BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mikroorganisme sebagai makhluk hidup sama dengan organisme hidup lainnya sangat memerlukan energi dan bahan-bahan untuk membangun tubuhnya, seperti dalam sintesis protoplasma dan bagian-bagian sel lainnya. Bahan-bahan tersebut disebut nutrien. Untuk memanfaatkan bahan-bahan tersebut, maka sel melakukan suatu kegiatan-kegiatan, sehingga menyebabkan perubahan kimia di dalam selnya. Semua reaksi yang teratah yang berlangsung di dalam sel ini disebut metabolisme. Metabolisme yang melibatkan berbagai macam reaksi di dalam sel tersebut, hanya dapat berlangsung atas bantuan dari suatu senyawa organik yang disebut juga biokatalisator yang dinamakan enzim (Djide, 2006). Mikroorganisme merupakan jasad hidup yang mempunyai ukuran sangat kecil (Kusnadi, dkk, 2003). Setiap sel tunggal mikroorganisme memiliki kemampuan untuk melangsungkan aktivitas kehidupan antara lain dapat dapat mengalami pertumbuhan, menghasilkan energi dan bereproduksi dengan sendirinya. Mikroorganisme memiliki fleksibilitas metabolismeyang tinggi karena mikroorganisme ini harus mempunyai kemampuan menyesuaikan diri yang besar sehingga apabila ada interaksi yang tinggi dengan lingkungan menyebabkan terjadinya konversi zat yang tinggi pula. Akan tetapi karena ukurannya yang kecil, maka tidak ada tempat untuk menyimpan enzim-enzim yang telah dihasilkan. Dengan demikian enzim yang tidak diperlukan tidak akan disimpan dalam bentuk persediaan.enzim-enzim tertentu yang diperlukan untuk perngolahan bahan makanan akan diproduksi bila bahan makanan tersebut sudah ada (Fardiaz, S. 1989) . Peran utama nutrien adalah sebagai sumber energi, bahan pembangun sel, dan sebagai aseptor elektron dalam reaksi bioenergetik (reaksi yang menghasilkan energi). Oleh karenanya bahan makanan yang diperlukan terdiri dari air, sumber energi, sumber karbon, sumber aseptor elektron, sumber mineral, faktor pertumbuhan, dan nitrogen. “Selain itu, secara umum nutrient dalam media pembenihan harus mengandung seluruh elemen yang penting untuk sintesis biologik oranisme baru (Jawetz, 2001). Identifikasi Vibrio Cholerea
1
Bakteri adalah organisme yang paling banyak jumlahnya dan lebih tersebar luas dibandingkan makhluk hidup yang lain. Bakteri memiliki ratusan ribu spesies yang hidup di darat hingga lautan dan pada tempat-tempat yang ekstrim. Bakteri ada yang menguntungkan tetapi ada pula yang merugikan. Bakteri memiliki ciri-ciri yang membedakannya dengan makhluk hidup yang lain. Bakteri adalah organisme uniselluler dan prokariot serta umumnya tidak memiliki klorofil dan berukuran renik atau mikroskopik (http://makalah biologiku.com). Bakteri Vibrio sp. adalah jenis bakteri yang dapat hidup pada salinitas yang relatif tinggi. Menurut Rheinheiner (1985) cit. Herawati (1996), sebagian besar bakteri berpendar bersifat halofil yang tumbuh optimal pada air laut bersalinitas 20-40‰. Bakteri Vibrio berpendar termasuk bakteri anaerobic fakultatif, yaitu dapat hidup baik dengan atau tanpa oksigen. Bakteri Vibrio tumbuh pada pH 4 - 9 dan tumbuh optimal pada pH 6,5 - 8,5 atau kondisi alkali dengan pH 9,0 (Baumann et al., 1984 cit. Herawati, 1996). Vibrio merupakan jenis bakteri