BAB I
PENDAHULUAN
Luka merupakan salah satu kasus tersering dalam Ilmu Kedokteran Forensik. Luka bisa terjadi pada korban hidup maupun korban mati. Luka merupakan kerusakan atau hilangnya hubungan antara jaringan (discontinuous tissue) seperti jaringan kulit, jaringan lunak, jaringan otot, jaringan pembuluh darah, jaringan saraf dan tulang. Dalam ilmu perlukaan dikenal trauma tumpul dan trauma tajam.(Traumatologi, Program Studi Pendidikan DokterFakultas Kedokteran dan Ilmu KesehatanUniversitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013)
Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dikenal luka kelalaian atau karena yang disengaja. Luka yang terjadi ini disebut "Kejahatan Terhadap Tubuh atau Misdrijven Tegen Het Lijf". Kejahatan terhadap jiwa ini diperinci menjadi dua yaitu kejahatan doleuse (yang dilakukan dengan sengaja) dan kejahatan culpose (yang dilakukan karena kelalaian atau kejahatan). Jenis kejahatan yang dilakukan dengan sengaja diatur dalam BAB XX, pasal-pasal 351-358. Jenis kejahatan yang disebabkan karena kelalaian diatur dalam pasal 359,360 dan 361 KUHP. Dalam pasal-pasal tersebut dijumpai kata-kata, "mati, menjadi sakit sementara atau tidak dapat menjalankan pekerjaan sementara".
Pada pasal 133 ayat (1) KUHAP dan pasal 179 ayat (1) KUHAP dijelaskan bahwa penyidik berwenang meminta keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau bahkan ahli lainnya. Keterangan ahli tersebut adalah Visum et Repertum, dimana didalamnya terdapat penjabaran tentang keadaan korban, baik korban luka, keracunan, ataupun mati. Seorang dokter perlu menguasai pengetahuan tentang mendeskripsikan luka. Visum et Repertum harus dibuat sedemikian rupa, yaitu memenuhi persyaratan formal dan material , sehingga dapat dipakai sebagai alat bukti yang sah di sidang pengadilan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Luka
Luka merupakan gangguan dari kontinuitas jaringan yang disebabkan oleh suatu energi mekanik eksterna. Terminologi cedera digunakan sebagai sinonim dari kata luka, bahkan dapat memberikan maksud yang lebih luas dan tidak hanya membahas kerusakan yang diakibatkan oleh energi fisik tapi juga kerusakan lain yang diakibatkan oleh panas, dingin, bahan kimiawi, listrik dan radiasi. Sedangkan terminology lesi awalnya bermaksud cedera namun digunakan untuk mendeskripsikan suatu cedera, penyakit maupun degenerasi lokal pada jaringan yang dapat mengakibatkan perubahan fungsi atau struktur. Oleh karena itu, penggunaan kata cedera atau luka merujuk kepada kerusakan akibat dari penyebab bukan alami, sementara kata lesi merujuk kepada suatu yang tidak dapat dipastikan apakah disebabkan oleh penyebab alami atau tidak (Idries, 2008).
Traumatologi berasal dari bahasa Yunani, yang berarti luka, adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tentang trauma, perlukaan, cedera serta hubungannya dengan berbagai kekerasan (ruda paksa), yang kelainannya terjadi pada tubuh karena adanya diskontinuitas jaringan akibat kekerasan yang menimbulkan jejas. Di dalam melakukan pemeriksaan terhadap seseorang yang menderita luka akibat kekerasan, pada hakekatnya dokter diwajibkan untuk dapat memberikan kejelasan dari permasalahan jenis luka yang terjadi, jenis kekerasan yang menyebabkan luka, dan kualifikasi luka (Shkrum dan Ramsay, 2007).
2.2 Deskripsi Luka
Dalam mendeskripsikan luka terbuka harus mencakup jumlah, lokasi, bentuk, ukuran, dan sifat luka. Sedangkan untuk luka tertutup, sifat luka tidak perlu dicantumkan dalam pendeskripsian luka. Untuk penulisan deskripsi luka jumlah, lokasi, bentuk, ukuran tidak harus urut tetapi penulisan harus selalu ditulis diakhir kalimat.
