REFERAT TRAUMA TUMPUL MATA Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Kepaniteraan Klinik Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Mata di Rumah Sakit Umum Ciawi
Pembimbing : Dr. Saptoyo, Sp.M
Disusun Oleh : Nidia Limarga 406111005
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA TARUMANAGARA JAKARTA 2013
KATA PENGANTAR Puji syukur yang sebesar-besarnya kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih karunia dan rahmat-Nya rahmat-Nya kepada penulis penulis sehingga sehingga referat referat dengan judul “Trauma “Trauma Tumpul Mata” Mata” ini dapat selesai dengan baik dan tepat pada waktunya. Penulis menyusun referat ini dalam rangka memenuhi tugas akhir Kepaniteraan Klinik Bidang Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara di RSUD Ciawi periode 28 Januari 2013 - 02 Maret 2013. Melalu Melaluii refera referatt ini penuli penuliss ingin ingin mencoba mencoba member memberika ikan n inform informasi asi mengen mengenai ai traum traumaa tumpul pada mata kepada para pembaca, khususnya kalangan medis dan para medis agar lebih mengerti dan mengetahui tentang judul makalah yang penulis buat. Dalam penulisan referat ini penulis telah mendapat bantuan, bimbingan dan kerjasama dari dari berbag berbagai ai pihak. pihak. Maka Maka pada pada kesemp kesempata atan n ini penuli penuliss ingin ingin menyam menyampai paikan kan terima terima kasih kasih kepada: 1.
dr. Saptoyo A. Morosidi, Sp.M, selaku Ketua SMF dan Pembimbing Kepaniteraan Klinik
Ilmu Penyakit Mata di RSUD Ciawi. 2.
dr. dr. Nanda Nanda Less Lessii H.E. H.E.P, P, Sp. M, sela selaku ku Pemb Pembim imbi bing ng Kepa Kepani nite tera raan an Klin Klinik ik Ilmu Ilmu Ilmu Ilmu
Penyakit Mata di RSUD Ciawi. 3.
Rekan-rekan Anggota Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Penyakit Mata RSUD Ciawi
periode 28 Januari 2013 - 02 Maret 2013.
Penulis Penulis juga menyad menyadari ari bahwa bahwa refera referatt yang yang disusu disusun n ini tidak tidak luput luput dari dari kekuran kekurangan gan kare karena na kema kemamp mpua uan n dan dan peng pengal alam aman an yang yang sang sangat at terb terbat atas as.. Oleh Oleh kare karena na itu, itu, penu penuli liss mengharapkan kritik dan saran yang dapat bermanfaat dalam penyempurnaan referat ini. Akhir kata, semoga referat ini bermanfaat bagi para pembaca.
Jakarta, Februari 2013
BAB I PENDAHULUAN Walaupun mata mempunyai sistem pelindung yang cukup baik seperti rongga orbita, kelopak, dan jaringan lemak retrobulbar selain terdapatnya reflek memejam atau mengedip, mata masih sering mendapat trauma dari dunia luar. Trauma dapat mengakibatkan kerusakan pada bola mata dan kelopak saraf mata dan rongga orbita. Kerusakan mata akan dapat mengakibatkan atau memberikan penyulit sehingga menggangu fungsi penglihatan. Pada mata dapat terjadi trauma dalam bentuk-bentuk berikut: -
Trauma tu tumpul
-
Trau Traum ma tem tembu buss bol bolaa mat mataa
-
Trauma kimia
-
Trauma ra radiasi
Trauma pada mata dapat mengenai jaringan dibawah ini secara terpisah atau menjadi gabungan trauma jaringan mata. Trauma dapat mengenai jaringan mata : kelopak, konjungtiva, kornea, uvea, lensa, retina, papil saraf optik, dan orbita. Trauma Trauma pada pada mata mata memer memerluk lukan an perawa perawatan tan yang yang tepat tepat untuk untuk mencega mencegah h terjadi terjadinya nya penyulit yang lebih berat yang akan mengakibatkan kebutaan. Trauma Trauma tumpul tumpul mata mata dapat dapat merupak merupakan an penyeb penyebab ab kebutaa kebutaan n unilat unilatera erall pada anak anak dan dewasa muda. Berdasarkan Berdasarkan studi Schein pada the Massachuset Massachusetts ts eye and ear infirmary infirmary,, 8% dari populasi yang mengalami trauma tumpul mata cukup berat adalah anak dibawah usia 15 tahun. Studi Israel menerangkan bahwa 47% dari 2500 kejadian trauma mata terjadi pada usia dibawa dibawah h 17 tahun. tahun. Laporan Laporan kasus kasus kali kali ini menunjuk menunjukkan kan bahwa bahwa para para ahli ahli mata mata harus harus lebih lebih waspada terhadap trauma yang tidak jelas dan adanya pergeseran bola mata.
BAB II ISI DEFINISI Trauma tumpul mata adalah trauma pada mata yang diakibatkan benda yang keras atau benda tidak keras dengan ujung tumpul, dimana benda tersebut dapat mengenai mata dengan kencang atau lambat sehingga terjadi kerusakan pada jaringan bola mata atau daerah sekitarnya.
ANAMNESIS Trauma mata oleh benda tumpul merupakan peristiwa yang sering terjadi. Kerusakan jaringan yang terjadi akibat trauma demikian bervariasi mulai dari yang ringan hingga berat bahkan sampai kebutaan. Untuk mengetahui kelainan yang ditimbulkan perlu diadakan pemeriksaan yang cermat, terdiri atas anamnesis dan pemeriksaan. Pada anamnesis kasus trauma mata ditanyakan mengenai : •
Proses terjadinya trauma
•
Benda apa yang mengenai mata tersebut
•
Bagaimana arah datangnya benda yang mengenai mata itu (Apakah dari depan, samping atas, samping bawah, atau dari arah lain)
•
Bagaimana kecepatannya waktu mengenai mata
•
Berapa besar benda yang mengenai mata
•
Bahan benda tersebut (Apakah terbuat dari kayu, besi atau bahan lainnya)
Apabila terjadi pengurangan penglihatan ditanyakan : •
Apakah pengurangan penglihatan itu terjadi sebelum atau sesudah kecelakaan tersebut
•
Kapan terjadi trauma itu
•
Apakah trauma tersebut disertai dengan keluarnya darah dan rasa sakit
•
Apakah sudah pernah mendapatkan pertolongan sebelumnya.