yang hidupnya saprofit di air, air laut, dan tanah. Bakteri ini juga dapat hidup di salinitas yang relatif tinggi. Sebagian besar juga bersifat halofil yang tumbuh optimal pada air laut bersalinitas 20-40‰,(Feliatra 1999) . Genus Vibrio adalah agen penyebab penyakit vibriosis yang menyerang hewan laut seperti ikan, udang, dan kerang-kerangan. Spesies Vibrio umumnya menyerang larva udang dan penyakitnya disebut penyakit udang berpendar. Bakteri Vibrio menyerang larva udang secara sekunder yaitu pada saat dalam keadaan stress dan lemah, oleh karena itu sering dikatakan bahwa bakteri ini termasuk jenis opportunistic pathogen yang dalam keadaan normal ada dalam lingkungan pemeliharaan, kemudian berkembang dari sifat yang saprofitik menjadi patogenik jika kondisi lingkungannya memungkinkan (Elmanama AA. 2007). Terdapatnya bakteri pathogen Vibrio di perairan laut menandakan adanya kontak dengan buangan limbah industri dan rumah tangga seperti tinja manusia atau sisa bahan makanan lainnya, di mana bakteri tersebut secara langsung akan tumbuh dan berkembang bila kondisi perairan tersebut memungkinkan. Selanjutnya dari keadaan ini kemudian akan berpengaruh terhadap biota perairan dan akhirnya pada manusia (Hashimoto S, Nishibuchi M. 1999). Bakteri dari spesies Vibrio secara langsung akan menimbulkan penyakit (pathogen), yang dapat menyebabkan kematian biota laut yang menghuni perairan, dan secara tidak Identifikasi Vibrio Cholerea
2
langsung bakteri yang terbawa biota laut seperti ikan akan dikonsumsi oleh manusia, sehingga menyebabkan penyakit pada manusia. 1.2 Maksud dan Tujuan 1.2.1 Maksud Maksud dari penyusunan laporan praktikum ini adalah untuk mengetahui bakteri Vibrio sp pada sampel air laut 1.2.2 Tujuan Tujuan dari identifikasi bakteri ini adalah untuk mengisolasi dan mengidentifikasi bakteri Vibrio sp. yang terdapat dalam sampel air laut di paotere
Identifikasi Vibrio Cholerea
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjaun Umum Vibrio sp Bakteri Vibrio merupakan genus yang dominan pada lingkungan air payau dan estuaria. Umumnya bakteri Vibrio menyebabkan penyakit pada hewan perairan laut dan payau. Sejumlah spesies Vibrio yang dikenal sebagai patogen seperti V. alginolyticus, V. anguillarum, V. carchariae, V. cholerae, V. harveyii, V. ordalii dan V. vulnificus (Irianto, 2003). Menurut Egidius (1987) Vibrio sp. menyerang lebih dari 40 spesies ikan di 16 negara. Vibrio sp. mempunyai sifat gram negatif, sel tunggal berbentuk batang pendek yang bengkok (koma) atau lurus, berukuran panjang (1,4 – 5,0) µm dan lebar (0,3 – 1,3) µm, motil, dan mempunyai flagella polar (Gambar 1). Menurut Pitogo et al., (1990), karakteristik spesies Vibrio berpendar (Tabel 1). Sifat biokimia Vibrio adalah oksidase positif, fermentatif terhadap glukosa dan sensisif terhadap uji O/129 (Logan, 1994 cit. Gultom, 2003). Bakteri Vibrio sp adalah jenis bakteri yang dapat hidup pada salinitas yang relatif tinggi. Menurut Rheinheiner (1985) cit. Herawati (1996), sebagian besar bakteri berpendar bersifat halofilik yang tumbuh optimal pada air laut bersalinitas 20-40‰. Bakteri Vibrio berpendar termasuk bakteri anaerobic fakultatif, yaitu dapat hidup baik dengan atau tanpa