LAPORAN TUGAS BESAR SI – 3151 3151 MANAJEMEN MANAJEMEN KONSTRUKSI SEMESTER I TAHUN 2016/2017 Disusun sebagai salah satu syarat kelulusan mata kuliah SI-3151 Manajemen Konstruksi Dosen: Ir. Muhamad Abduh, MT, Ph.D. NIP. 19690815199512002 Asisten: Nama (NIM 15013xxx)
Disusun Oleh: Adinda Ramadani 15014045 Muhammad Rizki P 15014052 Rafika Almira S Ag 15014056 Monica Fiskariana C 15014080
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN LI NGKUNGAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2016
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN TUGAS BESAR SI – 3151 3151 MANAJEMEN MANAJEMEN KONSTRUKSI Disusun sebagai salah satu syarat kelulusan mata kuliah SI-3151 Manajemen Konstruksi
Disusun oleh: Adinda Ramadani 15014045 Muhammad Rizki P 15014052 Rafika Almira S Ag 15014056 Monica Fiskariana C 15014080
Telah Disetujui dan Disahkan oleh: Bandung, Desember 2016
Dosen
Ir. Muhamad Abduh, MT, Ph.D. NIP. 19690815199512002
Asisten
Nama NIM
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN TUGAS BESAR SI – 3151 3151 MANAJEMEN MANAJEMEN KONSTRUKSI Disusun sebagai salah satu syarat kelulusan mata kuliah SI-3151 Manajemen Konstruksi
Disusun oleh: Adinda Ramadani 15014045 Muhammad Rizki P 15014052 Rafika Almira S Ag 15014056 Monica Fiskariana C 15014080
Telah Disetujui dan Disahkan oleh: Bandung, Desember 2016
Dosen
Ir. Muhamad Abduh, MT, Ph.D. NIP. 19690815199512002
Asisten
Nama NIM
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR GRAFIK
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Meningkatnya kebutuhan manusia agar dapat menciptakan kehidupan sejahtera menyebabkan meningkatnya permintaan alat-alat pemenuh kebutuhan tersebut. Untuk menciptakan alat-alat pemenuhan kebutuhan manusia tersebut perlu dilakukan kegiatan produksi yang efektif dan efisien. Kegiatan produksi pada kenyataannya tidak terlepas dari adanya pendidikan yang baik dan mamadai. Salah satu wujud pendidikan yang baik dan memadai adalah pendidikan yang didukung oleh pendidik yang berkualitas, sistem yang efektif serta infrastruktur yang mencukupi. Gedung CIBE dibangun untuk mendukung kegiatan akademik mahasiswa Institut Teknologi Bandung agar tercipta kegiatan belajar-mengajar yang nyaman dan efektif di dalam kampus. Gedung CIBE didukung dengan bangunan Sub-Station CIBE sebagai penyedia pasokan listrik agar jika terjadi keadaan darurat seperti mati listrik, gedung CIBE tetap dapat beroperasi sebagaimana mestinya sehingga kegiatan belajar mengajar masih tetap dapat dilaksanakan. Pada dasarnya dalam konstruksi sebuah proyek diperlukan perencanaan hingga pelaksanaan konstruksi yang baik. Jika terjadi kesalahan dalam penjadwalan, pengalokasian sumberdaya, penjaminan mutu, dan lainnya akan berimbas pada melonjaknya biaya pelaksanaan konstruksi. Melihat krusialnya proses pelaksanaan konstruksi ini dilakukan simulasi penjadwalan, pengelolaan sumberdaya, penjaminan mutu dan K3 dari proyek konstruksi Sub-Station CIBE. 1.2 Gambaran Umum Proyek CIBE Power House
Power House atau Substation CIBE merupakan salah satu bangunan yang berfungsi sebagai penyalur daya ( substation) dari jaringan listrik ITB. Di samping itu, bangunan ini memiliki fungsi sebagai penyedia daya cadangan untuk beberapa utilities di Gedung CIBE. Hal tersebut dibutuhkan saat tidak adanya pasokan listrik dari jaringan listrik ITB masuk ke substation.
Terdapat dua ruang pada bangunan Power House Substation CIBE, yaitu ruang substation dan ruang generator. Kedua ruang tersebut dibangun sesuai dengan fungsi yang telah disebutkan di atas. Lokasi bangunan Power House / Substation CIBE terletak sebelah barat bangunan CIBE. Berikut adalah denah lokasi dari Power House / Substation CIBE.
UTARA
Power House / Susbtation CIBE
Gambar 1. 1 Denah Lokasi Power House CIBE
1.3 Tujuan
Tujuan dari pengerjaan tugas besar ini di antaranya: 1. Membuat penjadwalan proyek Power House / Substation CIBE. 2. Mengalokasikan sumber daya pada pengerjaan proyek Power House / Substation CIBE. 3. Melakukan manajemen material dan mutu proyek Power House / Substation CIBE. 4. Menentukan dokumen kesehatan dan keselamatan kerja proyek Power House /
Substation CIBE.
BAB II TEORI DASAR 2.1 R esources Allocation
Secara umum sumber daya adalah suatu kemampuan dan kapasitas potensi yang dapat dimanfaatkan oleh kegiatan manusia untuk kegiatan sosial ekonomi. Sumber daya proyek konstruksi merupakan kemampuan dan kapasitas potensi yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan konstruksi. Dalam mengoperasionalkan sumber daya-sumber daya tersebut perlu dilakukan dalam suatu sistem manajemen yang baik, sehingga dapat bermanfaat secara optimal. Sumber daya proyek kontruksi terdiri dari beberapa jenis diantaranya biaya, waktu, sumber daya manusia, material dan peralatan. Dalam industri konstruksi, penjadwalan adalah salah satu fungsi yang paling penting dari manajemen proyek konstruksi karena membantu memonitor progress dan menentukan penyelesian proyek tepat waktu. Tetapi, kebanyakan pembahasan dalam manajemen proyek hanya fokus pada masalah waktu tanpa memperhitungkan antara keterbatasan
dan
kemampuan
sumberdaya.
Ketika
penjadwalan
proyek
tanpa
mempertimbangkan sumberdaya yang ada, hasilnya penjadwalan akan salah dan tidak dapat tercapai sesuai rencana. Oleh karena itu, masalah penjadwalan dalam terbatasnya sumber daya perlu didahulukan dengan tujuan meminimalkan total proyek sehingga proyek dapat dikerjakan sesuai dengan yang direncanakan. Secara umum sumber daya terbagi menjadi 2 jenis, yaitu : 1. Sumber daya tidak terbatas, yaitu apabila tingkat kebutuhan sumber daya lebih sedikit daripada sumber daya yang ada. 2. Sumber daya terbatas, yaitu apabila tingkat kebutuhan sumber daya melebihi jumlah sumber daya yang ada. Sumber daya tidak terbatas harus dikontrol penggunaanya agar efektif dan efisien. Oleh karena itu, perlu dilakukan perataan sumber daya (Resource Levelling). Perataan sumber daya bertujuan untuk menggunakan jumlah sumber daya secara minimum, mengurangi fluktuasi sumber daya harian, dan memastikan penggunaan sumber daya dengan baik. Konsep resource leveling adalah memindahkan aktivitas nonkritis sepanjang
float nya sehingga sumber daya bisa dipindahkan dari puncak ke lembah profil sumber daya tanpa menyebabkan penundaan proyek. Penjadwalan sumber daya terbatas digunakan jika jadwal menunjukan beberapa aktivitas yang membutuhkan sumber daya yang sama di saat yang bersamaan. Jika sumber daya terbatas jumlahnya, satu aktivitas harus ditunda, dengan demikian maka akan menunda seluruh proyek. Oleh karena itu tujuan penjadwalan sumber daya terbatas adalah untuk memilih secara tepat aktivitas mana saja yang harus ditunda dan mana saja yang harus dimulai sehingga penundaan total proyek dapat diminimalisir. Solusi yang dapat dilakukan dalam mengatur penjadwalan sumber daya terbatas adalah dengan memprioritaskan aktivitas paralel dan mengutamakan penggunaan sumber daya pada aktivitas dengan prioritas tinggi Least To tal Float (LTF) dan menunda aktivitas lain hingga waktu tercepat sumber daya tersebut tersedia kembali Earliest Late-Start (ELS). Beberapa metoda yang dapat digunakan dalam mengatur penjadwalan sumber daya terbatas adalah optimasi matematik, pemrograman dinamik dan pemrograman linier. Namun, metoda-metoda tersebut hanya dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan yang sederhana. Sedangkan untuk permasalahan yang lebih kompleks umumnya digunakan metoda heuristic yang dalam penyelesaiannya berdasarkan durasi, total float, dan jumlah successors.
