BAB IV KOLONISASI DAN DINAMIKA KOMUNITAS LABA-LABA DI PERTANAMAN PADI Abstrak Penelitian dilakukan pada bentang alam pertanian di bagian hulu DAS Cianjur yang memiliki komponen komponen penyusun penyusun bentang bentang alam kompleks. kompleks. Penelitian Penelitian berlangsung berlangsung selama dua musim tanam (Januari sampai September 2003). Pengambilan sampel setiap 2 minggu sekali dimulai pada padi berumur 2 minggu setelah tanam (mst) sampai padi berumur 14 mst. Penelitian bertujuan untuk mengetahui: 1) sumber kolonisasi laba-laba ke pertanaman padi, 2) cara kolonisasi laba-laba ke pertanaman padi, dan 3) dinamika komuni komunitas tas laba-l laba-laba aba di pertan pertanama aman n padi. padi. Peneli Penelitia tian n menggu menggunak nakan an lima alat alat yaitu: yaitu: perangkap jebak, pengisap farmcop, farmcop, jaring ayun, nampan kuning dan perangkap kuning berperekat, kecuali untuk tujuan kedua digunakan dua alat yaitu: perangkap jebak dan perangkap kuning berperekat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sumber kolonisasi laba-l laba-laba aba ke pertan pertanama aman n padi padi adalah adalah habitat habitat lain yang yang terdap terdapat at di sekitar sekitarnya nya,, yaitu: yaitu: pertanaman sayuran, rerumputan yang tumbuh pada lahan pinggiran, dan kebun campur. Kolonisasi laba-laba ke pertanaman padi melalui dua cara yaitu: dengan bergerak aktif melalu melaluii permuk permukaan aan tanah tanah atau atau vegeta vegetasi si dan terbaw terbawaa melalui melalui udara udara atau atau ballooning . Komposisi spesies laba-laba pada pertanaman padi selalu berubah dari waktu ke waktu sejalan dengan perubahan umur tanaman. Dinamika tersebut terjadi karena perbedaan strategi berburu masing-masing spesies laba-laba dalam kaitannya dengan struktur fisik habitat pada setiap periode serta ketersediaan mangsa. Kata-kata Kata-kata kunci: kolonisasi, kolonisasi, dinamika dinamika komunitas komunitas laba-laba laba-laba,, pertanam pertanaman an padi, pertanama pertanaman n sayuran, rerumputan, kebun campur.
Pendahuluan
Semu Semuaa bent bentan ang g alam alam meng mengal alam amii peru peruba baha han, n, demi demiki kian an juga juga deng dengan an bentang alam pertanian. Perubahan-perubahan terjadi te rjadi karena ada gangguan dalam skala luas pada ekosistem tersebut (Landis & Menalled 1998). Pada ekosistem sawah perubahanperubahan-perub perubahan ahan terjadi terjadi akibat pemanenan, pemanenan, pengolahan pengolahan tanah dan perkembangan tanaman (Widiarta et al . 2001). 2001). Peruba Perubahan han dan fragmen fragmentasi tasi ekosistem sering mengakibatkan kehilangan spesies dan rusaknya jaring-jaring makanan (Kruess & Tscharntke 1994). Ekosis Ekosistem tem sawah sawah akan akan mengal mengalami ami peruba perubahan han drasti drastiss pada pada setiap setiap akhir akhir musim musim tanam tanam akibat akibat pemane pemanenan nan.. Hal ini menyeb menyebabk abkan an popula populasi si arthrop arthropoda oda
89
menurun drastis. Pada musim tanam berikutnya akan terjadi kolonisasi spesies arthropoda dan keanekaragamannya meningkat sejalan dengan bertambahnya umur tanaman (Heong et al . 1991). Hal ini terjadi karena arsitektur tanaman pada awal musim tanam lebih sederhana sehingga lebih sedikit spesies arthropoda dapat berkoeksistensi di dalamnya. Sejalan dengan bertambahnya umur tanaman maka arsitektur tanaman menjadi semakin kompleks. Kompleksnya arsitektur tanaman akan menciptakan habitat lebih beragam sehingga lebih banyak spesies arthropoda dapat berkoeksistensi di dalamnya (Brown 1991 dalam Marino & Landis 2000). Perbedaan arsitektur tanaman padi dari awal musim sampai akhir musim tanam akan menciptakan habitat spesifik bagi spesies laba-laba tertentu. Bagi laba-laba
pembuat
jaring,
struktur
fisik
habitat
sangat
mempengaruhi
kehadirannya pada suatu ekosistem karena secara fisik laba-laba memerlukan tempat untuk meletakkan jaringnya (Riechert & Gillespie 1986). Hal inilah yang menyebabkan spesies laba-laba tertentu tidak dijumpai pada awal musim tanam tetapi dijumpai di pertengahan musim dan tetap berada di pertanaman sampai akhir musim. Ada juga spesies laba-laba yang umum dijumpai di awal musim tanam namun kemudian jarang dijumpai setelah umur tanaman tertentu. Selain struktur fisik, keberadaan mangsa dan predator juga menjadi pertimbangan labalaba untuk mengkolonisasi suatu habitat (Janetos 1986). Kolonisasi laba-laba ke ekosistem pertanian pada umumnya berasal dari habitat di sekitarnya (Bishop & Riechert 1990). Kolonisasi laba-laba ke lahan pertanian terjadi melalui dua cara yaitu: melalui udara atau melayang dan bergerak aktif secara bertahap dari ekosistem di sekitarnya (Agnew & Smith 1989, Kajak 1990, Tulung 1999). Kolonisasi melalui udara umumnya dilakukan oleh laba-laba pradewasa tetapi laba-laba dewasa dengan ukuran tubuh kecil juga dapat berkolonisasi melalui udara. Caranya dengan mengeluarkan benang (sutera) dari spineretnya kemudian dengan bantuan angin laba-laba berukuran kecil ini akan melayanglayang di udara sampai akhirnya menemukan habitat yang sesuai untuk mendukung kehidupannya. Kolonisasi dengan cara demikian dikenal dengan sebutan ballooning (Foelix 1996).
