KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karuniaNya, makalah yang berjudul “ADHD” dapat “ADHD” dapat disusun dengan baik dan selesai tepat pada waktunya. Makalah ini dibuat untuk melengkapi tugas KEP ANAK. Materi-materi dalam makalah ini tersusun dari beberapa sumber, lebih dari itu kreatifitas dan wawasan mahasiswa mahasis wa juga menentukan proses pembuatan makalah ini. Oleh karena itu fasilitator sangat di harapkan ikut berperan sebagai motifator. Penulis menyadari, masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, untuk itu di mohon kritik dan sarannya yang sifatnya membangun, untuk kesempurnaan makalah ini. Akhir kata semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua dan penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi kita.
Mataram,12-12 - 2016
Penyusun
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.................................. PENGANTAR......................................................... ............................................ .....................1 DAFTAR ISI ........................................... ................................................................... ............................................... ......................... .. 2 BAB I PENDAHULUAN......... PENDAHULUAN................................. ............................................... ........................................ .................3
1.1.Latar belakang .............................................. ..................................................................... ........................................ .................3 1.2.Rumusan masalah ............................................. .................................................................... .................................... ............. 4 1.3.Tujuan .............................................. ...................................................................... ............................................... ............................. ...... 4 BAB II TINJAUAN TEORITIS .................................... ........................................................... ......................... .. 5
2.1. Pengertian .............................................. ...................................................................... ............................................ .................... 5 2.2. Etiologi .............................................. ...................................................................... ............................................... ......................... 5 2.3. Manifestasi klinis ............................... ....................................................... ............................................... ......................... 7 2.4. Psikopatologi ............................................. .................................................................... ....................................... ................ 8 2.5. Komplikasi ............................................ .................................................................... ............................................ .................... 11 2.6. Penatalaksanaan ............................................. .................................................................... ................................... ............ 11 BAB III ASKEP ADHD ............................................. ..................................................................... ............................. ..... 12
3.1.ASKEP PADA PASIENADHD ......................................................... ........................................................... .. 12 BAB IV PENUTUP ...................................... ............................................................. ............................................ ..................... 19
4.1.
Kesimpulan ............................................. .................................................................... ........................................ ................. 19
4.2.
Saran ............................................. ..................................................................... ............................................... ......................... .. 19
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang
Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)
dicirikan
dengan tingkat
gangguan perhatian, impulsivitas dan hiperaktivitas yang tidak sesuai dengan tahap perkembangan dan gangguan ini dapat terjadi disekolah maupun dirumah (Isaac, 2005). Pada kira-kira sepertiga kasus, gejala-gejala menetap sampai dengan masa dewasa (Townsend, 1998). ADHD adalah salah satu alasan dan masalah kanak-kanak yang paling umum mengapa anak-anak dibawa untuk diperiksa oleh para professional kesehatan mental. Konsesus pendapat professional menyatakan bahwa kira-kira 305% atau sekitar 2 juta anak-anak usia sekolah mengidap ADHD (Martin, 1998). Sebagian besar penelitian menunjukkan bahwa 5% dari populasi usia sekolah sampai tingkat tertentu dipengaruhi oleh ADHD, yaitu sekitar 1% sangat hiperaktif. Sekitar 30-40% dari semua anak-anak yang diacu untuk mendapatkan bantuan professional karena masalah perilaku, datang dengan keluhan yang bekaitan dengan ADHD (Baihaqi dan Sugiarmin, 2006). Di bebeapa negara lain, penderita ADHD jumlahnya lebih tinggi dibandingkan dengan di Indonesia. Literatur mencatat, jumlah anak hiperaktif di beberapa negara 1:1 juta. Sedangkan di Amerika Serikat jumlah anak hiperaktif 1:50. Jumlah ini cukup fantastis karena bila dihitung dari 300 anak yang ada, 15 diantaranya menderita hiperaktif. Untuk Indonesia sendiri belum diketahui jumlah pastinya. Namun, anak hiperaktif cenderung meningkat (Pikiran rakyat, 2009).Dewasa ini, anak ADHD semakin banyak. Sekarang prevalensi anak ADHD di Indonesia meningkat menjadi sekitar 5% yang berarti 1 dari 20 anak menderita ADHD. Peningkatan ini disebabkan oleh berbagai faktor seperti genetik ataupun pengaruh lingkungan yang lain, seperti pengaruh alkohol pada kehamilan, kekurangan omega 3, alergi terhadap suatu makanan, dan lain-lain (Verajanti, 2008).