PEMERIKSAAN Pemeriksaan pada kasus trauma mata dilakukan baik subyektif maupun obyektif.
A. Pem Pemerik eriksaan saan Subye Subyekti ktif f Padaa se Pad seti tiap ap kas kasus us tr trau auma ma,, ki kita ta har harus us me meme meri riks ksaa ta taja jam m pe peng ngli liha hata tan n ka kare rena na ha hall in inii berkaitan dengan pembuatan visum et repertum. Pada penderita yang ketajaman penglihatannya menuru men urun, n, dil dilakuk akukan an pem pemeri eriksa ksaan an ref refrak raksi si unt untuk uk men menget getahui ahui bahw bahwaa penu penurun runan an peng penglih lihata atan n mungkin bukan disebabkan oleh trauma tetapi oleh kelainan refraksi yang sudah ada sebelum trauma.
B. Pem Pemerik eriksaan saan Obye Obyektif ktif Pada saat penderita masuk ruang pemeriksaan, sudah dapat diketahui adanya kelainan di sekitar mata seperti adanya perdarahan sekitar mata, pembengkakan di dahi, di pipi, hidung dan lain-lainnya. Pemeriksaan mata perlu dilakukan secara sistematik dan cermat. Yang diperiksa pada kasus trauma mata ialah : •
Keadaan kelopak mata
•
Kornea
•
Bilik mata depan
•
Pupil
•
Lensa dan fundus
•
Gerakkan bola mata
•
Tekanan bola mata.
Pemeriksaan segmen anterior dilakukan dengan sentolop loupe, slit lamp dan oftalmoskop.
KELAINAN AKIBAT TRAUMA TUMPUL : 1. Kelainan Pada Orbita
Jarang sekali ditemukan kelainan orbita akibat trauma tumpul. Apabila terjadi kelainan orbita, maka gejala yang mudah tampak ialah adanya eksoftalmos dan gangguan gerakan bola mata akibat perdarahan di dalam rongga orbita. Kadang-kadang juga terjadi hematom kelopak mata dan perdarahan subkonjungktiva. Fraktur rima orbita dapat diperkirakan pada perabaan yang terasa sebagai tepi orbita yang tidak rata. Fraktur di bagian dalam orbita, akan menye menyebabkan babkan emfisem atau terja terjadi di enoftalmos bahkan mungkin disertai kerusakan pada foramen optik dan mengenai saraf optik dengan akibat kebutaan. Untuk memastikan adanya keretakan tulang orbita dilakukan pemeriksaan radiologi orbita.
2. Kelainan Pada Kelopak Mata
Trauma kelopak mata merupakan kejadian yang sering. Oleh karena longgarnya jaringan ikat subkutan, maka adanya hematom dan edema kelopak mata kadang-kadang menunjukkan gejala yang berlebihan dan menakutkan, sehingga mendorong penderita untuk lekas-lekas minta pertolongan dokter. Hematoma palpebra yang merupakan pembengkakan atau penimbunan darah dibawah kulit kelopak akibat pecahnya pembuluh darah palpebra. Hemato Hem atoma ma kel kelopa opak k mer merupa upakan kan kel kelain ainan an yan yang g ser sering ing ter terlih lihat at pada tra trauma uma tum tumpul pul kelopak kel opak.. Tra Trauma uma dapa dapatt aki akibat bat puk pukula ulan n tin tinju, ju, ata atau u ben benda-b da-benda enda ker keras as lai lainny nnya. a. Kead Keadaan aan ini memberi mem berikan kan ben bentuk tuk yan yang g men menakut akutkan kan pada pas pasien ien,, dap dapat at tid tidak ak ber berbah bahaya aya ata ataupu upun n san sangat gat berbahaya karena mungkin ada kelainan lain di belakangnya. Bilaa per Bil perdar daraha ahan n ter terlet letak ak leb lebih ih dal dalam am dan men mengena genaii kedu keduaa kel kelopa opak k dan ber berben bentuk tuk kacamata hitam yang sedang dipakai, maka keadaan ini disebut sebagai hematoma kacamata. Hemato Hem atoma ma kac kacama amata ta mer merupak upakan an kead keadaan aan san sangat gat gaw gawat. at. Hem Hemato atoma ma kac kacama amata ta ter terjadi jadi aki akibat bat pecahnya arteri a rteri oftalmika yang merupakan tanda fraktur basis kranii. Pada pecahnya pecahn ya a.oftalmika a. oftalmika maka darah masuk kedalam kedua rongga orbita orbita melalui fisura orbita. orbita. Akibat darah tidak dapat menjalar menja lar lanjut karena dibat dibatasi asi septum orbita kelopa kelopak k maka akan berben berbentuk tuk gambaran hitam pada kelopak seperti seseorang memakai kacamata.
Pada hematoma kelopak yang dini dapat diberikan diberikan kompr kompres es dingi dingin n untuk menghentikan menghentikan perdarahan dan menghilangkan rasa sakit. Bila telah lama, untuk memudahkan absorbsi darah dapat dilakukan kompres hangat pada kelopak mata. Pada setiap trauma kelopak mata perlu dilakukan pemeriksaan yang teliti mengenai luas dan dalamnya lesi (luka), sebab lesi yang tampaknya kecil di kelopak mata kemungkinan disertai suatu lesi yang luas di dalam rongga orbita bahkan sampai ke dalam bola mata.
3. Kel Kelain ainan an Pada Pada Konj Konjung ungtiv tiva a A. Edema Konjungtiva Jaringan konjungtiva yang bersifat selaput lendir dapat menjadi kemotik pada setiap kelain kel ainanny annya, a, dem demiki ikian an pul pulaa aki akibat bat tra trauma uma tum tumpul pul.. Bil Bilaa kel kelopak opak ter terpaj pajan an ke duni duniaa lua luarr dan konjungtiva secara langsung kena angin tanpa dapat mengedip, maka keadaan ini telah dapat mengakibatkan edema pada konjungtiva.
Kemotik konjungtiva yang berat dapat mengakibatkan palpebra tidak menutup sehingga
bertambah rangsangan terhadap konjungtiva. Pada edema konjungtiva dapat diberikan dekongestan untuk mencegah pembendungan cairan di dalam selaput lendir konjungtiva.
