PERMASALAHAN PEMBELAJARAN KIMIA DI SEKOLAH SMKM 3 PEKANBARU
DOSEN PENGAMPU: Dra. Herdini, M.Si Sri Haryati, S.Pd. M.Si
NAMA KELOMPOK 1: AULIA AGUSTHA
(1605122021)
KARDINA
(1605120835)
MALA SARI
(1605120664)
NANDA SALWA AULIA
(1605122976)
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS RIAU 2018/2019
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas terselesaikannya makalah yang berjudul “ Permasalahan Pembelajaran Kimia Di SMKM 3 Pekanbaru”. Makalah yang masih perlu dikembangkan lebih jauh ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membacanya. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak, penulis tidak mungkin menyelesaiakan penyusunan makalah ini, untuk itu ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari pihak pembaca. Akhirnya kami sampaikan terima kasih serta mohon maaf yang sebesar-besarnya bila ada kesalahan kata maupun kalimat, dan semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca sekalian.
Pekanbaru, Desember 2018 Penulis
Kelompok II
ii
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR....................................................................................................
i
DAFTAR ISI...................................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................
1
A.
Latar Belakang ............................................................................................
1
B.
Masalah ......................................................................................................
2
B.
Identifikasi Masalah ....................................................................................
2
C.
Analisis Masalah .........................................................................................
4
D.
Alternatif Pemecahan Masalah ...................................................................
6
BAB II KAJIAN TEORI ................................................................................................
8
A.
Belajar dan Pembelajaran ...........................................................................
8
B.
Aktivitas dalam Pembelajaran.....………………... ...... .............................
8
C.
Konsep Pembelajaran Sains …...................................................................
8
D.
Model Pembelajaran Discovery Learning
...............................................
9
BAB III PEMBAHASAN ..............................................................................................
11
A.
Model Pembelajaran Discovery Learning pada materi konfigurasi elektron ....................................................................................................................
9
BAB III PENUTUP.........................................................................................................
14
A Kesimpulan .................................................................................................
14
B Saran ...........................................................................................................
14
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................
15
LAMPIRAN....................................................................................................................
16
iii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Observasi ini dilakukan di SMK Muhammadiyah 3 Pekanbaru pada tanggal 14 September 2018, yaitu hari Jum,at di siang hari pukul 13.45 WIB. SMK Muhammadiyah 3 Terpadu Pekanbaru beralamat di JL. Cipta Karya, Tuah Karya, Tampan, Kota Pekanbaru, Riau. Pada awalnya SMK Muhammadiyah 3 Terpadu Pekanbaru merupakan SMK Muhammadiyah 1 Kampus 2 panam pekanbaru. Pada masa kepemimpinan bapak Ahmadi ST mulailah diurus cikal bakal SMKM 1 Kampus 2 Panam Pekanbaru menjadi SMK Muhammadiyah 3 Terpadu Pekanbaru. Kepala Sekolah SMKM 3 Pekanbaru saat ini Drs. Alisman. Pada tahun pelajaran 2003/2004 dengan membuka 2 Jurusan, Yaitu: 1. Jurusan Teknik Mekanik Otomotif 2. . Jurusan Teknik Elektronika Dan saat ini untuk tahun pelajaran 2018/2019 dibuka 6 jurusan yaitu: 1. Jurusan Administrasi 2. Jurusan Akutansi 3. Jurusan Teknik Mesin 4. Jurusan Teknik Komputer Jaringan 5. Jurusan Teknik Sepeda Motor 6. Jurusan Teknik Kendaraan Ringan Guru kimia di SMKM 3 Pekanbaru bernama ibu Lizana Maryanti, S.Pd , dan Ibu Anisah, S.Pd. Ibu Lizana Maryanti, S.Pd , beliau adalah alumni dari UNP. Beliau mengajar di kelas X, yaitu kelas X TKJ dan TSM. Ibu Anisah, S.Pd, beliau adalah alumni dari pendidikan kimia Universitas Riau angkatan 2003. Beliau mengajar di kelas XII, yaitu XII TKJ, XII TSM dan XII TM. Beliau sudah mengajar di SMK Muhammadiyah sejak tahun 2011. Di sekolah SMKM 3 Pekanbaru, KKM yang ditetapkan sekolah ini adalah 80.
