Agen Infeksius, Faktor yang Mempengaruhi, dan Perbedaan Proses Infeksi Oleh Mustafrikhat Mustafrikhatul ul Maftukhah 1006672756 Agen-agen infeksius Infeksi merupakan peristiwa masuk dan penggandaan mikroorganisme di dalam tubuh pejamu (Pronggoutomo, 2002). Sedangkan agen agen infeksius adalah mikroorganisme yang dapat menimbulkan infeksi. Mikroorganisme yang termasuk dalam agen infeksi antara lain virus, bakteri, jamur, parasit, riketsia, dan clamidia.
Virus Virus adalah organisme patogen terkecil (20-300 nm) yang mengandung RNA atau DNA serta memiliki kapsid. Virus tidak mampu bermetabolisme/bereplikasi mandiri sehingga memerlukan organel sel terinfeksi untuk berkembang biak. Virus merupakan penyebab tersering timbulnya penyakit pada manusia sering tanpa gejala dan berkembang tanpa diketahui. Hal demikian menyebabkan perbedaan antara infeksi virus (replikasi di tubuh penjamu) dan penyakit virus (replikasi disertai kerusakan jaringan) sangat kritis. Banyak infeksi tanpa disertai eliminasi virus dari tubuh tetapi menetap bertahun-tahun atau seumur hidup, multiplikasi berlanjut dan dapat diperlihatkan sebagai infeksi menahun atau hidup di dalam bentuk laten non-infektif dengan potensi direktifkan kemudian, misalnyau virus herpes zoster penyebab cacar air (varicella) dapat menetap dalam bentuk laten di ganglia dorsalis dan secara periodik diaktifkan timbul sebagai vesikel dikulit yang dapat menyebabkan rasa sakit. Infeksi berbagai jenis virus yang menyebabkan penyakit sering digolongkan ke dalam sistem organ yang terkena seperti infeksi virus pernapasan, bentuk kelainan klinik yang ditimbulkan seperti virus yang menyebabkan eksantema, dan sifat infeksi laten virus. Bakteri Bakteri merupakan mikrobia prokariotik uniselular, berukuran antara 0,5-10 µm. Bakteri juga merupakan organisme hidup dan dapat ditemukan di mana-mana. Ada waktu saat sistem kekebalan tubuh tidak dapat menyingkirkan suatu infeksi bakteri. Infeksi bakteri sering terjadi bersamaan dengan adanya rasa sakit, nyeri atau borok pada pada bagian tubuh. Bakteri memiliki flagel atau bulu cambuk, pili atau fimbriae, kapsula at au lapisan lendir, dinding sel dimana ada yang struktur dinding sel bakteri Gram negatif yaitu merupakan struktur yang berlapis, sedangkan bakteri Gram positif mempunyai satu lapis yang tebal. Jamur Infeksi yang disebabkan oleh jamur tidak hanya terjadi di luar baguan tubuh (kulit), tetapi terjadi juga di dalam tubuh. Misalnya Candida Albicans. Candida Albicans adalah jenis fungi yang seperti ragi, umumnya u mumnya ditemukan di dalam mulut, kerongkongan, usus, dan saluran genital. Normalnya, bakteri baik dalam usus akan berkompetisi dengan candida dan menjaganya agar tetap terkendali tanpa menyebabkan masalah kesehatan apapun. Namun ketika keseimbangan antara bakteri baik dan candida terganggu, maka infeksi candidas tidak dapat dihindari. Contoh lain adalah infeksi jamur yang terjadi di susunan saraf pusat , seperti meningitis, meningoensafilitis, intrakranial tromboflebitis, dan abses otak. Parasit Parasit menginvasi imunitas protektif dengan mengurangi imunogenisitas dan menghambat respon imun host. Parasit yang berbeda menyebabkan imunitas pertahanan yang berbeda.