Pada kem kemoti otik k kon konjung jungti tiva va ber berat at dapa dapatt dil dilakuk akukan an dis disisi isi seh sehing ingga ga cai cairan ran konj konjungt ungtiva iva kemotik keluar melalui insisi tersebut.
B. Hematoma Subkonjungtiva Jika terjadi perdarahan subkonjungtiva (hematoma subkonjungtiva), maka konjungtiva akan tampak merah dengan batas tegas, yang pada penekanan tidak menghilang atau menipis. Hal ini penting untuk membedakannya dengan hiperemi atau hemangioma konjungtiva. Lama kelamaan perdarahan ini mengalami, perubahan warna menjadi membiru, menipis dan umumnya diserap dalam waktu 2- 3 minggu Hematoma subkonjungtiva terjadi akibat pecahnya pembuluh darah yang terdapat pada atau di bawah kongjungtiva, seperti arteri konjungtiva dan arteri episklera. Pecahnya pembuluh darah ini dapat akibat batuk rejan, trauma tumpul basis kranii (hematoma kaca mata), atau pada keadaan pembuluh darah yang rentan dan mudah pecah. Pembuluh darah akan rentan dan mudah pecah pada usia lanjut, hipertensi, arteriosklerose, konjungtiva meradang (konjungtivitis), anemia, dan obat-obat tertentu. Bila perdarahan ini terjadi akibat trauma tumpul maka perlu dipastikan bahwa tidak terd te rdap apat at ro robe bekan kan di dibaw bawah ah ja jari ring ngan an ko konj njun ungt gtiv ivaa at atau au sk skle lera ra.. Ka Kada dangng-ka kadan dang g hem hemat atom omaa subk su bkon onju jungt ngtiv ivaa me menu nutu tupi pi ke kead adaaa aaan n ma mata ta ya yang ng le lebi bih h bur buruk uk se sepe pert rtii per perfo fora rasi si bol bolaa ma mata ta.. Pemeriksaan Pemer iksaan funduskopi adalah perlu pada seti setiap ap pender penderita ita dengan perdarahan subkonjungtiva subkonjungtiva akibat trauma. Bila tekanan bola mata rendah dengan pupil lonjong disertai tajam penglihatan menurun dan hematoma subkonjungtiva maka sebaiknya dilakukan eksplorasi bola mata untuk mencari kemungkinan adanya ruptur bulbus okuli.
Pengobat Peng obatan an din dinii pad padaa hem hemato atoma ma sub subkon konjun jungti gtiva va ial ialah ah den dengan gan kom kompre press air hang hangat. at. Perdarahan subkonjungtiva akan hilang atau diabsorpsi dalam 1-2 minggu tanpa diobati. Epitel Epi tel kon konjung jungtiv tivaa mud mudah ah men mengal galami ami reg regener enerasi asi seh sehing ingga ga luk lukaa pada kon konjung jungtiv tivaa penyembuhannya
cepat.
Robekan
konjungtiva
sebaiknya
dijahit
untuk
mempercepat
penyembuhannya.
4. Kelainana Pada Kornea
Trauma Tra uma tum tumpul pul kor kornea nea dap dapat at men menim imbulk bulkan an kel kelain ainan an kor kornea nea mul mulai ai dar darii ero erosi si kor kornea nea sampai laserasi kornea. Bilamana lesi letaknya di bagian sentral, lebih-lebih bila mengakibatkan kekeru kek eruhan han kor kornea nea yan yang g lua luas, s, dapa dapatt men mengaki gakibat batkan kan pen pengur guranga angan n taj tajam am peng penglih lihata atan. n. Pada umumnya bilamana lesi kornea itu tidak sampai merusak membran bowman atau stromanya, maka kornea akan cepat sembuh tanpa meninggalkan sikatriks pada kornea. Pada lesi yang lebih dalam pada lapis lapisan an kornea, umumnya umumnya akan meninggalkan meninggalkan sikat sikatriks riks berupa nebula, makul makulaa atau leukoma kornea. A. Edema Kornea
Trauma tumpul yang keras atau cepat mengenai mata dapat mengakibatkan edema kornea malaha mal ahan n rup ruptur tur mem membran bran des descem cement. ent. Ede Edema ma kor kornea nea aka akan n mem memberi berikan kan kel keluhan uhan peng pengli lihat hatan an kabur dan terl terlihatny ihatnyaa pelang pelangii sekit sekitar ar bola lampu atau sumber cahaya yang dilihat. dilihat. Kornea akan terlihat keruh, dengan uji plasido yang positif. Edemaa kor Edem kornea nea yan yang g ber berat at dap dapat at men mengak gakibat ibatkan kan mas masukny uknyaa ser serbuk bukan an sel rad radang ang dan neovaskularisasi ke dalam jaringan stroma kornea. Pengobatan yang diberikan adalah larutan hipertonik seperti NaCl 5% atau larutan garam hipertonik 2-8%, glukose 4% dan larutan albumin. Bila terdapat peninggian tekanan bola mata maka diberikan asetazolamida. Pengobatan untuk menghilangkan rasa sakit dan memperbaiki tajam penglihatan dengan lensa kontak lembek dan mingkin akibat kerjanya menekan kornea terjadi pengurangan edema kornea.
Penyulit trauma kornea yang berat berupa terjadinya kerusakan M. Descement yang lama sehing seh ingga ga men mengaki gakibat batkan kan ker kerato atopat patii bul bulosa osa yan yang g akan mem memberi berikan kan kel keluha uhan n ras rasaa sak sakit it dan menurunkan tajam penglihatan akibat astigmatisme iregular. B. Erosi Kornea
Erosi kornea merupakan keadaan terkelupasnya epitel kornea yang dapat diakibatkan oleh gesekkan keras pada epitel kornea. Erosi dapat terjadi tanpa cedera pada membran basal. Dalam waktu yang pendek epitel sekitarnya sekitarnya dapat bermigrasi bermigrasi dengan cepat dan menut menutupi upi defek epitel tersebut. Pada erosi pasien akan merasa sakit sekali akibat erosi merusak kornea yang mempunyai serat ser at sen sensib sibel el ya yang ng bany banyak, ak, mat mataa ber berair air,, den dengan gan ble blefar farosp ospasm asme, e, lak lakrim rimasi asi,, fot fotofo ofobia bia,, dan penglihatan akan tergantung oleh media kornea yang keruh. Padaa ko Pad korn rnea ea aka akan n te terl rlih ihat at su suat atu u de defe fek k ep epit itel el ko korn rnea ea ya yang ng bi bila la di dibe beri ri pe perw rwar arnaa naan n fluoresein akan berwarna hijau.
