Tugas Kelompok Kelompok Keperawatan Keperawatan Anak “
”
Konsep Komunikasi pada Anak, Pendekatan Teori Model pada Anak Dosen Pengampu : Kili Astarani.,S.Kep.,Ns.,M.Ke Astarani.,S.Kep.,Ns.,M.Kess
Penyusun : 1. Diana Puspadari
(01.2.16.00532) (01.2.16.00532)
2. Novita Purwiningsih
(01.2.16.005) (01.2.16.005)
3. Widya Wati
(01.2.16.00563) (01.2.16.00563)
4. Yesika Margiana
(01.2.16.005) (01.2.16.005)
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RS. BAPTIS KEDIRI PRODI KEPERAWATAN STRATA 1 TAHUN AKADEMIK 2017/2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga karya makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya. Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi kami dan para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah menambah isi makalah ini agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami. Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Kediri ,14 Maret 2018 Penyusun
DAFTAR ISI BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
Komunikasi pada anak merupakan bagian penting dalam membangun kepercayaan diri kita dengan anak. Melalui komunikasi akan terjalin rasa percaya, rasa r asa kasih sayang, s ayang, dan selanjutnya anak akan merasa memiliki suatu pengharapan pada dirinya. Banyak ahli komunikasi memberikan pengerian tentang komunikasi seperti komunikasi merupakan pengiriman atau tukar menukar informasi , ide atau informasi yang disampaikan. Melalui pengertian tersebut terdapat istilah pertukaran informasi yang berarti dalam komunikasi melibatkan lebih dari satu orang dalam menyampaikan informasi, atau ide yang ada. Kemudian dalam praktik keperawatn istilah komunikasi sering digunakan pada aspek pemberian terapi pada klien, sehingga istilah komunikasi banyak dikaitkan dengan istilah terapeutik atau dikenal dengannama komunikasi terapeutik yang menurut Stuart dan Sundeen tahun 1987 merupakan suatu cara untuk membina hubungan yang terapeutik yang diperlukan
untuk
pertukaran
mempengaruhi perilaku orang
informasi
dan
perasaan,
yang
dapat
lain, mengingat keberhasilan tindakan
keperawatan tergantung pada proses komunikasi. Sedangkan secara umum komunikasi anak merupakan proses pertukaran informasi yang disampaikan oleh anak kepada oarang lain dengan harapan orang yang diajak dalam pertukaran informasi tersebut mampu memenuhi kebutuhannya. Dalam tinjauan tersebut mampu memenuhi kebutuhannya. Dalam tinjauan ilmu keperawatan anak, anak merupakan seseorang yang membutuhkan khusus anak yang dapat dipenuhi dengan cara komunikasi baik secara verbal maupun nonverbal yang dapat menumbuhkan kepercayaan pada anak sehingga tujuan komunikasi dapat tercapai.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.2.1
Komponen dalam Komunikasi
1.2.2
Sikap dalam Komunikasi
1.3 TUJUAN
1.3.1
Menjelaskan Komponen dalam Komunikasi
1.3.2
Menjelaskan Sikap dalam Komunikasi
1.4 MANFAAT
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Keperawatan Anak dan juga lebih memahami tentang Konsep Komunikasi pada Anak dan Teori pendekatan Model pada Anak.
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Komponen dalam Komunikasi
Komunikasi dapat terjadi bila prosesnya dapat berjalan dengan baik. Proses komunikasi yang dimaksud di sini adalah pengiriman pesan (informasi), penerus pesan, pesan itu sendiri, media, dan umpan balik. Proses tersebut merupakan suatu komponen dalam komunikasi yang satu dengan lainnya saling berhubungan, di antara komponen dalam komunikasi adalah sebagai berikut : a. Pengirim pesan Pengirim pesan disini adalah dapat individu dalam hal ini adalah anak, keluarga atau kelompok yang melaksanakan komunikasi baik dengan individu (anak) ataupun kelompok lain. Pengirim pesan disini adalah seseorang atau sumber pesan yang dikomunikasikan. Pengiriman pesan di sini
adalah seseorang atau sumber pesan yang memberikan
informasi atau ide yang disampaikaan. Pada praktik keperawatan pengiriman pesan komunikasi dapat terjadi antara anak dengan perawat, dokter atau petugas kesehatan lainnya serta orang tua. b. Penerima pesan Penerima pesan merupakan orang yang menerima berita atau lambang dapa berupa klien (anak), keluarga atau masyarakat. Penerima pesan dalam praktik keperawatn anak adalah anak itu sendiri dan juga bisa orang tua, mengingat dalam keperawatan anak orang tua itu termasuk salah satu komponen dalam pemberian asuhan keperawatan dan terlibat secara langsung. c. Pesan Pesan merupakan berita yang sampaikan oleh pengirim pesan melalui lambang pembicara, gerakan ataupun sikap. Pesan ini dapat berupa berbagai informasi tentang masalah kesehatan anak atau informasiinformasi yang membantu kepercayaan diri anak.
d. Media Merupakan sarana tempat berlakunya lambang saluran yang dapat meliputi suara dan lambang itu sendiri. Media dalam komunikasi pada anak ini sangat beragam seperti suara, atau beberapa hal yang dapat memudahkan dalam penerimaan pesan khususnya pada anak seperti berupa gambar atau permainan secara konkret dan menarik bagi anak. e. Umpan balik Merupakam bagian proses komunikasi yang dpaat digunakan sebagai
alat
Komponen
pencapaian ini
pesan/informasi
merupakan
evaluasi
ynag
telah
tercapainnya
disampaikan.
informasi
yang
disampaikan pada anak, mengingat dalam komunikasi dengan anak sering menemukan kesulitan dlam proses umpan balik karena anak merasa ketakutan atau adanya dampak dari hospitalisasi.