1
Jumlah peserta didik di sekolah SMKM 3 Pekanbaru
Kelas
Jumlah siswa
X TKR1
28
X MP
30
X TKR2
29
X TKR3
28
X TKJ1
33
X TKJ2
34
X TSM
36
X TKJ3
34
Dari observasi didapatkan beberapa masalah dalam proses pembelajaran kimia. Permasalahan tersebut melingkupi segi fasilitas, peserta didik, dan segi guru. pada makalah ini kami akan membahas permasalahan yang terjadi di sekolah SMKM 3 Pekanbaru. B. Masalah Materi pelajaran kimia di SMK hanya mempelajari materi yang umum-umum saja yang berkaitan dengan jurusan. Dalam proses pembelajaran kimia di sekolah, seringkali dijumpai berbagai masalah, baik di segi fasilitas, peserta didik, maupun di segi guru. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kimia di SMK Muhammadiyah 3 Pekanbaru, didapatkan beberapa masalah dalam proses pembelajaran kimia. Permasalahan tersebut melingkupi segi fasilitas, peserta didik, dan s egi guru. C. Identifikasi Masalah Berdasarkan observasi dan wawancara dengan guru Kimia SMKM 3 Pekanbaru, Ibu Lizana Maryanti, S.Pd, menuturkan bahwa kurikulum disekolah tersebut telah menetapkan kurikulum 2013. Tetapi, penerapan kurikulum 2013 hanya untuk kelas X dan XI. Untuk kelas XII penerapan kurikulum masih menggunakan KTSP. Pembelajaran kimia diajarkan pada kelas X dan XII. Rencana pelaksanaan pembelajaran berdasarkan PERMENDIKBUD dan guru yang bersangkutan dalam bidang kimia materi yang akan diajarkan. Saat ibu lizana mengajar peserta didik masih banyak yang tidak memperhatikan. Namun begitu, ibu Lizana selalu berusaha untuk menarik perhatian peserta didik untuk fokus dalam belajar.
Sedangkan ibu Anisah, S.Pd, menuturkan bahwa pada kurikulum 2013 peserta didik dituntut untuk aktif dalam proses pembelajaran dan penggunaan media dalam pembelajaran masih terbatas, hanya menggunakan power point untuk menampilkan gambar-gambar. Pada sekolah ini, karena SMK untuk laboratorium belum ada dan alat-alatnya masih terbatas. Dari penjelasan kedua guru kimia tersebut, dapat disimpulkan permasalahan yang terjadi di sekolah adalah: Guru
2
o
o
Penerapan kurikulum 2013 masih baru, sehingga kurikulum yang digunakan belum serentak sama semua. Kelas XII menggunakan kurikulum KTSP, sementara itu kelas X dan XI menggunakan kurikulum 2013. Penggunaan media masih terbatas yaitu hanya menggunakan infocus sebagai media utnuk menampilkan gambar-gambar, powerpoint, atau video-video yang berkaitan dengan materi pelajaran.
Fasilitas Sekolah o o
o
o
o
Fasilitas laboratorium kimia masih belum ada. Zat kimia yang tersedia di sekolah hanya beberapa saja, ada sekitar 3 zat yaitu MgCl, NaOH, NaCl. Tidak ada laboratorium juga membuat alat-alat laboratorium hanya disimpan di lemari (loker) guru kimia itu sendiri. Belum mencukupinya jumlah rak buku di perpustakaan membuat sebagian buku-buku harus diletakkan atau disusun di lantai. Halaman sekolah selain digunakan sebagai sarana untuk peserta didik beraktivitas juga digunakan sebagai lahan parkir kendaraan.