Pada erosi kornea perlu diperhatikan adalah adanya infeksi yang timbul kemudian. Anestesi topikal dapat diberikan untuk memeriksa tajam penglihatan dan menghilangkan rasa sakit yang sangat. Hati-hati bila memakai obat anestetik topikal untuk menghilangkan rasa sakit pada pemeriksaan karena dapat menambah kerusakan epitel. Epitel yang terkelupas atau terlipat sebaiknya dilepas atau dikelupas. Untuk mencegah infeksi bakteri diberikan antibiotika seperti antibiotika spektrum luas neosporin, kloramfenikol
dan sul sulfas faseta etamid mid tet tetes es mat mata. a. Aki Akibat bat ran rangsa gsangan ngan ya yang ng men mengaki gakibat batkan kan spa spasme sme sil siliar iar mak makaa diberikan sikloplegik aksi pendek seperti tropikamida. Pasien akan merasa lebih tertutup bila dibebat selama 24 jam. Erosi yang kecil biasanya akan tertutup kembali setelah 48 jam. C. Erosi Kornea Rekuren
Erosi kornea rekuren, biasanya terjadi akibat cedera yang merusak membran basal atau tukak merah erpetik. Epitel yang menutup kornea akan mudah lepas kembali diwaktu bangun pagi. Terjadinya erosi kornea berulang akibat epitel tidak dapat bertahan pada defek epitel kornea. Sukarnya erpitel menutupi kornea diakibatkan oleh terjadinya pelepasan membran basal epitel kornea tempat duduknya sel basal epitel kornea. Biasanya membran basal yang rusak akan kembali normal setelah 6 minggu. Pengobatan terutama bertujuan melumas permukaan kornea sehingga regenerasi epitel tidak ti dak cepa cepatt ter terlep lepas as unt untuk uk mem membent bentuk uk mem membran bran bas basal al kor kornea. nea. Peng Pengobat obatan an bia biasany sanyaa den dengan gan memberikan sikloplegik untuk menghilangkan rasa sakit ataupun untuk mengurangkan gejala radang uvea yang mungkin timbul. Antibiotik diberikan dalam bentuk tetes dan mata ditutup untuk mempercepat tumbuh epitel baru dan mencegah infeksi sekunder. Biasanya bila tidak terjadi infeksi sekunder erosi kornesa yang mengenai seluruh permukaan kornea akan sembuh dalam 3 hari. Pada erosi kornea tidak diberi antibiotik dengan kombinasi steroid. Pemakaian lensa kontak lembek pada pasien dengan erosi rekuren sangat bermanfaat, karena dapat mempertahankan epitel berada di tempat dan tidak dipengaruhi kedipan kelopak mata.
5. Kelainan pada Uvea
A. Iridoplegia Trauma tumpul pada uvea dapat mengakibatkan kelumpuhan otot sfingter pupil atau iridoplegia sehingga pupil menjadi lebar atau midriasis. Pasien akan sukar melihat dekat karena gangguan akomodasi, silau akibat gangguan pengaturan masuknya sinar pada pupil. Pupil terlihat terlihat tidak sama besar atau anisokoria anisokoria dan bentuk pupil dapat menjadi ireguler. Pupil ini tidak bereaksi terhadap sinar.
Iridoplegia akibat trauma akan berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu. Pada pasien dengan irid iridoplegi oplegiaa sebai sebaiknya knya diber diberii isti istirahat rahat untuk mence mencegah gah terja terjadiny dinyaa kelelehan sfingter dan pemberian roboransia.
B. Iridodialisis Trauma tumpul dapat mengakibatkan robekan pada pangkal iris sehingga bentuk pupil menjadi berubah.
Pasien akan melihat ganda dengan satu matanya. Pada iridodialisis akan terlihat pupil lonjong. Biasanya iridodialisis terjadi bersama-sama dengan terbentuknya hifema.
Bilaa kel Bil keluha uhan n dem demiki ikian an mak makaa pad padaa pas pasien ien seb sebaik aiknya nya dil dilakuk akukan an pem pembeda bedahan han den dengan gan melakukan reposisi pangkal iris yang terlepas.
C. Hifema Hifemaa atau darah di dalam bili Hifem bilik k mata depan dapat terjadi akibat trauma tumpul yang merobek pembuluh darah iris atau badan siliar.
Pasien akan mengel mengeluh uh sakit sakit,, diser disertai tai dengan epifo epifora ra dan blefa blefarospa rospasme. sme. Penglihatan Penglihatan pasien akan sangat menurun. Bila pasien duduk, hifema akan terlihat terkumpul dibagian bawah bilik mata depan, dan hifema dapat memenuhi seluruh ruang bilik mata depan. Kadang-kadang terlihat iridoplegia dan iridodialisis.
Pengobatan dengan merawat pasien dengan tidur di tempat tidur yang ditinggikan 30 derajat pada kepala, diberi koagulasi, dan mata ditutup. Pada anak yang gelisah dapat diberikan obat penenang. Asetazolamida diberikan bila terjadi penyulit glaukoma. Biasanya Biasa nya hifem hifemaa akan hilang semp sempurna. urna. Bila berjal berjalam am penyak penyakit it tidak berjalan berjalan demiki demikian an maka sebaiknya penderita dirujuk.