2.2 Sikap dalam Komunikasi
Sikap dalam komunikasi merupakan salah satu unsur penting dalam membangun efektivitas dari proses komunikasi, dengan sikap yang baik proses komunikasi dapat berjalan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang ada. Menurut Egan tahun 1995 dikutip Kozier dan Erb tahun 1983 menyampaikan baik secara verbal yang dapat meliputi: a. Sikap berhadapan Berhadapaan merupakan bentuk sikap dimana seseorang langsung bertatap muka atau berhadapan langsung dengan anak (seseorang yang diajak komunikasi), sikap ini mempunyai arti bahwa komunikator siap untuk berkomunikasi. b. Sikap mempertahankan kontak Mempertahankan kontak mata merupakan kegiatan yang bertujuan menghargai klien dan mengatakan adanya keinginan untuk tetap berkomunikasi
dengan
cara
selalu
memperhatikan
apa
yang
diinformasikann atau disampaikan dengan tidak melakukan kegiatan yang dapat mengalihkan perhatian dengan lainnya.
c. Sikap membungkut kearah pasien Sikap ini merupakan bentuk sikap dengan memperhatkan posisi yang menunjukkan keinginan untuk mengatakan atau mendengar sesuatu dengan cara membungkuk sedikit kearah klien. Cara ini dilakukan menjaga komunikasi berjalan sesuai dengan yang diharapkan. d. Sikap terbuka Sikap ini merupakan bentuk sikap dengan memberikan posisi kaki tidak melibat, tangan menunjukkan keterbukaan untuk berkomunikasi yang selama proses konikasi sehingga proses keterbukaan diri dalam komunikasi dapat dilaksanakan. e. Sikap tetap releks Merupakan sikap yang menunjukkan adanya keseimbangan antara ketegangan dan relaksasi dalam memberi respons pada klien selam komunikasi. Sikap ini sangat diperlukan sehingga saling memberikan berbagai informasi yang diharapkan tanpa adanya adanya sebuah paksaan. Selain beberapa sikap yang ada masih ada beberapa sikap nonverbal selama komunikasi yang juga masuk dalam kategori sikap, seperti :1) gerakan mata, gerakan mata ini digunakan dalam memberikanperhatian. Gerakan mata merupakan cara interaksi yang tepat, mengingat proses pendidikan dan sosialisasi anak dapat terwujud pada kontak mata. 2) ekspresi muka, sikap ini termasuk bahasa nonversal yang banyak dipengaruhi oleh budaya. Percaya atau tidak dapat interaksi yang mendasar karena dengan sentuhan dapat memperhatikan perasaan menerima dan mengahargai. Ikatan kasih sayang ditentukan oleh pendengaran atau suara. Sentuhan merupakn elemen penting dalam pembentukan ego, perasaan dan kemandirian. Pada komunikasi dengan anak sentuhan merupakan alat yang sangat penting karena sebagai alat komunikasi dalam memperlihatkan kehangatan, kasih sayang, yang ada pada kemudian hari (dewasa) dapat mengembangkannya. 2.3 SIKAP KOMUNIKASI TERAPEUTIK
Sikap komunikasi terapeutik merupakan cara berperilaku seseorang selama dalam komunikasi yang dapat memberikan dampak terapi psikologis, sehingga masalah- masalah psikologis anak dapat teratasi. Dalam praktik keperawatan sikap komunikasi terapeutik itu terdiri dari : Sikap Kesejatian Kesejatian
Merupakan sikap dalam pengiriman pesan pada anak menunjukkan tentang gambaran diri kita sebenarnya, sikap yang dimaksud antara lain menghindari membuka diri yang terlalu dinisampai dengan klien (anak) menunjukkan kesiapan untuk berespons positif terhadap keterbukaan, sikap kepercayaan yang digunakan untuk menum- buhkan rasa percaya kita dengan anak dan harus lebih terbuka, sikap menghindari membuka diri terlalu dini dalam rangka manipulasi sikap dengan memberikan nasihat atau mempengaruhi klien (anak) untuk mendapatkan apa yang menjadi tujuan kita dalam komunikasi. Sikap Empati
Merupakan bentuk sikap dengan cara menempatkan diri kita pada posisi anak dan orang tua. Sikap empati ini dapat ditunjukkan dengan mendegarkan apa yang disampaikan oleh komunikan dengan maksud dimengerti, mengatakan pada diri komunikan bahwa kita ingin mendengar apa darinya, menyampaikan respons empati seperti keakuratan, kejelasan, kehangatan, dan menunjukkan empati secara verbal. Sikap Hormat Merupakan
bentuk
sikap
yang
menunjukkan
adanya
suatu
kepedulian/perhatian. rasa suka dan menghargai klien. Sikap Hormat
Dalam komunikasi ini dapat ditunjukkan dengan melihat kearah klien saat berkomunikasi, memberikan perhatian yang tidak terbagi dalam komunikasi, memelihara kontak mata dalam komunikasi, senyum pada saat yang tepat, bergerak kearah klien saat komunikasi, menentukan sapaan saat
komunikasi, melakukan jabatan tangan atau sentuhan yang lembut dengan izin komunikan. Sikap Konkret
Merupakan bentuk sikap dengan menggunakan terminologi yang spesifik dan bukan abstrak pada saat komunikasi dengan klien. Sikap konkret dapat ditunjukkan dengan menggunakan sesuatu yang nyata seperti menunjukkan pada hal yangnyata, melalui orang ketiga dalam hal ini adalah orang tua dan dapat menggunakan alat bantu seperti gambar, mainan, dan lain-lain. 2.4 KOMUNIKASI DENGAN ANAK BERDASARKAN USIA TUMBUH KEMBANG Usia Bayi (0-1 tahun)
Komunikasi pada bayi yang umumnya dapat dilakukan adalah dengan melalui gerakan-gerakan bayi,gerakan tersebut sebagai alat komunikasi yang efektif, di samping itu komunikasi pada bayidapat dilakukan secara nonverbal.Perkembangankomunikasi pada bayi dapat dimulai dengan kemampuan bayi untuk melihat sesuatu yang menarik, ketika bayi digerakan maka bayi akan berespons untuk membuat suara-suara yang dikeluarkan oleh bayi. Perkembangan komunikasi pada bayi tersebut dapat dimulai pada usia minggu ke delapan di mana bayi sudah mampu untuk melihat objek atau cahaya, kemudian pada minggu kedua belas bayi sudah mulai melakukan tersenyum. Pada usia ke enam belas bayi sudah mulai menolehkan kepala pada suara yang asing bagi dirinya. Pada pertengahan tahun pertama bayisudah mulai mengucapkan kata kata awal seperti ba-ba, da da, dan lain-lain dan pada bulan ke sepuluh bayi sudah bereaksi terhadap panggilan terhadap namanya, mampu melihat beberapa gambar yang terdapat dalam buku, pada akhir tahun pertama sudah mampu melakukan kata kata yang spesifik antara dua atau tiga kata.