2.2 Manajemen Material
Manajemen material didefinisikan sebagai suatu sistem manajemen yang dpperlukan untuk merencanakan dan mengendalikan mutu material, jumlah material dan penempatan perlatan yang tepat waktu, harga yang baik dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan. Manajemen material tidak hanya mencakup pembelian material, tetapi meliputi segala aktivitas yang bertalian dengannya seperti pengangkutan dan pengiriman, penentuan rute dan jenis transportasi, penanganan material dan peralatan, pertanggungjawaban serta penyimpanan barang, dokumentasi penerimaan barang dan pelepasan paling akhir dari barang surplus atau kelebihan pada akhir pekerjaan. Fungsi dari manajemen material adalah mengurangi risiko kekurangan bahan dan mengantisipasi ketidakpastian dalam perencanaan material. Keuntungan melakukan
manajemen proyek adalah pengontrolan dan persediaan material menjadi lebih terkontrol, pekerjaan bidang administrasi menjadi berkurang dan meminimalisir permintaan darurat dan penyimpanan. Manajemen material juga mendukung pelaksanaan proyek konstruksi berjalan efektif dan efisien. Beberapa hal yang harus dilakukan dalam manajemen material sebuah proyek adalah: 1. Perencanaan Kebutuhan Material Setelah kontrak ditandatangani, kontraktor akan melakukan perencanaan operasi konstruksinya.
Salah
satunya
adalah
penetapan
kebutuhan
material
untuk
pelaksanaan konstruksi. Suatu proyek konstruksi tidak akan lancar pelaksanaannya bila tidak menggunakan sistem persediaan dan pengendalian material yang terencana untuk memenuhi kebutuhan. Tetapi bila persediaan terlalu besar akan merugikan, sebaliknya bila persediaan material terlalu kecil juga tidak menguntungkan kontraktor. 2. Proses Pemesanan Sebelum melakukan pemesanan perlu ditetapkan supplier dari material konstruksi yang akan digunakan. Jika kebutuhan material terkait dengan kebutuhan untuk pemasangan atau pekerjaannya, maka dilakukan pemilihan sub-kontraktor atau spesialist. Sedangkan jika hanya dibutuhkan materialnya saja, maka dilakukan pemilihan supplier. Banyak hal yang harus dipertimbangakan dalam proses pemilihan supplier seperti kualitas, biaya, lokasi pabrik supplier, service yang ditawarkan supplier dll. Pemesanan material umumnya dilakukan secara purchace order (PO). Dalam PO terdapat terms and conditions pemesanan yang terdapat di bagian balakangnya atau dalam bentuk attachment. Sebuah PO dapat sedarhana berupa satu lembar kertas maupun cukup kompleks dalam bentuk kontrak. Supplier dapat memiliki terms and conditions sendiri, dan dapat dinegosiasikan dengan p embeli. 3. Proses Persetujuan Proses persetujuan terkait dengan material dengan jenis khusus atau materialmaterial yang membutuhkan fabrikasi dan kustomisasi. Apabila terjadi perubahan
dari spesifikasi awal selama proses produksi maka supplier perlu menanyakan persetujuan dari owner mengenai perubahan yang terjadi. Proses persetujuan dapat dilakukan dengan pemasukan submittal oleh supplier , review oleh kontraktor dan review oleh perancang dan/atau pengawas. 4. Fabrikasi dan Pengiriman Setelah disetujui, maka material dapat difabrikasi dan dikirim. Proses fabrikasi dan pengiriman merupakan hal kritis. Banyak waktu diperlukan untuk proses ini. Kontraktor harus melakukan estimasi dengan baik (expediting ). Pada saat penerimaan barang, maka harus dicek kembali kesesuaian antara PO dengan DO (delivery order ) dan surat jalannya. Ketepatan waktu kedatangan barang juga menjadi utama yang harus diperhatikan. Apabila terjadi keterlambatan kedatanagan barang maka akan mempengaruhi seluruh timeline proyek. 5. Gudang Barang yang sudah diterima kemudian disimpan di lokasi untuk sementara sebelum diinstalasi. Setiap kedatangan material dilapangan harus diberitahukan kepada konsultan pengawas, untuk dapat segera diperiksa dan dinilai persyaratan mutunya serta setiap material harus dijamin atau di garansi dengan mengadakan surat jaminan atau garansi. Gudang tempat penyimpanan dapat berupa gudang terbuka dan tertutup tergantung kepada jenis materialnya. Luas akses dan kondisi gedung perlu direncanakan agar mudah untuk melakukan penerimaan, penyimpanan, distribusi serta administrasi manajemen material secara efektif dan optimum. Penyimpanan material harus memenuhi syarat bebas dari segala macam gangguan kerusakan
yang
diakibatkan
oleh
adanya
penumpukan,
pengangkatan,
pembongkaran, kegiatan kerja, lalu lintas serta gangguan keamanan. Material harus dilindungi dari segala macam gangguan kerusakan, pengotoran, perubahan warna atau bentuk sejak dari pengangkutan, pengangkatan, penyimpanan, pengerjaan, serta pemasangan. 6. Proses Instalasi
Beberapa jenis material, terkadang instalasi harus segera dilakukan (sebagian atau seluruhnya) ketika material sudah tiba di lokasi. Koordinasi jadwal pengiriman dengan kegiatan di lapangan harus sinkron untuk menghindari pemborosan. Konsep Just in Time (JIT) dapat diusahakan untuk diterapkan. Konsep ini tidak hanya terkait dengan proses instalasi, tapi juga terkait dari awal proses manajemen material. Dalam konsep ini terdapat usaha untuk melakukan zero inventory, namun pada pelaksanaanya di konstruksi hal ini tidak dapat dilakukan karena tingkat respons pengadaan material harus sangat tinggi. Dalam proses manajemen material, dikenal sebuah istilah yaitu rantai pasok. Rantai pasok adalah suatu sistem yang terdiri dari supplier, manufacturer, transportasi, distribusi dan penjual yang tercipta untuk merubah material mentah mejadi produk akhir dan memasok produk tersebut ke pengguna. Konsep pengelolaan rantai pasok adalah mengkoordinasi dan memadukan aktivitas yang terkait dengan penciptaan suatu produk akhir di antara pihak-pihak terkait dalam suatu rantai pasok untuk meningkatkan efisiensi operasi, kualitas, dan layanan kepada pengguna dalam rangka mencapai suatu keunggulan kompetisi yang berkelanjutan untuk semua pihak yang terlibat dalam kolaborasi.
2.3 Manajemen Mutu
Manajemen mutu bertujuan untuk merencanakan, menjamin dan mengendalikan kualitas secara keseluruhan dari barang dan/atau jasa. Oleh karena itu manajemen mutu berada di tiap tahapan, dari mendefinisikan kebutuhan sampai dengan melaksanakan proyek. Proyek manajemen mutu mencakup proses-proses yang diperlukan untuk memastika bahwa proyek akan memenuhi kebutuhan yang dilakukan. Hal – hal yang menyangkut mutu yang yang dimaksud adalah produk/pelayanan/proses pelaksanaan dan proses manajemen proyek itu sendiri. Menurut Project Management Body of Knowledge (PM BOK), proyek manajemen mutu secara berurutan terdiri dari:
1) Quality Planning, yaitu mengidentifikasi standar kualitas seperti apa yang relevan dengan proyek dan menentukan bagaimana untuk memenuhinya. 2) Quality Assurance, yaitu mengevaluasi keseluruhan kinerja proyek secara teratur untuk memberikan keyakinan bahwa proyek akan memenuhi standar kualitas yang sesuai. 3) Quality Control, yaitu pemantauan hasil proyek untuk menentukan apakah mereka memenuhi standar kualitas yang relevan dan mengidentifikasi cara untuk menghilangkan penyebab dari kinerja tidak memuaskan. Karakteristik kualitas dalam proyek konstruksi mencakup berbagai aspek proyek antara lain nilai dan biaya, waktu dan jadwal, produk , workmanship, keselamatan dan kesehatan kerja di lokasi proyek dan lingkungan hidup. Aspek-aspek tersebut didefiniskan dalam dokumen proyek-kontrak yang terdiri dari kondisi kontrak, spesifikasi dan gambar. Ketiga poin tersebut yang dijadikan referensi utama manajemen mutu. Selain itu isi dari dokumen tersebut meliputi peraturan, standar, manual da n sebagainya. Dalam menentukan tingkat kualitas yang akan diberikan dan dieksekusi oleh kontraktor diperlukan spesifikasi teknis yang jelas. Jenis-jenis utama dari spesifikasi antara lain: 1) End result (product) specification yaitu pemilik mendefinisikan tingkat kualitas produk yang harus dipenuhi oleh kontraktor, terlepas apapun metode, praktikan atau pendekatan yang diambil oleh kontraktor dan semua bawahannya. 2) Method
specification
yaitu
pemilik
dengan
bantuan
konsultan
desain
meninstruksikan kontraktor untuk melaksanakan semua pekerjaan sesuai dengan tata cara dan urutan yang didefinisikan oleh pemilik seperti yang disebut dalam kontrak.
