Tugas Analisis Kasus Zara: Responsive, High-Speed, Affordable Fashion
1.
Analisis Situasi a. Latar Belakang Zara adalah sebuah anak perusahaan yang memproduksi dan mendistribusi pakaian. Zara didirikan oleh Amancio Ortega Gaona. Zara pertama kali dibuka pada tahun tahun 1975 di La Coruna, Spanyol. Pada tahun 1985, Ortega membentuk Inditex Group. Pada tahun 2005 Zara memiliki 723 outlet dan area penjualan sebesesar 811.100 m2 di beberapa kota besar dan 56 negara. Zara menjadi brand pakaian yang terkenal di Spanyol. Zara menyumbang penghasilan sebesar €5,7 Miliar bagi Inditex Group. Brand lain yang berada di bawah Inditex Group antara lain : Massimo Dutti, Pull & Bear, Berksha,
Brettos, Oysho, Stadivarius,Kiddy’s Class. Zara menyumbang 67,4% dari penjualan total Inditex group. Di samping itu, Zara juga dikenal sebagai fashion imitator , Zara selalu cepat di dalam meniru suatu desain pakaian dari merek tertentu.
perbelanjaan yang strategis. Store manager diberikan tanggung jawab untuk mengelola outlet di tempat mereka berada selayaknya seperti bisnis pribadi dalam lingkup kecil. Desain baru oleh kantor pusat dikirimkan melalui PDA setiap 2 minggu sekali, di mana store manager harus memesan barang yang diinginkan ke pusat. Store manager yang terlambat melakukan pemesanan tidak akan mendapatkan most-wanted items.
D. Kompetitor Zara dikenal sebagai brand pakaian yang responsif akan kebutuhan konsumen, mengikuti tren fashion dengan harga terjangkau. Zara memiliki beberapa pesaing di dalam industri fashion. Dua terbesar di antaranya adalah H&M dan GAP. Jika dibandingkan dengan Zara, H&M menyasar pasar yang menginginkan pakaiannya yang low-cost, sedangkan Gap lebih mencirikan pakaian basic yang harganya lebih mahal dari kisaran harga produk Zara. Menurut suatu penelitian pada tahun 2000, Zara menghasilkan profit margin sebesar 14,7 % dari sales, dibandingkan dengan GAP yang hanya menghasilkan 10,6 % dan H&M 12,3 %.
2. Persoalan Potensial Melihat perubahan-perubahan yang ditetapkan oleh Pablo Isla dan juga mengamati kondisi usaha Zara pada tahun 2005, didapati bahwa kemungkinan akan muncul masalah-masalah potensial berikut: 1. Biaya produksi belum minimum Karena undang-undang yang membatasi kuota impor tekstil dan pakaian dari negara berkembang ke negara maju sudah tidak berlaku, kemungkinan besar pemain industri pakaian akan mengalihkan produksi mereka secara outsource. Hal ini akan memperkecil biaya produksi, sehingga dapat meningkatkan profit margin. Zara baru
mengoutsource
produksinya ke Asia sekitar 27%, sehingga masih ada potensi untuk meringankan biaya produksi yang harus diambil. 2. Kompetitor berhasil mengikuti cara Zara untuk mengurangi lead time sehingga dapat mengimbangi kecepatan Zara untuk memproduksi model pakaian terbaru. Untuk tetap bertahan sebagai market leader, Zara perlu mempertahankan dan meningkatkan efisiensi produksinya secara berkelanjutan. Hal ini akan membuat Zara dapat makin mengurangi lead time dan terus menjadi yang tercepat dalam memproduksi barang 3. Akibat dibangunnya pusat distribusi kedua, akan ada dua pusat kendali dalam jaringan
dan juga memproduksi model yang orisinil dari Zara, meskipun dalam jumlah yang sedikit dibandingkan dengan model imitasinya. 7. Zara tidak terlalu sukses di pasar yang kurang responsif terhadap mode karena memang selera mode orang yang berbeda-beda. Perlu dilakukan adanya riset pasar di pasar-pasar tersebut sehingga dapat diketahui model apa yang paling cocok untuk pasar-pasar tersebut. Setelah itu, kita dapat melakukan aktivitas-aktivitas yang meningkatkan brand awareness Zara. Atau kita dapat mengirim produk-produk yang basic untuk pasar-pasar tersebut di mana produk-produk tersebut dapat menyasar konsumen yang tidak terlalu peduli fashion.
Analisis Persoalan Potensial
Implementasi dari Solusi