Berdasarkan observasi secara langsung di dalam kelas dan pemberian angket kepada peserta didik permasalahan yang terjadi yaitu: Peserta Didik Keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran kimia masih kurang. o Sesekali guru masih menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik dengan metode ceramah, seperti pada materi pemisahan campuran. o Kondisi tempat belajar peserta didik kurang nyaman. o Peserta didik merasa kesulitan dalam memahami materi konfigurasi elektron. o Peserta didik kesulitan dalam mengingat rumus. D. Analisis Masalah o
Dari permasalahan yang terjadi, seperti permasalahan yang dihadapi oleh guru kimia di sekolah tersebut disebabkan karena guru yang masih belum terbiasa dengan kurikulum baru yaitu kurikulum 2013. Sehingga penerapan pembelajaran kimia belum serentak diterapkan. Selain itu, penerapan kurikulum 2013 yang masih baru pembelajaran kimia hanya untuk kelas X. Penerapan kurikulum 2013 menuntut peserta didik untuk lebih aktif dalam pembelajaran, dan guru memfasilitasi dalam proses pembelajaran. Sehingga guru harus benar-benar memiliki kemampuan sebagai fasilitator. Penggunaan media masih terbatas yaitu hanya menggunakan infocus sebagai media utnuk menampilkan gambar-gambar, powerpoint, atau video-video yang berkaitan dengan materi pelajaran. Penggunaan media yang terbatas karena guru hanya memanfaatkan media yang tersedia dari sekolah. Guru menampilkan powerpoint untuk menarik perhatian peserta didik agar tidak mengantuk dalam pembelajaran yang sedang berlangsung.
3
Pada permasalahan yang dihadapi peserta didik dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya : Ketika guru menjelaskan materi pembelajaran, banyak siswa yang tidak memperhatikan guru dikarenakan pembelajaran dilaksanakan pada siang hari yang kebanyakan peserta didik tidak terlalu bersemangat. Penyebab lainnya adalaha penggunaan model pembelajaran yang diterapkan oleh guru belum optimal, pembelajaran di dalam kelas menoton dan kurang menyenangkan karena hanya berpusat kepada guru. Saat pembelajaran kimia berlangsung peserta didik masih terlihat kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini dapat disebabkan karena pembelajaran masih berpusat pada guru. Sehingga peserta didik tidak terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran. Penggunaan metode ceramah oleh guru selama pembelajaran berlangsung menyebabkan peserta didik menjadi bosan, dan kurang tertarik terhadap pembelajaran. Dari hasil observasi yang kami lakukan di kelas X Teknik Komputer dan Jaringan peserta didik banyak kurang memperhatikan gurunya, dan sibuk dengan aktivitasnya sendiri di belakang kelas. Kurangnya perhatian siswa dalam pelajaran dan kurangnya motivasi belajar siswa ditandai dengan ributnya siswa dikelas. Hal ini bisa saja disebabkan oleh latar belakang peserta didik itu sendiri, kurangnya minat peserta didik untuk belajar kimia, mereka beranggapan bahwa mata pelajaran kimia tidak berkaitan dengan jurusan mereka. Hal ini berakibat kepada ketidakaktifan peserta didik itu sendiri. Peserta didik kesulitan dalam mengingat rumus, hal ini dikarenakan banyaknya rumusrumus yang digunakan dalam pembelajaran kimia sehingga membuat peserta didik kesulitan dalam mengingat rumus-rumus tersebut. Mereka sering kebingungan saat mengerjakan soal harus menggunakan rumus yang mana. Hal ini mungkin disebabkan kurangnya penanaman konsep materi kepada peserta didik. Mereka cenderung lebih menyukai materi-materi yang bersifat hapalan. Dikarenakan pada materi-materi yang bersifat hapalan itu lebih menyenangkan dan mudah. Kemampuan siswa juga bervariasi ada yang tinggi, sedang dan rendah. Sebagian besar Peserta didik sulit memahami materi perhitungan dan konsep abstrak misalnya reaksi reduksi-oksidasi yang banyak menggunakan matematika didalamnya sekaligus konsep. Untuk menjawab soal peserta didik terlebih dahulu harus menganalisis soal barulah dapat menjawab soal secara matematik. Dan tidak semua peserta didik mempunyai kemampuan matematika sekaligus logika. Kesulitan ini bisa saja disebabkan peserta didik kurang mengulang pelajaran di rumah atau kurangnya latihan-latihan soal. Sikap peserta didik yang kurang baik dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti: latar belakang peserta didik itu sendiri, lingkungan, dan teman bermainnya. Sehingga ada beberapa peserta didik dalam berbicara kurang sopan. Berdasarkan hasil wawancara sekolah ini belum memiliki laboratorium kimia, sehingga peserta didik hanya dapat melaksanakan praktikum di dalam kelas dan lapangan sekolah. Untuk alat praktikum dan zat kimia sudah ada disediakan dari pihak sekolah namun karena tidak ada laboratorium tadi maka alat-alat tersebut hanya disimpan diloker guru kimia saja.