oksigen. Bakteri Vibrio tumbuh pada pH 4 - 9 dan tumbuh optimal pada pH 6,5 - 8,5 atau kondisi alkali dengan pH 9,0 (Baumann et al., 1984 cit. Herawati, 1996). Vibrio sp merupakan salah satu bakteri patogen yang tergolong dalam divisi bakteri, klas Schizomicetes, ordo Eubacteriales, Famili Vibrionaceae. Bakteir ini bersifat gram negatif, fakultatif anaerob, fermentatif, bentuk sel batang dengan ukuran panjang antara 2-3 µm, menghasilkan katalase dan oksidase dan bergerak dengan satu flagella pada ujung sel (Austin, 1988). Pencemaran limbah dalam suatu perairan mempunyai hubungan dengan jenis dan jumlah mikroorganisme dalam perairan tersebut. Air buangan kota dan desa yang berpenduduk padat tidak hanya meningkatkan pertumbuhan bakteri koliform akan tetapi juga meningkatkan jumlah bakteri patogen seperti Salmonella, Shigella dan Vibrio cholera (Shuval, 1986). Identifikasi Vibrio Cholerea
4
Infeksi pada luka mungkin ringan tetapi sering berlanjut dengan cepat (setelah beberapa jam), dengan perkembangan lesi kulit bullous, selulitis, dan miositis dengan nekrosis. Karena cepatnya kemajuan dari infeksi, maka diperlukan pengobatan antibiotic sesuai sebelum konfirmasi dengan kultur didapat. Diagnose didapat melalui kultur organisme pada media laboratorium standar (Jawetz, dkk. 2003). Secara umum, morfologi atau struktur tubuh dari bakteri Vibrio bila diisolir dari faeces penderita atau dari biakkan yang masih muda adalah batang bengkok seperti koma, tetapi akan berbentuk batang lurus bila diambil atau didapat dari biakan yang sudah tua. Mempunyai sifat Gram negatif dengan ukuran 1 – 3 x 0,4 – 0,6 µm tetapi ada beberapa literatur yang mengatakan bahwa Vibrio berukuran panjang (1,4 – 5,0) µm dan lebar (0,3 – 1,3) µm. Berdasarkan pengamatan visual terhadap bakteri pathogen spesies Vibrio, maka bakteri ini dapat dibedakan berdasarkan warna, bentuk, dan ukuran koloni yang tumbuh pada media TCBS agar setelah masa inkubasi 24 - 48 jam pada suhu kamar (30°C). TCBS adalah media yang lebih dianjurkan untuk kultur tinja, dimana sebagian besar galur menghasilkan koloni-koloni yang berwarna biru-hijau (sukrosa negatif). (Jawetz, dkk. 2005). Bakteri Vibrio adalah jenis bakteri yang dapat hidup pada salinitas yang relatif tinggi. Menurut Rheinheiner (1985) cit. Herawati (1996), sebagian besar bakteri berpendar bersifat halofil yang tumbuh optimal pada air laut bersalinitas 20-40‰. Bakteri Vibrio berpendar termasuk bakteri anaerobic fakultatif, yaitu dapat hidup baik dengan atau tanpa oksigen. Bakteri Vibrio tumbuh pada pH 4 - 9 dan tumbuh optimal pada pH 6,5 - 8,5 atau kondisi alkali dengan pH 9,0 (Baumann et al., 1984 cit. Herawati, 1996). Vibrio vulnificus merupakan bakteri yang relatif baru dalam identifikasinya sebagai bakteri yang patogen bagi manusia. Bakteri ini ditemukan sebagai patogen di tiram pada tahun1976 dan kasus infeksi pertama pada manusia olehVibrio vulnificus didokumentasikan pada tahun1979. bakteri ini hidup dengan memfermentasi laktosa baik dalam keadaan aerobik maupun anaerobik dan tergolong jenis parasit oportunistik. Walaupun infeksi Vibrio vulnificus tergolong cukup berbahaya, namun infeksi oleh bakteri ini tidak pernah terjadi secara meluas. Kasus-kasus inveksi oleh Vibrio vulnificus ditemukan secara sporadik di daerah-daerah pantai Amerika Serikat, New Zealand, dan Jepang. Infeksi Vibrio vulnificus di Identifikasi Vibrio Cholerea