Gambar 2. 1 Pihak yang Terlibat dalam Menentukan Spesifikasi
Kualitas pada proyek konstruksi memiliki peran yang penting karena kualitas adalah salah satu esensi dari kontrak dan apabila mengalami kegagalan dalam standar kualitas akan mengakibatkan pemutusan kontrak, pembayaran/kompensasi atas kerusakan dan tuntutan pidana dalam hal kegagalan konstruksi dan kegagalan bangunan. Indonesia sendiri memiliki landasan hukum dalam melaksanakan manajemen mutu pada proyek diantaranya UU No 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi dan PP No 29 Tahun 2000 pasal 27(2) dan pasal 29(2). Dalam manajemen mutu di lokasi proyek pihak yang bertanggungjawab antara lain owner, design engineer , kontraktor (quality officer ), pengawas lokasi proyek dan inspektorat untuk proyek pemerintah. Manajemen mutu di lokasi proyek merupakan bagian dari quality assurance dan quality control. Kegiatan ini dapat dikembangkan dari dua pendekatan yaitu pre award dimana sistem mutu dikembangkan selama proses pelelangan sebelum kontrak dan post award dimana rencana mutu dikembangkan setelah penandatangan kontrak.
Gambar 2. 2 Peran Pihak yang Terlibat dalam Manajemen Mutu Proyek
Gambar 2. 3 Skema Manajemen Mutu di Lokasi Proyek
Perencanaan kualitas konstruksi (construction quality planning ) disiapkan oleh kontraktor dengan mengacu kebijakan mutu perusahaan dan peraturan yang meliputi identifikasi, pengembangan dan deskripsi tindakan, proses, mekanisme dan prinsip mengatur proses konstruksi untuk memenuhi semua spesifikasi proyek. Quality planning meliputi standard dan manual untuk quality assurance dan quality control. Quality planning telah umum dilakukan dimana perusahaan menetapkan standar mutu sendiri dan manual terkait mutu untuk sebagian besar pekerjaan konstruksi yang dilakukan kontraktor. Dalam sistem penjaminan dan pengendalian mutu konstruksi quality assurance terdiri dari perencanaan dan spesifikasi, shop drawings, standard dan manual termasuk untuk pengujian dan prosedur pekerjaan. Sedangkan quality control terdiri dari pengawasan, pemeriksaan, samping dan pengujian dengan instrument dan standar pengukian. Kriteria penerimaan dalam sistem penjaminan dan pengendalian mutu konstruksi antara lain:
Standar kualitas dan standar pengujian (SNI, ASTM dan sebagainya) Destructive vs nondestructive test
Tingkat kepercayaan akurasi dan presisi alat uji
Teknik sampling
Laboratorium independen
2.4 Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Kesehatan
dan
keselamatan
kerja (K3)
adalah
bidang
yang
terkait
dengan kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan manusia yang bekerja di sebuah
institusi maupun lokasi proyek. Tujuan dari K3 adalah untuk memelihara kesehatan dan keselamatan lingkungan kerja. Pada pekerjaan proyek konstruksi sering kali terjadi kecelakaan, baik kecelakaan kecil maupun kecelakaan yang fatal. Berbagai penyebab utama kecelakaan kerja pada proyek konstruksi adalah hal-hal yang berhubungan dengan karakteristik proyek konstruksi yang bersifat unik, lokasi kerja yang berbeda-beda, terbuka dan dipengaruhi cuaca, waktu pelaksanaan yang terbatas, dinamis dan menuntut ketahanan fisik yang tinggi, serta banyak menggunakan tenaga kerja yang tidak terlatih. Secara umum, faktor-faktor yang memengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja antara lain:
Kondisi kerja
Jenis tugas/kegiatan yang dilaksanakan
Sikap pekerja dan kesalahan manusia
Kondisi ekonomi
Sasaran manajemen
Kebijakan pemerintah dan institusi
Struktur industri
Sebagai owner dari proyek, kewajiban yang harus dilakukan agar tidak terjadi kecelakaan yang diinginkan antara lain sebagai berikut.
Kewajiban menyediakan tempat kerja yang aman
Kewajiban menyediakan alat, perangkat kerja yang aman
Kewajiban untuk memilih pekerja dengan hati-hati
Kewajiban melaksanakan peraturan keselamatan
Kewajiban menyediakan instruksi yang memadai tentang pekerjaan yang berbahaya
Landasan hukum kesehatan dan keselamatan kerja yaitu UURI No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER 01/MEN/ 1980 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Konstruksi Bangunan, UURI No. 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, UUJK, PP No 29 Tahun 2000 dan peraturan Menteri Pekerja Umum.
Dalam pelaksanaan proyek diperlukan adanya prosedur K3. Prosedur K3 Identifikasi Peraturan Perundang-undangan dan Persyaratan Lainnya digunakan untuk mengatur tatacara identifikasi perizinan K3 yang diperlukan, perundang-undangan yang wajib dipenuhi serta persyaratan lainnya baik dari kontrak pihak ke tiga maupun aturan-aturan lainnya yang berhubungan dengan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) yang digunakan untuk penerapan K3 di tempat kerja.
BAB III RESOURCES ALLOCATION
3.1 Proses Penjadwalan
Pada proses penjadwalan hal yang perlu dilakukan adalah mengidentifikasi durasi dari masing-masing kegiatan. Durasi yang ditentukan adalah berdasarkan pengalaman dari kontraktor itu sendiri. Setelah diketahui durasi pekerjaan, maka perlu dilakukan penentuan predecessor dari masing-masing kegiatan. Predecessor merupakan hubungan antar tugas/aktifitas dalam satu proyek, yang artinya jika satu tugas/aktifitas mengalami perubahan waktu maka otomatis tugas/aktifitas yang lainnya juga akan ikut berubah. Berikut ini hasil dari identifikasi durasi dan predecessor dari proyek Power House / Substation CIBE.