90
Kolonisasi dengan bergerak aktif melalui tanah atau tumbuh-tumbuhan umumnya dilakukan oleh laba-laba dewasa. Laba-laba berukuran tubuh besar yang tidak memungkinkan untuk terbawa oleh angin juga berkolonisasi dengan bergerak aktif (Foelix 1996). Keberadaan koridor yang menghubungkan antar ekosistem satu dengan ekosistem lain menjadi sangat penting artinya bagi labalaba yang berkolonisasi dengan bergerak aktif (Tulung 1999). Penelitian ini bertujuan untuk memahami: 1) sumber kolonisasi laba-laba ke pertanaman padi, 2) cara kolonisasi laba-laba ke pertanaman padi, dan 3) dinamika komunitas labalaba di pertanaman padi.
Bahan dan Metode
Lokasi penelitian
Penelitian dilakukan pada bentang alam pertanian di bagian hulu DAS Cianjur (Desa Nyalindung) yang memiliki komponen penyusun bentang alam kompleks, selama dua musim tanam (Januari sampai September 2003). Di sekitar pertanaman padi terdapat kebun campur yang ditanami pohon buah-buahan seperti alpukat, nangka, pala dan pisang. Tanaman budidaya tersebut bercampur dengan vegetasi liar seperti krinyuh, paku tiang dan rerumputan karena pemeliharaannya tidak intensif. Di sekitar pertanaman padi juga terdapat pertanaman sayuran serta lahan pinggiran dan saluran irigasi yang ditepinya ditumbuhi rerumputan (baca Hasil Penelitian pada BAB I).
Pelaksanaan penelitian
Pada lokasi penelitian dibuat dua jalur transek yang panjangnya masingmasing 1000 meter. Jalur transek dibuat sejajar satu sama lain dengan jarak 500 meter. Sepanjang jalur transek ditentukan titik-titik pengambilan sampel berjarak 100 meter sehingga didapatkan 20 titik pengambilan sampel. Laba-laba dikoleksi dengan lima alat yaitu: perangkap jebak, pengisap farmcop, jaring ayun, nampan kuning dan perangkap kuning berperekat (Barrion & Litsinger 1995, Levi & Levi 1990, Marc et al. 1999). Spesifikasi alat yang dipakai dalam penelitian ini sama
91
dengan yang dipakai pada penelitian struktur komunitas laba-laba (baca Bahan dan Metode pada BAB II).
a. Pengamatan sumber kolonisasi laba-laba ke pertanaman padi
Pengamatan dilakukan pada habitat pertanaman padi, serta habitat di sekitar pertanaman padi (sayur, rumput dan kebun campur), masing-masing sebanyak 7 kali dengan interval 2 minggu sekali, dimulai dari padi umur 2 mst. Laba-laba dikoleksi dengan lima alat yaitu: perangkap jebak, pengisap farmcop, jaring ayun, nampan kuning dan perangkap kuning berperekat.
b. Pengamatan cara kolonisasi laba-laba ke pertanaman padi
Pengamatan cara kolonisasi laba-laba ke pertanaman padi dilakukan sebanyak 7 kali pada tiap-tiap musim tanam padi dengan interval 2 minggu sekali, dimulai dari padi umur 2 mst. Laba-laba dikoleksi dengan dua alat yaitu: perangkap jebak dan perangkap kuning berperekat.
c. Pengamatan komposisi spesies laba-laba di pertanaman padi pada tiaptiap umur tertentu
Pengamatan dilakukan pada awal musim tanam padi sampai menjelang panen dimulai pada tanaman padi berumur 2, 4, 6, 8, 10, 12 dan 14 minggu setelah tanam (mst). Laba-laba dikoleksi dengan lima alat yaitu: perangkap jebak, pengisap farmcop, jaring ayun, nampan kuning dan perangkap kuning berperekat.