1.2.Rumusan masalah 1. Bagaimana konsep dasar gangguan perilaku (ADHD) ? 2. Bagaimana asuhan keperawatan pada gangguan perilaku (ADHD) ?
1.3.Tujuan penulisan Tujuan umum: a. Agar mahasiswa mampu memahami konsep dasar dan asuhan keperawatan gangguan perilaku (ADHD) pada anak dan remaja. Tujuan khusus: a. Agar mahasiswa mampu menjelaskan definisi gangguan perilaku (ADHD) b. Agar mahasiswa mampu menyebutkan etiologi dan manifestasi
klinis
gangguan perilaku (ADHD) c. Agar mahasiswa mampu menjelaskan WOC dan penatalaksanaan gangguan perilaku (ADHD) d. Agar mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada gangguan perilaku (ADHD) e. Agar mahasiswa mampu menegakkan diagnose keperawatan pada gangguan perilaku (ADHD)
f. Agar mahasiswa mampu merencanakan rencana keperawatan g. Agar mahasiswa mampu melakukan evaluasi tindakan yang telah dilaksana kan
BABII TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Definisi ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) adalah gangguan neurobiologis yang ciri-cirinya sudah tampak pada anak sejak kecil. Anak ADHD mulai menunjukkan banyak masalah ketika SD karena dituntut untuk memperhatikan pelajaran dengan tenang, belajar berbagai keterampilan akademik, dan bergaul dengan teman sebaya sesuai aturan (Ginanjar, ADHD
adalah
gangguan
2009).
perkembangan
dalam peningkatan aktivitas
motorik anak-anak hingga menyebabkan aktivitas anak-anak yang tidak lazim dan cenderung berlebihan. Ditandai dengan berbagai keluhan perasaan gelisah, tidak bisa diam, tidak bisa duduk dengan tenang, dan selalu meninggalkan keadaan yang tetap seperti
sedang duduk, atau sedang berdiri. Beberapa kriteria yang lain sering
digunakan adalah suka meletup-letup, aktivitas berlebihan dan
suka membuat
keributan (klikdokter, 2008). 2.2.Etiologi Menurut Adam (2008) penyebab pasti belum diketahui. Namun papar Hardiono ada bukti bahwa faktor biologis dan genetis berperan dalam ADHD. Faktor biologis berpengaruh pada dua neurotransmitter di otak, yaitu dopamine dan norepinefrin. Dopamin merupakan zat yang bertanggung jawab pada tingkah laku dan hubungan social, serta mengontrol aktifitas fisik.Norepinefrin berkaitan dengan konsentrasi, memusatkan perhatian, dan perasaan. Faktor lainnya yang berpengaruh adalah lingkungan. Karakter dalam keluarga juga dapat berperan menimbulkan gejala ADHD. Bahkan dari penelitian di beberapa rumah tahanan, sebagian besar penghuninya ternyata pernah ADHD pada masa kecilnya. Demikian juga terjadi pada pengguna narkoba. Belum diketahui apa penyebab pasti anak-anak menjadi hiperaktif. Namun menurut dunia kedokteran, itu terkait dengan faktor biologis dan
5
genetik, serta lingkungan. Belum diketahui dengan pasti penyebab ADHD. Macam-macam teori yang menyebabkan ADHD diantaranya: 1.
Psikodinamika
Anak dengan gangguan ini akan mengalami gangguan perkembangan ego. Perkembangan ego menjadi retardasi dan dimanifestasikan dengan perilaku yang impulsif, seperti ada perilaku tempertatrum yang berat. Kegagalan berprestasi yang berulang, kegagalan mengikuti petunjuk sosial dan harga diri rendah. Beberapa teori menunjukkan bahwa anak tetap pada fase simbiotik dan tidak dapat membedakan dirinya dengan ibunya. 2.