5
Amerika Serikat 95% terjadi saat laut hangat antara Bulan Mei dan Oktober.( http://rengkiik08.blogspot.com/2011/01/deteksi-bakteri-vibrio-pada-kerang-laut.html) 1. Klasifikasi vibrio sp Kingdom
: Bacteria
Phylum
: Proteobacteria
Class
: Gamma Proteobacteria
Order
: Vibrionales
Family
: Vibrionaceae
Genus
: Vibrio
2. Morfologi dan Identifikasi Secara umum, morfologi atau struktur tubuh dari bakteri Vibrio bila diisolir dari faeces penderita atau dari biakkan yang masih muda adalah batang bengkok seperti koma, tetapi akan berbentuk batang lurus bila diambil atau didapat dari biakan yang sudah tua. Mempunyai sifat Gram negatif dengan ukuran 1 – 3 x 0,4 – 0,6 µm tetapi ada beberapa literatur yang mengatakan bahwa Vibrio berukuran panjang (1,4 – 5,0) µm dan lebar (0,3 – 1,3) µm. 3. Biakan Vibrio membentuk koloni yang konvek, halus dan bulat, opak dan bergranula pada sinar cahaya. Kuman ini bersifat oksidasi (+). Bersifat aerob dan tumbuh pada media sederhana (biasa). pH optimum 7,8 – 8,0 dan tumbuh subur pada pH 9,2, tetapi dapat cepat di bunuh oleh asam. Oleh karena itu biakan yang mengandung karbohidrat yang dapat di ragikan dengan cepat menjadi steril. Maksud dari pH alkalis adalah agar kuman – kuman Identifikasi Vibrio Cholerea
6
enteric
yang
lain
tidak
dapat
tumbuh
pada
suhu
optimum
37,5 0C.
(Jawetz, dkk. 2005). Dari hasil penelitian terhadap isolat bakteri Vibrio sp, ditemukan enam spesies bakteri patogen Vibrio sp, yaitu : a. Vibrio Anguillarum Mempunyai ciri-ciri warna putih kekuning-kuningan, bulat, menonjol dan berkilau. Karakteristik biokimia adalah mempunyai sifat fermentatif, katalase, oksidase, glukosa, laktosa, sellobiosa, galaktosa dan manitol positif. Sedangkan methyl red dan H2S negatif. b. Vibrio alginolyticus. Mempunyai ciri-ciri berwarna kuning, diameter 3-5 mm. Karakteristik biokimia adalah mempunyai sifat fermentatif, katalase, oksidase, methyl red dan H2S, glukosa, laktosa, dan manitol positif. Sedangkan sellobiosa, fruktosa, galaktosa negatif. c. Vibrio cholera Mempunyai ciri-ciri yaitu berwarna kuning, datar, diameter 2-3 mm, warna media berubah menjadi kuning. Karakteristik biokimia adalah mempunyai sifat fermentatif, katalase, oksidase, methyl red dan H2S, glukosa, laktosa, galaktosa dan manitol positif. Sedangkan sellobiosa, fruktosa, bersifat negatif. d. Vibrio salmonicida Mempunyai ciri-ciri berwarna bening, diameter < 1 mm, bulat, menonjol dan utuh. Karakteristik biokimia adalah mempunyai sifat fermentatif, katalase, oksidase, glukosa positif. Sedangkan methyl red, H2S, laktosa, galaktosa, manitol, sellobiosa, fruktosa, bersifat negatif. e. Vibrio vulnificus. Mempunyai ciri-ciri berwarna biru sampai hijau, diameter 2-3 mm. Karakteristik biokimia adalah mempunyai sifat fermentatif, katalase, oksidase, methyl red dan H2S glukosa, sellobiosa, fruktosa, galaktosa dan manitol positif. Sedangkan, laktosa bersifat negatif. f. Vibrio parahaemolyticus. Mempunyai ciri-ciri berwarna biru sampai hijau, diameter 3- 5 mm, dipusat koloni berwarna hijau tua. Karak-teristik biokimia adalah mempunyai sifat fermentatif, katalase, oksidase, glukosa, laktosa, galaktosa dan manitol positif. Sedangkan sellobiosa, fruktosa, methyl red dan H2S bersifat negatif. Vibrio parahaemolyticus (Vp) merupakan bakteri halofilik Gram negatif.Bakteri ini tumbuh pada kadar NaCl optimum 3%, kisaran suhu 5 – 43°C,pH 4.8 – 11 dan aw 0.94 – 0.99.Pertumbuhan berlangsung Identifikasi Vibrio Cholerea