Analisis data
Kesamaan komunitas laba-laba pada habitat pertanaman padi, sayur, rumput dan kebun campur, menggunakan Indeks Sørensen (Krebs 1999, Ludwig & Reynolds 1988 dan Magurran 1988): 2j Cs = a+b Cs = koefisien kesamaan Sørensen j = jumlah spesies yang terdapat pada kedua sampel a = total jumlah spesies pada sampel a b = total jumlah spesies pada sampel b
92
Hasil dan Pembahasan
Sumber kolonisasi laba-laba ke pertanaman padi
Menurut Tulung (1999), sumber kolonisasi laba-laba ke pertanaman padi berasal dari habitat di sekitarnya. Pada penelitian ini, sumber kolonisasi laba-laba ditentukan dari hasil analisis kesamaan komunitas laba-laba pada habitat pertanaman padi dengan habitat-habitat lain di sekitarnya. Asumsinya bahwa, apabila habitat di sekitar pertanaman padi mempunyai kesamaan komunitas labalaba tinggi, berarti terjadi aliran spesies laba-laba antara habitat tersebut, sehingga spesies-spesies yang umum terdapat pada suatu habitat terdapat pula pada habitat yang lain.
Tabel 4.1. Matriks kesamaan komunitas laba-laba (Indeks Sørensen) pada habitat pertanaman padi, sayur, rerumputan dan kebun campur, pada bentang alam pertanian di bagian hulu DAS Cianjur, Januari – September 2003.
Habitat
Padi
Rumput
Sayur
Padi
1,00
Rumput
0,82
1,00
Sayur
0,79
0,77
1,00
Kebun Campur
0,59
0,55
0,66
Kebun Campur
1,00
Berdasarkan hasil analisis kesamaan komunitas laba-laba pada habitat pertanaman padi dengan beberapa habitat di sekitarnya (sayur, rumput dan kebun campur) menunjukkan kesamaan cukup tinggi (Tabel 4.1). Habitat rerumputan mempunyai kesamaan komunitas laba-laba tertinggi dengan habitat pertanaman padi, yaitu 82%. Habitat pertanaman sayuran mempunyai kesamaan 79%, sedangkan kebun campur 59%. Pada Gambar 4.1. juga terlihat bahwa 34 spesies laba-laba yang sama terdapat pada keempat tipe habitat. Sangat sedikit spesies laba-laba yang khas terdapat pada suatu habitat, yaitu: pada habitat pertanaman padi (8 spesies), rerumputan (3 spesies), kebun campur (2 spesies), dan sayur (1
93
spesies). Dengan demikian berarti terjadi aliran spesies laba-laba cukup tinggi antara habitat-habitat tersebut. Jadi, lahan pinggiran dan tepian saluran irigasi yang ditumbuhi rerumputan, serta kebun campur dan pertanaman sayuran di sekitar pertanaman padi merupakan sumber kolonisasi laba-laba ke pertanaman padi.
Padi
Rumput
8 sp
7 sp
7 sp
5 sp
3 sp
5 sp
1 sp
34 sp
8 sp
2 sp
Kebun campur
1 sp
0 sp
1 sp
Sayur
Gambar 4.1. Jumlah spesies laba-laba yang terdapat pada habitat pertanaman padi, rumput, sayur, dan kebun campur, pada bentang alam pertanian di bagian hulu DAS Cianjur, Januari – September 2003.
Kebanyakan petani menganggap rerumputan dan vegetasi liar di sekitar pertanaman padi sebagai gulma sehingga harus dibersihkan. Dari segi pelestarian musuh alami, pertanaman yang betul-betul bebas dari tumbuhan liar tidak dikehendaki. Praktek budidaya seperti itu disebut dengan praktek budidaya bersih (van den Bosch & Telford 1973). Penelitian Shelton & Edwards (1983)
94
mendapatkan bahwa serangga predator, seperti Coleomegilla maculata, Orius insidiosus, Nabis sp. dan Harpalus sp. paling berlimpah pada pertanaman kedelai yang memiliki tumbuhan liar. Tumbuhan liar menyediakan reservoar bagi predator-predator tersebut berupa mangsa alternatif dan menyediakan iklim mikro yang lebih sesuai (Rodenhouse et al . 1992). Kenyataan ini memberikan arti penting dalam penataan bentang alam pertanian, dimana bentang alam yang kompleks tampaknya lebih baik daripada bentang alam sederhana, dalam mendukung pelestarian dan perkembangan musuh alami.