Tabel 3. 1 Durasi dan Predecessors Kegiatan No
Task Name
Duration
Predecessors
1
Wall and Floor Work
65 days
2 3
Genset Foundation
37 days
Concre te formwork genset foundation multiple x 12mm
4 days
12FS+21 days
4
Concrete genset foundation rebar
3 days
20
5
4 days 13 days
3
6
Concrete genset foundation Ready Mix Column
7
Concrete column formwork multiplex 12mm
6 days
8
8
Concrete column rebar
2 days
20
9
Concrete column Ready Mix
1 day
14FS+1 day
10
1 day 34 days
14FS+1 day
11 12
Non Structure column Site Mix Slab Concrete Slab formwork multiplex 12mm
5 days
13
13
Concrete slab rebar
5 days
20
14
concrete slab Ready Mix
3 days
12
15 16
5 days 4 days 4 days
12FS+21 days 12FS+21 days
17
Lean Concrete Work Floor Tie Beam
18
Concrete tie beam formwork multiplex 12mm
2 days
19
19 20
2 days 1 day 10 days
18
21
Concrete tie beam rebar Concrete tie beam Ready Mix Wall
22 23
Concrete wall formwork multiplex 12mm Concrete wall rebar
5 days 1 day
23 34,35
24
Concrete wall Ready Mix
25 26 27
Brick Wall Roof Work Beam
1 day
22,25
10 days 38 days 16 days
23
29,33
28
Concrete formwork multiplex 12mm
9 days
29
Concrete rebar
3 days
9
30
5 days 38 days
28
31
concrete Ready Mix Slab
32
Concrete formwork multiplex 12mm
15 days
30
33
Concrete rebar
5 days
9
34 35
12 days 1 day 9 days
32 32
36 37
concrete Ready Mix Lean Concrete Eaves Concrete formwork multiplex 12mm
7 days
38
38
Concrete rebar
3 days
9
39
concrete Ready Mix
1 day
37
3.2 Proses Pemerataan Sumber Daya
Dalam mengalokasikan jumlah sumber daya yang dibutuhkan indeks dari masing-masing sumber daya setiap kegiatan pada proyek. Umumnya indeks sumber daya baik tenaga kerja dan bahan yang dibutuhkan telah tertera di SNI. Lalu kontraktor mengalokasikan jumlah sumberdaya setiap harinya dengan proses coba-coba berdasarkan pengalaman dari kontraktornya. Berikut ini hasil coba-coba dalam mengalokasikan jumlah sumber daya berdasarkan jadwal pekerjaan:
Gambar 3. 1 Penjadwalan sumber daya sebelum perataan
Gambar 3. 2 Bar chart sumber daya sebelum perataan
Setelah dilakukan penjadwalan sumberdaya, ternyata terdapat beberapa sumberdaya yang melebihi jumlah sumber daya maksimum tiap harinya. Jumlah maksimum sumber daya perhari yang telah ditabulasikan dapat dilihat pada tabel 3.1. Tabel 3. 2 Jumlah maksimum sumber daya perhari
Sumber daya Jumlah Maksimum Pekerja
10
Kepala Tukang
5
Tukang Kayu
5
Mandor
4
Tukang Batu
5
Tukang Besi
7
Dari proses mengalokasikan sumber daya sesuai dengan jadwal ternyata masih ada beberapa yang melebihi sumber daya maksimum yang tersedia tiap harinya. Untuk itu perlu dilakukan pemerataan sumberdaya sesuai dengan jumlah maksimum dari masing-masing sumber daya. Pemerataan sumber daya dilakukan dengan menggunakan software Microsoft Project . Dibawah ini merupakan hasil perataan dari masing-masing sumber daya:
Gambar 3. 3 Perataan Sumber Daya Pekerja
Gambar 3. 6 Perataan Sumber Daya Kepala Tukang
Gambar 3. 4 Perataan Sumber Daya Tukang Kayu
Gambar 3. 7 Perataan Sumber Daya Mandor
Gambar 3. 5 Perataan Sumber Daya Batu
Gambar 3. 8 Perataan Sumber Daya Tukang Besi
Berikut ini hasil pemerataan sumber daya secara keseluruhan berdasarkan jadwal hari kerja:
Gambar 3. 9 Perataan sumber daya
Sehingga diperoleh penjadwalan setelah pemerataan seperti dibawah ini:
Gambar 3. 10 Penjadwalan sumber daya setelah perataan
Sehingga diperoleh penjadwalan setelah pemerataan seperti dibawah ini:
Gambar 3. 10 Penjadwalan sumber daya setelah perataan
Gambar 3. 11 Bar chart sumberdaya setelah perataan sumber daya
BAB IV MANAJEMEN MATERIAL
Dalam melakukan manajemen material, pertama kali yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi kebutuhan material setiap kegiatan pekerjaan. Kebutuhan material ditentukan oleh kontraktor berdasarkan gambar kerja dari owner ataupun bill of quantity dari proyek tersebut. Berikut ini hasil identifikasi kebutuhan material proyek Power House / Substation CIBE. Tabel 4. 1 Jumlah Kebutuhan Material pada Pekerjaan Dinding dan Lantai
WALL AND FLOOR WORK Pekerjaan
Index
Volume
Jumlah
Satuan
2
m3
7.05
kg
2.35
liter
1
m3
Concrete Tie Beam formwork Multiplex 12 mm kayu kelas 3
m3
0.045
Paku 5 cm - 10 cm
kg
0.3
Minyak Bekisting liter Concrete Genset Foundation formwork Multiplex 12 mm kayu kelas 3 m3
23.5
0.1
0.04
5.93
Paku 5 cm - 10 cm
kg
0.3
1.78
kg
Minyak Bekisting
liter
0.1
0.593
liter
Concrete Slab formwork Multiplex 12 mm kayu kelas 3
m3
0.04
2
m3
Paku 5 cm - 12 cm
kg
0.4
10.56
kg
Minyak Bekisting
liter
0.2
5.28
liter
Balok kayu kelas 2
m3
0.015
1
m3
0.35
10
lbr
6
158
batang
plywood tebal 9mm lbr Dolken Kayu Galam, φ= 8-10 batang cm, panjang 4 m Concrete wall formwork Multiplex 12 mm
26.4
kayu kelas 3
m3
0.03
1
m3
Paku 5 cm - 12 cm
kg
0.4
8.8
kg
Minyak Bekisting
liter
0.2
4.4
liter
Balok kayu kelas 2
m3
0.02
1
m3
plywood tebal 9mm Dolken Kayu Galam, φ= 8-10 cm, panjang 4 m Formite atau penjaga jarak
lbr
0.35
8
lbr
batang
3
66
batang
buah
4
88
buah
22
bekisting / spacer Concrete Columns formwork Multiplex 12 mm kayu kelas 3
m3
0.04
2
m3
Paku 5 cm - 12 cm
kg
0.4
14.4
kg
Minyak Bekisting
liter
0.2
7.2
liter
Balok kayu kelas 2
m3
0.015
1
m3
0.35
13
lbr
2
72
batang
1450.472
kg
985.67
kg
130.4862
kg
plywood tebal 9mm lbr Dolken Kayu Galam, φ= 8-10 batang cm, panjang 4 m Concrete Tie Beam rebar
36
Baja Tulangan D22
kg
D13
kg
D10
kg
352.5
Besi Beton (polos/ulir)
kg
10.5
370.125
kg
Kawat Beton
kg
0.15
5.2875
kg
702.1
kg
Concrete Genset Foundation rebar Baja Tulangan D13
kg
451.5
Besi Beton (polos/ulir)
kg
10.5
474.08
kg
Kawat Beton
kg
0.15
6.77
kg
1535.967
kg
Concrete Slab rebar Baja Tulangan D13
kg
2341.3
Besi Beton (polos/ulir)
kg
10.5
2458.365
kg
Kawat Beton
kg
0.15
35.1195
kg
1212.343
kg
Concrete Wall rebar Baja Tulangan D13
kg
214.5
Besi Beton (polos/ulir)
kg
10.5
225.225
kg
Kawat Beton
kg
0.15
3.2175
kg
121.5713
kg
543.792
kg
Concrete Columns rebar Baja Tulangan D10
kg
D22
kg
202.5
Besi Beton (polos/ulir)
kg
10.5
212.63
kg
Kawat Beton
kg
0.15
3.04
kg
902.4
kg
1626.2
kg
2441.65
kg
Concrete Tie Beam Readymix Fc=21,7 Mpa PC
kg
384
PB
kg
692
KR (30 mm)
kg
1039
2.35
Air
liter
215
505.25
liter
1155.84
kg
1720.86
kg
Concrete Genset Foundation Readymix Fc=30 Mpa PC
kg
448
PB
kg
667
KR (30 mm)
kg
1000
2580
kg
Air
liter
215
554.7
liter
6915.84
kg
12462.92
kg
2.58
Concrete Slab Readymix Fc=21,7 Mpa PC
kg
384
PB
kg
692
KR (30 mm)
kg
1039
18712.39
kg
Air
liter
215
3872.15
liter
633.6
kg
1141.8
kg
18.01
Concrete Wall Readymix Fc=21,7 Mpa PC
kg
384
PB
kg
692
KR (30 mm)
kg
1039
1714.35
kg
Air
liter
215
354.75
liter
518.4
kg
934.2
kg
1.65
Concrete Columns Readymix Fc=21,7 Mpa PC
kg
384
PB
kg
692
KR (30 mm)
kg
1039
1402.65
kg
215
290.25
liter
0.002
1
m3
0.003
kg
0.93
kg
Air liter Non Structure Columns Site Mix 1:2:3 + Rebar + Formwork kayu kelas 3 m3
1.35
Paku 5 cm - 12 cm
kg
0.01
Besi Beton Polos
kg
3
Kawat Beton
kg
0.045
0.014
kg
PC
kg
4
1.24
kg
PB
m3
0.006
0.002
m3
KR
m3
0.009
0.003
m3
bata merah
buah
140
14185
buah
PC
kg
26.55
2690.046
kg
PP
m3
0.093
9.42276
m3
PC
kg
230
29900
kg