Parasentesis atau mengeluarkan darah dari bilik mata depan di lakukan pada pasien dengan hifema bila terlihat tanda-tanda imbibisi kornea, glaukoma sekunder, hifema penuh dan berwarna hitam atau bila setelah 5 hari tidak terlihat tanda-tanda hifema akan berkurang. Kadang-kadang sesudah hifema hilang atau 7 hari setelah trauma dapat terjadi perdarahan atau hifema baru yang disebut hifema sekunder yang pengaruhnya akan lebih hebat karena perdarahan lebih sukar hilang. Glaukoma sekunder dapat pula terjadi akibat kontusi badan siliar berakibat suatu reses sudut bilik mata sehingga terjadi gangguan pengaliran cairan mata. Zat besi di dalam bola mata dapat menimbulkan siderosis bulbi yang bila didiamkan akan dapat menimbulkan ftisis bulbi dan kebutaan. Hife Hi fema ma sp spon onta tan n
pada pa da
anak an ak se seba baik ikny nyaa
dipi di piki kirk rkan an
kemu ke mung ngki kina nan n
leuk le ukim imia ia da dan n
retinoblastoma. Perdar Per daraha ahan n sek sekunde underr dapa dapatt ter terjad jadii ses sesudah udah har harii ket ketiga iga ter terjadi jadinya nya tra trauma uma.. Hif Hifema ema biasanya akan mengalami penyerapan spontan. Bila mana hifema penuh, dan penyerapannya sukar, suk ar, dapa dapatt ter terjadi jadi hem hemosi osider derosi osiss kor kornea nea (pe (penim nimbuna bunan n pig pigmen men dar darah ah dal dalam am kor kornea nea), ), ata atau u glaukoma sekunder. Apabi Ap abila la hi hife fema ma ti tida dak k me meng ngura urang ng da dala lam m 5 ha hari ri da dan n te tekan kanan an bol bolaa ma mata ta me meni ningg nggi, i, dilakukan tindakan pembedahan mengeluarkan darah dari bilik mata depan (parasentesis).
Bedah Pada Hifema •
Parasentesis
Parasentesis merupakan tindakan pembedahan dengan mengeluarkan darah atau nanah dari bilik mata depan, dengan teknik sebagai berikut : dibuat incisi kornea 2mm dari limbus ke arah kornea yang sejaj sejajar ar dengan perm permukaan ukaan iris. Biasanya bila dilak dilakukan ukan penekanan pada bibir luka maka koagulum dari bilik mata depan keluar. Bila darah tidak keluar seluruhnya maka bilik mata depan dibilas dengan garam g aram fisiologik. Biasanya luka incisi kornea pada parasentesis tidak perlu dijahit. •
Iridosiklitis
Pada trauma tumpul dapat terjadi reaksi jaringan uvea sehingga menimbulkan iridosiklitis atau radang uvea anterior. Pada mata akan terlihat mata merah, akibat adanya darah di dalam bilik mata depan maka akan terdapat suar dan puil yang mengecil dengan tajam penglihatan menurun. Pada uveitis anterior diberikan tetes mata midriatik dan steroid topikal. Bila terlihat tanda radang berat maka dapat diberikan steroid sistemik. Sebai Seb aikny knyaa pad padaa ma mata ta in inii di diuku ukurr te tekan kanan an bol bolaa ma mata ta unt untuk uk per persi siap apan an me meme meri riks ksaa funduskopi dengan midriatika.
6. Kelainan pada Lensa
Trauma tumpul yang mengenai mata dapat menyebabkan subluksasi lensa atau luksasi lensa (lensa mengalami perpindahan tempat). Zonula Zinn dan badan kaca dapat menonjol ke dalam bilik mata depan sebagai hernia. Pada umumnya lensa yang mengalami dislokasi itu beberapa tahun kemudian akan mengalami katarak. Bilamana trauma tumpul menimbulkan ruptur yang tidak langsung pada kapsul lensa maka akan terjadi katarak. Baik subluksasi maupun luksasi lensa dapat menimbulkan glaukoma sekunder atau iritasi mata. Dislokasi Dislo kasi lensa ataupu ataupun n katar katarak ak akibat trauma tumpul dapat menyebabkan menyebabkan pengura pengurangan ngan tajam penglihatan sampai kebutaan, perlu penanganan dokter spesialis untuk dilakukan tindakan pembedahan katarak.
A. Dis Dislok lokasi asi lens lensa a Trauma tumpul lensa dapat mengakibatkan dislokasi lensa. Dislokasi lensa terjadi pada putusnya zonula zinn yang akan mengakibatkan k edudukan lensa terganggu.
B. Sub Subluk luksas sasii lensa lensa Subluksasi Subluks asi lensa terja terjadi di akibat putusnya putusnya sebagi sebagian an zunula zinn sehin sehingga gga lensa berpindah berpindah tempat. Subluksasi lensa dapat juga terjadi spontan akibat pasien menderita kelainan pada zonula zinn yang rapun (sindrom marphan).
Pasien Pas ien pas pasca ca tra trauma uma aka akan n men mengel geluh uh pen pengli glihat hatan an ber berkur kurang ang sub subluk luksas sasii len lensa sa aka akan n memberikan gambaran pada iris berupa iridodonesis. Akibat pegangan lensa pada zonula tidak ada maka lensa yang elastis akan menjadi cembung mendorong iris ke depan sehingga sudut bilki mata tertutup. Bila sudtu bilik mata menjadi sempit pada mata ini mudah terjadi glaukoma sekunder. Subluksasi dapat mengakiatkan glaukoma sekunder dimana terjadi penutupan sudut bilik mata oleh lensa yang mencembung. Bila tidak terjadi penyulit subluksasi lensa seperti glaukoma atau uveitis maka tidak dilakukan pengeluaran lensa dan diberi kaca mata koreksi yang sesuai.
C. Luks Luksasi asi lensa lensa ante anterior rior Bila seluruh zonula zinn disekitar ekuator putus akibat trauma maka lensa dapat masuk ke dalam bilk mata depan. Akibat lensa terletak di dalam bilik mata depan ini maka akan terjadi gangguan pengaliran keluar cairan bilik mata sehingga akan timbul glaukoma kongestif akut dengan gejala-gejalanya. Pasien akan mengeluh penglihatan menurun mendadak, disertai rasa sakit yang sangat, muntah, mata merah dengan blefarospasme. Terdapat injeksi siliar yang berat, edema kornea, lensa di dalam bilik mata depan. Iris terdorong ke belakang dengan pupil yang lebar. Tekanan bola mata sangat tinggi. Pada luksasi lensa anterior sebaiknya pasien secapatnya dikirim pada dokter mata untuk dikeluarkan lensanya dengan terlebih dahulu diberikan asetazolmida untuk menurunkan tekanan bola matanya.