Biologis
Hal ini bisa diakibatkan oleh: Genetik (resiko meningkat jika ada riwayat keluarga), Faktor perkembangan, Kelainan fungsi pada jalur inhibisi di lobus parietalis dan frontalis. 3.
Dinamika Keluarga
Teori ini menunjukan bahwa perilaku yang merusak ini dipelajari anak sebagai cara untuk mendapatkan perhatian orang dewasa. Kemungkinan iritabilitas impulsive ditemukan atau tidak terlihat pada individu ADHD dari saat lahir reaksi orang tua cenderung menguat dan karenanya mempertahankan atau meningkatkan intensitas gangguan. Ansietas berasal dari disfungsi sistem keluarga masalah perkawinan dan lain sebagainya, dapat juga memberi kontribusi pada gejala gangguan ini orang tua frustasi terhadap buruk anak terhadap keadaan tertentu, orang tua mungkin menjadi sensitif atau menjadi putus asa dan tidak memberi struktur eksternal. 4.
Psikososial
6
Kemiskinan, Diet (timbale, tertazine), Penyalahgunaan alcohol oleh orang tua Sampai saat ini belum ditemukan penyebab pasti dari ADHD. Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan dikatakan adanya keterlibatan
dari faktor
predisposisi, faktor genetik, struktur anatomi dan neurokimiawi otak dalam terjadinya ADHD. Pada faktor predisposisi meliputi: 1. Trauma kelahiran, prematuritas 2. Epilepsy, retardasi mental 3. Keluhan neurologik lain 4. Gangguan ini juga dalam keluarga 5. Keracunan logam berat (Hg, Pb, Cd dan lain-lain)
2.3. Manifestasi klinis Tanda dan gejala a.
Perilaku tidak perhatian atau sukar memusatkan perhatian 1) Mengabaikan hal-hal kecil 2) Membuat kesalahan dengan ceroboh 3) Sulit mempertahankan perhatian 4) Tidak terlihat mendengarkan 5) Tidak menyelesaikan tugas atau pekerjaan rumah 6) Sulit tidur 7) Menghindari tugas yang memerlukan pemikiran 8) Sering kehilangan sesuatu yang penting 9) Mudah terdistraksi oleh stimulus lain 10) Sering lupa dalam aktivitas sehari-hari
b.
Perilaku hiperaktif /impulsif
7
1) Gelisah 2) Sering meninggalkan tempat duduk (mis, selama makan) 3) Berlari atau menaiki sesuatu secata berlebihan 4) Tidak dapat bermain dengan tenang 5) Selalu aktif, bergerak 6) Banyak bicara 7) Menjawab tanpa dipikirkan dulu 8) Sulit mengatur pekerjaannya 9) Tidak dapat menunggu giliran 10) Menganggu saudara kandung atau teman bermain
2.4.Psikopatologi Sebagian besar profesional sekarang percaya bahwa ADHD terdiri dari tiga masalah pokok:
kesulitan dalam perhatian berkelanjutan, pengendalian atau
penghambatan impuls, kegiatan berlebihan. Beberapa periset, seperti Barkley, menambahkan masalah-masalah lain seperti kesulitan metauhi peraturan dan instruksi, adanya vairiabilitas berlebih dalam berespons situasi, khusunya pekerjaan sekolah. Singkatnya ADHD merupakan suatu gangguan perkembangan yang mengakibatkan ketidakmampuan mengatus perilaku, khususnya untuk mengantisipasi tindakan dan keputusan masa depan. Anak yang mengidap ADHD relative tidak mampu menahan diri untuk merespons situasi pada saat tertentu. Mereka benar-benar tidak bisa menunggu. Penyebabnya diperkirakian karena mereka memiliki sumber biologis yang kuat yang ditemukan pada anak-anak dengan predisposisi keturunan (Martin, 1998). Beberapa penelitian belum dapat menyimpulkan penyebab pasti dari ADHD. Seperti halnya dengan gangguan perkembangan lainnya (autisme), beberapa faktor yang berperan dalam timbulnya ADHD adalah faktor genetik, perkembangan otak saat kehamilan, perkembangan otak saat perinatal, Tingkat kecerdasan (IQ), terjadi disfungsi metabolism, hormonal, lingkungan fisik dan
8
sosial sekitar, asupan gizi, dan orang-orang dilingkungan sekitar termasuk keluarga. Beberapa teori yang sering dikemukakan adalah hubungan antara neurotransmitter dopamine dan epinephrine. Teori faktor genetik, beberapa penelitian dilakukan bahwa pada keluarga penderita, selalu disertai dengan penyakit yang sama setidaknya satu orang dalam keluarga dekat. Orang tua dan saudara penderita ADHD memiliki resiko hingga 2- 8 x terdapat gangguan ADHD (Klik dokter, 2008). Teori lain menyebutkan adanya gangguan disfungsi sirkuit neuron di otak yang dipengaruhi oleh berbagai gangguan neurotransmitter sebagai pengatur gerakan dan control aktifitas diri. Beberapa faktor resiko yang meningkatkan terjadinya ADHD : kurangnya deteksi dini, gangguan pada masa kehamilan (infeksi, genetic, keracuanan obat dan alkohol, rokok dan stress psikogenik), gangguan pada
masa
persalinan
(premature, postmatur,
hambatan
persalinan, induksi,
kelainan persalinan) (Klikdokter, 2008).