Deskripsi luka meliputi: (Idries, 2008)
1. Jumlah luka
2. Lokasi luka, meliputi:
Lokasi berdasarkan region anatomi nya
Lokasi berdasarkan garis koordinat atau berdasarkan bagian-bagian tertentu dari tubuh
Menentukan lokasi berdasarkan garis koordinat dilakukan untuk luka pada regio yang luas seperti di dada, perut, punggung. Koordinat tubuh dibagi dengan menggunakan garis khayal yang membagi tubuh menjadi dua yaitu kanan dan kiri, garis khayal mendatar yang melewati puting susu, garis khayal mendatar yang melewati pusat, dan garis khayal mendatar yang melewati ujung tumit. Pada kasus luka tembak harus selalu diukur jarak luka dari garis khayal mendatar yang melewati kedua ujung tumit untuk kepentingan rekonstruksi. Untuk luka di bagian punggung dapat dideskripsikan lokasinya berdasarkan garis khayal yang menghubungkan ujung bawah tulang belikat kanan dan kiri.
3. Bentuk luka, meliputi :
Bentuk sebelum dirapatkan
Bentuk setelah dirapatkan
4. Ukuran luka, meliputi sebelum dan sesudah dirapatkan ditulis dalam bentuk panjang x lebar x tinggi dalam satuan sentimeter atau milimeter.
5. Sifat-sifat luka, meliputi :
Daerah pada garis batas luka, meliputi :
Batas (tegas atau tidak tegas)
Tepi (rata atau tidak rata)
Sudut luka (runcing atau tumpul)
Daerah di dalam garis batas luka, meliputi:
Jembatan jaringan (ada atau tidak ada)
Tebing (ada atau tidak ada, jika ada terdiri dari apa)
Dasar luka
Daerah di sekitar garis batas luka, meliputi :
Memar (ada atau tidak)
Lecet (ada atau tidak)
Tatoase (ada atau tidak)
2.3 Klasifikasi Luka
Secara umum, luka atau cedera dibagi kepada beberapa klasifikasi menurut penyebabnya yaitu, trauma benda tumpul, trauma benda tajam, luka tembak, Jenis luka akibat suhu / temperature, dan luka akibat trauma listrik (Vincent dan Dominick, 2001). Pembagian jenis luka dibagi berdasarkan jenis benda yang menyebabkan kekerasan:
1. Jenis luka akibat kekerasan benda tumpul (blunt force injury), yaitu:
Luka lecet (abrassion): tekan, geser, dan regang :
Luka memar (contusion)
Luka robek (laceration)
2. Jenis luka akibat benda tajam, y aitu:
Luka iris / luka sayat (incised wound)
Luka tusuk (stab wound)
Luka bacok (chop wound).
A. Trauma Benda Tumpul
Luka akibat trauma benda tumpul adalah kerusakan jaringan yang disebabkan oleh benda atau alat yang tidak bermata tajam, konsistensi keras atau kenyal, dan permukaan halus atau kasar. Cara kejadian trauma benda tumpul lebih sering disebabkan karena kecelakaan atau penganiayaan, jarang karena bunuh diri (Satyo, 2006.
Jenis luka yang ditimbulkan akibat trauma benda tumpul yang sering dijumpai dalam kasus kecelakaan lalu lintas antara lain luka memar, luka babras, luka robek dengan tepi tidak rata, serta patah tulang. Bagian tubuh yang paling banyak terkena adalah kepala dan anggota gerak atas dan bawah. Luka-luka tersebut dapat menyebabkan dampak kerusakan jaringan maupun organ bervariasi mulai dari ringan hingga berat, bahkan lebih parah yaitu kematian. Sebab kematian terjadi karena kerusakan organ vital atau perdarahan yang banyak (Vincent dan Dominick, 2001).
