BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Diabetes melitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat ganguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah disertai lesi pada membran basalis pada pemeriksaan dengan mikroskop elektron. Laporan statistik dari International Diabetes Federation (IDF) menyebutkan bahwa sekarang sudah ada sekitar 230 juta penderita diabetes. Angka ini terus bertambah hingga 3 persen atau sekitar 7 juta orang setiap tahunnya. Diabetes telah menjadi penyebab kematian terbesar keempat di dunia. Setiap tahun ada 3,2 juta kematian yang disebabkan oleh diabetes. Hampir 80 persen kematian pasien diabetes terjadi di negara berpenghasilan rendah-menengah. Di tengah kondisi itu, perhatian banyak pihak umumnya masih terfokus pada penderita diabetes dewasa. Padahal, anak dengan diabetes tak kalah memerlukan perhatian dan bantuan. Diabetes pada anak umumnya disebut tipe 1, yaitu pankreas rusak dan tak lagi mampu memproduksi insulin dalam jumlah memadai sehingga terjadi defisit absolut insulin. Sebaliknya, diabetes pada orang dewasa umumnya disebut tipe 2, yaitu terjadi kerusakan sel tubuh meskipun insulin sebenarnya tersedia memadai sehingga terjadi defisit relatif insulin. dengan gangguan sistem endokrin : Diabetes Melitus dengan metode masalah yang sistematis melalui proses keperawatan.
B. TUJUAN Adapun tujuan penulisan makalah ini antara lain adalah : 1. Tujuan umum Memberikan pengetahuan, dapat memberikan informasi dan pemahaman mengenai asuhan keperawatan pada anak dengan diabetes mellitus. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui definisi diabetes mellitus. b. Mengetahui klasifikasi diabetes mellitus. c. Mengetahui etiologi diabetes mellitus. d. Mengetahui patofisiologi diabetes mellitus. 1
e. Mengetahui pathway/pathoflow diabetes mellitus. f. Mengetahui manifestasi klinis pada anak dengan diabetes mellitus. g. Mengetahui akibat / komplikasi diabetes mellitus. h. Mengetahui pemeriksaan penunjang diabetes mellitus. i.
Mengetahui penetalaksanaan medis pada klien dengan diabetes mellitus.
j.
Dapat menyusun asuhan keperawatan pada klien dengan diabetes mellitus.
C. METODE Metode yang kami gunakan dalam pembuatan makalah ini diantaranya melalui media literature, perpustakaan dan elektonik.
2
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Acut limphosityc leukemia adalah proliferasi maligna / ganas limphoblast dalam sumsum tulang yang disebabkan oleh sel inti tunggal yang dapat bersifat sistemik. (Ngastiyah, 1997; Smeltzer & Bare, 2002; Tucker, 1997; Reeves & Lockart, 2002). Leukemia limfositik akut (LLA) sering terjadi pada anak-anak. Leukemia tergolong akut bila ada proliferasi blastosit (sel darah yang masih muda) dari sumsum tulang. Leukemia akut merupakan keganasan primer sumsum tulang yang berakibat terdesaknya komponen darah normal oleh kompenen darah abnormal (blastosit) yang disertai dengan penyebaran pada organorgan lain (Tejawinata, 1996) B.
Etiologi
Penyebab leukemia limfosit akut sampai sekarang belum jelas, namun kemungkinan besar karena virus (virus onkogenik) dan factor-faktor lain yang berperan antara lain : 1. Factor eksogen seperti sinar x, sinar radioaktif, dan bahan kimia (benzol, arsen, preparat sulfat), infeksi (virus dan bakteri) 2. Factor endogen seperti ras 3. Factor konstitusi seperti kelainan kromosom, herediter (kadang-kadang sering dijumpai kasus leukemia pada kakak-adik atau kembar satu telor) 4. Factor predisposisi : a. Factor genetic : virus tertentu yang menyebabkan terjadinya perubahan struktur gen (T cell Leukemia-lymphoma virus / HTLV) b. Radiasi ionisasi : lingkungan kerja, prenatal, pengobatan kanker sebelumnya, terpapar zat-zat kimiawi seperti benzene, arsen, klorampenicol, fenilbutazon, dan agen anti neoplastic c. Obat-obatan imunosupresif, obat karsinogenik seperti diethylstilbestrol d. Factor herediter missal pada kembar satu telur dan kelainan kromosom
3
C.