1. Parasit mengubah permukaan antigen mereka selama siklus hidup dalam host vertebrata. 2. Parasit menjadi resisten terhadap mekanisme efektor imun selama berada dalam host. 3. Parasit protozoa dapat bersembunyi dari sistem imun dengan hidup di dalam sel host atau membentuk kista yang resisten terhadap efektor imun. Parasit dapat menyembunyikan mantel antigeniknya secara spontan ataupun setelah terikat pada antibodi spesifik. 4. Parasit menghambat respon imun dengan berbagai mekanisme untuk masing-masing parasit. Riketsia Riketsia merupakan golongan bakteri, karena itu riketsia memiliki si fat yang sama dengan bakteri, termasuk bakteri Gram negatif. Riketsia mempunyai enzim yang penting untukmetabolisme. Dapat mengoksidasi asam piruvat, suksinat, dan glutamat serta merubah asam glutamat menjadi asam aspartat.Riketsia tumbuh dalam berbagai bagian dari sel. Riketsia prowazekii dan Riketsia typhi tumbuh dalam sitoplasma sel. Sedangkan golongan penyebab spotted fever tumbuh di dalam inti sel. Riketsia dapat tumbuh subur jikametabolisme sel hospes dalam tingkat yang rendah, misalnya dalam telur bertunas pada suhu 32o C. Pada umumnya riketsia dapat dimatikan dengan cepat pada pemanasan dan pengeringan atau oleh bahan-bahan bakterisid. Clamidia Clamidia termasuk bakteri, memiliki ribosom, RNA, dan DNA, dinding sel daripeptidoglikan yang mengandung asam muramat. Dikenal juga dengan Miyagawanellla atau Bedsonia, termasuk Gram negatif, berukuran 0,2-1,5 mikron, berbentuk sferis, tidak bergerak dan merupakan parasit intrasel obligat. Clamidia berkembang melalui beberapa stadium mulai dari badanelementer yang infeksius, berbentuk sferis dengan garis t engah 0,20,4 mikron, memiliki satu inti dan sejumlah ribosom. Badanelementer kemudian berubah menjadi badan inisial dan kemudian badan intermedier. Siklus perkembangan Clamidia memakan waktu 24-48 jam. Clamidia mempunyai 2 jenis antigen yaitu antigen grup dan antigen spesies. Keduanya terdapat di dalam dinding sel. Antigen spesies tetap dalam dinding sel meskipun sebagian besar grup telah dilepaskan dengan fluorocarbon atau deoksikholat. Clamidia dapat dibeda-bedakan atas dasar patologenitas dan jenis hospes yang diserangnya. Dua spesies yangterpenting adalah 1. Clamidia psittaci, membentuk badan inklusi intrasitoplasma yang tersebar sec ara difus dan tidak mengandung glikogen. Penyebab penyakit Psittacosis pada manusi a, ornitosis pada burung, dan lain-lain. 2. Clamidia trachomatis, membentuk badan inklusi intrasitoplasma yang padat dan mengandung glikogen. Dapat menyebabkan pneumonitis padatikus.Pada manusia dapat menyebabkan penyakit trachoma, konjungtivitas inklusi, uretritis, non-spesifik, salpingitis, servisitis, dan pneumonitis. Faktor-faktor yang mempengaruhi transmisi agen-agen infeksius Penyakit dapat menular terjadi sebagai akibat dari adanya interaksi agen, proses transmisi dan pejamu. Ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi transmisi agen infeksius diantaranya adalah sebagai berikut: a. Faktor penyebab atau agen b. Sumber penular Sumber penular juga mempengaruhi proses transmisi agen infeksius seperti hewan, manusia, air, dan lain-lain.