D. Luks Luksasi asi lensa lensa poste posterior rior Pada trauma tumpul yang keras pada mata dapat terjadi luksasi lensa posterior akibat putusnya zonula zinn di seluruh lingkaran ekuator lensa sehingga lensa jatuh ke dalam badan kaca dan tenggelam didataran bawah polus fundus okuli. Pasie Pas ien n ak akan an me meng ngel eluh uh ada adany nyaa sk skot otom omaa pa pada da la lapa pang ng pa pand ndang angan anny nyaa ak akib ibat at le lens nsaa mengganggu kampus.
Mata ini akan menunjukkan gejala mata tanpa lensa atau afakia. Pasien akan melihat normal dengan lensa +12,0 dioptri untuk jauh, bilik mata depan dalam dan iris tremulans. Lensa yang terlalu lama berada pada polus posterior dapat menimbulkan penyulit akibat degenerasi lensa, berupa glaukoma fakolitik a taupun uveitis fakotoksik. Bila luksasi lensa telah menimbulkan penyulit sebaiknya secepatnya dilakukan ekstraksi lensa.
E. Kat Katara arak k Tra Traum uma a Katarak akibat cedera pada mata dapat akibta trauma perforasi ataupun tumpul terlihat sesudah beberapa hari ataupun tahun. Pada tra trauma uma tum tumpul pul akan ter terli lihat hat kat katara arak k sub subkaps kapsula ularr ant anteri erior or ata ataupun upun pos poster terior ior.. Kontus Kon tusio io len lensa sa men menimb imbulk ulkan an kat katara arak k sep sepert ertii bin bintan tang, g, dan dandapa dapatt pul pulaa dal dalam am ben bentuk tuk kat katara arak k tercetak (imprinting) yang disebut cincin Vossius. Trauma Tra uma tem tembus bus akan men menimb imbulk ulkan an kat katara arak k yan yang g leb lebih ih cep cepat, at, per perfor forasi asi keci kecill akan menutup dengan cepat akibat perforasi epitel sehinga bentuk kekeruhan terbatas kecil. Trauma tembus besar pada lensa akan mengakibatkan terbentuknya katarak dengan cepat disertai dengan terdapatnya masa lensa di dalam bilik mata depan. Pada keadaan ini akan terlihat secara histopatologik masa lensa yang akan bercampur makrofag dengan cepatnya, yang dapat memberikan bentuk endoftalmitis fakoanalitik. Lensa deng de ngan an ka kaps psul ul an ante teri rior or sa saja ja yan ang g pe peca cah h ak akan an me menj njer erat at ko kort rtek ekss le lens nsaa se sehi hing ngga ga ak akan an mengakibatkan apa yang disebut sebagai cincin Soemering atau bila epitel lensa berproliferasi aktif akan terlihat mutiara Elsching. Pengobatan katarak traumatik tergantung pada saat terjadinya. Bilaa ter Bil terjad jadii pada anak seb sebaik aiknya nya dip dipert ertim imbang bangkan kan aka akan n kem kemungk ungkink inkan an ter terjadi jadinya nya ambliopia. ambli opia. Untuk mencegah ambliopia pada anak dapat dipasang lensa intr intraa okular primer primer atau sekunder. Pada katarak trauma apabila tidak terdapat penyulit maka dapat ditunggu sampai mata menjadi tenang. Bila terjadi penyulit seperti glaukoma, uveitis, dan lain sebagainya maka segera dilakukan ekstraksi lensa. Penyulit uveitis dan glaukoma sering dijumpai pada orang usia tua.
Pada beberapa pasien dapat terbentuk cincin Soemmering pada pupil sehingga dapat mengurangi tajam penglihatan. Keadaan ini dapat disertai perdarahan, ablasi retina, uveitis atau salah letak lensa.
F. Ci Cinc ncin in Vos Vossi sius us Pada trauma lensa dapat terlihat apa yang disebut sebagai cincin Vossius yang merupakan cincin berpigmen yang terletak tepat di belakang pupil yang dapat terjadi segera setelah trauma, yang merupakan deposit pigmen iris pada dataran depan lensa sesudah sesuatu trauma, seperti suatu stempel jari. Cincin hanya menunjukkan tanda bahwa mata tersebut telah mengalami suatu trauma tumpul.
7. Kelainan Pada Retina Dan Koroid
A. Edem Edema a retina retina dan koro koroid id Trauma tumpul pada retina dapat mengakibatkan edema retina, penglihatan akan sangat menuru men urun. n. Ede Edema ma ret retina ina aka akan n mem memberi berikan kan war warna na ret retina ina yan yang g leb lebih ih abu abu-ab -abu u aki akibat bat suk sukarn arnya ya melihat jaringan koroid melalui retina yang sembab. Berbeda dengan oklusi arteri retina sentral dimana terdapat edema retina kecuali daerah makula, sehingga pada keadaan ini akan terlihat cherry red spot yang spot yang berwarna merah. Edema reti retina na akibat trauma tumpul juga menga mengakibatk kibatkan an edema makula sehingga tidak terdapat cherry red spot.
Pada trauma tumpul yang paling ditakutkan adalah terjadi edema makula atau edema berlin. Pada keadaan ini akan terjadi edema yang luas sehingga seluruh polus posterior fundus okuli berwarna abu-abu. Umumnya penglihatan akan normal kembali setelah beberapa waktu, akan tetapi dapat juga penglihatan berkurang akibat tertimbunnya daerah makula oleh sel pigmen epitel.
B. Ab Abla lasi si Reti Retina na Traumaa diduga merupakan Traum merupakan pencet pencetus us untuk terlepasnya terlepasnya reti retina na dari koroid pada pender penderita ita ablasi retina. Biasanya pasien telah mempunyai bakat untuk terjadinya ablasi retina ini seperti retina tipis akibat retinitis semata, miopia, dan proses degenerasi retina lainnya. Pada pasien akan terdapat keluhan seperti adanya selaput yang sepert sepertii tabir menganggu menganggu lapang pandangannya. Bila terkena atau tertutup daerah makula maka tajam penglihatan akan menurun. Pada pem pemeri eriksa ksaan an fun fundus duskop kopii aka akan n ter terli lihat hat ret retina ina yan yang g ber berwar warna na abu abu-abu -abu den dengan gan pembuluh darah yang terlihat terangkat dan berkelok-kelok. Kadang-kadang terlihat pembuluh darah seperti yang terputus-putus. Pada pasien dengan ablasi retina maka secepatnya dirawat untuk dilakukan pembedahan oleh dokter mata.