Tanda dan gejala
Manifestasi klinik dari acut limphosityc leukemia antara lain: 1.
Pilek tak sembuh-sembuh
2.
Pucat, lesu, mudah terstimulasi
3.
Demam, anoreksia, mual, muntah
4.
Berat badan menurun
5.
Ptechiae, epistaksis, perdarahan gusi, memar tanpa sebab
6.
Nyeri tulang dan persendian
7.
Nyeri abdomen
8.
Hepatosplenomegali, limfadenopati
9.
Abnormalitas WBC
10. Nyeri kepala D.
Patofisiologi
Sel kanker menghasilkan leukosit yang imatur / abnormal dalam jumlah yang berlebihan. Leukosit imatur ini menyusup ke berbagai organ, termasuk sumsum tulang dan menggantikan unsur-unsur sel yang normal. Limfosit imatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer sehingga mengganggu perkembangan sel normal. Hal ini menyebabkan haemopoesis normal terhambat, akibatnya terjadi penurunan jumlah leucosit, sel darah merah dan trombosit. Infiltrasi sel kanker ke berbagai organ menyebabkan pembersaran hati, limpa, limfodenopati, sakit kepala, muntah, dan nyeri tulang serta persendian. Penurunan jumlah eritrosit menimbulkan anemia, penurunan jumlah trombosit mempermudah terjadinya perdarahan (echimosis, perdarahan gusi, epistaksis dll.). Adanya sel kanker juga mempengaruhi sistem retikuloendotelial yang dapat menyebabkan gangguan sistem pertahanan tubuh, sehingga mudah mengalami infeksi. Adanya sel kaker juga mengganggu metabolisme sehingga sel kekurangan makanan. (Ngastiyah, 1997; Smeltzer & Bare, 2002; Suriadi dan Rita Yuliani, 2001, Betz & Sowden, 2002).
4
E.
Pathway
F.
Pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaan diagnostik yang lazim dilakukan pada anak dengan acut limphosityc leukemia adalah: 1. Pemeriksaan sumsum tulang (BMP / Bone Marrow Punction): a. Ditemukan sel blast yang berlebihan b. Peningkatan protein 2. Pemeriksaan darah tepi a. Pansitopenia (anemia, lekopenia, trombositopneia) b. Peningkatan asam urat serum 5
c. Peningkatan tembaga (Cu) serum d. Penurunan kadar Zink (Zn) e. Peningkatan leukosit dapat terjadi (20.000 – 200.000 / µl) tetapi dalam bentuk sel blast / sel primitive 3. Biopsi hati, limpa, ginjal, tulang untuk mengkaji keterlibatan / infiltrasi sel kanker ke organ tersebut 4. Fotothorax untuk mengkaji keterlibatan mediastinum 5. Sitogenik: 50-60% dari pasien ALL dan AML mempunyai kelainan berupa:
Kelainan jumlah kromosom, seperti diploid (2n), haploid (2n-a), hiperploid (2n+a)
Bertambah atau hilangnya bagian kromosom (partial delection)
Terdapat marker kromosom, yaitu elemen yang secara morfologis bukan komponen kromosom normal dari bentuk yang sangat besar sampai yang sangat kecil
G.