Cara kolonisasi laba-laba ke pertanaman padi
Kolonisasi laba-laba ke pertanaman padi melalui dua cara yaitu: bergerak aktif di permukaan tanah dan melalui udara atau ballooning (Agnew & Smith 1989, Kajak 1990, Tulung 1999). Dalam penelitian ini dipakai perangkap jebak untuk mengetahui laba-laba yang berkolonisasi melalui permukaan tanah, serta perangkap kuning berperekat untuk mengetahui laba-laba yang berkolonisasi melalui udara. Sekitar 82% spesies laba-laba tertangkap dengan perangkap jebak dan 18% sisanya tertangkap dengan perangkap kuning berperekat (Tabel 4.2). Laba-laba yang tertangkap dengan perangkap kuning berperekat umumnya terdiri atas laba-laba pradewasa ( juvenil ) serta beberapa spesies laba-laba dewasa (adult ) yang berukuran tubuh kecil seperti Atypena adelinae Barr.& Lit. Laba-laba yang tertangkap dengan perangkap jebak umumnya adalah laba-laba dewasa yang aktif di permukaan tanah ( ground-living spiders) serta beberapa spesies laba-laba pradewasa
seperti Pardosa
pseudoannulata
(Boes.&
Str.).
Induk P.
pseudoannulata membawa anak-anak pada abdomennya sehingga kemanapun induknya pergi anak-anaknya ikut terbawa.
95
a)
Theridiidae 6%
Zodariidae 0%
Tetragnathidae 29%
A raneidae 32%
Oonopidae 0% Clubionidae 0%
Salticidae 0%
Eusparassidae 0%
Oxyopidae 0% P holcidae 0% M etidae Lycosidae Linyphiidae 4% 29% 0%
Gnaphosidae 0%
b) Zodariidae 7%
Araneidae 1%
Theridiidae 10%
Clubionidae 1% Gnaphosidae 0% Eusparassidae 0% Linyphiidae 24%
Tetragnathidae 4% Salticidae 1% P holcidae 1% Oxyopidae 0% Oonopidae 1% M etidae 1%
Lycosidae 49%
Gambar 4.2. Famili laba-laba yang berkolonisasi melalui udara (a) dan melalui permukaan tanah atau vegetasi (b), pada bentang alam pertanian di bagian hulu DAS Cianjur, Januari – September 2003.
96
Tabel 4.2. Laba-laba yang berkolonisasi aktif melalui permukaan tanah (tertangkap dengan perangkap jebak) dan terbawa melalui udara (tertangkap dengan perangkap kuning berperekat) pada pertanaman padi di bagian hulu DAS Cianjur, dinyatakan dalam kelimpahan relatif (%), Januari – September 2003.
Famili/spesies Araneidae Araneus inustus (C.L. Koch) Araniella sp Argiope catenulata (Doleschall) Cyclosa sp Cyrtarachne tuladepilachna Neoscona sp Clubionidae Castianeira tiranglupa Cheirachantium sp Eusparassidae Heteropoda sp Linyphiidae Atypena adelinae Barr.& Lit. Atypena sp Erigone bifurca Locket Erigone sp Lycosidae Pardosa birmanica Simon Pardosa pseudoannulata (Boes.& Str.) Pardosa sumatrana (Thorell) Pirata blabakensis Metidae Leucauge sp Phonognatha sp Oxyopidae Oxyopes javanus Thorell Pholcidae Artema sp Salticidae Bionar hostingchiehi Schenkel Harmochirus sp Myrmarachne sp Plexippus sp Tetragnathidae Dyschiriognatha hawigtenera Barr.& Lit. Tetragnatha javana (Thorell) Tetragnatha maxillosa Thorell Tetragnatha nitens (Audouin) Tetragnatha sp Tetragnatha virescens Okuma
Cara kolonisasi Aktif di permukaan Terbawa melalui tanah udara 0,33 0,33 0,33
18,8 4,17 6,25 2,08 2,08
0,33 0,33
-
0,33
-
4,67 1,33 13,70 -
18,80 4,17 4,17 2,08
4,00 42,70 1,67 2,33
-
0,33 0,33
2,08
0,33
-
0,67
-
1,33 0,33 0,33 0,33
-
2,33 0,33 0,67 0,67
6,25 4,17 6,25 12,50
97
Tabel 4.2. lanjutan Theridiidae Coleosoma matinikum Coleosoma saispotum Dipoena sp Enoplognatha kalaykayina Enoplognatha sp Phoroncidia sp Theridion otsospotum Zodariidae Langbiana panchoi Barr.& Lit. Langbiana sp
0,67 5,67 2,67 1,00 0,33 0,67 -
4,17 2,08
8,33 0,33
-
100,00
100,00