Luka akibat trauma benda tumpul dapat berupa salah satu atau kombinasi dari luka memar, luka lecet, luka robek, patah tulang atau luka tekan.
Derajat luka, perluasan luka, serta penampakan dari luka yang disebabkan oleh trauma benda tumpul bergantung kepada:
Kekuatan dari benda yang mengenai tubuh
Waktu dari benda yang mengenai tubuh
Bagian tubuh yang terkena
Perluasan terhadap bagian tubuh yang terkena
Jenis benda yang mengenai tubuh
Organ atau jaringan pada tubuh mempunyai beberapa cara menahan kerusakan yang disebabkan objek atau alat, daya tahan tersebut menimbulkan berbagai tipe luka. Luka akibat trauma benda tumpul dibagi menurut beberapa kategori (Vincent dan Dominick, 2001).
a Luka Lecet (Abrasi)
Luka lecet adalah luka yang superfisial, kerusakan tubuh terbatas hanya pada lapisan kulit epidermis. Jika abrasi terjadi lebih dalam dari lapisan epidermis pembuluh darah dapat terkena sehingga terjadi perdarahan. Arah dari pengelupasan dapat ditentukan dengan pemeriksaan luka. Dua tanda yang dapat digunakan. Tanda yang pertama adalah arah dimana epidermis bergulung, tanda yang kedua adalah hubungan kedalaman pada luka yang menandakan ketidakteraturan benda yang mengenainya (Vincent dan Dominick, 2001).
Karakteristik luka lecet :
Sebagian/seluruh epitel hilang terbatas pada lapisan epidermis
Disebabkan oleh pergeseran dengan benda keras dengan permukaan kasar dan tumpul
Permukaan tertutup exudasi yang akan mengering (krusta)
Timbul reaksi radang (Sel PMN)
Sembuh dalam 1-2 minggu dan biasanya pada penyembuhan tidak meninggalkan jaringan parut
Pola dari abrasi sendiri dapat menentukan bentuk dari benda yang mengenainya. Waktu terjadinya luka sendiri sulit dinilai dengan mata telanjang. Perkiraan kasar usia luka dapat ditentukan secara mikroskopik. Kategori yang digunakan untuk menentukan usia luka adalah saat ini (beberapa jam sebelum), baru terjadi (beberapa jam sebelum sampai beberapa hari), beberapa hari lau, lebih dari benerapa hari. Efek lanjut dari abrasi sangat jarang terjadi. Infeksi dapat terjadi pada abrasi yang luas (Idries, 2008).
Memperkirakan umur luka lecet:
Hari ke 1 – 3 : warna coklat kemerahan
Hari ke 4 – 6 : warna pelan-pelan menjadi gelap dan lebih suram
Hari ke 7 – 14 : pembentukan epidermis baru
Beberapa minggu : terjadi penyembuhan lengkap
Luka lecet juga harus dibedakan terjadinya, apakah ante mortem atau post mortem. Berikut ini tabel yang menunjukkan perbedaan dari keduanya:
Tabel 1. Perbedaan Luka Lecet Ante Motem dan Post Mortem
ANTE MORTEM
POST MORTEM
Coklat kemerahan
Terdapat sisa sisa-sisa epitel
Tanda intravital (+)
Sembarang tempat
Kekuningan
Epidermis terpisah sempurna dari dermis
Tanda intravital (-)
Pada daerah yang ada penonjolan tulang
Sesuai dengan mekanisme terjadinya, luka lecet dapat diklasifikasikan sebagai luka lecet gores (scratch), luka lecet serut (scrape), luka lecet tekan (impact abrasion) dan luka lecet berbekas (patterned abrasion).
Luka lecet gores(Scratch)
Diakibatkan oleh benda runcing (misalnya kuku jari yang menggores kulit) yang menggeser lapisan permukaan kulit (epidermis) di depannya dan mengakibatkan lapisan tersebut terangkat, sehingga dapat menunjukan arah kekerasan yang terjadi.
