TRAUMA TUMPUL PADA MATA
I. DEFINISI Trauma Trauma tumpul okuli adalah trauma trauma pada mata yang diakibatkan diakibatkan benda yang keras atau benda tidak keras dengan ujung tumpul, dimana benda tersebut dapat mengenai mata dengan kencang atau lambat sehingga terjadi kerusakan pada jaringan bola mata atau daerah sekitarnya. Trauma tumpul biasanya terjadi karena aktivitas seharihari ataupun karena olah raga. !iasanya !iasanya bendabend bendabendaa yang sering menyebabkan menyebabkan trauma tumpul tumpul berupa berupa bola tenis, bola sepak, bola tenis meja, shuttlecock dan lain sebagianya. Trauma tumpul dapat bersi"at counter coupe, yaitu terjadinya tekanan akibat trauma diteruskan pada arah horisontal di sisi yang bersebrangan sehingga jika tekanan benda mengenai bola mata akan diteruskan sampai dengan makula. II. ETI#$#%I &enyebab dari trauma ini adalah ' (. !enda enda tum tumpul, pul, ). !enturan !enturan atau atau ledakan ledakan di mana mana terjadi terjadi pemadatan pemadatan udara
III. &*T#FISI#$#%I Trauma tumpul yang mengenai mata dapat menyebabkan robekan pada pembuluh darah iris, akar iris dan badan silier sehingga mengakibatkan perdarahan dalam bilik mata depan. Iris bagian peri"er merupakan bagian paling lemah. Suatu trauma yang mengenai mata akan menimbulkan kekuatan hidralis yang dapat menyebabkan hi"ema dan iridodialisis, serta merobek lapisan otot spingter sehingga pupil menjadi ovoid dan non reakti". Tenaga yang timbul dari suatu trauma diperkirakan akan terus ke dalam isi bola mata melalui sumbu anterior posterior sehingga menyebabkan kompresi ke posterior serta menegangkan bola mata ke lateral lateral sesuai sesuai dengan dengan garis garis ekuato ekuator. r. +i"ema +i"ema yang yang terjadi terjadi dalam dalam beberap beberapaa hari hari akan akan berhenti, oleh karena adanya proses homeostatis. Darah dalam bilik mata depan akan diserap sehingga akan menjadi jernih kembali. I. -$*SIFI-*SI
Trauma tumpul dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu' (. -ontusio, yaitu kerusakan disebabkan oleh kontak langsung dengan benda dari luar terhadap bola mata, tanpa menyebabkab robekan pada dinding bola mata ). -onkusio, yaitu bila kerusakan terjadi secara tidak langsung. Trauma terjadi pada jaringan di sekitar mata, kemudian getarannya sampai ke bola mata. !aik kontusio maupun konkusio dapat menimbulkan kerusakan jaringan berupa kerusakan molekular, reaksi vaskular, dan robekan jaringan. enurut Duke Elder, kontusio dan konkusio bola mata akan memberikan dampak kerusakan mata, dari palpebra sampai dengan sara" optikus. . %*!*/*N -$INIS Tanda dan %ejala 0 ata merah 0 /asa sakit 0 ual dan muntah karena kenaikan Tekanan Intra #kuler 1TI#2. 0 &englihatan kabur 0 &enurunan visus 0 In"eksi konjunctiva
Trauma tumpul dapat menimbulkan perlukaan ringan yaitu penurunan penglihatan sementara sampai berat, yaitu perdarahan didalam bola mata, terlepasnya selaput jala 1retina2 atau sampai terputusnya sara" penglihatan sehingga menimbulkan kebutaan menetap.