Ballooning merupakan cara yang paling banyak dilakukan oleh laba-laba dalam mengkolonisasi pertanaman padi (Agnew & Smith 1989, Tulung 1999) dan sangat besar pengaruhnya terhadap ukuran populasi serta komposisi spesies labalaba pada pertanaman padi (Bishop & Riechert 1990). Dengan cara ballooning laba-laba dapat berkolonisasi sampai jarak beratus-ratus kilometer jauhnya. Dalam perjalanannya dengan kapal Beagle pada tahun 1832, Darwin mencatat banyak sekali laba-laba pradewasa tersangkut pada tali temali kapal yang ditumpanginya, padahal jarak dengan pantai Amerika Selatan sekitar 100 km (Foelix 1996). Dalam penelitian ini hanya ditemukan 18% spesies laba-laba yang berkolonisasi melalui udara. Hal ini kemungkinan disebabkan karena perangkap kuning berperekat yang dipakai kurang berfungsi maksimal. Perangkap kuning yang dipakai mempunyai dua sisi sehingga hanya menghadap ke dua arah mata angin. Bila perangkap yang dipakai berbentuk silinder, kemungkinan akan lebih besar peluangnya untuk memerangkap laba-laba karena sisinya menghadap ke seluruh arah mata angin. Laba-laba yang berkolonisasi melalui udara, umumnya dari famili Araneidae (32%), Linyphiidae (29%) dan Tetragnathidae (29%) (Gambar 4.2.a). A. adelinae Barr.& Lit. adalah anggota famili Linyphiidae yang paling banyak ditemukan berkolonisasi melalui udara, baik pada individu dewasa maupun
98
pradewasa. Hal ini dimungkinkan karena ukuran tubuhnya kecil, yaitu: 1,68 mm sampai 2,80 mm. Sebagian besar spesies laba-laba (82%) yang ditemukan dalam penelitian ini berkolonisasi melalui permukaan tanah atau vegetasi. Hal ini mengindikasikan bahwa keberadaan koridor sangat besar peranannya pada bentang alam pertanian di bagian hulu DAS Cianjur. Pematang sawah dan vegetasi di pinggir-pinggir saluran irigasi yang menghubungkan kebun campur dengan pertanaman padi sangat membantu laba-laba yang berkolonisasi melalui permukaan tanah atau vegetasi (Kajak 1990, Tulung 1999). Lycosidae merupakan famili laba-laba yang paling banyak berkolonisasi melalui permukaan tanah, yaitu: 49% dari seluruh famili laba-laba yang berkolonisasi melalui permukaan tanah. Erigone bifurca Locket adalah anggota famili Linyphiidae yang juga berkolonisasi melalui permukaan tanah, yaitu: 24% (Gambar 4.2.b).
Komposisi spesies laba-laba di pertanaman padi pada tiap-tiap umur tertentu
Pada setiap periode perkembangan tanaman padi terjadi perbedaan komposisi spesies laba-laba yang terdapat di dalamnya (Tabel 4.3). Tidak ada satupun
famili
yang
spesies-spesiesnya
terdapat
pada
semua
periode
perkembangan tanaman, kecuali Tetragnathidae lebih dari 60% spesiesnya terdapat pada setiap periode perkembangan tanaman. Famili-famili yang lain kurang dari 50% spesiesnya terdapat pada setiap periode perkembangan tanaman. Padi umur 8 mst dan 10 mst mempunyai komposisi spesies laba-laba terbanyak. Tujuh puluh persen lebih spesies laba-laba dari semua famili terdapat disana. Kelimpahan relatif beberapa spesies laba-laba pada tiap-tiap periode perkembangan tanaman padi juga sangat menarik untuk dilihat karena selain mempunyai kelimpahan relatif tinggi juga terlihat adanya pola yang khas pada setiap periode perkembangan tanaman. Kelimpahan relatif Araniella sp, Pardosa pseudoannulata (Boes.& Str.) dan Tetragnatha virescens Okuma sangat tinggi pada tanaman padi berumur 2 mst kemudian terus menurun dengan semakin bertambahnya umur tanaman. Tetragnatha javana (Thorell) kelimpahan relatifnya terus meningkat sampai tanaman padi berumur 8 mst kemudian terus menurun