c. Penularan Kontak secara langsung, mis. penyakit kelamin Kontaminasi dan luka, mis. infeksi luka, rabies. Inokulasi, mis. gigitan serangga (malaria), suntikan (serum hepatitis) Menelan makanan dan minuman yang terkontaminasi, mis. hepatitis A, poliomielitis, kolera Menghirup debu dan droplets, mis. influenza, tuberkulosis. Perbedaan proses infeksi berbagai agen infeksius Pejamu memiliki benteng terhadap infeksi yang tersebar di seluruh jarin gan dan mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh. Benteng pertama diperankan oleh kulit yang utuh, membran mukosa permukaan dan sekret yang diproduksi. Contohnya lisozym air mata merusak peptidoglikan dinding bakteri. Agen penyebab infeksi terdiri dari virus, bakteri, jamur, parasit, riketsia, dan clamidia. Infeksi virus yang menyebabkan penyakit umumnya digolongkan ke dalam sistem organ yang terkena, seperti infeksi virus pernapasan, bentuk kelainan klinik yang di timbulkan seperti virus yang menyebabkan eksastema, dan sifat infeksi infeksi late n virus. Infeksi yang disebabkan oleh bakteri sering terjadi bersamaan dengan adanya rasa sakit, nyeri, atau borok pada bagian tubuh. Ada waktu saat sistem kekebalan tubuh tidak dapat menyingkirkan suatu infeksi bakteri. Masing-masing faktor penyebab memiliki karakteristik tersendiri. Jamur menimbulkan infeksi umumnya terjadi di kulit. Infeksi jamur lebih cenderung mengenai daerah-daerah yang sering berkeringat dan lembab, seperti muka, badan, kaki, lipatan paha, dan lengan. Parasit yang terdiri dari vermes dan protozoa menimbulkan infeksi melalui kontak langsung maupun tidak langsung. Riketsia. Clamidia.
Daftar Pustaka Staf Pengajar FK UI. (1993). Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Binarupa Aksara Pringgoutomo, S., Himawan, S. & Tjarta, A. (2002). Buku AjarPatologi I (Umum). Jakarta: Sagung Seto. Zimmerman, H.L. (2009). “Virus vs Bakteri”. http://www.bayisehat.com/immunizationmainmenu-36/309-virus-vs-bakteri-apakah-antibiotik-diperlukan.html (diakses 4 Mei 2011 pk. 5.47) Nur, W. (2011). “Respon imun terhadap infeksi parasit“. http://id.shvoong.com/medicineandhealth/imuunology/2105950-respon-imun-terhadap-infeksi-parasit/#ixzz1LLaYGg8E, (diakses 4 Mei 2011 pk 9.29) Download
of 5
Agen Infeksius, Faktor yang Mempengaruhi, dan Perbedaan Proses Infeksi Oleh Mustafrikhatul Maftukhah 1006672756 Agen-agen infeksius Infeksi merupakan peristiwa masuk dan penggandaan mikroorganisme di dalam tubuh pejamu (Pronggoutomo, 2002). Sedangkan agen infeksius adalah mikroorganisme yang dapat menimbulkan infeksi. Mikroorganisme yang termasuk dalam agen infeksi antara lain virus, bakteri, jamur, parasit, riketsia, dan clamidia.