PB
kg
883
114790
kg
KR (30 mm)
kg
1027
133510
kg
Air
liter
200
26000
liter
kg
230
370.3
kg
0.31
Brick Wall 1:4 101.32
Lean Concrete 50 mm
Work floor T. 50 mm PC
130
1.61
PB
kg
883
1421.63
kg
KR (30 mm)
kg
1027
1653.47
kg
Air
liter
200
322
liter
Jumlah
Satuan
Tabel 4. 2 Jumlah Kebutuhan Material pada Pekerjaan Atap
ROOF WORK Pekerjaan
Index
Volume
Concrete Beam formwork Multiplex 12 mm kayu kelas 3
m3
0.04
2
m3
Paku 5 cm - 12 cm
kg
0.4
20
kg
Minyak Bekisting
liter
0.2
9.76
liter
Balok Kayu Kelas 2
m2
0.018
1
m2
0.35
18
lbr
2
98
batang
plywood tebal 9mm lbr Dolken Kayu Galam, φ= 8-10 cm, batang panjang 4 m Concrete Slab formwork Multiplex 12 mm
48.8
kayu kelas 3
m3
0.04
6
m3
Paku 5 cm - 12 cm
kg
0.4
51
kg
Minyak Bekisting
liter
0.2
25.2
liter
Balok Kayu Kelas 2
m2
0.015
2
m2
0.35
45
lbr
6
756
batang
plywood tebal 9mm lbr Dolken Kayu Galam, φ= 8-10 cm, batang panjang 4 m Concrete Eaves formwork Multiplex 12 mm
126
kayu kelas 3
m3
0.04
2
m3
Paku 5 cm - 12 cm
kg
0.4
20
kg
Minyak Bekisting
liter
0.2
10
liter
Balok Kayu Kelas 2
m2
0.018
1
m2
lbr
0.35
18
lbr
batang
2
100
batang
222.6227
kg
1321.341
kg
plywood tebal 9mm Dolken Kayu Galam, φ= 8-10 cm, panjang 4 m Concrete Beam rebar
50
Baja Tulangan D10
kg
D22
kg
915
Besi Beton (polos/ulir)
kg
10.5
960.75
kg
Kawat Beton
kg
0.15
13.725
kg
1494.024
kg
Concrete Slab rebar Baja Tulangan
2129.4 D13
kg
Besi Beton (polos/ulir)
kg
10.5
2235.87
kg
Kawat Beton
kg
0.15
31.941
kg
385.8793
kg
Concrete Eaves rebar Baja Tulangan D13
kg
175
Besi Beton (polos/ulir)
kg
10.5
183.75
kg
Kawat Beton
kg
0.15
2.625
kg
2342.4
kg
4221.2
kg
Concrete Beam Readymix Fc=21,7 Mpa PC
kg
384
PB
kg
692
KR (30 mm)
kg
1039
6337.9
kg
Air
liter
215
1311.5
liter
6289.92
kg
11334.96
kg
6.1
Concrete Slab Readymix Fc=21,7 Mpa PC
kg
384
PB
kg
692
KR (30 mm)
kg
1039
17018.82
kg
Air
liter
215
3521.7
liter
672
kg
1211
kg
16.38
Concrete Eaves Readymix Fc=21,7 Mpa PC
kg
384
PB
kg
692
KR (30 mm)
kg
1039
1818.25
kg
Air
liter
215
376.25
liter
PC
kg
230
28980
kg
PB
kg
883
111258
kg
KR (30 mm)
kg
1027
129402
kg
Air
liter
200
25200
liter
1.75
Lean Concrete 50 mm 126
4.1 Supplier Material
Material yang telah diidentifikasi jumlahnya, nantinya akan didapat dari pemesanan kepada supplier. Setiap material diperoleh dari berbagai supplier tergantung dari jenis material tersebut. Pemilihan supplier merupakan hal yang penting untuk pengadaan material tersebut. Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan supplier, di antaranya produk dan proses teknologi, kualitas, harga, sistem pemesanan, kapasitas, lokasi, pelayanan, dan sebagainya. Kebutuhan tiap material pun berbeda-beda untuk setiap pekerjaan. Terdapat material yang hanya dibutuhkan materialnya saja. Selain itu, ada pula material yang membutuhkan
bantuan ntuk pemasangan atau pengerjaannya. Oleh karena itu, analisis aterial terhadap setiap pekerjaan harus dilakukan secara detail dan cukup teliti. Berikut adalah supplier yang dipilih untuk mengadakan material yang dibutuhkan pada proyek Power House / Substation CIBE ini. 1. Beton
Beton merupakan campuran antara semen Portland atau semen hidraulik jenis lainnya, agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan yang setelah mengeras membentuk masa padat (Amrinsyah Nasution, 2009). Beton yang dipilih untuk pembangunan gedung tersebut yaitu beton readymix. Beton Ready Mix atau beton segar siap pakai adalah beton yang diproduksi di batching plant dengan kualitas tertentu sesuai dengan yang disyaratkan atau sesuai spesifikasi yang diinginkan oleh konsumen. Beton segar tersebut diaduk dalam suatu mesin pengaduk stasioner atau dalam truk mixer/pengaduk. Kemudian, beton dikirim kepada konsumen beton dalam keadaan segar menggunakan truk mixer. Supplier material beton readymix yang dipilih yaitu Pionir Group. Lokasi dari supplier tersebut yaitu Pasar Palasari TB/103, Jalan Palasari nomor 82, Malabar, Lengkong, Kota Bandung, Jawa Barat. Jarak dari supplier ke lokasi proyek sekitar 5,8 km. Pionir Group dipilih sebagai supplier material beton karena memiliki kualitas yang baik dan juga sesuai dengan kebutuhan proyek. Selain itu, supplier memiliki banyak pengalaman proyek yang telah dikerjakan. Jarak dari supplier dan lokasi proyek pun relatif dekat, sehingga tidak memerlukan waktu lama dalam perjalanan.
Gambar 4. 1 Jarak dari Lokasi Pionir Group ke Lokasi Proyek
2. Baja
Baja adalah loga paduan dengan besi (Fe) sebagai unsur dasar dan karbon (C) sebagai unsur paduan utamanya. Baja yang digunakan dalam proyek ini yaitu tulangan baja. Tulangan baja untuk beton ini dibedakan menjadi tulangan polos dan tulangan berulir (deformed ). Tulangan polos yaitu batang baja yang permukaan sisi luarnya rata tidak bersirip atau berulir, sedangkan tulangan deform atau ulir adalah batang baja dengan permukaan sisi luar tidak rata, tetapi bersirip atau berukir. Jenis yang disyaratkan untuk dipakai dalam pembangunan struktur beton bangunan pada umumnya adalah jenis tulangan deform atau ulir. Supplier baja tulangan yang dipilih untuk proyek Power House / Substation CIBE adalah PT. Gunung Garuda. Supplier baja tersebut berlokasi di Jalan Perjuangan No. 8, Tangsi, Sukadanau, Cikarang Barat, Bekasi, Jawa Barat. Jarak dari supplier ke lokasi proyek sekitar 119 km. Lokasi tersebut cukup jauh dikarenakan supplier baja di Bandung tidak banyak, sehingga baja harus diperoleh dari luar Bandung. Supplier baja ini memiliki kualitas yang cukup baik serta memiliki pengalaman mengerjakan proyek di dalam maupun luar negeri.
Gambar 4. 2 Jarak dari Lokasi PT Gunung Garuda ke Lokasi Proyek
3. Material lainnya
Material lainnya yang digunakan dalam proyek Power House / Substation CIBE ini di antaranya kayu kelas III, balok kayu kelas II, paku 5-10 cm dan 5-12 cm, minyak bekisting, plywood, dolken kayu galam, formite, kawat beton, PC, PB, KR, bata merah, dan PP. Supplier yang dipilih untuk material tersebut yaitu Depo Bangunan. Lokasi dari supplier ini yaitu di Jalan Soekarno Hatta Kav.648, Bandung, Jawa Barat. Supplier dipilih karena memiliki material yang lengkap dan juga beragam. Kualitas materialnya pun cukup baik. Jarak supplier dan lokasi proyek tidak terlalu jauh, sekitar 12, 1 km.
Gambar 4. 3 Jarak dari Lokasi Depo Bangunan ke Lokasi Proyek
4.2 Durasi Proses Pemesanan Material
Dalam proses pemesanan material dibutuhkan waktu untuk melakukan pemesanan sebelum menggunakan material bangunan. Hal tersebut dilakukan karena ketersediaan setiap material dari supplier belum tentu sesuai dengan spesifikasi material yang dibutuhkan pada proyek. Oleh karena itu, durasi proses pemesanan harus disesuaikan dengan jadwal pekerjaan yang akan dilakukan. Berikut adalah rincian durasi proses pemesanan material. 1. Beton
Beton yang dipakai pada proyek pembangunan gedung Power House / Substation CIBE merupakan beton readymix. Beton tersebut telah dilakukan pencampuran semua material dalam suatu truk molen. Spesifikasi material beton readymix tergantung dari pemesanan nilai fc’ yang dibutuhkan.