8. Kel Kelain ainan an Pa Pada da Kor Koroid oid Ruptur Koroid Pada trauma keras dapat terjadi perdarahan subretina yang dapat merupakan akibat ruptur koroid. Ruptur ini biasanya terletak di polus posterior bola mata dan melingkar konsentris di sekitar papil saraf optic. Bila ruptur koroid ini terletak atau mengenai daerah makula lutea maka tajam penglihatan akan turun dengan sangat sangat.. Ruptu Rupturr ini bila tert tertutup utup oleh perdar perdarahan ahan subretina agak sukar dili dilihat hat akan tetapi bila darah tersebut telah diabsorbsi maka akan terlihat bagian ruptur berwarna putih karena sklera dapat dilihat langsung tanpa tertutup koroid.
9. Kelainan Pada Saraf Optik
A. Avul Avulsi si Papil Papil Saraf Saraf Optik Optik Pada trauma tumpul dapat terja terjadi di saraf optik terlepas dari pangkalnya di dalam bola mata yang disebut sebagai avulsi papil saraf optik. Keadaan ini akan mengakibatkan turunnya tajam
penglihatan yang berat dan sering berakhir dengan kebutaan. Penderita ini perlu dirujuk untuk dinilai kelainan fungsi retina dan saraf optiknya. B. Optik Neuropati Traumatik Trauma tumpul dapat mengakibatkan kompresi pada saraf optik, demikian pula perdarahan dan edema sekitar saraf optik. Penglihatan akan berkurang setelah cidera mata. Terdapat reaksi defek aferen pupil tanpa adany ad anyaa ke kela lain inan an ny nyat ataa pa pada da re reti tina na.. Ta Tanda nda la lain in ya yang ng da dapat pat di dite temu mukan kan ada adala lah h ga gangg nggua uan n penglihatan warna dan lapang pandang. p andang. Papil saraf optik dapat normal beberapa minggu sebelum menjadi pucat. Diagnos Dia gnosis is band banding ing pen pengli glihat hatan an tur turun un set setela elah h seb sebuah uah cid cidera era mat mataa ada adalah lah tra trauma uma ret retina ina,, perdarahan badan kaca, trauma yang mengakibatkan kerusakan pada kiasma optik. Pengobatan adalah dengan merawat pasien waktu akut dengan memberi steroid. Bila penglihatan memburuk setelah steroid maka perlu dipertimbangkan untuk pembedahan. 10. Perubahan tekanan bola mata
Traum Tr aumaa ma mata ta da dapat pat me meny nyeba ebabka bkan n pe peru ruba baha han n te teka kana nan n bo bola la ma mata ta ba baik ik pen penur urun unan an peninggian tekanan bola mata. Bila tekanan menjadi rendah, yang pada perabaan dengan jari terasa lunak sekali, menandakan adanya kerusakan dinding bola mata, yaitu terjadinya ruptur bola mata. Pada umumnya letak ruptur itu di tempat yang lemah di bagian sklera yang agak menipis seperti di daerah badan siliar atau di kutub posterior bola mata. Bilamana tekanan bola mata naik, terjadilah glaukoma sekunder. Glaukoma sekunder dapat timbul segera, yaitu beberapa saat setelah kejadian trauma disebabkan oleh banyaknya darah dalam bola mata atau hifema, dimana sel-sel darah itu menyumbat jaringan trabekel dan saluran keluarnya.
11. Kelainan gerakkan mata
Mata yang sehat dapat membuka dan menutup dengan mudah, sedangkan bola matanya dapat digerakkan ke segala arah. Pada trauma tumpul mata, ada kemungkinan terjadi gangguan
gerakkan kelopak mata berarti kelopak mata itu tidak dapat menutup atau tidak dapat membuka dengan sempurna. Kelopak mata yang tidak dapat menutup sempurna dinamakan lagoftalmos, disebabkan oleh kelumpuhan N VII. Kelopak mata yang tidak dapat membuka dengan sempurna disebut ptosis, hal ini disebabkan oleh adanya edema atau hematoma kelopak superior.
lagoftalmos
ptosis Pada trauma tumpul mata dapat terjadi gangguan gerakkan bola mata yang disebabkan oleh perdarahan rongga orbita atau kerusakan otot-otot mata luar.
PENATALAKSANAAN Prinsip Prinsip penanganan trauma tumpul bola mata adalah apabila tampak jelas adanya ruptur bola mata, maka manipulasi lebih lanjut harus dihindari sampai pasien mendapat anestesi umum. Sebel Sebelum um pembed pembedaha ahan, n, tida tidak k boleh boleh dibe diberi rika kan n sikl siklop ople legi gik k atau atau anti antibi biot otik ik topi topikal kal kare karena na kemungkinan toksisitas obat akan meningkat pada jaringan intraokular yang terpajan. Antibiotik dapat diberikan secara parenteral spektrum luas dan pakai pelindung pada mata. Analgetik, antiem antiemeti etik, k, dan antito antitoksi ksin n tetanu tetanuss diberi diberikan kan sesuai sesuai kebutu kebutuhan, han, dengan dengan restri restriksi ksi makan makan dan minum minum.. Induk Induksi si anes aneste tesi si umum umum haru haruss mengh menghin inda dari ri subs substa tans nsii yang yang dapat dapat meng mengham hambat bat