Virus Virus adalah organisme patogen terkecil (20-300 nm) yang mengandung RNA atau DNA serta memiliki kapsid. Virus tidak mampu bermetabolisme/bereplikasi mandiri sehingga memerlukan organel sel terinfeksi untuk berkembang biak. Virus merupakan penyebab tersering timbulnya penyakit pada manusia sering tanpa gejala dan berkembang tanpa diketahui. Hal demikian menyebabkan perbedaan antara infeksi virus (replikasi di tubuh penjamu) dan penyakit virus (replikasi disertai kerusakan jaringan) sangat kritis. Banyak infeksi tanpa disertai eliminasi virus dari tubuh tetapi menetap bertahun-tahun atau seumur hidup, multiplikasi berlanjut dan dapat diperlihatkan sebagai infeksi menahun atau hidup di dalam bentuk laten non-infektif dengan potensi direktifkan kemudian, misalnyau virus herpes zoster penyebab cacar air (varicella) dapat menetap dalam bentuk laten di ganglia dorsalis dan secara periodik diaktifkan timbul sebagai vesikel dikulit yang dapat menyebabkan rasa sakit. Infeksi berbagai jenis virus yang menyebabkan penyakit sering digolongkan ke dalam sistem organ yang terkena seperti infeksi virus per napasan, bentuk kelainan klinik yang ditimbulkan seperti virus yang menyebabkan eksantema, dan sifat infeksi laten virus. Bakteri Bakteri merupakan mikrobia prokariotik uniselular, berukuran antara 0,5-10 µm. Bakteri juga merupakan organisme hidup dan dapat ditemukan di mana-mana. Ada waktu saat sistem kekebalan tubuh tidak dapat menyingkirkan suatu infeksi bakteri. Infeksi bakteri sering terjadi bersamaan dengan adanya rasa sakit, nyeri atau borok pada bagian tubuh. Bakteri memiliki flagel atau bulu cambuk, pili atau fimbriae, kapsula atau lapisan lendir, dinding sel dimana ada yang struktur dinding sel bakteri Gram negatif yaitu merupakan struktur yang berlapis, sedangkan bakteri Gram positif mempunyai satu lapis yang tebal.
Jamur Infeksi yang disebabkan oleh jamur tidak hanya terjadi di luar baguan tubuh (kulit), tetapi terjadi juga di dalam tubuh. Misalnya Candida Albicans. Candida Albicans adalah jenis fungi yang seperti ragi, umumnya ditemukan di dalam mulut, kerongkongan, usus, dan saluran genital. Normalnya, bakteri baik dalam usus akan berkompetisi dengan candida dan menjaganya agar tetap terkendali tanpa menyebabkan masalah kesehatan apapun. Namun ketika keseimbangan antara bakteri baik dan candida terganggu, maka infeksi candidas tidak dapat dihindari. Contoh lain adalah infeksi jamur yang terjadi di susunan saraf pusat , seperti meningitis, meningoensafilitis, intrakranial tromboflebitis, dan abses otak. Parasit Parasit menginvasi imunitas protektif dengan mengurangi imunogenisitas dan menghambat respon imun host. Parasit yang berbeda menyebabkan imunitas pertahanan yang berbeda. 1. Parasit mengubah permukaan antigen mereka selama siklus hidup dalam host vertebrata. 2. Parasit menjadi resisten terhadap mekanisme efektor imun selama berada dalam host. 3. Parasit protozoa dapat bersembunyi dari sistem imun dengan hidup di dalam sel host atau membentuk kista yang resisten terhadap efektor imun. Parasit dapat menyembunyikan mantel antigeniknya secara spontan ataupun setelah terikat pada antibodi spesifik. 4. Parasit menghambat respon imun dengan berbagai mekanisme untuk masing-masing parasit. Riketsia Riketsia merupakan golongan bakteri, karena itu riketsia memiliki sifat yang sama dengan bakteri, termasuk bakteri Gram negatif. Riketsia mempunyai enzim yang penting untukmetabolisme. Dapat mengoksidasi asam piruvat, suksinat, dan glutamat serta merubah asam glutamat menjadi asam aspartat.Riketsia tumbuh dalam berbagai bagian dari sel. Riketsia prowazekii dan Riketsia typhi tumbuh dalam sitoplasma sel. Sedangkan golongan penyebab spotted fever tumbuh di dalam inti sel. Riketsia dapat tumbuh subur jikametabolisme sel hospes dalam tingkat yang rendah, misalnya dalam telur bertunas pada suhu 32o C. Pada umumnya riketsia dapat dimatikan dengan cepat pada pemanasan dan pengeringan atau oleh bahan-bahan bakterisid.
