LAPORAN MINGGUAN FARMAKOTERAPI 2
STUDI KASUS : FARINGITIS
Disusun Oleh : Yesi Dwi Wulandari Khadija Raida Anisha Noviani Fia Ardia Garini Khilda Taba Yesinta Rahmiah Nurul Ayu Agustin Luthfi Fathinah
(13161002) (13161005) (13161008) (13161011) (13161014) (13161017) (13161020) (13161023) (13161026)
Nova Munikasari Lydia Trisnayanti Meitalisa Sukma Eriska Agustin Maria Yolanda Louis Kevin Rika Susanti Etika Dwi Mayasari
(13161029) (13161032) (13161035) (13161038) (13161041) (13161044) (13161047) (13161050)
KELOMPOK 2 KELAS : EKSTENSI FA 1
SEKOLAH TINGGI FARMASI BANDUNG 2017
A.
Pendahuluan Faringitis adalah inflamasi tenggorokan yang sering disebabkan oleh infeksi.
Faringitis akut merupakan alasan dari 1%-2% kunjungan dokter pada pasien anak dan 6%-% pada pasien lansia. Antibiotik biasa diresepkan karena pada kasus faringitis gejala yang terjadi sulit dibedakan antara infeksi virus atau infeksi bakteri dan adanya kekhawatiran akan infeksi streptococcus yang tidak diobati.
B.
Etiologi Faringitis Faringitis merupakan gejala yang sering timbul dar adanya infeksi virus pada
saluran pernapasa atas. Streptococcus pyogenes (streptococcus grup A) adalah bakteri yang paling sering menjadi penyebab faringitis, bertanggung jawab atas 20% - 30% dari kasus pada anak-anak dan 5% - 15% dari kasus pada dewasa. Faringitis paling sering terjadi pada akhir musim dingin dan awal musim semi dan menyebar dengan mudah melalui kontak langsung dengan sekresi yang terkontaminasi. Penularan biasa terjadi dalam satu keluarga, ruangan kelas, dan tempat ramai lainnya. Berdasarkan etiologinya dibagi menjadi 2 yaitu karena bakteri dan virus. Penyebab bakteri umumnya menunjukkan tanda dan gejala berupa lelah, nyeri/pegal tubuh, menggigil, dan demam yang lebih dari 380C. bakteri umum yang menyerang biasanya adalah steptococcus pyogenes. Bakteri lain yang juga dapat menyebabkan faringitis adalah Corynebacterium diphtheriae, groups C and G streptococci, dan Neisseria gonorrhoeae. Virus adalah penyebab terjadinya faringitis yang paling sering dan biasanya menyerang
atau
menginfeksi
saluran
pernapasan
bagian
atas.
Virus
yang
menyebabkan faringitis diantaranya adalah rhinovirus, coronavirus, adenovirus, influenza virus, parainfluenza, dan Epstein-Barr virus. Pada penyebab virus influenza, gejala klinis bisa tampak lebih parah dan biasanya timbul demam, myalgia, sakit kepala, dan batuk.
C.
D.
Faktor Resiko
-
Musim dingin dan awal musim semi
-
Anak-anak
-
Satu lingkungan dengan penderita Faringitis
-
Turunnya daya tahan tubuh
Patofisiologi Streptococus grup A berkoloni di dalam faring pada 20% anak-anak dan
merupakan faktor resiko untuk berkembangnya faringitis jika terdapat gangguan integritas mukosal. Gejala faringitis yang disebabkan oleh streptococcus berbeda beda pada masing-masing penderita dandapat sembuh dengan sendirinya dalam beberapa hari tanpa menggunakan terapi antibiotik. Biasanya faringitis yang tidak diobati atau dengan pengobatan yang tidak tepat dapat menyebabkan demam rematik akut, kerusakan katup jantung, dan komolikasi infeksi lainnya. Terapi antibiotik diberikan selama 9 hari dapat mencegah timbulnya komplikasi infeksi yang tersebut diatas. Diagnosis yang tepat sangat penting ntuk meminimalkan penggunaan antibiotikyang tidak perlu misalkan untuk faringitis yang disebabkan oleh virus dan untuk mencegah terjadinya komplikasi akibat infeksi streptococcus yang tidak terobati. E.
Gejala
- Nyeri tenggorokan tiba-tiba disertai sakit saat menelan -
Demam
-
Sakit kepala, sakit perut, mual dan muntah (terutama pada anak anak)
-
Kemerahan pada tonsil dengan atau tanpa dahak
-
anterior cervical lymphadenitis
- bengkak dan kemerahan pada uvula - bau mulut - bintik merah pada langit-langit mulut F.