Luka lecet serut (Scraping)
Adalah variasi dari luka lecet gores yang daerah persentuhannya dengan permukaan kulit lebih lebar. Arah kekerasan di tentukan dengan melihat letak tumpukan epitel.
Gambar 2.1 Bentuk dari abrasi dapat menandakan jenis permukaan yang kontak dengan kulit. (Dikutip dari forensic pathology 2nd edition)
Luka lecet tekan (Impact abrasion)
Disebabkan oleh penjejakan benda tumpul pada kulit. Karena kulit adalah jaringan yang lentur maka, bentuk luka lecet tekan belum tentu sama dengan bentuk permukaan benda tumpul tersebut, tetapi masih memungkinkan identifikasi benda penyebab yang mempunyai bentuk yang khas, misalnya kisi-kisi radiator mobil, jejas gigitan dan sebagainya. Gambaran luka lecet tekan yang di temukan pada mayat adalah daerah kulit yang kaku dengan warna yang lebih gelap dari sekitarnya akibat menjadi lebih padatnya jaringan yang tertekan serta terjadinya pengeringan yang berlangsung pasca kematian.
Gambar 2.2 Impact abrasion pada sisi kanan wajah.
(Dikutip dari kepustakaan forensic pathology 2nd edition)
b. Kontusio (Luka Memar)
Kontusio terjadi karena tekanan yang besar dalam waktu yang singkat. Penekanan ini menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah kecil dan dapat menimbulkan perdarahan pada jaringan bawah kulit atau organ dibawahnya. Kontusio adalah suatu keadaan dimana terjadi pengumpulan darah dalam jaringan yang terjadi sewaktu orang masih hidup, dikarenakan pecahnya pembuluh darah kapiler akibat kekerasan benda tumpul (Vincent dan Dominick, 2001).
Bila kekerasan benda tumpul yang mengakibatkan luka memar terjadi pada daerah dimana jaringan longgar, seperti di daerah mata, leher, atau pada orang yang lanjut usia, maka luka memar yang tampak seringkali tidaka sebanding dengan kekerasan, dalam arti seringkali lebih luas; dan adanya jaringan longgar tersebut memungkinkan berpindahnya "memar" ke daerah yang lebih rendah, berdasarkan gravitasi.
Salah satu bentuk luka memar yang dapat memberikan informasi mengenai bentuk dari benda tumpul, ialah apa yang dikenal dengan istilah "perdarahan tepi" (marginal haemorrhages), misalnya bila tubuh korban terlindas ban kendaraan, dimana pada tempat yang terdapat tekanan justru tidak menunjukkan kelainan, kendaraan akan menepi sehingga terbentuk perdarahan tepi yang bentuknya sesuai dengan bentuk celah antara kedua kembang ban yang berdekatan.Perubahan warna pada memar berhubungan dengan waktu lamanya luka, namun waktu tersebut bervariasi tergantung jenis luka dan individu yang terkena. Tidak ada standar pasti untuk menentukan lamanya luka dari warna yang terlihat secara pemeriksaan fisik.
Luka memar dapat diklasifikasikan sebagai luka memar superficial (Superficial), Luka memar dalam (Deep), dan luka memar berbekas (Patterned/ imprint).
a. Luka memar superfisial
Luka memar superficial dapat terjadi secara segera, disebabkan oleh akumulasi darah secara subkutan.
b. Luka memar dalam
Luka memar dalam menandakan adanya akumulasi pendarahan lebih dalam dari lapisan kulit subkutan. Biasanya jenis luka ini memerlukan 1 sampai 2 hari untuk dapat terlihat di permukaan kulit.
c. Luka memar berbekas
Luka memar berbekas disebabkan oleh penekanan pada tubuh, biasanya objek yang menekan tubuh meninggalkan bekas pada permukaan kulit. Pada mayat waktu antara terjadinya luka memar, kematian dan pemeriksaan menentukan juga karekteristik memar yang timbul. Semakin lama waktu antara kematian dan pemeriksaan luka akan semakin membuat luka memar menjadi gelap. Pemeriksaan mikroskopik adalah sarana yang dapat digunakan untuk menentukan waktu terjadinya luka sebelum kematian. Namun sulit menentukan secara pasti karena hal tersebut pun bergantung pada keahlian pemeriksa.