7
cepat pada kondisi suhu optimum (37°C) dengan waktu generasi hanya 9–10 menit.Seafood yang merupakan produk hasil laut, memberikan semua kondisi yang dibutuhkan oleh Vp untuk tumbuh dan berkembang biak: keberadaan garam, nutrien yang baik serta pH dan aw yang cocok sehingga Vp sering terdapat sebagai flora normal di dalam seafood. Mereka terkonsentrasi dalam saluran pencernaan moluska, seperti kerang, tiram dan mussel yang mendapatkan makanannya dengan cara mengambil dan menyaring air laut .Strain Vp patogen merupakan penyebab penyakit gastroenteritis yang disebabkan oleh produk hasil laut ( seafood ), terutama yang dimakan mentah, dimasak tidak sempurna atau terkontaminasi dengan seafood mentah setelah pemasakan. Gastroenteritis berlangsung akut, diare tiba-tiba dan kejang perut yang berlangsung selama 48 – 72 jam dengan masa inkubasi 8 – 72 jam. Gejala lain adalah mual, muntah, sakit kepala, badan agak panas dan dingin. Pada sebagian kecil kasus, bakteri juga menyebabkan septisemia. Sejak tahun 1997, jumlah kasus Kejadian Luar Biasa (KLB) yang disebabkan oleh Vp meningkat secara tajam di berbagai kawasan dunia.Terjadinya KLB ini telah teridentifikasi disebabkan oleh konsumsi seafood terutama tiram ( oyster ) mentah yang terkontaminasi oleh Vp.Sejak tahun 1997 tersebut, maka seafood terutama tiram dianggap sebagai jenis pangan yang penting diwaspadai dari aspek keamanan pangan.Strain Vp patogen penyebab gastroenteritis sangat beragam.Strain Vp patogen dengan serotype O3:K6 sejak tahun 1996 muncul menjadi sumber patogen baru penyebab keracunan pangan. Kasus keracunan karena Vp lebih banyak terjadi pada musim panas.Kondisi ini berkorelasi positif dengan prevalensi dan jumlah kontaminasi Vp pada sampel seafood lingkungan yang juga meningkat dengan meningkatnya suhu perairan.Tingkat salinitas air laut juga berpengaruh pada tingkat kontaminasi. Teknik analisis berpengaruh pada tingkat prevalensi dan tingkat isolasi Vp dari seafood. Untuk pengendalian tingkat kontaminasi didalam seafood, diperlukan pemilihan metode analisis yang lebih sensitifitas dengan waktu deteksi yang lebih cepat.Teknik analisis berdasarkan deteksi gen (tlh, tdh dan/atau trh) memberikan hasil yang lebih akurat untuk mendeteksi strain patogen dibandingkan dengan teknik MPN-konvensional yang berdasarkan pada reaksi biokimiawi. Pada sampel seafood dari lingkungan dan pasar ritel, Vp patogen hanya Identifikasi Vibrio Cholerea
8