9
PATHWAY NEUROTRANSMITER DOPAMINE
TRAUMA KELAHIRAN
ZAT TOKSIK, LINGKUNAGN, dll
PENURUNAN NEUROBIOLOGI
LOBUS FRONTAL MENGALAMI PENURUNAN FUNGSI
ADHD
PERILAKU HIPERAKTIF
MK : RESIKO CIDERA
SUKAR MEMPERHATIKAN
MK: GANGGUAN INTRAKSI SOSIAL
10
2.5.Komplikasi 1.
Diagnosis sekunder-gangguan konduksi, depresi, dan penyakit ansietas.
2.
Pencapaian akademik kurang, gagal di sekolah, sulit membaca dan mengerjakan aritmatika (seringkali akibat abnormalitas konsentrasi).
3.
Hubungan dengan teman sebaya buruk (seringkali akibat perilaku agresif dan kata-kata yang diungkapkan). (Betz, Cecily L.2002)
2.6.Penatalaksanaan Rencana pengobatan bagi anak dengan gangguan ini terdiri atas penggunaan psikostimulan, modifikasi perilaku orang tua, dan konseling keluarga. Orangtua mungkin mengungkapkan kekhawatirannya tentang penggunaan obat. Resiko dan keuntungan dari obat harus dijelaskan pada orang tua., termasuk pencegah3ean skolastik dan gangguan sosial yang terus menerus karena penggunaan obat-obat psikostimulan. Rating scale conners dapat digunakan sebagai dasar pengobatan dan untuk memantau efektifitas dari pengobatan.
Psikostimulan- metilfenidat (Ritalin), amfetamin sulfat (Brnzedrine), dan dekstroamfetamin sulfat (Dexadrine) dapat memperbaiki rentang perhatian dan konsentrasi anak dengan meningkatkan efek paradoksial pada kebanyakan anak dan sebagian orang dewasa yang menderita gangguan ini. (Betz, Cecily L.2002)
11
BAB III PEMBAHASAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) 3.1. PENGKAJIAN
1. Pengkajian riwayat penyakit a. Orang tua mungkin melaporkan bahwa anaknya rewel dan mengalami masalah saat bayi atau perilaku hiperaktif hilang tanpa disadari sampai anak berusia todler atau masuk sekolah atau day care. b. Anak mungkin mengalami kesulitan dalam semua bidang kehidupan yang utama, seperti sekolah atau bermain dan menunjukkan perilaku overaktif atau bahkan perilaku yang membahayakan di rumah. c. Berada diluar kendali dan mereka merasa tidak mungkin mampu menghadapi perilaku anak. d. Orang tua mungkin melaporkan berbagai usaha mereka untuk mendisplinkan anak atau mengubah perilaku anak dans emua itu sebagian besar tidak berhasil. 2. Penampilan umum dan perilaku motorik a. Anak tidak dapat duduk tenang di kursi dan mengeliat serta bergoyanggoyang saat mencoba melakukannya. b. Anak mungkin lari mengelilingi ruangan dari satu benda ke benda lain dengan sedikit tujuan atau tanpa tujuan yang jelas. c. Kemampuan anak untuk berbicara terganggu, tetapi ia tidak dapat melakukan suatu percakapan, ia menyela, menjawab pertanyaan sebelum pertanyaan berakhir dan gagal memberikan perhatian pada apa yang telah dikatakan. d. Percakapan anak melompat-lompat secara tiba-tiba dari satu topik ke topik
12