Selain melakukan komunikasi seperti diatas terdapat cara komunikasi yang efektif pada bayi yakni dengan cara menggunakan komunikasi nonverbal dengan teknik sentuhan seperti mengusap, mengendong, memangku, dan lain-lain. Usia Todler dan Prasekolah Prasekolah (1-2,5 tahun, 2,5-5 tahun)
Perkembangan komunikasi pada usia ini dapat ditunjukkan dengan perkembangan bahasa anak dengan kemampuan anak sudah mampu memahami kurang lebih sepuluh kata, pada tahun ke dua sudah mampu 200300 kata dan masih terdengar kata-kata ulangan. Pada anak usia ini khususnya usia 3 tahun anak sudah mampu menguasai sembilan ratus kata dan banyak kata-kata yang digunakan seperti mengapa apa, kapan, dan sebagainya. Komunikasi pada usia tersebut sifatnya sangat egosentris,rasa ingin tahunya sangat tinggi, inisiatifnya tinggi, kemampuan bahasa mulai mening mudah merasa kecewa dan rasa bersalah karena tuntutan tinggi, setiap komunikasi harus berpusat pada dirinya, takut terhadap ketidaktahuan dan perlu diingat bahwa pada usia ini anak masih belum fasih dalam berbicara. (Behrman,1996). Pada usia ini cara berkomunikasi yang dapat dilakukan adalah dengan memberi tahu apa yang teriadi pada dirinya, memberi kesempatan pada mereka
untukmenyentuh
alat
pemeriksaan
yang
akan
digunakan,
menggunakan nada suara, bicara lambat, jika tidak dijawab harus diulang lebihjelas dengan pengarahan yangsederhana, hindarkan sikap mendesak untuk dijawab seperti kata-kata jawab dong mengalihkan aktivitas saat komunikasi, memberikan mainan saat komunikasi dengan maksud anak mudah diajak komunikasi, mengatur jarak interaksi di mana kita dalam berkomunikasi dengan anak sebaiknya mengatur jarak, adanya kesadaran diri di mana kita harus menghindari konfrontasi langsung duduk yang terlalu dekat dan berhadapan. Secara nonverbal kita selalu memberi dorongan penerimaan dan persetujuan jika diperlukan, jangan sentuh anak tanpa disetujui dari anak, salaman dengan anak merupakan cara untuk
menghilangkan perasaan cemas, menggambar, menulis atau bercerita, dalam menggali perasaan dan fikiran anak disaat melakukan komunikasi. Usia Sekolah (5-11 tahun)
Perkembangan komunikasi pada anak usia ini dapat dimulai dengan kemampuan anak mencetak, menggambar, membuat huruf atau tulisan yang besar dan apa yang dilaksanakan oleh anak mencerminkan pikiran anak dan kemampuan anak membaca di sini sudah dapat mulai, pada usia kedelapan anak sudah mampu membaca dan sudah mulai berpikir terhadap kehidupan. Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia sekolah ini adalah tetap masih memperhatikan tingkat kemampuan bahasa anak yaitu gunakan kata sederhana yang spesifik, jelaskan sesuatu yang membuat ketidakjelasan pada anak atau sesuatu yang tidak diketahui, pada usia ini keingintahuan pada aspek fungsional dan prosedural dari objek tertentu t ertentu sangat tinggi maka ma ka jelaskan arti fungsi dan prosedurnya, maksud dan tujuan dari sesuatu yang ditanyakan secara jelas dan jangan menyakiti atau mengancam sebab ini akan membuat anak tidak mampu berkomunikasi secara efektif. Usia Remaja (11-18 tahun)
Perkembangan komunikasi pada usia remaja ini ditunjukkan dengan kemampuan berdiskusi atau berdebat dan sudah mulai berpikir secara konseptual, sudah mulai menunjukkan perasaan malu, pada anak usia ini sering kali merenung kehidupan tentang masa depan yang direfleksikan dalam komunikasi. Pada usia ini pola pikir sudah mulai menunjukan kearah yang lebih positif terjadi konseptualisasi mengingat masa ini adalah masa peralihan anak menjadi dewasa. Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia ini adalah berdiskusi atau curah pendapat pada teman sebaya, hindari beberapa pertanyaan yang dapat menimbulkan rasa malu dan jaga kerahasiaan dalam komunikasi mengingat awal terwujudnya kepercayaan anak dan merupakan masa transisi dalam bersikap dewasa.
2.5 Teknik Komunikasi Kreatif pada Anak
Komunikasi dengan anak merupakan sesuatu yang penting dalam menjaga hubungan dengan anak, melalui komunikasi ini pula perawat dapat memudahkan mengambil berbagai data yang terdapat pada diri anak yang selanjutnya digunakan dalam penentuan masalah keperawatan atau tindakan keperawatan. Beberapa cara yang dapat digunakan dalam berkomunikasi dengan anak. Menurut Whaley dan Wong’s (1995), teknik komunikasi kreatif pada anak, yaitu: a. Teknik Verbal (1)Pesan “Saya”; Nyatakan
perasaan
tentang
perilaku
dalam
istilah
“Saya”.