I. !erbagai kerusakan jaringan mata akibat trauma tumpul
( .#rbita
Trauma tumpul orbita yang kuat dapat menyebabkan bola mata terdorong dan menimbulkan "raktur orbita.Fraktur orbita sering merupakan perluasan "raktur dari maksila diklasi"ikasikan menurut $e Fort, dan "raktur tripod pada 3ygoma yang akan mengenai dasar orbita. *pabila pintu masuk orbita menerima suatu pukulan, maka gaya gaya penekan dapat menyebabkan "raktur dinding in"erior dan medial yang tipis , disertai dengan prolaps bola mata beserta jaringan lunak ke dalam sinus maksilaris 1"raktur blo4out2. ungkin terdapat cedera intraocular terkait, yaitu hi"ema , penyempitan sudut, dan ablasi retina. Eno"talmos dapat segera terjadi setelah trauma atau terjadi belakangan setelah edema menghilang dan terbentuk sikatrik dan atro"i jaringan lemak.
&ada so"ttissue dapat menyebabkan perdarahan disertai eno"talmus dan paralisis otot otot ekstraokular yang secara klinis tampak sebagai strabismus . Diplopia dapat disebabkan kerusakan neuromuscular langsung atau edema isi orbita. Dapat pula terjadi penjepitan otot rektus in"erior orbita dan jaringan di sekitarnya.*pabila terjadi penjepitan,maka gerakan pasi" mata oleh "orseps menjadi terbatas.
). &alpebra eskipun bergantung kekuatan trauma , trauma tumpul yang mengenai mata dapat berdampak pada palpebra, berupa edema palpebra, perdarahan subkutis, dan erosi palpebra. %ambaran klinis +ematoma palpebra merupakan kelainan yang sering terlihat pada trauna tumpul kelopak. !ila perdarahan terletak lebih dalam dan mengenai kedua kelopak dan berbentuk seperti kacamata hitam yang sedang dipakai, maka keadaan ini disebut hematoma kacamata. +enatoma kacamata terjadi akibat pecahnya arteri o"talmika yang merupakan tanda "raktur basis kranii. &ada pecahnya arteri o"talmika maka darah masuk kedalam kedua rongga orbita melalui "isura orbita.
&enatalaksanaan &enanganan pertama dapat diberikan kompres dingin untuk menghentikan perdarahan. Selanjutnya untuk memudahkan absorpsidarah dapat dilakukan kompres hangat
5.-onjungtiva Dampak trauma pada konjungtiva adalah perdarahan subkonjungtiva atau khemosis dan edema. &erdarahan subkonjungtiva umumnya tidak memerlukan terapi karena akan hilang dalam beberapa hari. &ola perdarahan dapat bervariasi, dari ptekie hingga makular. !ila terdapat perdarahan atau edema konjungtiva yang hebat, maka harus di4aspadai adanya "raktur orbita atau ruptur sklera. %ambaran klinis Edema konjungtiva yang berat dapat mengakibatkan palpebra tidak menutup sehingga bertambah rangsangan terhadap konjungtivanya.
&enatalaksanaan &ada edem konjung tiva dapat diberikan dekongestan untuk mencegah pembendungan cairan di dalam selapt lendir konjungtiva. &ada edem konjungtiva yang berat dapat dilakukan disisi sehingga cairan konjungtiva kemotik keluar melalui insisi tersebut.
6. Sklera /uptur sklera ditandai oleh adanya khemosis konjungtiva, hi"ema total, bilik depan yang dalam, tekanan bola mata yang sangat rendah, dan pergerakan bola mata terhambat terutama ke arah tempat ruptur. /uptur sklera dapat terjad karena trauma langsung mngenai sklera sampai per"orasi, namun dapat pula terjadi pada trauma tak langsung.
7. -oroid dan korpus vitreus -ontusio dan konkusio bola mata menyebabkan vitreus menekan koroid ke belakang dan dikembalikan lagi ke depan dengan cepat 1contra coup2 sehingga dapat menyebabkan edema, perdarahan, dan robekan stroma koroid. !ila perdarahan hanya sedikit, maka tidak akan menimbulkan perdarahan vitreus. &erdarahan dapat terjadi di subretindan suprakoroid. *kibat perdarahan dan eksudasi di ruang suprakoriud, dapat terjadi pelepasan koroid dari sklera /uptur koroid secara o"talmoskopik terlihat sebagai garis putih berbatas tegas, biasanya terletak anterior dari ekuator dan ruptur ini sering terjadi pada membran !ruch. -ontusio juga dapat menyebabkan reaksi in"lamasi, nekrosis, dan degenerasi koroid.