terdeteksi dalam jumlah rendah (<100 sel per-gram).Prevalensi dan tingkat kontaminasi Vp dalam sampel seafood lingkungan dan pasar ritel juga seringkali jauh lebih kecil dari batas maksimum Vp yang diijinkan FDA didalam seafood yang akan dijual (104 sel per-gram).Kondisi ini juga terjadi pada sampel yang diambil selama terjadinya. 4. Media Perbenihan Vibrio sp Tumbuh mudah pada media biasa, dengan situasi aerob, dengan suhu optimum 36o,non lactose fermentative (Soemarno, 2000) Media yang sering digunakan adalah sebagai berikut : 1) Media pemupuk : alkalis pepton Tumbuh pada pH 8,4 – 9, 2 tumbuh sesudah 6 – 18 jam dan pada permukaannyaa terlihat selaput. 2) T.C.B.S. (Thiosulfate Citrate Bile salt Sukrose) Biasanya koloni Vibrio yang tumbuh pada media ini berwarna kuning, koloni sedang besar, smooth, keping,jernih,tepinya tipis, dilingkari oleh zone berwarna kuning, ada yang koloninya berwarna hijau. Dan dari biakan ini dilakukan tes aglutunasi objek glass 3) Mac Conkey agar Koloni Vibrio yang tumbuh pada media Mac conkey berukuran kecil-kecil, tidak berwarna atau merah muda dan sedikit cembung. Beberapa test yang biasa dilakukan yaitu sebagai berikut (Soemarno, 1962). 4) TSIA Lereng : Alkali Dasar : kuning Gas 5) SIM Sulfur
: (+) positif : (-) negatif
indol
: (+/-) positif/negatif
motility
: Aktif
6) SC 7) Oxidase test 8) Glucose OF
: (+/-) positif/negative : (+) positif : Fermentative Identifikasi Vibrio Cholerea
9
9) String test 10) Catalase test
: (+) positif : (-) negative
5. Patogenitas
Dalam keadaan alamiah, kuman ini hanya pathogen terhadap manusia, tetapi secara eksperimen dapat menginfeksi binatang. Kuman ini tidak dapat menyebabkan bakteriemi, tetapi tetap terlokalisasi dalam saluran pencernaan. Kuman ini berkembangbiak dalam usus dengan mengelurkan endotoksin sehingga menyebabkan diare yang encer. Proses ini dapat dibuktikan dengan pemberian vibrosidal antibody. Bila terjadi dehidrasi maka di berikan cairan elektrolit. Imunitas pasif dapat dilakukan denghan memberikan vibriocidal antibody dan vibriotidal antitoksin dapat mengutangi pengeluaran cairan tanpa mematikan kuman.(Soemarno, 2000) 6. Gejala klinis Gejala penyakit timbul secara mendadak berupa nausea, muntah, diare dan kejang perut. Muntah dan diarrehnya sangat sering sehingga penderita kehilangan banyak cairan (10 – 12 liter hari) dan eletrolit yang menyebabkan dehidrasi. Keadan ini dapat menyebabkan kematian dalam beberpa jam sampai beberapa hari dari permulaan penyakitnya. Bakterinya terdapat dalam feses dan muntahan penderita, yang berbahaya bagi penularan. Feces penderita masih mengandung bakterinya 7 – 14 hari setelah sembuh dari penyakitnya. Mantan penderita dapat menjadi karier yang sangat berbahaya bagi penularan. (Entjang, 2003) 7. Pemeriksaan Laboratorium
Sampel feses, rectal swab atau muntahan penderita harus dapat diperiksa dalam waktu 24 (dua puluh empat) jam dari permulaan penyakitnya. Bakteri dapat dilihat dengan mikroskop dark field untuk melihat gerak bakteri atau ditananm dalam perbenihan agar empedu-sukrosa.(Entjang, 2003) 8. Pengobatan Identifikasi Vibrio Cholerea
10
Pada penderita yang terpenting adalah mengganti cairan dengan elektrolit yang hilang bersama muntah dan diarre. Karena itu penderita harus segera mendapatkan infuse yang sebelumnya diberi larutan gula-garam sebanyak-banyaknya.(Entjang, 2003) Pemberian antibiotic tetrasiklin yang dapat mempersingkat masa pemberian caira atau rehirdasi. Sedangkan pada Vibrio parahaemolyticus adalah dengan pemberian antibiotika kloramfenikol, kanamisin, tetrasiklin, dan sefalation. 9. Pencegahan dan Pengendalian Menjaga kebersihan makanan dan minuman. Perbaikansanitasi lingkungan, terutama perbaikan penyediaan air untuk keperluan rumah tangga. Penderita harus diisolasi, feces dan muntahan penderita harus di desinfeksi untuk mencegah penyebaran penyakit (wabah). Skema OPerasional Sampel air air sumur Banta-bantaeng