yang lain. Anak dapat tampak imatur atau terlambat tahap perkembangan nya 3. Mood dan Afek a. Mood anak mungkin labil, bahkan sampai marah-marah atau temper tantrum. b. Ansietas, frustasi dan agitasi adalah hal biasa. c. Anak tampak terdorng untuk terus bergerak atau berbicara dan tampak memiliki sedikit kontrol terhadap perilaku tersebut. d. Usaha untuk memfokuskan perhatian anak dapat menimbulkan perlawanan dan kemarahan 4. Proses dan isi pikir Secara umum tidak ada gangguan pada area ini meskipun sulit untuk mengkaji anak berdasarkan tingkat aktivitas anak dan usia atau tahap perkembangan 5. Sensorium dan proses intelektual a. Anak waspada dan terorientasi, dan tidak ada perubahan sensori atau persepsi seperti halusinasi. b. Kemampuan
anak
untuk
memberikan
perhatian
atau
berkonsentrasi
tergangguan secara nyata. c. Rentang perhatian anak adalah 2 atau 3 detik pada ADHD yang berat 2 atau 3 menit pada bentuk gangguan yang lebih ringan. d. Mungkin sulit untik mengkaji memori anak, ia sering kali menjawab, saya tidak tahu, karena ia tidak dapat memberi perhatian pada pertanyaan atau tidak dapat berhenti memikirkan sesuati. e. Anak yang mengalami ADHD sangat mudah terdistraksi dan jarang yang mampu menyelesaikan tugas
13
6. Penilaian dan daya tilik diri a. Anak yang mengalami ADHD biasanya menunjukkan penilaian yang buruk dan sering kali tidak berpikir sebelum bertindak b) Mereka mungkin gagal merasakan bahaya dan melakukan tindakan impulsif, seperti berlari ke jalan atau melompat dari tempat yang tin ggi. c) Meskipun sulit untuk mengkaji penilaian dan daya tilik pada anak kecil. d) Anak yang mengalami ADHD menunjukkan kurang mampu menilai jika dibandingkan dengan anak seusianya. e) Sebagian besar anak kecil yang mengalami ADHD tidak menyadari sama sekali bahwa perilaku mereka berbeda dari perilaku orang lain. f) Anak yang lebih besar mungkin mengatakan, "tidak ada yang menyukaiku di sekolah", tetapi mereka tidak dapat menghubungkan kurang teman dengan perilaku mereka sendiri 7. Konsep diri a. Hal ini mungkin sulit dikaji pada anak yang masih kecil, tetapis ecara umum harga diri anak yang mengalami ADHD adalah rendah. b. Karena mereka tidak berhasil di sekolah, tidak dapat mempunyai banyak teman, dan mengalami masalah dalam mengerjakan tugas di rumah, mereka biasanya merasa terkucil sana merasa diri mereka buruk. c. Reaksi negatif orang lain yangmuncul karena perilaku mereka sendiri sebagai orang yang buruk dan bodoh 8. Peran dan hubungan a. Anak biasanya tidak berhasil dis ekolah, baik secara akademik maupun sosial.
14
b. Anak sering kali mengganggu dan mengacau di rumah, yang menyebabkan perselisihan dengan saudara kandung dan orang tua. c. Orang tua sering menyakini bahwa anaknya sengaja dan keras kepala dan berperilaku buruk dengan maksud tertentu sampai anak yang didiagnosis dan diterapi. d. Secara umum tindakan untuk mendisiplinkan anak memiliki keberhasilan yang terbatas pada beberapa kasus, anak menjadi tidak terkontrol secara fisik, bahkan memukul orang tua atau merusak barang-barang miliki keluarga. e. Orang tua merasa letih yang kronis baik secara mental maupun secara fisik. f.