Hindari
penggunaan “Anda” (kamu). Pesan “Anda” adalah p erlawanan yang menghakimi dan menghasut. Contoh: Pesan “Anda” : “Anda sangat tidak kooperatif dalam menjalankan pengobatan Anda”. Pesan “Saya” : “Saya sangat memperhatikan jalannya pengobatan karena saya ingin melihat Anda menjadi lebih baik”. (2) Teknik Orang-Ketiga; Cara berkomunikasi ini pertama dilakukan oleh anak dalam menumbuhkan kepercayaan
diri
anak,
dengan
menghindari
secara
langsung
dapat
berkomunikasi dengan melibatkan orang tua secara langsung yang sedang berada di samping. Selain itu dapat digunakan dengana dengana mengomentari tentang mainan, baju yang sedang dipakainya serta lainnya, dengan catatan tidak langsung pada pokok pembicaraan. Teknik ini biasanya digunakan pada pasien infan dan toodler yaitu dengan menggunakan orang terdekat pasien. Teknik ini kurang mengancam dibandingkan dengan menanyakan pada anak secara langsung bagaimana
perasaannya, karena hal ini member kesempatan pada mereka untuk setuju atau tidak setuju tanpa merasa dibantah. Contoh: o
“Terkadang bila seseorang menderita sakit par ah, ah, ia merasa marah dan sedih karena tidak dapat melakukan yang orang lain lakukan”.
o
Tunggu dengan diam untuk mendapatkan respon atau mendorong pengulangan dengan pernyataan seperti: “Apakah anda pernah merasa mer asa demikian?”
o
Berikan anak tiga pilihan:
o
Untuk setuju dan, dengan berharap, mengekspresikan apa yang mereka rasakan., untuk tidak setuju, untuk tetap diam, dimana mungkin
mereka
mengalami
perasaan
yang
tidak
dapat
diekspresikannya pada saat itu. (3) Facilitative Responding (Respon Fasilitatif); Menfasilitasi anak adalah bagian cara berkomunikasi, melalui ini ekspresi anak atau respon anak terhadap pesan dapat diterima. Dalam menfasilitasi kita harus mampu mengekspresikan perasaan dan tidak boleh dominan, tetapi anak harus diberi respon terhadap
pesan yang disampaikan melalui
mendengarkan dengan penuh perhatian dan jangan merefleksikan ungkapan negative yang menunjukkan kesan yang jelek pada anak. Libatkan teknik mendengar dengan perhatian dan cerminkan kembali pada pasien perasaan dan isi pernyataan yang mereka ungkapkan. Respon yang dilakukan oleh perawat tidak menghakimi dan empati. Contoh: Bila anak berkata, “Saya benci datang ke rumah sakit dan disuntik” respon fasilitatifnya adalah: “Kamu merasa tidak senang ya dengan semua yang dilakukan padamu”. (4) Storytelling (bercerita) Melalui cara ini pesan yang akan disampaikan kepada anak dapat mudah diterima, mengingat mengingat anak sangat suka sekalin dengan cerita, tetapi cerita
yang disampaikan hendaknya sesuai dengan pesan yang akan disampaikan, yang dapat diekspresikan melalui tulisan maupun gambar. Gunakan bahasa anak untuk masuk ke dalam area berpikir mereka sementara menembus batasan kesadaran atau rasa takut anak. Teknik paling sederhana adalah meminta anak untuk menyebutkan cerita tentang kejadian yang berhubungan, berhubungan, seperti “berasa di rumah sakit”. Pendekatan lainnya: Tunjukkan pada anak sebuah gambar tentang kejadian tertentu, seperti seorang anak di rumah sakit dengan orang lain di suatu ruangan, dan minta mereka untuk menggambarkan situasinya; “atau” potong po tong cerita komik, buang kata-katanya, dan minta anak menambahkan pernyataan untuk ilustrasi tersebut. (5) Saling Bercerita; Tunjukkan pikiran anak dan upayakan untuk mengubah persepsi anak atau rasa takutnya dengan menceritakan kembali suatu cerita yang berbeda (pendekatan yang lebih terapeutik dibandingkan bercerita). Mulailah dengan meminta anak menceritakan sebuah cerita tentang sesuatu, ikuti dengan cerita lain yang diceritakan perawat yang hamper sama dengan cerita anak tetapi dengan perbedaan yang membantu anak dalam area masalah. Contoh: Cerita si anak anak
adalah tentang pergi ke rumah sakit dan tidak pernah
melihat orang tua mereka lagi. Cerita si perawat juga tentang anak (dengan menggunakan nama yang berbeda tetapi situasinya serupa) di rumah sakit yang orang tuanya berkunjung setiap hari (pada sore hari setelah bekerja), sampai anak tersebut merasa lebih baik dan akhirnya pulang ke rumah bersama mereka. (6) Biblioterapi; Melalui
pemberian
buku
atau
majalah
dapat
digunkan
untuk
mengekspresikan perasaa, dengan menceritakan isi buku atau majalah yang sesuai dengan pesan yang akan disampaikan kepada anak.
Digunakan dalam proses terapeutik dan suportif. Beri kesempatan pada anak untuk mengeksplorasi kejadian yang serupa dengan mereka sendiri tetapi cukup berbeda, untuk memungkinkan mereka member jarak diri darinya dan tetap berada dalam kendali. Pedoman umum untuk menggunakan biblioterapi adalah sebagai berikut: o
Kaji perkembangan emosi dan kognitif anak untuk memahami kesiapan memahami pesan dari buku.
o
Kenali isi buku (pesan yang disampaikan dan tujuannya) dan usia yang sesuai untuk buku itu.
o
Bacakan buku tersebut bila si anak tidak dapat membaca.
o
Gali makna buku itu bersama si anak dengan memintanya untuk melakukan hal-hal berikut:
o
Menceritakan kembali cerita buku itu
o
Membaca bagian khusus dengan perawat atau orangtua.
o
Melukiskan
gambar
yang
berhubungan
dengan
cerita
dan
mendiskusikan gambar tersebut. o
Membicarakan tentang karakter.
o
Meringkat moral atau arti dari cerita.