Penatalaksanaan 1. Transfusi darah, biasanya diberikan bila kadar Hb kurang dari 6 g%. Pada
trombositopenia yang berat dan perdarahan masif, dapat diberikan transfusi tr ombosit dan bila terdapat tanda-tanda DIC dapat diberikan heparin. 2. Kortikosteroid (prednison, kortison, deksametason dan sebagainya). Setelah dicapai
remisi dosis dikurangi sedikit demi sedikit dan akhirnya dihentikan. 3. Sitostatika. Selain sitostatika yang lama (6-merkaptopurin atau 6-mp, metotreksat atau
MTX) pada waktu ini dipakai pula yang baru dan lebih poten seperti vinkristin (oncovin), rubidomisin (daunorubycine), sitosin, arabinosid, L-asparaginase, siklofosfamid atau CPA, adriamisin dan sebagainya. Umumnya sitostatika diberikan dalam kombinasi bersama-sama dengan prednison. Pada pemberian obat-obatan ini sering terdapat akibat samping berupa alopesia, stomatitis, leukopenia, infeksi sekunder atau kandidiagis. Hendaknya lebih berhziti-hati bila jumiah leukosit kurang dari 2.000/mm3. 4. Infeksi sekunder dihindarkan (bila mungkin penderita diisolasi dalam kamar yang suci
hama). 5. Imunoterapi, merupakan cara pengobatan yang terbaru. Setelah tercapai remisi dan
jumlah sel leukemia cukup rendah (105 - 106), imunoterapi mulai diberikan. Pengobatan 6
yang aspesifik dilakukan dengan pemberian imunisasi BCG atau dengan Corynae bacterium dan dimaksudkan agar terbentuk antibodi yang dapat memperkuat daya tahan tubuh. Pengobatan spesifik dikerjakan dengan penyuntikan sel leukemia yang telah diradiasi. Dengan cara ini diharapkan akan terbentuk antibodi yang spesifik terhadap sel leukemia, sehingga semua sel patologis akan dihancurkan sehingga diharapkan penderita leukemia dapat sembuh sempurna. 6. Cara pengobatan. Setiap klinik mempunyai cara tersendiri bergantung pada pengalaman-
nya. Umumnya pengobatan ditujukan terhadap pencegahan kambuh dan mendapatkan masa remisi yang lebih lama. Untuk mencapai keadaan tersebut, pada prinsipnya dipakai pola dasar pengobatan sebagai berikut: a. Induksi, dimaksudkan untuk mencapai remisi, yaitu dengan pemberian berbagai obat tersebut di atas, baik secara sistemik maupun intratekal sampai sel blast dalam sumsum tulang kurang dari 5%. b. Konsolidasi, yaitu agar sel yang tersisa tidak cepat memperbanyak diri lagi. c. Rumat (maintenance), untuk mempertahankan masa remisi, sedapat-dapatnya suatu masa remisi yang lama. Biasanya dilakukan dengan pemberian sitostatika separuh dosis biasa. d. Reinduksi, dimaksudkan untuk mencegah relaps. Reinduksi biasanya dilakukan setiap 3-6 bulan dengan pemberian obat-obat seperti pada induksi selama 10-14 hari. e. Mencegah terjadinya leukemia susunan saraf pusat, untuk hal ini diberikan MTX intratekal pada waktu induksi untuk mencegah leukemia meningeal dan radiasi kranial sebanyak 2.4002.500 rad. untuk mencegah leukemia meningeal dan leukemia serebral. Radiasi ini tidak diulang pada reinduksi. f. Pengobatan imunologik, diharapkan semua sel leukemia dalam tubuh akan hilang sama sekali dan dengan demikian diharapkan penderita dapat sembuh sempurna. (FKUI, 1985)
7
II.
KAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
1.
Anamnesa a.
Identitas
b.
Keluhan utama
c.
Riwayat kesehatan sekarang
d.
Riwayat kesehatan yang lalu
e.
Riwayat kesehatan keluarga
2.
Pemeriksaan fisik a. Pernafasan Gejala : nafas pendek dengan kerja atau gerak minimal Tanda : dispnea, takipnea, batuk b.