Guru serungkali merasa frustasi yang sama seperti orang tua dan pengasuh atau babysister mungkin menolak untuk mengasuh anak yang mengalami ADHD yang meningkatkan penolakan anak.
9. Pertimbangan fisiologis dan perawatan diri Anak yang mengalami ADHD mungkin kurus jika mereka tidak meluangkan waktu untuk makan secara tepat atau mereka tidak dapat duduk selama makan. Masalah penenangan untuk tidur dan kesulitan tidur juga merupakan masalah yang terjadi. Jika anak melakukan perilaku ceroboh atau berisiko, mungkin juga ada riwayat cedera fisik.
3.2.DIAGNOSA
1.
Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan perubahan proses pikir.
2.
Resiko
cedera
berhubungan
dengan
impulsivitas,
ketidakmampuan
mendeteksi bahaya.
15
3.3.INTERVENSI
Dx 1
: kerusakan interaksi social berhubungan dengan perubahan proses pikir.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan interaksi sosial berjalan baik. KH: 1. Interaksi dengan teman. 2. Interaksi dengan tetangga 3. Interaksi dengan keluarga 4. Ikut serta dalam aktivitas luang 5. Ikut serta dalam aktivitas sukarela Intervensi: 1. Anjurkan klien dalam membangun hubungan teman, keluarga. R/ membangun hubungan dengan teman dan keluarga dapat memberikan stimulus pada anak untuk berinteraksi. 2. Anjurkan beraktivitas sosial dan komunitas R/ aktivitas sosial dan komunitas dapat membentuk perilaku anak yang positif. 3. Anjurkan penggunaan komunikasi verbal R/ penggunaan komunikasi verbal mengajarkan anak untuk berkomunikasi dengan baik. 4. Berikan tanggapan positif ketika klien bergaul dengan yang lain R/ tanggapan positif pada anak dapat menimbulkan rasa percaya diri anak dalam bergaul dengan orang lain. 5. Anjurkan merencanakan kelompok kecil untuk aktivitas tertentu R/ kelompok kecil dapat memberikan stimulus pada anak dalam berinteraksi dengan baik.
16
Dx2
:
Resiko
cedera
berhubungan
dengan
impulsivitas,
ketidakmampuan
mendeteksi bahaya. Tujuan : Anak tidak akan melukai diri sendiri atau orang lain dan dapat mendeteksi bahaya. KH : 1.
Kecemasan dipertahankan pada tingkat di mana pasien merasa tidak perlu melakukan agresi.
2.
Anak mencari staf untuk mendiskusikan perasaan-perasaan yang sebenarnya.
3.
Anak mengetahui, mengungkapkan dan menerima kemungkinan konsekuensi dari perilaku maladaptif diri sendiri.
Intervensi: 1.
Amati perilaku anak secara sering. Lakukan hal ini melalui aktivitas sehari-hari dan interaksi untuk menghindari timbulnya rasa waspada dan kecurigaan R/ Anak-anak pada risiko tinggi untuk melakukan pelanggaran memerlukan pengamatan yang seksama untuk mencegah tindakan yang membahayakan bagi diri sendiri atau orang lain
2. Amati terhadap perilaku-perilaku yang mengarah pada tindakan bunuh diri R/ Peryataan-pernyataan verbal seperti "Saya akan bunuh diri, " atau "Tak lama ibu saya tidak perlu lagi menyusahkan diri karena saxa" atau perilaku-perilaku non verbal seperti memnbagi-bagikan barang-barang yang disenangi, alam perasaan berubah. Kebanyakan anak yang mencoba untuk bunuh diri telah menyampaikan maksudnya, baik secara verbal atau nonverbal. 3.
Dapatkan kontrak verbal ataupun tertulis dari anak yang menyatakan persetujuannya untuk tidak mencelakaka diri sendiri dan menyetujui untuk mencari staf pada keadaan dimana pemikiran kearah tersebut timbul R/ Diskusi tentang perasaan-perasaan untuk bunuh diri dengan seseorang yang dipercaya memberikan suatu derajat perasaan lega pada anak. Suatu perjanjian membuat permasalahan menjadi terbuka dan menempatkan beberapa tanggung
17
jawab bagi keselamatan dengan anak. Suatu sikap menerima anak sebagai seseorang yang patut diperhatikan telah disampaikan. 4.