4
Sebelumnya guru bidang studi sudah mengajukan untuk pengadaan laboratorium kimia, namun pihak sekolah lebih memilih untuk memfasilitasi kelengkapan untuk semua jurusan yang ada di sekolah tersebut. Fasilitas perpustakaan sudah ada, namun rak buku di perpustakaan SMKM 3 Pekanbaru masih belum memadai, sehingga masih banyak buku yang tersusun di atas lantai. Ruang perpustakaan juga digunakan sebagai tempat istirahat bagi beberapa peserta didik. Hal ini terlihat adanya beberapa peserta didik yang baring-baring di dalam kelas. Hal ini dikarenakan kurangnya ketegasan dari pihak perpustakaan sendiri untuk melarang peserta didik beristirahat di dalam perpustakaan.
E. Alternatif Pemecahan
Berdasarkan permasalahan yang terjadi, maka perlu adanya perubahan dan perbaikan untuk meningkatkan aktivitas peserta didik dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Ada beberapa alternatif pemecahan masalah yang kami tawarkan, seperti di bawah ini. Guru sebagai ujung tombak penerapan kurikulum, diharapakan bisa menyiapkan dan membuka diri terhadap beberapa kemungkinan terjadinya perubahan. Kesiapan guru lebih penting dari pengembangan kurikulum 2013. Kenapa guru menjadi penting? Karena dalam kurikulum 2013, bertujuan mendorong peserta didik mampu lebih baik dalam melakukan observasi bertanya, bernalar dan mengkomunikasikan apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah menerima materi pembelajaran. Disinilah guru berperan besar dalam mengimplementasikan tiap proses pembelajaran pada kurukulum 2013. Guru ke depan dituntut tidak hanya cerdas tetapi juga adaptif terhadap adanya perubahan dari Teacher Centered ke Student Centered . Guru juga harus memberikan porsi yang sama pada aspek afektif dan psikomotorik, “Kurikulum 2013 ini menuntut guru untuk lebih menjadi kreatif dan inovatif. Aritnya guru harus menjadi manusia pembelajar.” Tegas Furqon. (Ferdinand). Penggunaan media pembelajaran oleh guru sebaiknya lebih dikembangkan lagi. Tidak hanya terfokus pada penggunaan infokus dan power point saja. Dapat juga ditambahkan dengan menggunakan media pembelajaran konvensional yang bersifat 3 dimensi. Seperti pada materi ikatan kimia, bisa digunakan mollymod. Hal bertujuan agar peserta didik menjadi lebih tertarik terhadap materi pembelajaran kimia. Misalnya pada materi konfigurasi elektron dapat digunakan media pembelajaran congklak elektron. Media congklak elektron ini digunakan untuk menjelaskan tentang bagaimana pengisian elektron pada tiap-tiap kulit. Langkah-langkahnya yaitu: guru mengambil unsur yang ingin ditentukan konfigurasinya. Lalu guru menjelaskan konfigurasi elektron menggunakan biji jagung yang diletakkan dalam aqua gelas sesuai dengan konfigurasinya. Diulangi dengan menggunakan unsur lain hingga peserta didik paham dengan materi konfigurasi elektron dengan bantuan media congkak konfigurasi elektron. Kurang aktifnya peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung dapat diatasi dengan diterapkannya model atau metode pembelajaran. Untuk itu dapat digunakan model 5
pembelajaran Discovery Learning. Model pembelajaran Discovery Learning adalah memahami konsep, arti dan hubungan melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan. Penggunaan model ini juga dapat mengorganisasikan peserta didik untuk belajar. Metode ceramah yang masih diterapkan oleh guru sebaiknya dikombinasikan dengan metode lain, seperti metode demonstrasi untuk materi-materi yang dapat dilakukan demonstrasinya. Adanya peserta didik yang berkeliaran di luar kelas, ini menuntukt kedisiplinan yang lebih ketat dan keras lagi dari pihak sekolah untuk melarang peserta didiknya berkeliaran di luar kelas saat jam pelajaran berlangsung. Pada masalah fasilitas, tidak tersedianya fasilitas laboratorium disarankan untuk pihak sekolah perlu menyediakan laboratorium agar peserta didiknya lebih leluasa dalam melakukan praktikum dan alat-alat dapat disimpan ditempatnya, meskipun kimia tadi bukan pelajaran pokok sekolahan tersebut. Begitu juga dengan zat kimia perlu dilengkapi lagi. Serta untuk menarik peserta didik belajar kimia dan mendapatkan pengalaman belajar baru. Rak buku perlu ditambah lagi agar buku-buku dapat disimpan sebagai mana semestinya. Perlunya penyediaan lahan parkir juga penting agar lapangan sekolah tidak dijadikan bahan parkir.