8.-ornea Trauma dapat menyebabkan mekanisme yang mengganggu epitel kornea yang dapat meniggalkan de"ek residu dan edema super"isial dan aberasi kornea dapat hilang dalam beberapa jam. Edema interstisial adalah edema yang terjadi di substania propria yang membentuk kekeruhan seperti cincin dengan batas tegas berdiameter ) 9 5 mm. $ipatan membrana !o4man membentuk membran seperti lattice. embrana descement bila terkena trauma dapat berlipat atau robek dan akan tampak sebagai kekeruhan yang berbentuk benang. !ila endotel robek maka akan terjadi inhibisi humor a:uous ke dalam stroma kornea, sehingga kornea menjadi edema. !ila robekan endotel kornea ini kecil, maka kornea akan jernih kembali dalam beberapa hari tanpa terapi. Deposit pigmen sering terjadi di permukaan posterior kornea, disebabkan oleh adanya segmen iris yang terlepas ke depan. $aserasi kornea dapat terjadi di setiap lapisan kornea secara terpisah atau bersamaan, tetapi jarang menyebabkan per"orasi. %ambaranklinis Edema kornea dapat meberikan keluhan berupa penglihatan kabur dan terlihatnya pelangi sekitar bola lampu atau sumber cahaya yang dilihat. -ornea akan terlihat keruh dengan uji plasedo yang positi".
&enatalaksanaan &engobatan yang diberikan adalah larutan hiertonik seperti Na;$ 7< atau larutan garam hipertonik ) 9 =<, glukosa 6>< dan larutan albumin. !ila terjadi peninggian tekanan bola mata maka dapat diberikan aseto3olamida. Dapat diberikan lensa kontak lembek untuk menghilangkan rasa sakit dan memperbaiki tajam penglihatan.
a. Erosi kornea
Erosi
kornea merupakan
keadaan
terkelupasnya
mengakibatkan oleh gesekan keras pada epitel kornea.
%ambaran klinis
epitel kornea yang
dapat
&ada erosi pasien akan merasa sakit sekali akibat erosi merusak kornea yang mempunyai serat sensibel yang banyak, mata berair, "oto"obia dan penglihatan akan terganggu oleh media yang keruh. &ada korne akan terlihat adanya de"ek e"itel kornea yang bila diberi "uorosein akan ber4arna hijau. &enatalaksanaan *nestesi topikal
dapat
diberikan
untuk
memeriksa tajam
penglihatan
dan
menghilangkan rasa sakit yang sangat. *nestesi topikal diberikan dengan hatihati karena dapat menambah kerusakan epitel. Epitel yan terkelupas atau terlipat sebaiknya dilepas atau dikupas. ?ntuk mencegah terjadinya in"eksi dapat diberikan antibiotika spektrum luas seperti neosporin, kloram"enikol dan su"asetamid tetes *kibat rangsangan yang mengakibatkan spasme siliar maka dapat diberikan sikloplegik aksi pendek seperti tropikamida.
?ntuk mengurangi rangsangan cahaya dan membuat rasa nyaman pada pasien, maka bisa diberikan bebat tekan pada pasien minimal )6 jam. b. Erosi kornea rekuren Erosi rekuren biasanya terjadi akibat cedera yang merusak membran basal atau tukak metaherpetik. Epitel akan sukar menutup dikarenakan terjadinya pelepasan membran basal epitel kornea sebagai sebagai tempat duduknya sel basal epitel kornea. &enatalaksanaan &engobatan terutama bertujuan melumas permukaan kornea sehingga regenerasi epitel tidak
cepat
terlepas
untuk
membentuk
membran
basal
kornea.