depolarisa depolarisasi si neuromuskular neuromuskular,, karena dapat meningkatka meningkatkan n secara secara transien transien tekanan tekanan bola mata, sehingga dapat memicu terjadinya herniasi isi intraokular. Pada trauma yang berat, ahli oftalmologi harus selalu mengingat kemungkinan timbulnya kerusa kerusakan kan lebih lebih lanjut lanjut akibat akibat manipu manipulas lasii yang yang tidak tidak perlu perlu sewakt sewaktu u berusa berusaha ha melakuk melakukan an pemeriksaan mata lengkap. Anestetik topikal, zat warna, dan obat lainnya yang diberikan ke mata mata yang yang cedera cedera harus harus steril steril.. Kecual Kecualii untuk untuk cedera cedera yang yang menyeb menyebabka abkan n ruptur ruptur bola bola mata, mata, sebagian sebagian besar efek kontusio-kon kontusio-konkusio kusio mata tidak memerlukan memerlukan terapi terapi bedah segera. Namun, Namun, seti setiap ap cede cedera ra yang yang cukup cukup para parah h untuk untuk meny menyeba ebabka bkan n perda perdara raha han n intr intrao aokul kular ar sehi sehingg nggaa meningkatkan meningkatkan risiko perdarahan sekunder dan glaukoma glaukoma memerlukan memerlukan perhatian perhatian yang serius, serius, yaitu pada kasus hifema. Kelainan pada palpebra dan konjungtiva akibat trauma tumpul, seperti edema dan perdarahan perdarahan tidak memerlukan memerlukan terapi khusus, karena akan menghilang menghilang sendiri dalam beberapa jam sampai hari. Kompres dingin dapat membantu mengurangi edema dan menghilang kannyeri, kannyeri, dilanjutkan dilanjutkan dengan kompres kompres hangat pada periode periode selanjutny selanjutnyaa untuk mempercepat penyerapan darah. Pada laserasi kornea, diperbaiki dengan jahitan nilon 10-0 untuk menghasilkan penutupan yang kedap air. Iris atau korpus siliaris yang mengalami inkarserasi dan terpajan kurang dari 24 jam dapat d apat dimasukkan ke dalam bola mata dengan viskoelastik. Sisa-sisa lensa dan darah dapat dikeluarkan dengan aspirasi dan irigasi mekanis atauvitrektomi. Luka di sklera ditutup dengan jahitan 8-0 atau 9-0 interrupted yang tidak dapat diserap. Otot-otot rektus dapat secara sementara dilepaskan dilepaskan dari insersiny insersinyaa agar tindakan lebih mudah dilakukan. dilakukan. Prognosis Prognosis pelepasan retina akib akibat at traum traumaa adal adalah ah buru buruk, k, kare karena na adany adanyaa cede cedera ra makul makula, a, robe robeka kan n besar besar di reti retina na,, dan dan pembentukan membran fibrovaskular intravitreus. Vitrektomi merupakan tindakan yang efektif untuk mencegah kondisi tersebut. Pada hifema, bila telah jelas darah telah mengisis 5% kamera anterior, maka pasien harus tirah baring dan diberikan tetes steroid dan sikloplegik pada mata yang sakit selama 5 hari. Mata diperiksa diperiksa secara berkala berkala untuk mencari adanya perdarahan perdarahan sekunder, glaukoma, atau bercak darah di kornea akibat pigmentasi hemosiderin. Penanganan hifema, yaitu : 1. Pasien tetap istirahat ditempat tidur (4-7 hari ) sampai hifema diserap.
2. Diberi tetes mata antibiotika pada mata yang sakit dan diberi bebat tekan. 3. Pasien tidur dengan posisi kepala miring 60º diberi koagulasi. 4. Kenaikan TIO diobati dengan penghambat anhidrase karbonat. (asetasolamida). 5. Di beri tetes mata steroid dan siklopegik selama 5 hari. 6. Pada anak-anak yang gelisah diberi obat penenang 7. Parasentesis tindakan atau mengeluarkan darah dari bilik mata depan dilakukan bila adatandatanda imbibisi kornea, glaukoma sekunder, hifema penuh dan berwarna hitam atau bilasetelah 5 hari tidak terlihat tanda-tanda hifema akan berkurang. 8. Asam aminokaproat oral untuk antifibrinolitik. 9. Evakuasi bedah jika TIO lebih 35 mmHg selama 7 hari atau lebih 50 mmH selama 5 hari. 10. Vitrektomi dilakukan bila terdapat bekuan sentral dan lavase kamar anterior. 11. Viskoelastik dilakukan dengan membuat insisi pada bagian limbus. Pada fraktur orbita, tindakan bedah diindikasikan bila: - Diplopia persisten dalam 30 derajat dari posisi primer pandangan, apabila terjadi penjepitan - Enoftalmos 2 mm atau lebih -
Sebu Sebuah ah
frak frakttur
besa besarr
(set (seten enga gah h
dari dari
dasa dasarr
orbi orbitta)
yang ang
kem kemungk ungkin inan an
bes besar
akanmenyebabkan enoftalmos. Pen Penunda ndaan pembedaha dahan n selama 1 – 2 minggu membantu menilai apakah diplopia dapat menghilang
sendiri
tanpa
intervensi.
Penundaan
lebih
lama
menurunkan
kemungk kemungkina inankeb nkeberh erhasi asilan lan perbai perbaikan kan enoftal enoftalmos mos dan strabi strabismu smuss karena karena adanya adanya sikatr sikatrik. ik. Perbai Perbaikan kan secara secarabed bedah ah biasany biasanyaa dilaku dilakukan kan melalu melaluii rute rute infras infrasili iliari ariss atau atau transk transkonj onjungt ungtiva iva.. Periorbita Periorbita diinsisidan diinsisidan diangkat untuk memperlihatkan memperlihatkan tempat fraktur fraktur di dinding dinding medial medial dan dasar. Jaringan yang mengalami herniasi ditarik kembali ke dalam orbita, dan defek ditutup dengan implan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Bruce, Chris, Chris, dan Anthony Anthony.. 2006. Lecture Lecture Notes : Oftalm Oftalmologi. ologi. Edisi Edisi 9. Jakarta Jakarta :Penerbi :Penerbitt Erlangga. 2. Mans Mansjo joer er,,
Arif Arif,, Kusp Kuspuj ujii Triy Triyan anti ti et al. al. 2005 2005. Kapita .Kapita Selekta Kedokteran edisi
ketiga.Jakarta: ketiga.Jakarta: Media Aesculapius 3. Sidarta, Sidarta, Ilyas. Ilyas. Penuntun Penuntun Ilmu Penyakit Penyakit Mata. Mata. Cet. Cet. 5. Jakarta Jakarta : Balai Penerbi Penerbitt FKUI ; 4. Wijana,Nana Wijana,Nana S,Ilmu S,Ilmu Penyakit Penyakit Mata. Cetakan Cetakan ke VI 1993 5. Prih Prihat atno no AS. AS. Cede Cedera ra Mata Mata.. 2007 2007 (Dia (Diaks kses es dari dari webs websit itee www. www.me medi dica cast stor ore. e.co com m, padatanggal 8 Desember 2010)