6
BAB II KAJIAN TEORI
A. Belajar dan Pembelajaran
Belajar adalah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2010). Proses pembelajaran merupakan proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan peserta didik atas hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu, dalam proses tersebut terkandung multiperan dari guru (Rusman, 2012). B. Aktivitas dalam Pembelajaran
Aktivitas belajar didefinisikan sebagai keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut (Sardiman, 2007). Aktivitas belajar berhubungan dengan peranan seorang guru dalam membimbing untuk mendapatkan pengalaman belajar. Aktivitas belajar siswa yang baik dapat terjadi apabila guru mengupayakan situasi dan kondisi pembelajaran yang mendukung (Dimyati dan Mudjiono, 2006). C. Konsep Pembelajaran Sains
Pembentukan pengetahuan sains meliputi pembentukan sistem koseptual sains bagi yang mempelajarinya. Kerangka atau sistem konseptual sains biasanya terdiri dari konsepkonsep sains dengan hubungan-gubungan bermakna antara konsep-konsep yang dipelajari dengan yang telah ada. Oleh karna itu pembentukan sistem konseptul sains haruslah dipilih model pembelajaran sains yang sesuai dengan sifat pengetahuan deklaratif maupun prosedural. Dalam pembentukan sistem konseptual sains, pandangan psikologi kognitif tentang belajar sebagai proses aktif memunculkan rujukan konstruktivisme dalam belajar (Nuryani,2013) Konstruktivisme menganunt prinsip pembentukan pengetahuan dalam stuktur kognitif individu yang belajar. Konstruktivisme dipelopori oleh Piaget (dalam Dahar,1989) yang menyatakan bahwa fungsi organisasi dan adaftasi kognitif bersifat konstan struktur kognitif berkembang secara kualitatif sejalan dengan pertambahan usia dan pengalaman belajar. Seseorang yang belajar membentuk pengetahuan, mencari makna dan mencoba menemukan
7
keteraturan untuk menyusun kejadian-kejadian dialam, meski dengan formasi terbatas (Von Glasserfeld, dalam Liliasari et al.,2000). D. Model pembelajaran Discovery Learning
Model Discovery Learning adalah didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri. Sebagaimana pendapat Bruner, bahwa: “Discovery Learning can be defined as the learning that takes place when the student is not presented with subject matter in the final form, but rather is required to organize it him self” (Lefancois dalam Emetembun, 1986:103). Ide dasar Bruner ialah pendapat dari Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan aktif dalam belajar di kelas. Model Discovery Learning adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (Budiningsih, 2005:43). Discovery terjadi bila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip. Discovery dilakukan melalui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan dan inferi. Proses tersebut disebut cognitive process sedangkan discovery itu sendiri adalah the mental process of assimilatig conceps and principles in the mind (Robert B. Sund dalam Malik, 2001:219). Discovery Learning mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri (inquiry). Tidak ada perbedaan yang prinsipil pada kedua istilah ini, pada Discovery Learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui. Perbedaannya