&emberian siklopegik bertujuan untuk mengurangi rasa sakit ataupun untuk mengurangi gejala radang uvea yang mungkn timbul. *ntibiotik dapat diberikan dalam bentuk tetes dan mata ditutup untuk mempercepat pertumbuhan epitel baru dan mencegah in"eksi skunder.
Dapat digunakan lensa kontak lembek pada pasien dengan erosi rekuren pada kornea dengan maksud untuk mempertahankan epitel berada ditempatnya @. Iris dan -orpus Siliaris Segera setelah trauma, akan terjadi miosis dan akan kembali normal bila trauma ringan. !ila trauma cukup kuat, maka miosis akan segera diikuti dengan iridoplegi dan spasme akomodasi sementara. Dilatasi pupil biasanya diikuti dengan paralisis otot akomodasi, yang dapat menetap bila kerusakannya cukup hebat. &enderita umumnya mengeluh kesulitan melihat dekat dan harus dibantu dengan kacamata. -onkusio dapat pula menyebabkan perubahan vaskular berupa vasokonstriksi yang segera diikuti dengan vasodilatasi, eksudasi, dan hiperemia. Eksudasi kadangkadang hebat sehingga timbul iritis. &erdarahan pada jaringan iris dapat pula terjadi dan dapat dilihat melalui depositdeposit pigmen hemosiderin. -erusakan vaskular iris, akar iris, dan korpus siliaris dapat menyebabkan terkumpulnya darah di kamera okuli anterior, yang disebut hi"ema. Trauma tumpul dapat merobek pembuluh darah iris atau badan siliar. %ayagaya kontusi" akan merobek pembuluh darah iris dan merusak sudut kamar okuli anterior. Tetapi dapat juga terjadi secara spontan atau pada patologi vaskuler okuler. Darah ini dapat bergerak dalam kamera anterior, mengotori permukaan dalam kornea. Tanda dan gejala hi"ema, antara lain' &andangan mata kabur &englihatan sangat menurun -adang 9 kadang terlihat iridoplegia A iridodialisis &asien mengeluh sakit atau nyeri Nyeri disertai dengan e"ipora A ble"arospasme &embengkakan dan perubahan 4arna pada palpebra /etina menjadi edema A terjadi perubahan pigmen #tot s"ingter pupil mengalami kelumpuhan
&upil tetap dilatasi 1midriasis2 Tidak bereaksi terhadap cahaya beberapa minggu setelah trauma. &e4arnaan darah 1blood staining2 pada kornea -enaikan TI# 1glukoma sekunder 2 Sukar melihat dekat Silau akibat gangguan masuknya sinar pada pupil *nisokor pupil &englihatan ganda 1iridodialisis2 +i"ema primer dapat cepat diresorbsi dan dalam 7 hari bilik mata depan sudah bersih. -omplikasi yang ditakutkan adalah hi"ema sekunder yang sering terjadi pada hari ke5 dan ke7, karena viskositas darahnya lebih kental dan volumenya lebih banyak. +i"ema sekunder disebabkan lisis dan retraksi bekuan darah yang menempel pada bagian yang robek dan biasanya akan menimbulkan perdarahan yang lebih banyak. &enatalaksanaan &enanganan a4al pada pasien hi"ema yaiu dengan mera4at pasien dengan tidur di tempat tidur yang ditinggikan 5> derajat pada kepala, diberi koagulansia dan mata ditutup. &ada pasien yang gelisah dapat diberikan obat penenang. !ila terjadi glaukoma dapat diberikan *seta3olamida. &arasentesis atau pengeluaran darah dari bilik mata depan dilakukan pada pasien dengan hi"ema bila terlihat tandatanda imbibisi kornea, glaukoma skunder, hi"ema penuh dan ber4arna hitam atau setelah 7 hari tidak terliaht tandatanda hi"ema berkurang. =. $ensa -erusakan yang terjadi pada lensa paskatrauma adalah kekeruhan, subluksasi dan dislokasi lensa. -ekeruhan lensa dapat berupa cincin pigmen yang terdapat pada kapsul anterior karena pelepasan pigmen iris posterior yang disebut cincin osslus. -ekeruhan lain adalah
kekeruhan
punctata,
diskreta,
lamelar
aau
di"us
seluruh
massa
lensa.