(7) Dreams (mimpi) Tunjukkan dengan sering pikiran-pikiran dan perasaan yang tidak disadari dan ditekan. Minta anak untuk menceritakan tentang mimpi atau mimpi buruk. Gali bersamanya tentang kemungkinan kemungkinan arti mimpi. (8) “What if” Questions (Pertanyaan “Bagaimana jika”); Dorong
anak
untuk
menggali
situasi
potensial
dan
untuk
mempertimbangkan pilihan pemecahan masalah yang berbeda. Contoh: “Bagaiman jika kamu sakit dan harus pergi ke rumah sakit?” Respons anak menunjukkan apa yang sudah mereka ketahui dan apa yang ingin mereka ketahui, pertanyaan ini juga member kesempatan untuk membantu anak
mempelajari keterampilan koping, terutama pada situasi yang berpotensi bahaya. (9) Three Wishes (Tiga Harapan) Ungkapan ini penting dalam berkomunikasi dengan anak, dengan meminta anak untuk menyebutkan keinginan dapat diketahui berbagai keluhan yang didapatkan, dan keinginan tersebut dapat menunjukkan perasaan dan pikiran saat itu. Libatkan pertanyaan “Bila kamu memiliki tiga hal di dunia ini, hal apa sajakah itu?” Bila anak menjawab, “Semua harapan saya menjadi kenyataan”, Tanya kepadanya harapan khusus tersebut. (10) Permainan Peringkat; Gunakan beberapa tipe skala peringkat (angka, wajah sedih, sampai senang) untuk rentang kejadian atau perasaan. Contoh: Pengganti pertanyaan bagaimana perasaan seorang remaja, tanyakan bagaimana hai-hari mereka (pada skala 1 sampai 10, dengan 10 adalah hari yang paling baik. (11) Permainan asosiasi Kata; Libatkan pernyataan kata-kata kunci dan minta anak untuk mengatakan pada kata pertama yang mereka pikirkan pada saat mereka mendengar katakata kunci tersebut. Mulailah dengan kata-kata netral dan kemudian perkenalkan kata-kata yang lebih menimbulkankecemasan, seperti penyakit, jarum suntik, rumah sakit dan operasi. Pilih kata-kata kunci yang berhubungan dengan dengan suatu kejadian yang relevan dengan kehidupan kehidupan anak. (12) Melengkapi Kalimat; Libatkan pernyataan sebagian dan minta anak untuk melengkapinya. Beberapa contoh pernyataan tersebut sebagai berikut: “Yang paling saya sukai tentang sekolah adalah…..”
“Sesuatu yang paling saya sukai tentang orang tua saya adalah…..” “Sesuatu yang paling lucu yang pernah saya sa ya lakukan adalah…..” “Salah satu yang akan saya ubah tentang keluarga saya adalah…..” “Bila saya dapat menjadi sesuatu yang saya inginkan, saya ingin menjadi…..” “Yang paling saya sukai tentang diri saya sendiri adalah…..” (13) Pros dan Cons (Pro dan Kontra/ Baik Buruknya Penggunaan teknik komunikasi ini sangat penting dalam menentukan atau mengetahui perasaan dan pikiran anak, dengan mengajukan pada situasi yang menunjukkan pilihan yang positif dan negative sesuai dengan pendapat anak. Libatkan pemilihan topic, “Berada di rumah sakit”, dan minta anak menyebutkan “lima hal yang baik dan lima hal yang buruk “tentang hal tersebut. Merupakan teknik yang dapat diterima bila diterapkan pada persahabatan, seperti seper ti sesuatu s esuatu yang disukai anggota keluarga dan yang tidak disukai satu sama lain. b. Teknik Non Verbal Verbal (1) Writing (Menulis); Merupakan pendekatan komunikasi alternative untuk anak yang lebih besar dan orang dewasa. Saran khusus mencakup mencakup teknik menulis: o
Menyimpan jurnal atau buku harian
o
Menuliskan perasaan atau pikiran yang sulit untuk diekspresikan.
o
Menulis “surat” yang tidak pernah dikirimkan (suatu variasi membuat “sahabat pena” untuk disurati.
o
Menyimpan sejumlah kemajuan anak dari titik pandang fisik dan emosional.
(2) Menggambar Merupakan salah satu bentuk komunikasi paling dapat diterima baik non verbal (dari melihat gambar) maupun verbal (dari cerita anak tentang gambar). Gambar anak menceritakan semua tentang mereka, karena gambar ini adalah
proyeksi diri mereka dari dalam. Menggambar spontan mencakup member anak bahan seni yang bervariasi dan memberikan kesempatan untuk menggambar. Menggambar dengan arahan mencakup arahan yang lebih spesifik,
seperti
“menggambar
orang”
atau
pendekatan
“tiga
tema”
(menyatakan tiga hal tentang anak untuk memilih salah satu dan melukis gambar). Pendoman mengevaluasi gambar: o
Gunakan gambar spontan dan evaluasi lebih dari satu gambar bila mungkin.
o
Interpretasi dalam pandangan informasi lain yang tersedia tentang anak dan keluarga.
o
Interpretasi gambar sebagai keseluruhan, bukan memfokuskan pada detil khusus dari gambar.
o
Pertimbangkan elemen individual dari gambar yang mungkin bermakna:
o
Jenis kelamin yang digamabr pertama biasanya berhubungan dengan persepsi anak tentang peran seksnya sendiri.
o
Ukuran figus individu mengekspresikan kepentingan, kekuatan, atau kekuasaan.
o
Pesan diman figure digambarkan mengekspresikan prioritas dalam hal kepentingan.
o
Posisi
anak
dalam
hubunganbta
dengan
anggota
keluarga
mengekspresikan perasaan tentang status atau kelompok. o
Mengesampingkan seorang anggota dapat menunjukkan perasaan tidak dimiliki atau keinginan untuk menyingkirkan.
o
Bagian-bagian yang menonjol biasanya mengekspresikan perhatian pada area-area dengan kepentingan khusus (missal: tangan yang besar menjadi tangan agresi).
o
Tidak ada atau adanya lengan lengan dan tangan yang belum sempurna menunjukkan rasa takut, kepasifan, atau imaturitas intelektual, gambar kaki yang kecil sekali, tidak stabil dapat merupakan
ekspresi rasa tidak aman, dan tangan yang tersembunyi dapat berarti perasaan bersalah. o
Penempatan gambar pada halaman dan tipe coretan berkelanjutan mengekspresikan rasa tidak aman, sedangkan gambar yang terbatas pada area kecil dan gambar seperti garis patah-patah atau garis bergelombang dapat menjadi rasa tidak aman.
o
Penghapusan, bayangan, atau garis silang mengekspresikan keraguan, perhatian, atau kecemasan terhadap area tertentu.
