena dampak dari asap kebakaran. Keempat, perusahaan Kader Industri sendiri karena menanggung kerugian yang amat besar. Kelima, Investor karena Investor memperoleh kewenangan untuk memberikan masukan kepada manajemen terkait kewajiban perusahaan terhadap
pekerja. Keenam, Kreditur karena kader industry dimungkinkan tidak dapat memenuhi kewajibannya kepada kreditur.
Pihak yang bertanggung jawab : dalam urutannya dimulai dari Kader Industrial (Thailand) Company dan pemerintah Thailand.
Norma etika yang dilanggar
Utilitarianisme : Kebakaran yang terjadi membawa dampak yang sangat berisiko kepada pekerja. Di sini Kader Industry tidak memperhatikan risiko keselamatan pekerja ketika pekerja telah memberikan tenaga dan pikirannya untuk perusahaan. Sehingga manfaat yang diperoleh oleh pekerja lebih sedikit daripada pengorbannanya yg telah diberikan.
Hak : Konstruksi bangunan yang buruk, tidak adanya perlatihan evakuasi bencana ataupun faktor lain, pembangunan gedung yang tidak memperhatikan proses evakuasi yang menjadi kewajiban perusahaan juga diabaikan merupakan faktor-faktor yang melanggar hak para pekerja.
Keadilan : perusahaaan tidak memberikan manfaat yang setara dengan apa yang telah pekerja berikan kepada perusahaan. Seharusnya perusahaan tidak hanya berpandangan pada gaji saja, namun pada kenyamanan lingkungan bagi pekerja.
Perhatian : Perusahaan mengabaikan keselamatan para pekerja dengan tidak memfasilitasi lingkup kerja dan bangunan yang tidak layak untuk dipakai bekerja.
Keputusan yang dibuat sehingga menempatkan pekerja dalam risiko adalah perusahaan melakukan efisiensi biaya produksi untuk memaksimalkan labanya. Perusahaan tersebut tidak memberikan jaminan keselamatan bagi para pekerjanya dengan tidak menyediakan peralatan penanggulangan
bencana yang yang memadai seperti alat pendeteksi asap dan alarm kebakaran. Ditambah lagi, perusahaan tidak melatih para pekerja apa yang harus dilakukan saat terjadi kebakaran, tidak pernah melakukan simulasi kebakaran, dan tidak memberikan arahan rencana evakuasi.
Yang bertanggung jawab melindungi pekerja dari malapetaka ini adalah pertama, manajemen dari Kader Industri, karena perusahaan harus memberikan segala fasilitas untuk melindungi dan memberikan kenyamanan para pekerjanya di lingkungan kerja. Hal ini dilakukan karena pekerja
memiliki hak atas dasar perjanjian kontraktual (perjanjian kerja bersama) antara pemberi dan penerima pekerjaan. Kedua, pemerintah Thailand, karena pemerintah perlu melakukan perlindungan kepada warganya yang tertimpa musibah dan memastikan hak para pekerja telah diterima dari perusahaan kader insdustri.
Dimensi keputusan yang menjadi prioritas dalam proses pengambilan keputusan adalah isu sosial, isu etika dan isu ekonomi. Perusahaan berusaha memberikan kompensasi yang cukup besar pada pekerja yang menjadi korban. Hal ini dilakukan supaya perusahaan kembali mendapatkan citra yang baik dari masyarakat dan pihak-pihak lain yang bekepentingan. Dengan mengembalikan citra baik perusahaan, diharapkan perusahaan tetap dapat melanjutkan bisnisnya dan mendapatkan keuntungan baik jangka panjang maupun jangka pendek.
Budaya perusahaan yang dimiliki oleh Kader Industri adalah Budaya Pasar (Market Culture) yang dikemukakan James Gibson (2006) yaitu perusahaan menekankan pertumbuhan penjualan, peningkatan pangsa pasar, stabilitas keuangan dan keuntungan. Perusahaan dan pekerja memiliki hubungan sebatas kontraknya dengan perusahaan. Dalam kasus ini Hubungan antara Kader Company dengan pekerjanya hanya sebatas hubungan berdasar kontrak dimana pekerja memberikan jasa pada perusahaan dan perusahaan akan memberikan imbalan atas jasa mereka.
Tanggung jawab yang dimiliki pelanggan Kader untuk memastikan bahwa pekerja Kader terlindungi adalah pelanggan Kader dapat menambahkan klausul dalam perjanjian kontrak jual beli dengan Kader, misalnya pelanggan hanya akan membeli produk dari Kader bila kriteria perlindungan pada pekerja Kader terpenuhi. Bila pelanggan mengetahui bahwa kondisi tersebut dilanggar, pelanggan akan membatalkan kontraknya dengan Kader. Tindakan ini tidak sepenuhnya dapat memastikan perlindungan pada pegawai Kader karena pelanggan tidak melakukan pengawasan sepenuhnya padaproses operasi Kader. Setidaknya hal inilah yang dapat dilakukan pelanggan Kader untuk menunjukkan bahwa mereka memiliki moral dan selalu melindungi hak asasi manusia (HAM).