Aktivitas Gejala : kelelahan, malaise, kelemahan Tanda : kelemahan otot, somnolen
c. Sirkulasi Gejala : palpitasi Tanda : takikardi, membrane mukosa pucat d. Eleminasi Gejala : diare, nyeri, feses hitam, darah pada urin, penurunan haluaran urine e. Makanan / cairan Gejala : anoreksia, muntah, penurunan BB, disfalgia Tanda : distensi abdomen, penurunan bunyi usus, hipertropi gusi f.
Integritas ego 8
Gejala : perasaan tidak berdaya / tidak ada harapan Tanda : depresi, ansietas, marah g. Neurosensori Gejala : penurunan koordinasi, kacau, disorientasi, kurang konsentrasi, pusing Tanda : aktivitas kejang, otot mudah terangsang h. Nyeri / kenyamanan Gejala : nyeri abdomen, sakit kepala, nyeri tulang, sendi, kram otot Tanda : gelisah, distraksi i.
Keamanan Gejala : riwayat ifeksi saat ini / dahulu, jatuh, gangguan penglihatan, perdarahan spontan, tak terkontrol dengan trauma minimal Tanda : demam, infeksi, purpura, pembesaran nodus limfe, limpa atau hati
B.
C.
Diagnose Keperawatan
1.
Intoleransi aktivitas
2.
PK infeksi
3.
perubahan nutrisi kurang dari kebutuahn
4.
Resik perdarahan
5.
Nyeri
6.
Resiko kekurangan volume cairan
7.
Berduka
8.
Kurang pengetahuan
9.
Gangguan citra diri / gambaran diri
Rencana Keperawatan
1.
intoleransi aktivitas b/d kelemahan a. Kaji adanya tanda-tanda anemia: pucat, peka rangsang, cepat lel ah, kadar Hb rendah. b. Pantau hitung darah lengkap dan hitung jenis 9
c. Berikan cukup istirahat dan tidur tanpa gangguan d. Minimalkan kegelisahan dan anjurkan bermain yang tenang e. Bantu pasien dalam aktivitas sehari-hari f. Pantau frekuensi nadi, prnafasan, sebelum dan selama aktivitas g. Ketika kondisi membaik, dorong aktivitas sesuai toleransi h. Jika diprogramkan, berikan packed RBC 2. Risiko infeksi b/d sel leukosit yang abnormal a. Observasi adanya tanda-tanda infeksi, pantau suhu badan laporkan jika suhu > 38 oC yang berlangsung > 24 jam, menggigil dan nadi > 100 x / menit. b. Sadari bahwa ketika hitung neutrofil menurun (neutropenia), resiko infeksi meningkat, maka: 1) Tampatkan pasien dalam ruangan khusus 2) Sebelum merawat pasien: cuci tangan dan memakai pakaian pelindung, masker dan sarung tangan. 3) Cegah komtak dengan individu yang terinfeksi c. Jaga lingkungan tetap bersih, batasi tindakan invasive d. Bantu ambulasi jika mungkin (membalik, batuk, nafas dalam) e. Lakukan higiene oral dan perawatan perineal secara sering. f. Pantau masukan dan haluaran serta pertahankan hidarasi yang adekuat dengan minum 3 liter / hari g. Berika terapi antibiotik dan tranfusi granulosit jika diprogramkan h. Yakinkan pemberian makanan yang bergizi. 3. Resiko tinggi perdarahan b/d trombositopeni a. Observasi adanya tanda-tanda perdarahan dengan inspeksi kulit, mulut, hidung, urine, feses, muntahan, dan lokasi infus. b. Pantau tanda vital dan nilai trombosit 10
c. Hindari injesi intravena dan intramuskuler seminimal mungkin dan tekan 5-10 menit setiap kali menyuntik d. Gunakan sikat gigi yang lebut dan lunak e. Hindari pengambilan temperatur rektal, pengobatan rekatl dan enema f. Hindari aktivitas yang dapat menyebabkan cidera fisik atau mainan yang dapat melukai kulit. 4.
Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan a. Kaji jumlah makanan dan cairan yang ditoleransi pasien b. Berikan kebersihan oral sebelum dan sesudah makan c. Hindari bau, parfum, tindakan yang tidak menyenangkan, gangguan pandangan dan bunyi d. Ubah pola makan, berikan makanan ringan dan sering, libatkan pasien dalam memilih makanan yang bergizi tinggi, timbang BB tiap hari e.
Sajikan makanan dalam suhu dingin / hangat
f. Pantau masukan makanan, bila jumlah kurang berikan ciran parenteral dan NPT yang diprogramkan. 5.
resiko kekurangan cairan a. Kaji adanya tanda-tanda dehidrasi b. Berikan antiemetik awal sebelum pemberian kemoterapi c. Hindari pemberian makanan dan minuman yang baunya merangngsang mual / muntah d. Anjurkan minum dalam porsi kecil dan sering e. Kolaborasi pemberian cairan parenteral untuk mempertahankan hidrasi sesuai indikasi
6.
Berduka 11
a. Kaji tahapan berduka ada anak dan keluarga b. Berikan dukungan pada respon adaptif dan rubah respon maladaptif c. Luangkan waktu bersama anak untuk memberi kesempatan express feeling d. Fasilitasi express feeling melalui permainan 7.
Kurang pengetahuan b/d proses penyakitnya Memberikan pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga tentang: a. Proses penyakit leukemia: gejala, pentingnya pengobatan / perawatan. b. Komplikasi penyakit leukemia: perdarahan, infeksi dll. c. Aktivitas dan latihan sesuai toleransi d. Mengatasi kecemasan e. Pemberian nutrisi f. Pengobatan dan efek samping pengobatan
8.
Meningkatkan peran keluarga a. Jelaskan alasan dilakukannya setiap prosedur pengobatan / dianostik b. Jadwalkan waktu bagi keluarga bersama anak tanpa diganggu oleh staf SR c. Dorong keluarga untuk express feelings d. Libatkan keluarga dalam perencanaan dan pelaksanaan perawatan si anak
9.
Mencegah gangguan citra diri / gambaran diri a. Dorong pasien untuk express feelings tentang dirinya b. Berikan informasi yang mendukung pasien ( misal; rambut akan tumbuh kembali, berat badan akan kembali naik jika terapi selesai dll.) c. Dukung interaksi sosial / peer group d. Sarankan pemakaian wig, topi / penutup kepala. 12
BAB III TINJAUAN KASUS
An. Ay umur 8 tahun (Perempuan) sejak 10 bulan yang lalu anak Ay sering mengeluh kaki kirinya terasa sakit jika di gerakkan sampai sulit untuk berjalan. Keluhan sakitnya kadang sampai nyeri sekali. Karena sering mengalami kesakit derah kakinya mengakibatkan klien sering tidak masuk sekolah dan kondisinya ini mengganggu ADLnya. Oleh orang tuanya anak Ay di bawa ke RS Kasih Bunda. Oleh dokter anak yang memeriksanya anak Ay di diagnose mengalami Aciute limfoblastik Leukemia. Dokter anak menjelaskan kepada orang tua anak Ay bahwa anak nya harus menjalani kemotherapy yang harus dilakukannya secara rutin sesuai program therapy yang di buat. Anak Ay sampai dengan sekarang sedang menjalani kemoteraphy siklus 26. Hasil pemeriksaan Fisik:
BB= 24 Kg; TB 124 cm
Keadaan umum : Klien tampak sakit sedang, pucat dan agak lemah
Tanda-tanda vital: TD 90/60 RR: 20x/menit Nadi 108x/menit Suhu: 36,7 C
Hasil pemeriksaan Lab Hematokrit
: 32%
( Normal 37-48 %)
Hb
: 9.8 gr%
(Normal 12-16 gr %)
Eritrosit
: 3.97
Leukosit
: 26.500
(Normal 4.000-10.000/mm3)
Trombosit
: 105.000
(Normal 150.000-300.000 mmm3)
Hasil pemeriksaan Spinal: Acute Limfoblastik Leukemia Teraphy yang di berikan: Vincristine (IV) 1, 4 mg dlm NS 20 cc/10 menit Ondansentrone (IV) 2x3 mg Dexamethasone 0.5 mg (po) 4-4-3 tablet Allopurinol tab 2 x 100 mg Paracetamol 500 mg jika perlu
