BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Suatu perusahaan berkewajiban mengusahakan agar karyawan memiliki kesadaran turut dalam bertanggung jawab atas kelancaran, kemajuan, dan kelangsungan hidup perusahaaan (Oktorita, 2001). Perusahaan yang baik adalah perusahaan yang benar-benar menjaga keselamatan dan kesehatan karyawannya dengan membuat aturan tentang keselamatan dan kesehatan kerja yang dilaksanakan oleh seluruh karyawan dan pimpinan perusahaan (Lestari, 2005).
Pentingnya dilakukan usaha-usaha untuk melindungi keselamatan karyawan di dalam menjalankan pekerjaannya telah mendapat perhatian dari pemerintah dengan dikeluarkannya Undang-Undang Keselamaatan Kerja no. 1 tahun 1970 yang menjadi sarana utama untuk pencegahan kecelakaan, cacat dan kematian akibat kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja (Oktorita, 2001).
Pemerintah mencatat sepanjang 2009 telah terjadi sebanyak 54.398 kassus kecelakaan kerja di Indonesia dan mengalami kenaikan pada tahun 2010 sebanyak 98.000 kasus. Riset yang dilakukan oleh badan dunia International Labour Organization (2003) menunjukkan, bahwa setiap hari rata-rata 6.000 orang meninggal, setara dengan satu orang setiap 15 detik atau 2,2 juta orang per tahun akibat sakit atau kecelakaan yang berkaitan dengan pekerjaan mereka (Grahanintyas, 2012). Suma'mur (2009) dalam Zuyono (2013) menyebutkan bahwa terdapat beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa faktor manusia menempati posisi yang sangat penting terhadap terjadinya kecelakaan kerja yaitu antara 80–85%.
Untuk itu, sistem manajemen K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) diwajibkan untuk diterapkan pada saat bekerja karena merupakan bagian dari perencanaan dan pengendalian proyek, pengawasan dan aturan penegakan hukumnya. Sehingga pada tahun 1984 pemerintah mengadakan program Kampanye Nasional K3, yang dituangkan dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 13, tahun 1984 tentang Pola Kampanye Nasional K3 untuk memasyarakatkan dan membudayakan K3 (Oktorita, 2001).
Berdasarkan data-data tersebut, penyusun melakukan observasi ke salah satu industri rumah tangga mebel yang ada di Kelurahan Timbangan Kabupaten Ogan Ilir, yaitu Toko Sumber Jaya dan didapatkan bahwa penerapan K3 di toko tersebut masih belum berjalan dengan baik.
Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud dengan Kesehatan Keselamatan Kerja (K3)?
Tujuan
Mengetahui arti dari Kesehatan Keselamatan Kerja.
BAB II
TINJAUAN TEORI
Definisi
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu program yang dibuat pekerja maupun pengusaha sebagai upaya mencegah timbulnya kecelakaan dan penyakit akibat kerja dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta tindakan antisipatif apabila terjadi kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Tujuan dari dibuatnya program K3 adalah untuk mengurangi biaya perusahaan apabila timbul kecelakaan dan penyakit akibat kerja (Lestari, 2005). Zuyono (2013) menyatakan bahwa kecelakaan kerja terjadi karena disebabkan dua golongan, yaitu golongan pertama adalah faktor mekanis dan lingkungan (unsafe condition), sedangkan golongan kedua adalah faktor manusia (unsafe action).
BAB III
HASIL OBSERVASI
Observasi Pegawai
Toko Sumber Jaya milik pasangan Bapak Suroto dan Ibu Musnarni adalah salah satu toko mebel yang berada di Kelurahan Timbangan Kabupaten Ogan Ilir. Usaha yang sebelumnya berada di Palembang pada tahun 2001 ini dipindahkan ke Ogan Ilir pada tahun 2005 agar lebih dekat dengan keluarga. Sebelum tahun 2012, Bapak Suroto masih memiliki beberapa pegawai. Namun karena persaingan bisnis dan untuk menekan biaya insdutri, maka Bapak Suroto yang juga merangkap sebagai pekerja hanya mempertahankan satu pegawai tetap.
Pekerja mulai bekerja dari pukul 8:00 pagi sampai 17:00 WIB. Untuk produksi furniture dengan tingkat kesulitan rendah, pekerja dapat menghasilkan 2 sampai 3 furniture per hari, sedangkan untuk furniture dengan tingkat kesulitan ya g tinggi seperti lemari pakaian dan lemari televisi dapat memakan waktu hingga 2 hari pengerjaan.
Pemilik usaha melakukan perekrutan pegawai dengan kriteria pegawai yang memiliki keterampilan dan pengalaman yang cukup baik. Secara subjektif pemilik lebih mengutamakan pegawai rantauan yang berasal dari pulau jawa karena menurut pemilik pegawai rantauan akan lebih fokus dalam bekerja dibandingkan penduduk sekitar.
Peralatan yang digunakan untuk memproduksi furniture oleh pegawai sudah memadai, seperti kelengkapan gergaji, sugu, shinso, serkel, mistar, penggaris, palu, dan lain-lain. Bapak Suroto juga mendapatkan pasokan kayu dari daerah Kramasan, Palembang.
Observasi Lingkungan
Industri mebel Sumber Jaya bergabung dengan rumah Bapak Suroto yang terletak di pinggir jalan. Namun, tempat pegawai bekerja berada di bagian belakang rumah dengan luas 24 m2. Ruangan yang memiliki tiga pintu, satu jendela, dan satu ventilasi tersebut terdapat tempat mencuci piring dan satu kandang ayam sehingga tercium bau kotoran ayam dari ruangan tersebut. Serbuk kayu sisa dari produksi mebel yang dikumpulkan di sudut ruangan di jual untuk makanan ayam dan bahan bakar indutri rumah tangga tahu Sumedang. Kayu dan sisa-sisa kayu pembuatan furniture tidak tertata rapi.
Kesehatan
Pegawai yang bekerja di toko Sumber Jaya tidak menggunakan kelengkapan APD dalam bekerja, seperti tidak menggunakan masker, kacamata pelindung, dan penutup telinga. Alasan pegawai tidak memakai APD dikarenakan merasa tidak nyaman ketika menggunakannya saat bekerja dan tidak mengetahui indikasi penggunanaan APD. Selama bekerja, pegawai tidak pernah mengalami kecelakaan kerja yang berat, hanya luka ringan akibat tergores kayu. Pegawai tidak mempuanyai asuransi kesehatan, namun apabila terjadi kecelakaan kerja yang cukup berat, Bapak Suroto yang akan bertanggung jawab dalam membiayai pengobatan dan perawatan pegawai. Selaku pemilik toko, Bapak Suroto juga menanggung biaya makan pegawainya.
BAB IV
ANALISIS
Dari hasil observasi yang telah dilakukan didapatkan bahwa risiko kecelakaan kerja di Mebel Sumber Jaya cukup tinggi dikarenakan kurangnya penggunaan Alat Pelindung Diri (APD).
Selama bekerja, pegawai tidak pernah mengalami kecelakaan kerja yang berat, hanya luka ringan akibat tergores kayu
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Saran
LAMPIRAN
DOKUMENTASI