Durasi pemesanan beton yang dijadwalkan yaitu lima hari sebelum melakukan pengecoran. Hal tersebut dilakukan karena beton readymix merupakan bulk material. Bulk material tidak membutuhkan banyak modifikasi dari penjual maupun pemesan material. Selain itu, material tersebut tidak perlu difabrikasi dan dapat langsung dikirim ke lokasi proyek. Lokasi supplier dan proyek pun tidak terlalu jauh jaraknya. 2. Baja
Baja yang dibutuhkan dalam proyek ini merupakan baja tulangan baik polos maupun ulir. Jumlah dan diameter baja yang dipakai pun beragam sesuai kebutuhan dan kekuatan beton bertulang. Durasi pemesanan baja yang dijadwalkan yaitu dua minggu sebelum instalasi. Hal tersebut
dikarenakan
baja
merupakan fabricated
material . Fabricated
material
membutuhkan fabrikasi khusus yang membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Selain itu, material baja yang sesuai dengan spesifikasi tidak selalu tersedia di supplier. Lokasi supplier pun cukup jauh karena berbeda kota, sehingga mobilisasi material cukup terbatas. 3. Material lainnya
Waktu pemesanan material lainnya selain beton dan baja dilakukan 2 hari sebelum kegiatan pekerjaan dimulai. Waktu yang dibutuhkan untuk memesan material selain beton dan baja tidaklah lama sebab material lain yang digunakan mudah ditemukan di toko-toko bangunan dan tidak memerlukan fabrikasi ataupun spesifikasi yang khusus. 4.3 Durasi Proses Persetujuan
Setelah melakukan proses pemesanan, terkadang terdapat material yang perlu dipastikan kembali jumlah dan atau spesifikasinya. Pada umumnya, material yang membutuhkan hal tersebut yaitu beton. Penggantian jumlah dan atau spesifikasi memerlukan proses persetujuan. Durasi proses persetujuan ini yaitu satu hari. Proses ini dilakukan dua hari sebelum pengecoran.
4.4 Durasi Pengiriman Beton, Volume dan Produktivitas Pengecoran
Pekerjaan dinding dan lantai serta atap memerlukan material beton. Durasi pengiriman material beton didapat dengan membandingkan jarak dengan perkiraan kecepatan kendaraan truk molen yang membawa beton. Selain itu, jalur pengiriman dan juga kemacetan perlu dipertimbangkan. Dengan demikian, pengiriman beton dari supplier Pionir Group ke lokasi proyek selama satu jam.
Volume beton diperoleh melalui perhitungan pada gambar yang didesain. Terdapat sedikit perbedaan antara volume beton pada Bill of Quantity dan perhitungan pada gambar di AutoCAD. Volume yang dipilih untuk produktivitas pengecoran yaitu volume dari gambar desain. Produktivitas pengecoran didapat dari pembagian volume beton yang dibutuhkan dengan durasi pekerjaan yang telah dibuat dalam penjadwalan pekerjaan. Beton tersebut dibawa menggunakan truk, baik yang besar maupun kecil tergantung kapasitas truk dan produktivitas pengecoran. Truk besar dapat menampung beton sebanyak 7 3
3
m , sedangkan truk kecil sebanyak 3 m . Selain dari kapasitas dan produktivitas pengecoran, kebutuhan truk pun disesuaikan dengan jenis pekerjaa. Hal ini dikarenakan jadwal dari setiap pekerjaan berbeda-beda sehingga volume beton tidak dapat dikumulatifkan untuk semua pekerjaan. Tabel 4.1 dan Tabel 4.2 menunjukkan volume beton yang dibutuhkan, produktivitas pengecoran, serta durasi pengiriman beton setiap kegiatan. Tabel 4. 3 Durasi Pekerjaan, Produktivitas, Kebutuhan Truk dan Durasi Pengiriman Pekerjaan Dinding dan Lantai
WALL AND FLOOR WORK Kegiatan Tie Beam Genset Foundation Lean Concrete Slab Wall Column Nonstructure
3
fc' (Mpa) Volume (m ) 21,7 30 21,7 21,7 21,7 21,7 21,7
12,243 2,58 7,6446 17,393946 6,426 3,792 0,31
Durasi Pekerjaan (hari)
Produktivitas 3
(m /hari)
1 1 1 3 1 1 1
12,2430 2,5800 7,6446 5,7980 6,4260 3,7920 0,3100
Kebutuhan Truk Total
Durasi Truk Kecil Truk Besar Pengiriman 3 3 (jam) (3 m ) (7 m ) 2 1 1 1 3 1 6 1 1 1 1 1 1 1
Tabel 4. 4 Durasi Pekerjaan, Produktivitas, Kebutuhan Truk dan Durasi Pengiriman Pekerjaan Atap
ROOF WORK Kegiatan Tie Beam Slab Eaves
3
fc' (Mpa) Volume (m ) 21,7 21,7 21,7
9,36075 10,43637 1,75
Durasi Pekerjaan (hari) 1 2 1
Produktivitas (m3/hari) 9,3608 5,2182 1,7500
Kebutuhan Truk Total
Durasi Truk Kecil Truk Besar Pengiriman (jam) (3 m3) (7 m3) 1 4 1
1
1 1 1
4.5 Gudang dan Workshop Material yang digunakan pada proyek Power House / Substation CIBE akan disimpan di ruang gudang. Lokasi gudang penyimpanan material berada di sebelah selatan gedung
Power House / Substation CIBE. Luas gudang tersebut yaitu 6 m x 3,5 m. Luas gudang mempengaruhi kuantitas barang yang dapat ditampung di tempat tersebut. Selain gudang, terdapat pula suatu ruangan yang disebut workshop. Ruang workshop ini terletak di selatan gudang penyimpanan barang. Luas ruang tersebut yaitu 6 m x 4 m. Ruang workshop berfungsi untuk merakit baja yang akan dijadikan tulangan. Gambar 4.4 di bawah ini merupakan denah lokasi gudang dan ruang workshop.
Gambar 4. 4 Denah Power House / Substation CIBE, Gudang dan Workshop
BAB V MANAJEMEN MUTU
Penerapan ISO 9001:2008 membutuhkan beberapa dokumen yang harus dibuat. Sistem dokumentasi ini diperlukan untuk menjamin bahwa penerapan sistem manajemen mutu berlangsung secara terarah, terkendali dan terukur. Dokumen-dokumen tersebut meliputi: 1. Manual Mutu atau Pedoman Mutu (Quality Manual )
Manual Mutu atau Pedoman Mutu adalah sebuah dokumen yang berisi pernyataan dan komitmen perusahaan tentang penerapan ISO 9001:2008. Biasanya manual mutu dibuat dengan menginterpretasikan klausul-klausul ISO 9001:2008 yang disesuaikan dengan penerapan yang dilakukan oleh perusahaan tersebut. Manual mutu dibuat sebagai pedoman penerapan ISO 9001: 2008 di suatu perusahaan. 2. Struktur Organisasi dan Business Process Mapping
Struktur organisasi menunjukkan hierarki yang ada di suatu perusahaan secara global. Adapun business process mapping mampu menjelaskan interaksi antar bagian yang ada di perusahaan mulai dari pesanaan pelanggan sampai produk atau jasa diterima pelanggan. Kedua dokumen ini nantinya akan dijadikan pedoman yang penting dalam penyusunan job description dan juga prosedur kerja ISO 9001. Struktur organisasi dalam pelaksanaan proyek pembangunan Sub-Stasion CIBE adalah sebagai berikut.
Gambar 5. 1 Struktur Organisasi Proyek Sub-Station CIBE
Sedangkan untuk business process mapping pada pelaksanaan proyek pembangunan SubStasion CIBE adalah sebagai berikut.