*kibat lainnya adalah robekan kapsula lensa anterior atau posterior. !ila robekan kecil, lesi akan segera tertutup dengan meninggikan kekeruhan yang tidak akan mengganggu
penglihatan. -ekeruhan ini pada orang muda akan menetap, sedangkan pada orang tua dapat progresi" menjadi katarak presenil. Dengan kata lain, trauma dapat mengaktivasi proses degenerati" lensa. Subluksasi lensa dapat aksial dan lateral. Subluksasi lensa kadangkadang tidak mengganggu visus, namun dapat juga mengakibatkan diplopia monokular, bahkan dapat mengakibatkan reaksi "akoana"ilaktik. Dislokasi lensa dapat terjadi ke bilik depan, ke vitreus, subskleral, ruang interretina, konjungtiva, dan ke subtenon. Dislokasi ke bilik depan sering menyebabkan glaukoma akut yang hebat, sehingga harus segera diekstraksi. Dislokasi ke posterior biasanya lebih tenang dan sering tidak menimbulkan keluhan, tetapi dapat menyebabkan vitreus menonjol ke bilik depan dan menyebabkan blok pupil dan peninggian TI#.
B. /etina Edema /etina adalah terjadinya sembab pada daerah retina yang bias diakibatkan oleh trauma tumpul. %ambaran klinis Edema retina akan memberikan 4arna retina lebih abuabu akibat sukarnya melihat jaringan koroid melalui retina yang sembab. &ada edema retina akibat trauma tumpul mengakibatkan edema makula sehingga tidak terdapat cherry red spot. &englihatan pasien akan menurun. &enatalaksanaan &enanganan yaitu dengan menyuruh pasien istirahat. &englihatan akan normal kembali setelah beberapa 4aktu, akan tetapi dapat juga penglihatan berkurang akibat tertimbunya daerah makula oleh sel pigmen epitel.
(>. *blasi /etina Caitu terlepasnya retina dari koroid yang bisa disebabkan karena trauma. !iasanya pasien telah mempunyai bakat untuk terjadinya ablasi retina. Seperti adanya retinitis sanata, miopia dan proses degenerasi retina lainnya.
%ambaran klinis &ada pasien akan terdapat keluhan ketajaman penglihatan menurun, terlihat adanya selaput yang seperti tabir pada pandangannya. &ada pemeriksaan "undus kopi akan terlihat retina ber4arna abuabu dengan pembuluh darah yang terangkat dan berkelokkelok. &enatalaksanaan *blasi retina ditangani dengan melakukan pembedahan oleh dokter mata. /obekan retina jarang terjadi pada mata sehat. !iasanya robekan retina terjadi pada mata yang memang telah mengalami degenerasi sebelumnya, sehingga trauma yang ringan sekalipun dapat memicu robekan. /uptur retina sering disertai dengan ruptur koroid. Dialisis ora serata sering terjadi pada kuadran in"erotemporal atau nasal atas, berbentuk segitiga atau tapal kuda, disertai dengan ablasio retina. *blasio retina pada kontusio dan konkusio dapat terjadi akibat' -olaps bola mata yang tibatiba akibat rupture &erdarahan koroid dan eksudasi /obekan retina dan koroid Traksi "ibrosis vitreus akibat perdarahan retina atau vitreus. *danya degenerasi retina sebelumnya, trauma hanya sebagai pencetus. ((. Nervus #ptikus -ontusio dan konkusio dapat menyebabkan edem dan in"lamasi di sekitar diskus optik berupa papilitis, dengan sekuele berupa papil atro"i. -eadaan ini sering disertai pula dengan kerusakan koroid dan retina yang luas. -ontusio dan konkusio yang hebat juga mengakibatkan nervus optikus terlepas dari pangkalnya di dalam bola mata yang bisa diakibatkan
karena
trauma
tumpul.