dengan discovery ialah bahwa pada discovery masalah yang diperhadapkan kepada siswa semacam masalah yang direkayasa oleh guru, sedangkan pada inkuiri masalahnya bukan hasil rekayasa, sehingga siswa harus mengerahkan seluruh pikiran dan keterampilannya untuk mendapatkan temuan-temuan di dalam masalah itu melalui proses penelitian. Di dalam proses belajar, Bruner mementingkan partisipasi aktif dari tiap siswa, dan mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan. Untuk menunjang proses belajar perlu lingkungan memfasilitasi rasa ingin tahu siswa pada tahap eksplorasi. Lingkungan ini dinamakan Discovery Learning Environment, yaitu lingkungan dimana siswa dapat melakukan eksplorasi, penemuan-penemuan baru yang belum dikenal atau pengertian yang mirip dengan yang sudah diketahui. Lingkungan seperti ini bertujuan agar siswa dalam proses belajar dapat berjalan dengan baik dan lebih kreatif. Untuk memfasilitasi proses belajar yang baik dan kreatif harus berdasarkan pada manipulasi bahan pelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif siswa. Manipulasi bahan pelajaran bertujuan untuk memfasilitasi kemampuan siswa dalam berpikir (merepresentasikan apa yang dipahami) sesuai dengan tingkat perkembangannya. Menurut Bruner perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan oleh bagaimana cara lingkungan, yaitu: enactive, iconic, dan symbolic. Tahap enaktive, seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam upaya untuk memahami lingkungan sekitarnya, artinya, dalam memahami dunia sekitarnya anak menggunakan pengetahuan 8
motorik, misalnya melalui gigitan, sentuhan, pegangan, dan sebagainya. Tahap iconic, seseorang memahami objek-objek atau dunianya melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal. Maksudnya, dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui bentuk perumpamaan (tampil) dan perbandingan (komparasi). Tahap symbolic, seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau gagasan-gagasan abstrak yang sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa dan logika. Dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui simbol-simbol bahasa, logika, matematika, dan sebagainya.
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Penerapan Model Discovery Learning Tahap-tahap model discovery learning pada materi konfigurasi elektron: 1. Mengamati (observing) guru a. Guru menyediakan suatu kegiatan sebagai bahan pembelajaran b. Guru membimbing peserta didik untuk mengamati, dan melengkapi soal mengenai konfigurasi elektron dan diagram orbital
9
Peserta didik
a. Peserta didik mengamati , menanya, dan mencoba menyelesaikan konfigurasi elektron dan diagram orbital. b. Peserta didik mendiskusikan hasil mengamati dan menganalisis konfigurasi elektron dan diagram Orbital 2. Menanya (Questioning) guru a. Guru memfasilitasi kegiatan kerja mandiri dan menyajikan/mempresentasikan hasil karya yang dibuat b. Guru menyediakan/memprogramkan/membuat berbagai media, peta konsep/lembar kerja untuk membantu membuat kesimpulan mengenai konfiguarsi elektron Peserta didik a. Peserta didik membuat kesimpulan dari konfigurasi elektron dan diagram orbital b. Peserta didik mempresentasikan hasil analisis dan kesimpulan yang dibuat secara lisan atau tertulis c. Menanya (Questioning): Mengajukan pertanyaan berkaitan dengan konfigurasi elektron dan diagram orbital misalnya, bagaimana penataan elektron pada suatu atom? Bagaimana hubungannya dengan letak unsur dalam tabel periodik? 3. Mengumpulkan data (experimenting) guru a. Guru menunjukkan berbagai hasil diskusi yang dilakukan peserta didik b. Guru memberi kesempatan peserta didik untuk menanggapi berbagai