13
A. Masalah Diabetes Melitus tipe 1 B. Analisa Data No 1
Symtomp / data fokus DS:
Etiologi Reaksi autoimun
1. Klien merasa haus 2. Klien
buang
Devisit
Volume
Cairan
berhubungan dengan diuresis
mengatakan
sering
Problem
Sel β pancreas hancur
meningkat; polyuria
air
kecil
Defisiensi insulin
DO: 1. Kesadaran Apatis
Hiperglikemia
2. Turgor kulit lambat 3. Ekstremitas
terasa
Polyuria
dingin dan lembab 4. Frekuensi
nadi
Devisit volume cairan
128x/m 5. Frekuensi penafasan 30x/m 6. GDP : 300mg/dl 7. Gula
darah
post
pandrial 573mg/dl 8. Klien
menangis
lemah 2
DS:
Defisiensi insulin
1. Kelurga mengatakan sebelumnya
berat
tubuh berhubungan dengan Katabolisme protein meningkat
badan klien 24 Kg 2. Keluarga
Nutrisi Kurang dari kebutuhan
peningkatan metabolisme protein
Penurunan berat badan
mengatakan sebelumsakit makan
nafsu
tidak
ada
masalah
Nutrisi Kurang dari kebutuhan tubuh
DO: 1. BB sekarang 22 Kg 2. Nafsu
makan
menurun 3. GDP : 300mg/dl 14
4. Gula
darah
post
pandrial 573mg/dl 3
DS:
Intake tidak adekuat
1. Keluarga
Kurang pengetahuan mengenai penyakit, kebutuhan pengobatan
mengatakan bingung
Perubahan setatus kesehatan
harus bagaimana 2. Keluarga
dan
prognosis
berhubungan
dengan kesalahan interprestasi Cemas
mengatakan khawatir
dengan
Kurang informasi
kondisi anaknya DO: 1. Keluarga
Kurang pengetahuan tampak
cemas 2. Keluarga
tampak
terpukul
dengan
kondisi klien
C. Diagnosa Keperawatan 1. Devisit Volume Cairan berhubungan dengan diuresis meningkat; polyuria 2. Nutrisi Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan metabolisme protein 3. Kurang pengetahuan mengenai penyakit, kebutuhan pengobatan dan prognosis berhubungan dengan kesalahan interprestasi
15
D. Nersing Car Planing (NIC NOC) No 1
Diagnose Keperawatan
Tujuan / NOC
Devisit Volume Cairan berhubungan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan
1. Observasi tanda-tanda vital
dengan diuresis meningkat; polyuria
selama 1x24 jam Devisit volume cairan
2. Kaji turgor kulit dan membrane mukosa
dapat teratasi dengan kriteria hasil:
3. Pantau inpute dan outpute
DS/DO: 1. Klien merasa haus 2. Klien mengatakan sering buang air kecil
4. Pertahankan untuk memberikan cairan
2. Buang air kecil dalam rentang
5. Kolaborasi
normal
5. Ekstremitas terasa dingin dan
dokter
untuk
memberikan terapi cairan tanpa dextrose
5. Akral hangat 6. Frekuensi nadi dalam batas normal
lembab
7. Frekuensi pernafasan dalam batas
6. Frekuensi nadi 128x/m 7. Frekuensi penafasan 30x/m
darah
normal 8. Gula darah puasa dalam rentang
8. GDP : 300mg/dl post
pandrial
573mg/dl
normal 9. Gula darah post pardial dalam batas
10. Klien menangis lemah
normal
Nutrisi Kurang dari kebutuhan tubuh
Setelah dilakukan asuhan keperawatan
berhubungan
selama 3x24 jam Nutrisi kebutuhan tubuh
dengan
metabolisme protein DS/DO
dengan
4. Turgor kulit dalam batas normal
4. Turgor kulit lambat
2
1. Klien tidak merasa haus
3. Kesadaran compos mentis
3. Kesadaran Apatis
9. Gula
NIC
peningkatan
kembali normal dengan kriteria hasil : 1. Terjadi peningkatan berat badan
1. Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi. 2. Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan 13
1. Kelurga
mengatakan
sebelumnya berat badan klien
2. Nafsu makan membaik
yang dapat dihabiskan pasien.