%ambaran klinis &enderita akan mengalami penurunan tajam penglihatan yang sangat drastis dan dapat terjadi kebutaan.
&enatalaksanaan &enderita perlu dirujuk untuk menilai kelainan "ungsi retina dan sara" optiknya akibatkan ruptur atau avulsi nervus optikus yang biasanya disertai kerusakan mata berat. II. &EE/I-S**N &EN?N*N% &emeriksaan paskacedera bertujuan menilai ketajaman visus dan sebagai prosedur diagnostik, antara lain' (. -artu snellen 1tes ketajaman pengelihatan2 ' mungkin terganggu akibat kerusakan kornea, a:ueus humor, iris dan retina. ). $apang penglihatan ' penurunan mungkin disebabkan oleh patologi vaskuler okuler, glukoma. 5. &engukuran tonogra"i ' mengkaji tekanan intra okuler 1 TI# 2 normal ())7 mm+g. 6. Tes provokati" ' digunakan untuk menentukan adanya glukoma bila TI# normal atau meningkat ringan. 7. &emerikasaan o"talmoskopi dan teknik imaging lainnya 1?S%, ;Tscan, ray2' mengkaji struktur internal okuler, edema retine, bentuk pupil dan kornea. 8. Darah lengkap, laju sedimentasi $ED ' menunjukkan anemia sistemikin"eksi. @. Tes toleransi glokosa ' menentukan adanya kontrol diabetes
II. &EN*T*$*-S*N**N &enatalaksanaan Trauma Tumpul !ola ata &rinsip penanganan trauma tumpul bola mata adalah apabila tampak jelas adanya ruptur bola mata, maka manipulasi lebih lanjut harus dihindari sampai pasien mendapat anestesi umum. Sebelum pembedahan, tidak boleh diberikan sikloplegik atau antibiotik topikal karena kemungkinan toksisitas obat akan meningkat pada jaringan intraokular yang terpajan. *ntibiotik dapat diberikan secara parenteral spektrum luas dan pakai pelindung pada mata. *nalgetik, antiemetik, dan antitoksin tetanus diberikan sesuai kebutuhan, dengan restriksi makan dan minum. Induksi anestesi umum harus menghindari substansi yang dapat menghambat depolarisasi neuromuskular, karena dapat meningkatkan secara transien tekanan bola mata, sehingga dapat memicu terjadinya herniasi isi intraokular. &ada trauma yang berat, ahli o"talmologi harus selalu mengingat kemungkinan timbulnya kerusakan lebih lanjut akibat manipulasi yang tidak perlu se4aktu berusaha
melakukan pemeriksaan mata lengkap. *nestetik topikal, 3at 4arna, dan obat lainnya yang diberikan ke mata yang cedera harus steril. -ecuali untuk cedera yang menyebabkan ruptur bola mata, sebagian besar e"ek kontusiokonkusio mata tidak memerlukan terapi bedah segera. Namun, setiap cedera yang cukup parah untuk menyebabkan perdarahan intraokular sehingga meningkatkan risiko perdarahan sekunder dan glaukoma memerlukan perhatian yang serius, yaitu pada kasus hi"ema. -elainan pada palpebra dan konjungtiva akibat trauma tumpul, seperti edema dan perdarahan tidak memerlukan terapi khusus, karena akan menghilang sendiri dalam beberapa jam sampai hari. -ompres dingin dapat membantu mengurangi edema dan menghilangkan nyeri, dilanjutkan dengan kompres hangat pada periode selanjutnya untuk mempercepat penyerapan darah. &ada laserasi kornea , diperbaiki dengan jahitan nilon (>> untuk menghasilkan penutupan yang kedap air. Iris atau korpus siliaris yang mengalami inkarserasi dan terpajan kurang dari )6 jam dapat dimasukkan ke dalam bola mata dengan viskoelastik. Sisasisa lensa dan darah dapat dikeluarkan dengan aspirasi dan irigasi mekanis atau vitrektomi. $uka di sklera ditutup dengan jahitan => atau B> interrupted yang tidak dapat diserap. #tototot rektus dapat secara sementara dilepaskan dari insersinya agar tindakan lebih mudah dilakukan. &rognosis pelepasan retina akibat trauma adalah buruk, karena adanya cedera makula, robekan besar di retina, dan pembentukan membran "ibrovaskular intravitreus. itrektomi merupakan
tindakan
yang
e"ekti"
untuk
mencegah
kondisi
tersebut.