Bantu anak mengenali kapan kemarahan terjadi dan untuk menerima perasaan perasaan tersebut sebagai miliknya sendiri. Apakah anak telah menyimpan suatu : buku catatan kemarahan" dimana catatan yang dialami dalam 24 jam disimpan. R/ Informasi mengenai sumber tambahan dari merahan, respon perilaku dan persepsia nak terhadap situasi juga harus dicatat. Diskusikan asupan data dengan anak, anjurkan juga respons-respons perilaku alternatif yang diidentifikasi sebagai maladaptif.
5. Singkirkan semua benda-benda yang berbahaya dari lingkungan anak R/ Keselamatan fisik anak adalah prioritas dari keperawatan. 6.
Berikan obat-obatan penenang sesuai dengan pesanaan dokter atau dapatkan pesanaan jika diperlukan. Pantau kefektifan obat-obatan dan efek – sfek samping yang merugikan R/ Obat-obatan antiansietas (misalnya diazepam, klordiazepoksida, alprazolam) memberikan perasaan terbebas dari efek-efek imobilisasi dari ansietas dan memudahkan kerjasama anak dengan terapi.
3.4.EVALUASI
1.
Resiko cedera berhubungan dengan impulsivitas, ketidakmampuan mendeteksi bahaya dapat teratasi dengan criteria hasil : a. Kecemasan dipertahankan pada tingkat di mana pasien merasa tidak perlu melakukan agresi. b. Anak mencari staf untuk mendiskusikan perasaan-perasaan yang sebenarnya. c. Anak mengetahui, mengungkapkan dan menerima kemungkinan konsekuensi dari perilaku maladaptif diri sendiri.
18
BAB IV PENUTUP 4.1.
KESIMPULAN Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa ADHD adalah gangguan neurobiologist yang ciri-cirinya sudah tampak pada anak sejak kecil yang biasa sering ditampakan sebelum usia 4 tahun dan dikarakteriskan oleh ketidaktepatan perkembangan tidak perhatian, impulsive dan hiperaktif. Tanda dan gejala yang sering muncul pada gangguan ADHD diantaranya Perilaku tidak perhatian atau sukar memusatkan perhatian misalnya mengabaikan hal-hal kecil ,sukar memusatkan perhatian, selalu melakukan hal yang cerobuh dan cendeung berperilaku hiperaktif. Terapi yang dapat diberikan pada anak dengan gangguan ADHD diantaranya Terapi medis : Mengendalikan simptom-simptom ADHD di sekolah dan rumah, Pelatihan manajemen orang tua: mengurangi konflik antara orangtua dan anak serta meningkatkan pro-sosial dan perilaku regulasi diri, mengatur rutinitas anak sehari-hari, pemberian nutrisi yang adekuat,dan juga dapat diberikan terapi obat stimulant.
4.2.
SARAN
a.
Bagi seorang perawat perlu memperhatikan kondisi klien secara komprehensif, tidak hanya fisik tetapi semua aspek manusia sebagai satu kesatuan yang utuh, meliputi : biopsikososialkultural.
b.
Bagi
mahasiswa
diharapkan
data
semakin
memperbanyak
pengetahuan dari berbagai referensi mengenai konsep dasar dan asuhan keperawatan dengan masalah gangguan perilaku (ADHD). c.
Bagi dunia keperawatan diharapkan berperan serta dalam peningkatan kualitas perawat dengan cara menyediakan akses yang mudah untuk perawat
dalam
memperoleh
ilmu
pengetahuan
sesuai
dengan
perkembangan yang semakin maju.
19
DAFTAR PUSTAKA
Baihaqi, MIF, Sugiarmin, M.2006. Memahami Anak ADHD.cetakan I.Bandung: PT. Refika Aditama Delphie,B.2006. Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus Dalam Setting Pendidikan Inklusi.cetakan I.Bandung : PT Refika Aditama Doengoes,M.E. Townsend, M.C.
Moorhouse, M.F.2007. Rencana
Asuhan Keperawatam Psikiatri (Terjemahan) Edisi 3.Jakarta :EGC Videbeck, S.L.2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa (Terjemahan) Cetakan I . Jakarta:EGC
20