(3) Sulap Gunakan trik magis sederhana untuk membantu membuat hubungan dengan anak, dorong kepatuhan dengan intervensi kesehatan dan berikan distraksi efektif selama prosedur yang menyakitkan. Meskipun “tukang sulap” berbicara, tidak adanya respon verbal dari anak adalah yang diinginkan. (4) Play (Bermain) Merupakan bahasa umum dan “pekerjaan” anak. Ceritakan banyak hal tentang anak-anak, karena mereka menunjukkan jati diri mereka sendiri melalui aktivitas. Bermain spontan mencakup memberi anak berbagai materi permainan dan member kesempatan untuk bermain. Bermain dengan arahan mencakup arahan yang lebih spesifik, seperti member peralatan medis atau boneka untuk memfokuskan alas an, seperti menggali rasa takut anak terhadap injeksi atau me nggali hubungan keluarga. 2.6 Pengkajian dengan Menggunakan Media Gambar
Williams ( 1987 ) menggambarkan bermacam – bermacam – macam macam perangkat yang dapat digunakan untuk membantu dalam pengkajian nyeri pada anak. 1. Anak dapat menunjukkan pada sebuah warna yang menunjukkan nyeri dalam skala warna, misal hitam atau merah 2. Skala linear bisa juga digunakan ( pengukur nyeri atau termometer ). Anak – anak anak harus dapat mengerti skala linear dan dapat menyatakan rasa nyerinya.
3. Gambarkan tubuh manusia, anak – anak – anak anak diminta untuk menghitamkan daerah nyeri. Ini berguna bila si anak tidak dapat menjelas kan rasa nyerinya. Perangkat pengkajian lain adalah : 1. Skala linear yang digambarkan dengan kata – kata – kata. kata. Remaja dapat menggambarkan nyeri nyeri dan karenanya menggambarkan dengan kata – kata – kata kata misalnya : parah atau menyiksa dengan nyeri yang paling berat yang pernah dialami 2. Anak – Anak – anak anak dapat menunjukkan serangkaian wajah dalam rentang sedih atau tidak tenang sampai tersenyum
3. Pencatat kecepatat nyeri ( speedometer ) nyeri dapat dipergunakan, serupa dengan penggaris, tapi mengggunakan alat wajah jam atau diagram speedometer. Anak bisa menunjukkan atau menyatakan men yatakan apakah tangan menganyam atau digelitik dengan perlahan. 4. Anak – Anak – anak anak dapat menyatakan rasa nyeri pada boneka atau mainan. Mereka dapat berpakaian dan berperan keskitan, ini terjadi sebelum tindakan. 2.6 Pendekatan Teori Model pada Anak
Berikut beberapa Teori Keperawatan yang dapat di gunakan sebagai acuan dalam melaksanakan Asuhan Keperawatan pada anak : 1. Kathryn E.Barnard ( Hubungan interaktif antara orang tua dan anak secara langsung yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan harian)
2. Florence Nightingale (lingkungan Keperawatan (ventilasi, kehangatan ,cahaya, diet, kebersihann dan ketenangan ) 3. Lydia E.Hall (Lingkaran Keperawatan Care , Cure, Core) 4. Hildegard E.Peplau (Fase hubungan perawat-pasien orientasi, kerja, terminasi) 5. Margaret Jean Herman Watson ( Ten Caractive Faktor ) 6. Madeleine Leininger (Culturu Care Deversity and University) 7. Afaf Ibrahim Meleis ( Teori Transisi) 8. Kristen M.Swanson (Caring) 9. Katharine Kolcaba (Teori of Comfort) 10. Eakes, Burke dan Hansworth (theory of Chronic Sorrow) 2.7 Teori Kathryn E. Barnard 2.7.1 Biografi Kathryn E. Barnard
Kathryn E Barnard lahir Omaha, Nebraska pada tanggal 16 April 1938. Beliau memperoleh pendidikan di Universitas Nebraska. Menurut Baker et
al.(1994), setelah Barnard lulus dari University of Nebraska, ia bekerja sebagai asisten instruktur di keperawatan anak. Ketika dia selesai gelar Master-nya di Boston University, ia dipekerjakan sebagai instruktur untuk University of Washington di keperawatan ibu-anak.Di sini, ia meraih gelar doktor dalam ekologi perkembangan anak usia dini dan menjadi profesor keperawatan orangtuaanak di University of Washington.Dr Barnard berpartisipasi dalam proyek-proyek pelatihan banyak di bidang pengembangan masa kanak-kanak. Dia juga mengarahkan studi penelitian yang mengarah pada pembentukan Nursing Child Assessment Project (NCAP), (NCAP), yang merupakan dasar dari Model PCI. 2.7.2 Teori Kathryn E. Barnard
Dr. Barnard PCI (Parent Child Interaction) Model mendalilkan bahwa hubungan interaktif antara orangtua dan anak secara langsung mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan kognitif.Selain itu, kualitas interaksi ini dapat diukur untuk keberhasilan mereka dan informasi ini digunakan untuk mengidentifikasi berisiko keluarga (PCI, 2007).Menurut model ini, orang tua dan anak terus tanggung jawab untuk menetapkan "komunikasi isyarat," atau akurat mengirim dan menerima isyarat dalam lingkungan mereka (The Barnard Model, 2007).Interpretasi yang sesuai dan tepat waktu respon oleh kedua belah pihak merupakan komponen penting dari dialog(Huber, 1991). Barnard juga mengidentifikasifaktor-faktor tertentu di lingkungan yang memiliki dampak yang signifikan terhadap pembentukan hubungan yang diinginkan (Illman, 1996). Untuk mendukung teori dan mengidentifikasi beresiko keluarga, Dr. Barnard dirancang skala penilaian yang dikenal sebagai Nursing Child Assessment Feeding Scale(NCAFS) Scale(NCAFS) dan Nursing Child Assessment Teaching Scale(NCATS), Scale (NCATS), untuk mengukur perilaku antara orangtua dan anak akurat (Huber, 1991).Skala ini telah diuji dan ditemukan diandalkan untuk digunakan baik sebagai langkah penilaian dan hasil untuk kelompok berisiko termasuk rendah bayi sosial-ekonomi, prematur, dan bayi dari ibu remaja (Huber, 1991).