analisis dari peserta didik lain. c. Guru memberi penguatan hasil danalisis dan tanggapan peserta didik Peserta didik a. Peserta didik merefleksi hasil diskusi dalam pembelajaran b. Peserta didik dapat menentukan hasil diskusi yang sempurna dan kurang sempurna c. Peserta didik dapat mencipta dan memodifikasi hasil danalisis yang dilakukannya d. Mengumpulkan data (experimenting ) : Menganalisis perkembangan model atom untuk menentukan konfigurasi elektron dan diagram orbital serta hubungannya dengan letak unsur dalam tabel periodik. 4. Mengasosiasi (Associating) guru a. Guru secara terus menerus memantau dan membimbing kegiatan peserta didik dalam pembelajaran b. Guru membimbing peserta didik dengan bersemangat, gembira dan ramah Peserta didik a. Peserta didik dengan senang hati mengerjakan tugas yang diberikan guru b. Peserta didik dengan sungguh-sungguh melakukan kegiatan untuk mencari tahu lebih lanjut 10
c. Mengasosiasi (Associating) : Menyimpulkan bahwa golongan dan periode unsur ditentukan oleh nomor atom dan konfigurasi elektron. d. Mengkomunikasikan(communic ating) : Mempresentasikan konfigurasi elektron dan diagram orbital dengan bahasa yang benar. 5. Mengkomunikasikan (communicating) guru a. Guru membimbing peserta didik dengan bersemangat, gembira dan ramah. Peserta didik a. Mengkomunikasikan(communica ting) : Mempresentasikan konfigurasi elektron dan diagram orbital dengan bahasa yang benar. 6. Penilaian (kegiatan akhir) Guru a. Guru menanyakan kembali tentang konfigurasi elektron dan diagram orbital. b. Guru mengadakan penilaian terhadap aktivitas dan hasil kerja peserta didik. c. Guru memberi pujian dan motivasi pada peserta didik. mengadakan analisis penilaian, perbaikan, dan pengayaan d. Guru pembelajaran. e. Guru membimbing peserta didik merefleksi pesan moral yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari (berkaitan dengan SKL/tujuan pendidikan nasional). f. Guru menginformasikan dan memberikan tugas baca terkait materi pada pertemuan berikutnya yaitu sistem periodik unsur. g. Doa dan salam penutup.
11
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan
Perlu adanya perubahan dan perbaikan untuk mengatasi permasalahan pembelajaran yang ada di SMK Muhammadiyah 3 Pekanbaru. Salah satunya adalah dengan penerapan model pembelajaran terbaru yaitu model pembelajaran Discovery Learning. Model pembelajaran Discovery Learning adalah memahami konsep, arti dan hubungan melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan. Penggunaan model ini juga dapat mengorganisasikan peserta didik untuk belajar. Metode ceramah yang masih diterapkan oleh guru sebaiknya dikombinasikan dengan metode lain, seperti metode demonstrasi untuk materi-materi yang dapat dilakukan demonstrasinya. Dengan deterapkannya Model pembelajaran Discovery Learning akan meningkatkan aktivitas belajar peserta didik dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.
B. saran 1. Kepada para guru diharapkan dapat mengetahui, memahami dan menerapkan model pembelajaran Discovery Learning dalam upaya peningkatan hasil belajar kimia peserta didik. 2. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin menerapkan model pembelajaran Discovery Learning ini sedapat mungkin mampu mengelola alokasi waktu, dan fasilitas pendukung termasuk media pembelajaran. 3. Sekolah untuk memfasilitasi sarana dan prasarana penunjang kepada guru – guru yang akan mengimpletasikan di kelas.
12
DAFTAR PUSTAKA
https://www.ekaikhsanudin.net/2014/12/pembelajaran-model-discovery-learning.html Mulyasa, E. 2013. Standar Kompetensi dan Sertif ikasi Guru. Rosdakarya. Bandung. Ratna Willis Dahar. 1998. Teori - Teori Belajar. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Pendidikan. Jakarta. Slameto. 2010. Belajar dan Faktor Yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta. Jakarta.
13