&ada hi"ema, bila telah jelas darah telah mengisis 7< kamera anterior, maka pasien harus tirah baring dan diberikan tetes steroid dan sikloplegik pada mata yang sakit selama 7 hari. ata diperiksa secara berkala untuk mencari adanya perdarahan sekunder, glaukoma, atau bercak darah di kornea akibat pigmentasi hemosiderin. &enanganan hi"ema, yaitu ' (. &asien tetap istirahat ditempat tidur 16@ hari 2 sampai hi"ema diserap. ).Diberi tetes mata antibiotika pada mata yang sakit dan diberi bebat tekan. 5. &asien tidur dengan posisi kepala miring 8>G diberi koagulasi. 6. -enaikan TI# diobati dengan penghambat anhidrase karbonat. 1asetasolamida2. 7. Di beri tetes mata steroid dan siklopegik selama 7 hari.
8. &ada anakanak yang gelisah diberi obat penenang @. &arasentesis tindakan atau mengeluarkan darah dari bilik mata depan dilakukan bila ada tandatanda imbibisi kornea, glaukoma sekunder, hi"ema penuh dan ber4arna hitam atau bila setelah 7 hari tidak terlihat tandatanda hi"ema akan berkurang. =. *sam aminokaproat oral untuk anti"ibrinolitik. B. Evakuasi bedah jika TI# lebih 57 mm+g selama @ hari atau lebih 7> mm+ selama 7 hari. (>. itrektomi dilakukan bila terdapat bekuan sentral dan lavase kamar anterior. ((.
iskoelastik
dilakukan
dengan
membuat
insisi
pada
bagian
limbus.
&ada "raktur orbita, tindakan bedah diindikasikan bila' Diplopia persisten dalam 5> derajat dari posisi primer pandangan, apabila terjadi penjepitan Eno"talmos ) mm atau lebih Sebuah "raktur besar 1setengah dari dasar orbita2 yang kemungkinan besar akan menyebabkan eno"talmos. &enundaan pembedahan selama ( 9 ) minggu membantu menilai apakah diplopia dapat menghilang sendiri tanpa intervensi. &enundaan lebih lama menurunkan kemungkinan keberhasilan perbaikan eno"talmos dan strabismus karena adanya sikatrik. &erbaikan secara bedah biasanya dilakukan melalui rute in"rasiliaris atau transkonjungtiva. &eriorbita diinsisi dan diangkat untuk memperlihatkan tempat "raktur di dinding medial dan dasar. aringan yang mengalami herniasi ditarik kembali ke dalam orbita, dan de"ek ditutup dengan implan.
D*FT*/ &?ST*-*
(. !ruce, ;hris, dan *nthony. )>>8. $ecture Notes ' #"talmologi. Edisi B. akarta ' &enerbit Erlangga. ). ansjoer, *ri", -uspuji Triyanti et al. )>>7. Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga. akarta' edia *esculapius 5. Sidarta, Ilyas. &enuntun Ilmu &enyakit ata. ;et. 7. akarta ' !alai &enerbit F-?I H 6. ijana,Nana S,Ilmu &enyakit ata. ;etakan ke I (BB5 7. &rihatno *S. ;edera ata. )>>@ 1Diakses dari 4ebsite 444.medicastore.com, pada tanggal >= september )>(62