Terapi Tujuan dari terapi faringitis adalah untuk membasmi infeksi untuk membasmi
infeksi untuk mencegah terjadinya komplikasi (termasuk abses peritonsillar atau retropharyngeal, limfadenitis serviks, dan demam reumatik), mempersingkat jalur penyakit, mengurangi penyebaran. Faringitis selalu disertai dengan timbulnya nyeri. Analgesik oral dapat meredakan rasa nyeri dan memudahkan pasien untuk dapat makan dan minum secara normal. Antibiotik hanya boleh digunakan pada faringitis yang telah terkonfirmasi disebabkan oleh streptococcus dengan gejala gejala klinis yang menyertainya. Terapi yang efektif akan mengurangi periode infeksi dari kira-kira 10 hari menjadi 24 jam dan mempersingkat durasi gejala menjadi 1 sampai 2 hari. Penisilin adalah obat pilihan karena mempunyai spektrum kerja yang sempit tercatat aman dan berkhasiat pada eradikasi streptococcus pada nasofaringeal, dan harganya yang relatif murah. Amoxicilin merupakan alternatif bagi anak anak karena rasannya yang dapat diterima dan dapat meningkatkan kepatuhan pasien karena penggunaannya adalah one daily dose. Sefalosporin dapat menjadi lebih efektif daripada penisilin untuk pencegahan kekambuhan dan eradikasi nasofaringeal terlebih pada asymptomatic carrier. Durasi terapi adalah 10 hari tetapi terapi dengan sefalosporin selama 5 hari mempunya keefektifan yang sama dengan terapi meggunakan penisilin selama 10 hariuntuk eradikasi streptococcus. Resistensi jarang terjadi pada kasus faringitis dibandingkan dengan infeksi saluran pernapasan atas lainnya. Resistensi penisilin terhadap streptococcus grup A belum pernah terdokumentasi tetapi resistensi dan kegagalan klinis terjadi lebih sering pada penggunaan tetrasiklin, cotrimoxazol, dan makrolida. Pasien dengan
alergi terhadap penisilin harus diterapi dengan sefalosporin generasi 1 (jika bukan alergi tipe 1), makrolida/azalida, atau klindamisin. Kekambuhan infeksi atau kegagalan terapi dapat diterapi kembali dengan antibotik yang sama atau diterapi menggunakan amoxicilin-clavulanat, sefalosporin generasi 1, klindamisin, atau penisilin G benzathine.
Gambar 1. Alogaritma Terapi
Gambar 2. Pilihan terapi antibiotik untuk faringitis streptococcus G.
Monitoring dan Evaluasi 1. Monitoring
-
Kaji tanda dan gejala pasien. Apakah mereka konsisten dengan faringitis streptokokus? Apakah gejala infeksi virus hadir?
-
Lakukan pengujian laboratorium untuk mengkonfirmasi adanya streptokokus grup A.
-
Apakah pasien memerlukan terapi antibiotik? Hindari penggunaan antibiotik pada penyakit virus.
-
Dapatkan riwayat pengobatan lengkap, termasuk obat resep, obat bebas resep, dan penggunaan produk alami, serta alergi dan efek buruk.
-
Merekomendasikan terapi antipiretik atau analgesik, jika diperlukan.
-
Bila memungkinkan, tentukan antibiotik mana yang akan digunakan dan durasi terapi.
-
Kembangkan rencana untuk menilai efektivitas terapi dan tindakan yang dipilih untuk diambil jika pasien tidak membaik atau memburuk.
-
Berikan edukasi kepada pasien
Apa yang diharapkan dari antibiotik, termasuk efek samping yang potensial
-
Menghindari kontak dekat selama 24 jam
Tanda-tanda kegagalan pengobatan
Tekankan pentingnya kepatuhan terhadap terapi, termasuk masalah resistensi antibiotik.
2. Evaluasi
-
Antibiotik menghilangkan gejala lebih dari 3 - 5 hari, dan setelah 24 jam pertama terapi, pasien dapat kembali bekerja atau sekolah jika membaik secara klinis.
-
Tindak lanjut kultur tidak disarankan untuk menguji eradikasi (pemberantasan) bakteri.
-
Kurangnya peningkatan atau memburuknya gejala setelah 72 jam terapi memerlukan evaluasi ulang.
-
Gejala berulang (kambuh) setelah perawatan yang tepat, harus segera dilakukan evaluasi ulang untuk kemungkinan penafsiran ulang.
H.
Rekomendasi Terapi 1. Kasus: Seorang laki-laki 45 tahun datang ke klinik dengan keluhan sakit saat menelan makanan dan minuman, demam sejak 3 hari yang lalu. Pasien didiagnosis faringitis
2. Rekomendasi : Berdasarkan gejala yang dialami oleh pasien tersebut dan dari alogaritma terapi faringitis, direkomendasikan terapi antibiotik menggunakan penisilin V, karena tersedia dalam bentuk oral sehingga memudahkan terapi rawat jalan, namun di Indonesia sediaan penisilin V peroral sulit ditemukan sehingga terapi alternatifnya adalah amoxicilin. Penisilin V atau amoxicilin dipilih karena
Daftar Pustaka
Chisholm-burns, Marie A., Schwinghammer, Terry L., Wells, Barbara G., Malone, Patrick M., Kolesar, Jill M., DiPiro, Joseph T. (2016). Pharmacotherapy Principles and Practice, Fourth edition, USA: McGraw-Hill Education.