Menurut Baker et al.(1994), Model Barnard juga dapat diterapkan di banyak disiplin ilmu lain yang mengamati hubungan orangtua anak. Selain adaptasi mereka, kekuatan tambahan skala penilaian Barnard adalah waktu singkat administrasi, kemudahan penggunaan, dan kemampuan mereka untuk dilakukan di sekitar aktivitas normal anak makan dan atau bermain tanpa memerlukan gangguan pola harian nya (Huber, 1991). Keumuman Model Dr Barnard, awalnya dirancang untuk mengatasi tahun pertama kehidupan seorang anak, sejak burgeoned untuk menyertakan penilaian anak-anak sampai usia tiga tahun (Masters, 2012). 2.7.3
Aplikasi Teori Kathryn E. Barnard
Teori keperawatan Barnard berfokus pada interaksi antara ibu-bayi dan lingkungannya. Menurut teori ini, karakteristik individu dipengaruhi oleh sistem ibu-bayi yang terjadi dan perilaku adaptifnya memodifikasi karakteristik tersebut untuk menemukan kebutuhan-kebutuhan sistem yang ada. Teori Barnard dikembangkan dari psikologi dan perkembangan manusia. Teori ini didasarkan skala perkembangan untuk mengukur efek pemberian makan, pendidikan kesehatan dan lingkungannya ( Tomey & Alligood, 2006). Model
keperawatan
Barnard
pada
awalnya
dikembangkan
untuk
bayi/infant, dan selanjutnya berkembang menjadi teori interaksi pengkajian pada anak. Model ini difokuskan pada pengembangan perangkat atau suatu format pengkajian
untuk
mengevaluasi
kesehatan
anak,
perkembangan
dan
pertumbuhannya dengan dengan melihat hubungan orangtua- anak sebagai suatu interaksi. Karakteristik orang tua dan anak dimodifikasi sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan sistem. Barnard menekankan modifikasi sebagai perilaku adaptif (Tomey & Alligood, 19980). Perilaku adaptif tersebut meliputi : a. Infant clarity of cues (kejelasan cues (kejelasan isyarat bayi) Untuk berpartisipasi dalam suatu hubungan yang seimbang, bayi harus memberikan isyarat kepada caregiver. Isyarat yang diberikan dapat mempermudah atau mempersulit orang tua untuk memahami isyarat
tersebut dan membuat modifikasi yang tepat sesuai perilaku tersebut. Bayi memberikan beberapa isyarat seperti rewel, tidur, cari perhatian, rasa lapar dan rasa kenyang dan perubahan aktivitas tubuh. b. Infant responiviness to caregiver (respon (respon bayi terhadap pengasuh) Bukan hanya bayi harus memberikan isyarat sehingga bayi dapat memodifikasi kembali perilakunya. Secara jelas, jika bayi tidak berespon terhadap isyarat dari caregiver, adaptasi tidak mungkin terjadi c. Parent sensitivity to the child’s cues cues (rasa sensitif orang tua terhadap isyarat bayi) Orang tua, seperti halnya bayi, harus mampu memahami isyarat yang diberikan bayi sehingga mereka memodifikasi perilakunya dengan tepat. Orang tua yang memiliki masalah dalam aspek kehidupannya seperti : masalah pekerjaan dan keuangan, masalah emosional atau stress dalam pernikahan, dapat menjadi tidak sensitive terhadap isyarat bayi. Jika stress dapat diatasi oleh orang tua, orang tua dapat memahami isyarat bayinya. d. Parent’s ability to alleviate the infant’s distress (kemampuan orang tua mengurangi distress pada bayi) Beberapa isyarat yang diberikan bayi membantu orang tua. Efektifitas orang tua dalam mengurangi distress bayi bergantung pada beberapa hal, yaitu : 1. Orang tua harus mengenali bahwa distress sedang terjadi, 2. Harus mengetahui tindakan yang tepat untuk mengurangi distress. 3. Dan akhirnya orang tua harus mampu melaksanakan tindakan sesuai pengetahuannya. e. Parent’s social and emotional growth fostering activities activities (orang tua membantu pertumbuhan social dan emosional) Kemampuan untuk membantu aktivitas pertumbuhan social emosional bergantung kamampuan orang tua untuk beradaptasi secara luas. Orang tua harus mampu bermain dengan mesra dengan anak, menggunakan interaksi social saat memberi makan, member pujian atas perilaku anak. Orang tua harus menyadari tingkat perkembangan anak dan mampu mengatur
perilaku yang sesuai. Hal ini tergantung pada kemampuan orang tua dalam menerapkan pengetahuan dan keahliannya. f. Parent’s cognitive growth fostering activities activities (orang tua membantu perkembangan kognitif) Pertumbuhan kognitif difasilitasi dengan pemberian stimulasi sesuai tingkat pemahaman anak. Untuk melaksanakannya orang tua harus memiliki pemahaman tentang kemampuan anaknya dan orang tua harus memiliki energy untuk menerapkan keahliannya.
Model Barnard tersebut selanjutnya berkembang menjadi dasar teori interaksi pengkajian kesehatan anak (Child ( Child Health Assesment Interaction Theory). Theory ). Konsep utama/asumsi dari teori ini adalah: anak (child ( child ), ), ibu atau pengasuh (mother/caregiver ), ), dan lingkungan (environment ( environment ) ( Tomey & Alligood, 1998) : 1. Anak (Child (Child ) Barnard menggambarkan anak dengan karakteristik berikut : perilaku bayi baru lahir, pola makan dan tidur, tampilan fisik, temperamen dan kemampuan anak beradaptasi terhadap lingkungan dan petugas kesehatan. 2. Ibu/ pengasuh ( Mother/ care giver ) Karakteristik ibu yang digambarkan Barnard meliputi: aspek psikososial, perhatian terhadap anak, kesehatan ibu sendiri, pengalaman ibu yang mengubah kehidupannya, harapan ibu terhadap anaknya, dan yang paling penting adalah pola hubungan orang tua- anak dan kemampuan adaptasinya. 3. Lingkungan ( Environment ) Karakteristik lingkungan aspek lingkungan fisik dan keluarga, keterlibatan ayah, dan derajat hubungan orang tua untuk menghormati anaknya. 2.7.4
Peran Praktik Keperawatan menurut Kathryn E. Barnard
Peran praktik keperawatan sebagai manajer yang sesuai dengan teori Kathryn E. Barnard: Sebagai manajer, perawat mengkoordinasikan dan mendelegasikan tanggung jawab asuhan dan mengawasi tenaga kesehatan lainnya ketika memberikan
perawatan
pada
anak.