Clamidia Clamidia termasuk bakteri, memiliki ribosom, RNA, dan DNA, dinding sel daripeptidoglikan yang mengandung asam muramat. Dikenal juga dengan Miyagawanellla atau Bedsonia, termasuk Gram negatif, berukuran 0,2-1,5 mikron, berbentuk sferis, tidak bergerak dan merupakan parasit intrasel obligat. Clamidia berkembang melalui beberapa stadium mulai dari badanelementer yang infeksius, berbentuk sferis dengan garis tengah 0,20,4 mikron, memiliki satu inti dan sejumlah ribosom. Badanelementer kemudian berubah menjadi badan inisial dan kemudian badan intermedier. Siklus perkembangan Clamidia memakan waktu 24-48 jam. Clamidia mempunyai 2 jenis antigen yaitu antigen grup dan antigen spesies. Keduanya terdapat di dalam dinding sel. Antigen spesies tetap dalam dinding sel meskipun sebagian besar grup telah dilepaskan dengan fluorocarbon atau deoksikholat. Clamidia dapat dibeda-bedakan atas dasar patologenitas dan jenis hospes yang diserangnya. Dua spesies yangterpenting adalah 1. Clamidia psittaci, membentuk badan inklusi intrasitoplasma yang tersebar secara difus dan tidak mengandung glikogen. Penyebab penyakit Psittacosis pada manusia, ornitosis pada burung, dan lain-lain. 2. Clamidia trachomatis, membentuk badan inklusi intrasitoplasma yang padat dan mengandung glikogen. Dapat menyebabkan pneumonitis padatikus.Pada manusia dapat men yebabkan penyakit trachoma, konjungtivitas inklusi, uretritis, non-spesifik, salpingitis, servisitis, dan pneumonitis. Faktor-faktor yang mempengaruhi transmisi agen-agen infeksius Penyakit dapat menular terjadi sebagai akibat dari adanya interaksi agen, proses transmisi dan pejamu. Ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi transmisi agen infeksius diantaranya adalah sebagai berikut: a. Faktor penyebab atau agen b. Sumber penular Sumber penular juga mempengaruhi proses transmisi agen infeksius seperti hewan, manusia, air, dan lain-lain. c. Penularan Kontak secara langsung, mis. penyakit kelamin Kontaminasi dan luka, mis. infeksi luka, rabies. Inokulasi, mis. gigitan serangga (malaria), suntikan (serum hepatitis) Menelan makanan dan minuman yang terkontaminasi, mis. hepatitis A, po liomielitis, kole ra Menghirup debu dan droplets, mis. influenza, tuberkulosis.
Perbedaan proses infeksi berbagai agen infeksius Pejamu memiliki benteng terhadap infeksi yang tersebar di seluruh jaringan dan mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh. Benteng pertama diperankan oleh kulit yang utuh, membran mukosa permukaan dan sekret yang diproduksi. Contohnya lisozym air mata merusak peptidoglikan dinding bakteri. Agen penyebab infeksi terdiri dari virus, bakteri, jamur, parasit, riketsia, dan clamidia. Infeksi virus yang menyebabkan penyakit umumnya digolongkan ke dalam sistem organ yang terkena, seperti infeksi virus pernapasan, bentuk kelainan klinik yang di timbulkan seperti virus yang menyebabkan eksastema, dan sifat infeksi infeksi late n virus. Infeksi yang disebabkan oleh bakteri sering terjadi bersamaan dengan adanya rasa sakit, nyeri, atau borok pada bagian tubuh. Ada waktu saat sistem kekebalan tubuh tidak dapat menyingkirkan suatu infeksi bakteri. Masing-masing faktor penyebab memiliki karakteristik tersendiri. Jamur menimbulkan infeksi umumnya terjadi di kulit. Infeksi jamur lebih cenderung mengenai daerah-daerah yang sering berkeringat dan lembab, seperti muka, badan, kaki, lipatan paha, dan lengan. Parasit yang terdiri dari vermes dan protozoa menimbulkan infeksi melalui kontak langsung maupun tidak langsung. Riketsia. Clamidia.