3. Gula darah puasa dalam rentang
24 Kg
3. Auskultasi bising usus, catat adanya n yeri
normal
2. Keluarga
mengatakan
abdomen
4. Gula darah post pardial dalam batas
sebelumsakit nafsu makan tidak
kembung,
mual,
dicern 4. pertahankan keadaan puasa sesuai dengan
3. BB sekarang 22 Kg
indikasi.
4. Nafsu makan menurun
5. Berikan makanan cair yang mengandung
5. GDP : 300mg/dl darah
perut
muntahan makanan yang belum sempat
normal
ada masalah
6. Gula
/
post
zat makanan (nutrien) dan elektrolit
pandrial
dengan segera jika pasien sudah dapat
573mg/dl
mentoleransinya melalui oral. 6. Kolaborasi melakukan pemeriksaan gula darah. 7. Kolaborasi pemberian pengobatan insulin. 8.
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk diet sesuai indikasi.
3
Kurang pengetahuan mengenai penyakit,
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
1. Kaji tingkat pengentahuan keluarga klien
kebutuhan pengobatan dan prognosis
selama 1x30 menit Keluarga mampu
2. Berikan dan dorongan pada keluarga agar
berhubungan
memahami mengenai penyakit, kebutuhan
dengan
kesalahan
interprestasi
pengobatan,
prognosis
dengan
kriteria
hasil : DS/DO:
1. Keluarga
tetap tenang dan berdoa 3. Berikan pendidikan kesehatan kepada keluarga klien
mengatakan
paham
1. Keluarga mengatakan bingung 14
harus bagaimana
dengan kondisi klien
2. Keluarga mengatakan khawatir dengan kondisi anaknya
berkurang setelah diberikan penkes
3. Keluarga tampak cemas 4. Keluarga
tampak
dengan kondisi klien
2. Keluarga mengatakan rasa khawatir
3. Keluarga tidak tampak cemas terpukul
4. Keluarga sudah menerima dengan kondisi klien sekarang
15
DAFTAR PUSTAKA
Bare & Suzanne, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 2, (Edisi 8), EGC, Jakarta Carpenito, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, (Edisi 2), EGC, Jakarta Corwin,. J. Elizabeth, 2001, Patofisiologi, EGC, Jakarta Doenges, E. Marilynn dan MF. Moorhouse, 2001, Rencana Asuhan Keperawatan, (Edisi III), EGC, Jakarta. FKUI, 1979, Patologi, FKUI, Jakarta Ganong, 1997, Fisiologi Kedokteran, EGC, Jakarta Gibson, John, 2003, Anatomi dan Fisiologi Modern untuk Perawat , EGC, Jakarta Guyton dan Hall, 1997, Fisiologi Kedokteran, (Edisi 9), EGC, Jakarta Hinchliff, 1999, Kamus Keperawatan, EGC, Jakarta Price, S. A dan Wilson, L. M, 1995, Patofisiologi, EGC, Jakarta Sherwood, 2001, Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem, (edisi 21), EGC, Jakarta Sobotta, 2003, Atlas Anatomi, (Edisi 21), EGC, Jakarta Tandra, Hans. 2007. Segala sesuatu yang harus Anda ketahui tentang Diabetes . Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Katzung. B. G. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik Buku 2. Jakarta : Salemba Medika Soegondo S, Soewondo P, Subekti I. 2005. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta : Balai Penerbit FKUI Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R. 2005. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
16