Gambar 5. 2 Business Process Mapping Proyek Sub-Station CIBE
3. Kebijakan Mutu dan Sasaran Mutu
Kebijakan mutu adalah sebuah dokumen yang berisi pernyataan komitmen perusahaan terkait penerapan sistem manajemen mutu di perusahaannya. Adapun sasaran mutu adalah target-target yang hendak dicapai oleh perusahaan. Sasaran mutu harus terarah dan terukur. Dalam pengertian, memiliki target yang jelas (dalam bentuk angka). Misalkan: Perolehan benefit Rp. 1 Milyar sampai akhir tahun 2010, Zero accident , maksimal 3 keluhan pelanggan per tahun, dan sebagainya. 4. Prosedur Kerja
Prosedur kerja adalah dokumen yang berisi panduan pelaksanaan suatu pekerjaan. Prosedur kerja yang baik seharusnya memenuhi ketentuan berikut: a. Mampu menjelaskan tujuan pembuatan prosedur serta ruang lingkup penerapan prosedur kerja tersebut.
b. Tidak mengandung istilah-istilah yang multitafsir. Sehingga perlu dijelaskan makna istilah yang dimaksud. c. Mampu menjelaskan langkah-langkah pekerjaan dengan jelas beserta pihak-pihak yang bertanggung jawab menjalankan pekerjaan tersebut. d. Memastikan bahwa semua rekaman mutu (form atau bukti lainnya) yang dibutuhkan senantiasa diisi. Jika kita baca standar ISO 9001, maka jelas bahwa prosedur kerja yang wajib dimiliki oleh setiap organisasi yang ingin menerapkan ISO 9001 hanya ada enam prosedur saja, yaitu: 1. Prosedur Pengendalian Dokumen 2. Prosedur Pengendalian Rekaman Mutu 3. Prosedur Pengendalian Produk Tidak Sesuai ( Non-Conforming Product ) 4. Prosedur Prosedur Internal Audit 5. Prosedur Tindakan Perbaikan 6. Prosedur Tindakan pencegahan Adapun prosedur lain seperti misalnya prosedur pembelian, prosedur penerimaan order pelanggan, prosedur produksi, dan prosedur lainnya tidak wajib dibuat selama sautu organisasi dapat menjamin bahwa tanpa adanya prosedur, kegiatan yang ada dapat tetap dijalankan dengan terarah dan terkontrol. Perlu dicatat, untuk kegiatan selain enam kegiatan di atas yang wajib dimiliki prosedurnya, ada beberapa kegiatan yang memang tidak diwajibkan adanya prosedur kerja, namun diwajibkan adanya rekaman mutu (baca standar ISO 9001). Selain itu terdapat dokumen instruksi kerja ISO 9001 yang dibuat untuk menjelaskan langkah-langkah kegiatan yang lebih detail daripada prosedur kerja atau bisa jadi menjelaskan detail kegiatan untuk tiap tahapan kegiatan yang disebutkan di prosedur kerja. Instruksi kerja hanyalah dokumen untuk membantu memahami prosedur kerja ISO 9001 dengan baik. Tidak ada ketentuan dari ISO 9001 untuk membuat instruksi kerja. 5. Rekaman Mutu
Rekaman mutu adalah dokumen yang dapat menunjukkan bukti dilaksanakannya suatu pekerjaan. Rekaman mutu dapat berupa formulir (form), foto, video, atau rekaman data
computer (softcopy). Namun lazimnya adalah berupa form. Contohnya form surat permohonan
pembelian,
form
checkseet
pemeriksaan
mesin,
dan
sebagainya.
DOKUMEN MANUAL MUTU NO: 0023033 PT. MAJUNGONOWES Tbk
Dibawah ini PT. Majungonowes Tbk menyatakan komitmen terhadap penerapan ISO 9001:2008 dalam melakukan konstruksi Sub-Station CIBE, yang memuat klausal-klausal sebagai berikut:
Klausul 1. Ruang Lingkup Klausul 2. Acuan Standar Klausul 3. Istilah dan Definisi Klausul 4. Sistem Manajemen Mutu Klausul 5. Tanggung Jawab Manajemen Klausul 6. Manajemen Sumberdaya Klausul 7. Realisasi Produk Klausul 8. Pengukuran, Analisis, dan Peningkatan
Demikian surat komitmen ini dibuat agar digunakan sebaik-baiknya.
Head Quality Manager PT Majungonowes Tbk
Monica Fiskariana Cikita, S.T, M.Sc.
STRUKTUR ORGANISASI
Business Process Mapping
DOKUMEN PROSEDUR KERJA
Dokumen prosedur kerja ini dibuat dengan tujuan untuk menjelaskan langkah-langkah pengerjaan proyek power house substation CIBE agar dapat dijalankan oleh pihak-pihak yang bersangkutan. Berikut ini merupakan Work Breakdown Structure (WBS) dari proyek power house substation CIBE:
WBS POWER HOUSE CIBE WALL AND FLOOR
COLUMN
FOUNDATION
SLAB
ROOF
BEAM
WALL
BEAM
SLAB
EAVES
Penulangan
Penulangan
Penulangan
Penulangan
Penulangan
Penulangan
Penulangan
Penulangan
Bekisting
Bekisting
Bekisting
Bekisting
Bekisting
Bekisting
Bekisting
Bekisting
Pengecoran
Pengecoran
Pengecoran
Pengecoran
Pengecoran
Pengecoran
Pengecoran
Pengecoran
Work floor
Brick Wall
Lean Concrete
Lean Concrete
Berdasarkan WBS diatas akan dijelaskan tahapan pekerjaan dari proyek power house substation CIBE secara detail. Berikut ini merupakan tahapan pekerjaan proyek tersebut. 1. Melakukan pekerjaan penulangan tie beam,bekisting tie beam dan pengecoran tie beam secara berurutan. 2. Melakukan pekerjaan penulangan lantai, penulangan pondasi genset dan penulangan kolom secara bersamaan. Seteleh selesai melakukan pekerjaan penulangan lantai, melakukan pekerjaan bekisting lantai. Pada saat selesai melakukan penulangan kolom, lalu melakukan pekerjaan bekisting kolom. 3.
Setelah pekerjaan bekisting lantai telah selesai kemudian melakukan pekerjaan bekisting pondasi genset , pekerjaan pengecoran lantai, pekerjaan lean concrete dan pekerjaan work floor secara bersamaan.
4. Setelah pekerjaan bekisting pondasi genset selesai dilaksanakan, lalu melakukan pekerjaan pengecoran pondasi genset. Saat pekerjaan pengecoran lantai selesai, kemudian melakukan pekerjaan pengecoran kolom dan pekerjaan nonstructure column site mix. 5. Saat pekerjaan pengecoran kolom sudah selesai, kemudian bersama-sama melakukan pekerjaan pada atap yaitu penulangan balok, penulangan lantai dan penulangan eaves. 6. Setelah penulangan balok dan lantai pada pekerjaan atap selesai, kemudian melakukan pekerjaan bekisting pada balok yang dilanjutkan dengan pengecoran balok. Pada saat penulangan eaves telah selesai dilaksanakan, kemudian mengerjakan bekisting eaves yang dilanjutkan dengan pekerjaan pengecoran eaves. 7. Pada saat pengecoran balok pada pekerjaan atap telah selesai, dilanjutkan pekerjaan bekisting pada lantai atap. Setelah itu melakukan pekerjaan pengecoran pada lantai atap tersebut bersamaan dengan melakukan pekerjaan lean concrete. 8. Setelah pekerjaan pengecoran pada lantai atap dan pekerjaan lean concrete telah selesai kemudian dilanjutkan dengan melakukan penulangan pada dinding. 9. Saat penulangan pada dinding telah selesai, pekerjaan bekisting dinding dan pekerjaan brick wall dilakukan secara bersamaan. Setelah kedua pekerjaan selesai, kemudian dilanjutkan
dengan pengecoran pada dinding.
Head Scheduling Manager,
Rafika Almira, S.T, M.Sc
PURCHASE ORDER No: PO00459 PLEASE REFER TO ABOICE NUMBER WHEN SUBMITTING INVOICE
Company
: Pionir Grup
Bill to
: PT Majungonowes Tbk
Adreas
: Palasari, Bandung
Address
: Jalan Ganesa 10, Bandung
Ph/ Fax
: 085274281555
Phone/Fax: 082226677702
Contact
: Dadang Suradang
Contact
No
Item Description / Part Number
Quantity
Unit of Material 3 1 70 m Beton Readymix fc’= 21.7 MPa 2 2.58 m3 Beton Readymix fc’= 31.1 MPa SAY: enam puluh satu juta empat ratus dua ribu rupiah
: M. Rizki Pratomo, S.T, M.Sc.