Dipipet 10 mL
Air Pepton Inkubasi, 37 0C, 24 jam Media Selektif
Media TCBSA
Sedang-besar Warna kuning jernih Smooth Keping
Pewarnaan Gram
Media Mc.Conkey
Kecil-kecil Cembung Tdk berwarna-merah muda Smooth
Identifikasi Vibrio Cholerea
11
Inkubasi ,37 0 C 24 jam
Uji Biokimia
BAB III METODE KERJA 3.1.
WAKTU DAN TEMPAT
Praktikum bakteriologi mengenai identifikasi dan cara-cara identifikasi bakteri Identifikasi Proteus yang dilaksanakan hari Jumat, 6 Desember
2013 pukul 09.00-12.00 WITA.
Bertempat di Laboratorium Mikrobiologi Poltekkes kemenkes Makassar jurusan analis kesehatan. 3.2.
ALAT
Alat yang digunakan pada pemeriksaan ini adalah sebagai berikut : A. Pengambilan sampel Pot/wadah sampel Label Kecil B. Isolasi/Penanaman Centrifuge Rak + tabung reaksi Inkubator Tabung centrifuge Ose Bunsen Pipet tetes Kertas pembungkus media
Identifikasi Vibrio Cholerea
12
C. Identifikasi Mikroskop Ose Nall Rak Tabung Objek glass Lampu Spiritus dan korek api Bak pewarnaan 3.3. BAHAN Bahan yang digunakan pada percobaan ini: A. Pengambilan sampel Sampel yang digunakan adalah air laut B. Isolasi 1) Media pemupuk Air pepton 2) Media Selektif TCBS (Thio Sulfat Citrate Bile Sucrosa) C. Identifikasi Media differensial TSIA (Triple Sugar Iron Agar) Untuk Uji biokimia pada deretan gula-gula : Glukosa Laktosa Sukrosa Maltosa Mannitol SIM (Sulfur Indol Motility) SCA (Simmon Citrat Agar) MR-VP Urea Untuk Pewarnaan CGV (Carbol Gentian Violet) Lugol Alcohol 96% Safranin 3.4. Cara Isolasi Dan Identifikasi A. Hari I 1) Penanaman pada Media Pemupuk a. Sampel air laut dipipet 1 mL masuk ke dalam media air pepton b. Lalu diinkubasi selama 24 jam, 37 0 C. B. Hari II a. Diamati pertumbuhan pada media Air Pepton Identifikasi Vibrio Cholerea
13
b. Lalu dilakukan pewarnaan gram c. Kemudian digores pada media TCBS d. Diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37 0 C C. Hari III a. Diamati dan dicatat hasil dari media TCBS b. Dilakukan pewarnaan gram c. Koloni yang tersangka di tanam pada media Uji biokimia (deret gula, TSIA, SIM, SCA, MR-VP, Urea) D. Hari IV a. Diamati dan dicatat hasil dari uji biokimia yang dilakukan kemudin dicocokkan dengan tabel uji biokimia serta ciri-cirinya.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pengamatan 4.1 HASIL PENGAMATAN A. HARI I : 1. Penanaman pada media pemupuk :
Terjadi kekeruhan
2. Pemeriksaan mikroskopik
Basil bengkok gram Negatif (-)
Identifikasi Vibrio Cholerea
14
B. Hari II Hasil penanaman pada media TCBS
Koloni sedang-kecil, smooth, cembung, warna kuning C. Hari III Pengamatan dari uji biokimia
Glukosa = (+) Maltosa = (-) Laktosa = (-/+) Mannitol = (-) Sukrosa = (+) Fruktosa = (+)
Media urea = (- )
SIM Mot = (+) S = (-) Indol =(-)
Identifikasi Vibrio Cholerea
15
Media VP = (-), tidak terjadi perubahan
Media MR = (+), terjadi perubahan
4.2.