99
sampai tanaman padi berumur 14 mst. Argiope catenulata (Doleschall) dan Atypena adelinae Barr.& Lit. kelimpahan relatifnya pada tanaman padi berumur 2 mst sangat rendah kemudian terus meningkat seiring dengan bertambahnya umur tanaman (Gambar 4.3). Whitmore et al. (2002) juga menemukan bahwa terdapat perbedaan spesies laba-laba yang mendominasi padang rumput pada periode waktu tertentu sepanjang tahun. Penelitian ini menemukan adanya perbedaan spesies laba-laba yang mendominasi habitat pertanaman padi pada periode tertentu. Pada masa perkembangan vegetatif atau tanaman padi berumur 2 mst sampai 8 mst, pertanaman padi didominasi oleh Araniella sp, P. pseudoannulata, T. virescens, dan T. javana. Setelah periode tersebut A. catenulata, dan A. adelinae dominan dijumpai di pertanaman. Struktur fisik habitat sangat mempengaruhi terjadinya pergantian spesies laba-laba di pertanaman padi terutama bagi spesies laba-laba pembuat jaring (baca BAB II) disamping kehadiran mangsa. T. virescens dan T. javana merupakan laba-laba pembuat jaring bulat horizontal diatas tajuk tanaman. Karakteristik jaring seperti itu dapat dibuat pada tanaman padi masih kecil (pendek) karena tidak dibutuhkan ruang secara vertikal. Berbeda halnya dengan A. catenulata yang membuat jaring bulat tetapi diletakkan dengan posisi vertikal diantara tajuk tanaman. Jaring dengan karakteristik seperti itu hanya dapat dibuat bila tanaman padi sudah cukup tinggi sehingga tersedia ruang yang cukup untuk membangun jaringnya. Oleh karena itu kelimpahan A. catenulata semakin meningkat seiring dengan bertambahnya umur tanaman. Banaedi (1988) dan Suana (1995) melaporkan bahwa selain faktor fisik habitat, kehadiran mangsa juga mempengaruhi kehadiran spesies laba-laba tertentu pada suatu habitat. Pada masa perkembangan vegetatif tanaman padi, wereng merupakan hama yang dominan di pertanaman sedangkan pada masa perkembangan generatif, walang sangit mulai berdatangan untuk mengisap bulir padi yang masak susu. Jaring bulat horizontal yang dibuat oleh Tetragnatha lebih efektif untuk memerangkap wereng dan jaring bulat vertikal yang dibuat Argiope lebih efektif untuk menangkap walang sangit. Dengan demikian kehadiran kedua spesies labalaba ini di pertanaman padi sesuai dengan kehadiran mangsanya.
100
Kehadiran P. pseudoannulata yang merupakan laba-laba pemburu nampaknya juga dipengaruhi oleh adanya mangsa di pertanaman padi. Sekitar 51% mangsa P. pseudoannulata adalah wereng (Tulung 1999) sehingga kehadirannya melimpah pada masa perkembangan vegetatif tanaman.
Tabel 4.3. Komposisi spesies laba-laba pada umur padi tertentu yang dinyatakan dalam kelimpahan relatif (%) pada pertanaman padi di bagian hulu DAS Cianjur, Januari – September 2003 Famili/spesies Araneidae Araneus inustus (C.L. Koch) Araniella sp Argiope catenulata (Doleschall) Cyclosa sp Cyrtarachne tuladepilachna Leucauge sp Neoscona sp Clubionidae Castianeira tiranglupa Cheirachantium sp Eusparassidae Heteropoda sp Gnaphosidae Poecilochroa sp Linyphiidae Atypena adelinae Barr.& Lit. Atypena sp Erigone bifurca Locket Erigone sp Lycosidae Pardosa birmanica Simon Pardosa pseudoannulata (Boes.& Str.) Pardosa sumatrana (Thorell) Pirata blabakensis Metidae Leucauge decorata (Blackwall) Leucauge sp Mesida sp Phonognatha sp Oonopidae Opopaea batanguena Oxyopidae Oxyopes javanus Thorell Pholcidae Artema sp Salticidae Bionar hostingchiehi Schenkel Harmochirus sp Myrmarachne sp Myrmarachne vulgarisa Phintella sp Plexippus sp Simaetha sp