Misalnya
pada
saat
bayi
hospitalisasi,
perawat
mengkoordinasi aktivitas anggota tim kesehatan lainnya, misalnya ahli gizi anak dan ahli terapi fisik saat mengatur kelompok yang memberikan perawatan pada klien. Peran praktik keperawatan dalam berkolaborasi yang sesuai dengan teori Kathryn E. Barnard: Selain berkolaborasi atau bekerja sama dengan tim medis lainnya untuk memberikan perawatan, perawat harus berkolaborasi dengan ibu dari anak tersebut, agar tumbuh kembang anak berjalan dengan baik. Salah satu caranya adalah, dengan memberikan dukungan untuk meningkatkan sensitivitas ibu dan respon
terhadap isyarat bayinya bayinya agar agar interaksi interaksi orangtua-anak berjalan lancar
dengan melakukan kolaborasi antar perawat dengan sang ibu. Sehat sakit: a.
Bayi dikatakan sehat jika semua kebutuhannya dapat terpenuhi, baik kebutuhan biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Ibu sebagai orang terdekat bagi bayi, maka ibu memiliki tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Tugas perawat adalah memberikan informasi, memberikan dukungan, dan juga membantu ibu dalam memberikan kebutuhan
bayi
karena
perawat
juga
mempunyai
tugas
untuk
memberikan asuhan keperawatan secara holistic atau menyeluruh. b.
Bayi
dikatakan
sakit
jika
kebutuhannya
tidak
terpenuhi
dan
menyebabkan rentang sehatnya bergeser menuju rentang sakit. Untuk dapat memulihkannya lagi, maka kebutuhan bayi harus terpenuhi, disinilah sensitivitas ibu harus ditingkatkan agar dapat mengenali dan meringankan penderitaan bayi. Bukan hanya ibu, namun perawat juga harus selalu membantu untuk memulihkan kesehatan bayi dengan memberikan perawatan agar bayi kembali sehat.
2.7.5
Paradigma Keperawatan menurut Kathryn E. Barnard
Paradigma keperawatan menurut Konsep Model Parent Child Interaction (Tomey & Alligood, 2002), yaitu : Manusia Barnard menjelaskan manusia atau human being dihubungkan pada kemampuan dalam adaptasi melalui pendengaran, penglihatan dan stimulasi taktil dari lingkungan. Lingkungan Barnard menjelaskan bahwa dalam tahun pertama kehidupan, lingkungan termasuk seluruh pengalaman yang dihadapi oleh anak sangat mempengaruhi kehidupan anak, baik berupa objek, tempat, suara, visual, sensasi taktil bahkan orang- orang sekitar, yang disebut hidup dan mati. Sehat Barnard menggambarkan keluarga sebagai unit dasar perawatan. Dalam nursing child assessment satellite training study ia menyatakan bahwa perawatan kesehatan bertujuan untuk pencegahan primer. Keperawatan Barnard mendefinisikan keperawatan sebagai " diagnosis dan pengobatan tanggapan manusia terhadap masalah kesehatan" (Fine, 2002).
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan
Komunikasi dapat terjadi bila prosesnya dapat berjalan dengan baik. Proses komunikasi yang dimaksud di sini adalah pengiriman pesan (informasi), penerus pesan, pesan itu sendiri, media, dan umpan balik. Sikap dalam Komunikasi meliputi :Sikap berhadapan , sikap mempertahankan kontak, sikap membungkut kearah pasien, sikap terbuka,sikap tetap releks. Dalam praktik keperawatan sikap komunikasi terapeutik itu terdiri dari :sikap kesejatian, sikap empati, sikap hormat, sikap konkret . Komunikasi pada anak berdasarkan tumbuh kembang di bagi antara lain : Usia Bayi (0-1 tahun) , Usia Todler dan Prasekolah (1-2,5 tahun, 2,5-5 tahun) , Usia Sekolah (5-11 tahun), Usia Remaja (11-18 tahun) . Beberapa cara yang dapat digunakan dalam berkomunikasi dengan anak. Menurut Whaley dan Wong’s (1995), teknik komunikasi kreatif pada anak, yaitu:, Teknik Verbal, Teknik Orang-Ketiga,
Facilitative
Responding
(Respon
Fasilitatif),
Storytelling
(bercerita), Saling Bercerita, Biblioterapi, Dreams (mimpi), “What if” Questions (Pertanyaan
“Bagaimana
jika”),Three
Wishes
(Tiga
Harapan),Permainan
Peringkat;,Permainan asosiasi Kata,Melengkapi Kalimat,Pros dan Cons (Pro dan Kontra/
Baik
Buruknya.
Teknik
Non
Verbal
:Writing
(Menulis)
,
Menggambar,Sulap,Play (Bermain). dapat Pengkajian bergambar Wong Bakker digunakan untuk membantu dalam pengkajian nyeri pada anak. Berikut beberapa Teori Keperawatan yang dapat di gunakan sebagai acuan dalam melaksanakan Asuhan Keperawatan pada anak : Kathryn E.Barnard , Florence Nightingale , Lydia E.Hall , Hildegard E.Peplau , Margaret Jean Herman Watson , Madeleine Leininger , Afaf Ibrahim Meleis , Kristen M.Swanson , Katharine Kolcaba ,Eakes, Burke dan Hansworth. Dr. Barnard PCI (Parent Child Interaction) Model mendalilkan bahwa hubungan interaktif antara orangtua dan anak secara langsung mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan kognitif.
3.2 Saran
Sebagai mahasiswa keperawatan dan calon perawat yang professional ada baiknya kita benar-benar mendalami konsep komunikasi terutama pada pasien anak karena pada dasarnya melakukan melakukan
tindakan keperawatan tanpa dibekali dibekali
dengan teori yang telah dikuasai akan sangat sulit untuk tercapainya tujuan perawat dalam melakukan pengkajian dan juga akan menjadi berbelit dan tidak nyaman bagi klien/pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Lewer, Helen.Belajar Merawat di Bangsal Anak.1996.Jakarta:EGC Anak.1996.Jakarta:EGC LAMPIRAN