Pembahasan
Pada pengamatan di media air pepton terjadi kekeruhan ini menandakan bahwa adanya pertumbuhan bakteri pada media tersebut setelah diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37
0
C. Kemudian dilanjutkan penanaman pada media selektif yaitu media TCBSA dengan ciri koloni sedang-besar, berwarna kuning, jernih, smooth keping, tepinya tipis, dilingkari zone yang berwarna kuning, ada juga koloni yang berwarna hijau. Sedangkan pada media mac.conkey dengan ciri-ciri koloni kecil-kecil, sedikit cembung, tidak berwarna atau merah muda. Dari koloni yang tersangka dilanjutkan dengan melakukan penanaman pada media uji biokimia. Hasil uji biokimia dari bakteri Vibrio antara lain adalah hasil positif pada uji oksidase dan katalase. Pada uji indol Vibrio menunjukan hasil positif dan bersifat motil. Selain itu, pada uji fermentasi sukrosa dan manitol bakteri Vibrio juga memberi hasil positif yaitu dapat melakukan fermentasi sukrosa dan manitol, namun pada uji laktosa didapat hasil negatif yaitu tidak dapat memfermentasikan laktosa. Sementara itu, bila diujikan pada media Triple Sugar Iron Agar (TSIA), hasil yang muncul adalah bagian atas (slant) menunjukan warna merah yang berarti bersifat basa, dan bagian bawah (butt) berwarna kuning yang berarti bersifat asam, dan tidak terbentuk H2S. Uji lisin dekarboksilasi terhadap Vibrio juga menunjukkan Identifikasi Vibrio Cholerea
16
hasil positif berupa warna ungu, uji NaCl 0% memberi hasil positif berupa kekeruhan yang tinggi, NaCl 6% dengan hasil bervariasi, dan NaCl 8 % dengan hasil negatif (kekeruhan rendah). Pada uji arginin dihidrolase dan esculin hidrolisis Vibrio akan memberikan hasil negatif, sedangkan pada uji ornitin dekarboksilase Vibrio akan memberi hasil positif.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan Dari hasil praktikum diatas dapat disimpulkan bahwa pada sampel air sumur Bantabantaeng terdapat bakteri vibrio cholera berdasarkan hasil dari uji biokimia yang telah dicocokkan dengan tabel uji biokimia yang mempunyai ciri-ciri yang mendekati. 5.2. Saran Pada saat penanaman dilakukan,praktikan harus memperhatikan kesterilan tempat penanaman dan juga kesterilan alat yang digunakan agar tidak terjadi kontaminasi pada media dan dalam melakukan pemeriksaan pada specimen, perlu memperhatikan prosedur kerja tetap identifikasi bakteri Vibrio, agar hasil identifikasi yang diperoleh murni dari satu genus bakteri yang diinginkan.
Identifikasi Vibrio Cholerea
17