Umur tanaman 2mst
4mst
6mst
8mst
10mst
12mst
14mst
0,50
2,03
0,22
1,51
3,33
0,26
-
13,50
8,33
7,30
6,24
5,95
8,40
3,36
1,00
0,90
2,21
2,27
6,67
8,40
16,10
2,24
-
2,21
-
0,48
0,52
-
0,25
-
-
-
-
-
-
-
-
-
0,19
-
-
-
-
-
5,75
1,32
1,19
2,36
2,68
-
-
-
-
0,24
-
-
3,49
2,25
3,10
2,65
2,38
3,41
2,68
-
-
-
-
-
0,26
-
-
0,23
0,22
-
-
-
-
4,74
6,53
6,64
10,20
10,20
10,80
6,71
-
-
-
0,57
0,95
1,05
-
2,24
0,68
2,65
2,27
1,43
2,89
4,03
0,25
-
-
0,19
0,48
0,26
-
0,25
0,45
1,33
0,38
0,24
1,05
-
19,5
8,11
8,41
8,88
13,6
12,9
8,05
-
0,23
-
0,38
-
0,26
0,67
1,75
-
-
0,95
0,24
0,26
-
-
-
0,22
-
0,24
0,26
0,67
1,25
0,68
0,44
3,40
3,57
1,57
3,36
-
4,05
-
0,19
-
-
-
0,25
0,45
2,21
3,40
5,71
8,14
13,40
-
-
-
-
-
0,26
-
1,25
3,60
2,65
3,59
4,29
6,04
13,40
-
-
-
-
0,48
-
-
1,00
1,58
1,33
1,70
0,71
0,52
0,67
-
-
-
0,38
-
-
-
-
0,23
-
0,38
-
0,52
1,34
-
0,23
0,22
0,38
0,95
-
-
0,25
-
-
0,57
-
0,52
0,67
-
-
-
0,19
0,95
0,52
-
-
0,23
1,33
-
0,24
0,26
1,34
101
Tabel 4.3. lanjutan Tetragnathidae Dyschiriognatha hawigtenera Barr.& Lit. Tetragnatha javana (Thorell) Tetragnatha mandibulata Walckenaer Tetragnatha maxillosa Thorell Tetragnatha nitens (Audouin) Tetragnatha sp Tetragnatha vermiformis Emerton Tetragnatha virescens Okuma Theridiidae Chrysso argyrodiformis (Yaginuma) Coleosoma blandum Cambridge Coleosoma matinikum Coleosoma octomaculatum (Boes.& Str.) Coleosoma saispotum Dipoena sp Enoplognatha kalaykayina Enoplognatha sp Phoroncidia sp Theridion otsospotum Theridion sp Thomisidae Misumena sp Runcinia albostriata Boes.& Str. Thomisus italongus Zodariidae Langbiana panchoi Barr.& Lit. Langbiana sp
2,99
4,28
1,33
1,70
0,24
2,10
2,01
8,48
15,30
17,30
14,20
12,60
9,19
6,04
-
0,45
4,87
3,78
3,81
1,57
2,68
0,25
4,05
-
1,51
1,43
0,52
-
2,00
5,63
7,30
2,65
2,86
2,36
-
4,74
2,25
0,22
0,95
0,71
0,52
0,67
8,48
5,18
4,65
9,64
2,86
2,89
0,67
13,70
14,00
9,73
3,40
2,14
0,26
-
-
-
-
-
0,24
0,52
-
-
-
-
0,38
-
0,26
-
-
-
-
0,38
-
-
-
2,00
3,60
1,99
1,32
3,10
-
-
1,50
0,68
1,33
1,51
2,14
1,84
1,34
-
0,23
0,22
1,32
0,24
0,52
-
0,75
0,23
0,66
3,02
1,19
4,72
2,01
-
-
-
0,95
0,24
-
-
-
0,45
-
0,19
-
-
-
-
-
-
0,19
0,48
-
-
-
0,45
-
0,19
-
-
-
0,50
0,68
0,88
0,19
0,24
0,52
2,01
-
-
0,22
-
-
-
-
-
0,23
-
-
-
-
-
1,00
1,35
0,88
0,38
0,95
0,52
3,36
-
0,23
-
-
-
-
-
100,0
100,0
100,0
100,0
100,0
100,0
100,0
25 20
u d i v i d 15 n i h a 10 l m u J
5 0
2mst
4mst
6mst
8mst
10mst
12mst
14mst
Umur padi Araniella sp T. javana
P. pseudoannulata
T. virescens
A. catenulata
A. adelinae
Gambar 4.3. Kelimpahan relatif beberapa spesies laba-laba pada pertanaman padi umur tertentu di bagian hulu DAS Cianjur, Januari – September 2003.
102
Kesimpulan
Habitat pertanaman sayuran, rerumputan dan kebun campur yang terdapat di sekitar habitat pertanaman padi merupakan sumber kolonisasi laba-laba ke pertanaman padi. Kolonisasi laba-laba ke pertanaman padi terjadi melalui dua cara yaitu: bergerak aktif melalui permukaan tanah atau vegetasi serta terbawa melalui udara atau ballooning . Pada periode waktu tertentu terjadi pergantian spesies labalaba yang mendominasi habitat pertanaman padi. Dinamika tersebut terjadi karena perbedaan strategi berburu masing-masing spesies laba-laba dalam kaitannya dengan struktur fisik habitat dan ketersediaan mangsa.