Unit Price
Line Total
Rp 830.000,00 Rp 1.280.000,00 Sub Total VAT 10% Total
Rp 58.100.000,00 Rp 3.302.000,00 Rp 61.402.000,00 0 Rp 61.402.000,00
Note:
Semua pengiriman barang harus disertakan nota/faktur dan kwitansi
Barang akan kami kembalikan apabila tidak sesuai pesanan
Nomor Purchase Order (PO) harus dicantumkan dalam Nota/Faktur/Kwintasi
Bila pengiriman barang akan dilaksanakan secara bertahap, setiap pengiriman barang harap disertakan fotokopi Purchase Order (PO)
Yours Faithfully,
Lee Kwe Tiau Director
PURCHASE ORDER No: PO00459 PLEASE REFER TO ABOICE NUMBER WHEN SUBMITTING INVOICE
Company
: PT Gunung Garuda
Bill to
: PT Majungonowes Tbk
Adreas
: Cikarang Barat, Bekasi
Address
: Jalan Ganesa 10, Bandung
Ph/ Fax
: 085274281648
Phone/Fax: 082226677702
Contact
: Ferry Irawan
Contact
: M. Rizki Pratomo, S.T, M.Sc.
No 1 2 3
Item Description / Part Number Quantity Unit of Material Unit Price/batang Berat 1 Batang Line Total Baja polos D10 474.68 Kg 69500 7.4 Rp4,458,143.24 Baja polos D13 5079.71 Kg 118250 12.5 Rp48,054,056.60 Baja polos D22 3315.61 Kg 338700 35.81 Rp31,359,874.53 Sub Total Rp83,872,074.38 SAY: delapan puluh tiga juta delapan ratus tujuh puluh dua ribu VAT 10% 0 tujuh puluh e mpat koma tiga delapan rupiah Total Rp83,872,074.38
Note:
Semua pengiriman barang harus disertakan nota/faktur dan kwitansi
Barang akan kami kembalikan apabila tidak sesuai pesanan
Nomor Purchase Order (PO) harus dicantumkan dalam Nota/Faktur/Kwintasi
Bila pengiriman barang akan dilaksanakan secara bertahap, setiap pengiriman barang harap disertakan fotokopi Purchase Order (PO)
Yours Faithfully,
Ko Cap Tjay Director
DOKUMEN MANUAL MUTU NO: 0023034 PT. MAJUNGONOWES Tbk
Dibawah ini PT. Majungonowes Tbk menyatakan komitmen terhadap penerapan sistem manajemen mutu di PT. Majungonowes Tbk. Sasaran mutu yang akan dicapai antara lain: 1. Zero accident
2. Maksimal 5 keluhan pelanggan pertahun 3. Tidak ada kesalahan fungsional gedung akibat non-bencana se lama 10 tahun 4. Dilakukan pengecekan dan evaluasi kinerja gedung minimal 2 kali dalam 1 tahun Demikian surat komitmen ini dibuat agar dapat digunakan sebagai acuan dan dimanfaatkan sebagaimana mestinya.
Head Quality Manager PT Majungonowes Tbk
Monica Fiskariana Cikita, S.T, M.Sc.
BAB VI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
Hal yang sangat penting dalam pembuatan program kerja K3 proyek adalah penetapan sasaran/ target K3 proyek. Sasaran atau target K3 yang direncanakan akan menjadi tolak ukur keberhasilan pelaksanaan proyek pada aspek K3. Sasaran/ target K3 pada proyek CIBE Substation: a. Zero Accident (kecelakaan fatal) b. Meningkatkan kepedulian tentang K3 kepada seluruh pekerja c. Pada pelaksanaan proyek tidak terjadi kecelakaan dan penyakit akibat kerja d. Wajib menggunakan alat pelindung diri dan alat keamanan lainnya e. Material ditumpuk rapi dan sesuai dengan jenisnya f.
Proyek bersih, rapi dan sehat
g. Meningkatkan hasil produksi yang lebih baik Usaha yang akan dilakukan agar sasaran dan target K3 dari proyek CIBE Substation dapat terlaksana dan tercapai: a. Safety Induction Pengarahan/pendekatan kepada pekerja baru termasuk karyawan serta pengarahan tentang K3, house keeping dan ketertiban proyek. Kegiatan ini dilakukan pada awal pelaksanaan proyek atau setiap ada pekerja yang baru masuk. b. Safety Talk Penjelasan atau pengarahan singkat tentang K3 dan kondisi proyek kepada seluruh pekerja sebelum memulai pekerjaan. Hal ini penting agar pekerja mengetahui kondisi bahaya/risiko yang ada pada pekerjaan yang akan dihadapi. c. Safety Meeting Pertemuan/ rapat K3 diperlukan untuk membahas masalah yang terjadi dan tindakan pencegahannya serta melaporkan kecelakaan yang terjadi dan langkah - langkah perbaikannya. Pertemuan ini akan dilakukan rutin secara 3 kali yaitu saat 1/3 berjalannya konstruksi, 2/3 berjalannya konstruksi dan di ujung proses konstruksi.
d. Safety Patrol Inspeksi K3 atau safety patrol , dilakukan untuk pengawasan dan mengontrol kegiatan dilapangan apakah sudah sesuai dengan rencana atau tidak. Inspeksi akan dilakukan secara mendadak setidaknya 2 kali selama proses konstruksi dilakukan. Pelanggaran yang ditemukan akan langsung diproses untuk diberi sanksi yang sesuai. e. Training K3 Training singkat mengenai K3 untuk seluruh sumber daya manusia pada proyek akan dilaksanakan sebelum proyek mulai dilaksanakan. Hal ini wajib dilaksanakan, meskipun proyek CIBE Substation tergolong proyek kecil dengan total durasi yang singkat. Selanjutnya dalam merencanakan K3 proyek CIBE Substation, dilakukan identifikasi bahaya, penilaian resiko, dan penentuan pengendalian dari setiap pekerjaan. Tanpa perencana an, sistem manajemen K3 tidak akan berjalan dengan baik. Dalam melakukan hal tersebut, harus dipertimbangkan berbagai persyaratan perundangan K3 yang berlaku bagi organisasi serta persyaratan lainnya seperti standar, kode, atau pedoman perusahaan terkait atau yang berlaku bagi organisasi. Berdasarkan WBS daftar uraian pekerjaan, bahaya dan risiko serta pengendalian risiko proyek CIBE Substation sebagai berikut: Jenis
Identifikasi Bahaya dan Risiko
Pengendalian Risiko
1. Tertusuk paku
1. Menggunakan
Pekerjaan Bekisting
APD
( safety
2. Tertimpa palu
helm, safety shoes, safety belt,
3. Terjepit kayu
ear plug, safety eye, sarung
4. Bahaya debu serpihan kayu
tangan dan masker hidung)
5. Kulit terbakar radiasi matahari 6. Bahaya terjatuh dari ketinggian
2. Menggunakan
lengan
panjang
saat memasang bekisting balok, 3. Memastikan lantai dan atap lantai dua
baju
peralatan
yang
digunakan dalam kondisi baik dan memenuhi standar 4. Menggunakan
tangga
dengan
standar SNI dan meletakan pada posisi yang tepat dan stabil Penulangan
1. Kulit terbakar radiasi matahari 2. Tertusuk ujung besi tulangan 3. Tergores besi tulangan 4. Terluka
pada
1. Menggunakan
membengkokan tulangan
lengan
APD
( safety
panjang 2. Menggunakan
saat
baju
helm, safety shoes, safety belt, ear plug, safety eye, sarung
5. Bahaya terjatuh dari ketinggian
tangan dan masker hidung)
saat memasang tulangan balok, 3. Menutup ujung-ujung tulangan lantai dan atap lantai dua
dengan
benda
tumpul,
contohnya gabus. 4. Memasang rambu peringatan 5. Membuat pagar pengaman 6. Menyingkirkan logam potongan atau paku yang tidak terpasang atau tersisa Pengecoran
1. Terjatuh saat pengecoran
1. Membersihkan segera tumpahan
2. Tertimpa alat berat
material cari (oli, minyak, air,
3. Terhirup debu semen
mortar semen)
4. Bahaya terlalu lama dan sering 2. Menempatkan menggunakan vibrator 5. Tangan
atau
kaki
mobil terkena
truk
pengawas
saat
beroperasi
dan
melakukan pengecoran
adukan mortar dalam waktu 3. Memasang rambu peringatan yang lama 6. Kulit terbakar radiasi matahari 7. Terjepit besi tulangan
4. Memasang cone pembatas 5. Melakukan
pengaturan
lalu
lintas
8. Bahaya terjatuh dari ketinggian 6. Menggunakan
APD
( safety
saat pengecoran balok, lantai
helm, safety shoes, safety belt,
dan atap lantai dua
ear plug, safety eye, sarung
9. Tertabrak truk pembawa beton ready mix
tangan dan masker hidung) 7. Operator
pengecoran
harus