Daftar Pustaka
Agnew CW, Smith Jr JW. 1989. Ecology of spiders (Araneae) in a peanut agroecosystem. Environ. Entomol. 18: 30 – 40. Banaedi S. 1988. Laba-laba pada habitat pertanaman padi di propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, klasifikasi dan perilaku pemangsaan [Tesis]. Yogyakarta: UGM. Barrion AT, Litsinger JA. 1995. Riceland Spiders of South and Southeast Asia. Manila: IRRI. CABI. Bishop L, Riechert SE. 1990. Spider colonization of agroecosystem: mode and source. Environ. Entomol. 19 (16): 1738 – 1745. Foelix RF. 1996. Biology of Spider. Second Edition. New York: Oxford Univ. Pr. and Georg Thieme Verlag. p.110 – 149. Heong KL, Aquino GB, Barrion AT. 1991. Arthropod community structure of rice ecosystem in the Philippines. Bull. Entomol. Res. 81: 407 – 416. Janetos AC. 1986. Web site selection: are we asking the right questions? Di dalam: Shear WA. (ed). Spiders: Webs, Behaviour, and Evolution. California: Stanford Univ. Pr. p. 9 – 22. Kajak A. 1990. Spatial pattern of the intensity of area searching by predators. Di dalam: Koponen, S., Lehtinen, P.T., Rinne, V. (ed). Proceeding of the XI International Congress of Arachnology; Turku, Finland, 7 – 12 August 1989. Acta Zool. Fenn. 190: 199 – 204. Krebs CJ. 1999. Ecological Methodology. Second Edition. Menlo Park: AddisonWesley.
103
Kruess A, Tscharntke T. 1994. Habitat fragmentation, species loss, and biological control. Science 264: 1581 – 1584. Landis DA, Menaled F. 1998. Ecological consideration in conservation of effective parasitoid communities in agricultural system. Di dalam: Barbosa P. (ed). Conservatian Biological Control. Academic Pr. p. 101 –121. Levi HW, Levi LR. 1990. Spider and Their Kin. New York: Golden Pr. Ludwig JA, Reynolds JF. 1988. Statistical Ecology: a Primer on Methods and Computing. New York: J Wiley. Magurran AE. 1988. Ecological Diversity and Its Measurement. New Jersey: Princeton Univ. Pr. Marc P, Canard A, Ysnel F. 1999. Spiders (Araneae) useful for pest limitation and bioindication. Agric. Ecosyst. Environ. 74: 229-273. Marino CP, Landis DA. 2000. Parasitoid community structure (implication for biological control in agriculture landscapes). Di dalam: Ekbon B, Irwin ME, Robert Y. (ed). Interchanges of Insects Between Agriculture and Surrounding Landscape. Kluwer. p. 183 – 193. Riechert SE, Gillespie RG. 1986. Habitat choice and utilization in web-building spiders. Di dalam: Shear WA. (ed). Spiders: Webs, Behaviour, and Evolution. California: Stanford Univ Pr. p. 23 – 48. Rodenhouse NL, Barrett GW, Zimmerman DM, Kemp JC. 1992. Effects of uncultivated corridors on arthropod abundances and crop yields in soybean agroecosystems. Agric. Ecosyst. Environ. 38:170 – 191. Shelton MD, Edwards CR. 1983. Effects of weeds on the diversity and abundance of insects in soybeans. Environ. Entomol. 12:196 – 298. Suana IW 1995. Taksonomi dan tingkah laku memangsa beberapa species labalaba, sebagai musuh alami wereng hijau ( Nephotettix sp) [Skripsi]. Denpasar: UNUD. Tulung M. 1999. Ekologi laba-laba di pertanaman padi dengan perhatian utama pada Pardosa pseudoannulata (Boes. & Str.) [Disertasi]. Bogor: IPB. van den Bosch R, Telford AD. 1973. Environmental modification and biological control. Di dalam: DeBach P, Schlinger EI. (ed). Biological Control of Insect Pests & Weeds. London: Chapman and Hall. p. 459 – 488. Whitmore C, Slotow R, Crouch TE, Dippenaar-Schoeman AS. 2002. Divesity of spiders (Araneae) in a savana reserve, Northern Province, South Africa. J. Arachnol. 30: 344 – 356. Widiarta IN, Surjana T, Kusdiaman D. 2001. Jenis anggota komunitas pada berbagai habitat sawah bera dan usaha konservasi musuh alami pada padi tanam serempak. Di dalam: Soenarjo E, Sosromarsono S, Wardoyo S,
104
Prasadja I. (ed). Prosiding Simposium Keanekaragaman Hayati Arthropoda pada Sistem Produksi Pertanian. Cipayung, Bogor, 16 – 18 Oktober 2000. hlm. 185 – 192.