Gambar 2.3 Luka memar pada bagian dada kiri
(Dikutip dari kepustakaan forensic pathology 2nd edition)
Terjadinya luka memar biasanya diawali oleh adanya suatu benturan /kekerasan dengan energi y ang cukup untuk mengganggu permeabilitas sel-selpembuluh darah sehingga terjadi pembengkakan di sekitar daerah tubuh yangterkena benturan. Pembengkakan ini ditimbulkan oleh pengiriman cairan dan selsel sirkulasi darah ke jaringan-jaringan interstisial.
Mula-mula pembengkakan timbul warna merah kebiruan lalu warnanya berubah menjadi biru kehitaman pada hari ke-1 sampai hari ke-3. Setelah itu warnanya berubah menjadi biru kehijauan kemudian coklat. Warna menghilang pada minggu pertama sampai minggu ke-4.
Proses perubahan struktur jaringan diatas yang sering disebut sebagai proses peradangan (inflamasi) memiliki beberapa variasi tergantung lokasi dan struktur jaringan disekitar luka memar. Apabila terjadi pada daerah jaringan ikatlonggar (mata, leher, atau pada lansia) maka luka memar y ang tampak seringkali
tidak sebanding dengan kekerasan, dalam arti lebih luas. Ada beberapa faktor yangmempermudah terjadinya luka memar (contusion), yaitu:
Jaringan lemak yang berada dibawah jaringan subkutan.
Kulit (epidermis) yang tipis.
Penyakit, seperti defisiensi vitamin K, penyakit kronis, hemophilia, sirosis, dan lain-lain.
Efek samping yang terjadi pada luka memar antara lain terjadinya penurunan darah dalam sirkulasi yang disebabkan memar yang luas dan masif sehingga dapat menyebabkan syok, penurunan kesadaran, bahkan kematian. Yang kedua adalah terjadinya agregasi darah di bawah kulit yang akan mengganggu aliran balik vena pada organ yang terkena sehingga dapat menyebabkan ganggren dan kematian jaringan. Yang ketiga, memar dapat menjadi tempat media berkembang biak kuman. Kematian jaringan dengan kekurangan atau ketiadaaan aliran darah sirkulasi menyebabkan saturasi oksigen menjadi rendah sehingga kuman anaerob dapat hidup, kuman tersering adalah golongan clostridium yang dapat memproduksi gas gangrene (Idries, 2006)
Memperkirakan umur luka memar :
Hari ke 1 : terjadi pembengkakan warna merah kebiruan
Hari ke 2 – 3 : warna biru kehitaman
Hari ke 4 – 6 : biru kehijauan–coklat
> 1 minggu-4 minggu : menghilang / sembuh
Lebam mayat atau livor mortis sering salah diinterpretasikan dengan luka memar. Livor mortis merupakan perubahan warna ungu kemerahan pada area mengikuti posisi tubuh disebabkan oleh akumulasi darah oleh pembuluh darah kecil secara gravitasi. Berikut ini perbedaan luka memar dengan lebam mayat: (Vincent dan Dominick, 2001).
Tabel 2. Perbedaan Luka Memar dan Lebam Mayat
LUKA MEMAR (Contusion, Bruise,)
LEBAM MAYAT (Livor Mortis)
Intravital
Post mortem
- Karena terjadi ekstravasasi darah maka dalam jangka waktu kurang 7 jam, warna memar tidak hilang pada penekanan.
- Jika lebih 7 jam darah sudah berpindah ke jaringan sehingga batasnya menjadi jelas.
Karena letaknya intravaskuler maka dalam jangka waktu kurang 7 jam, warna memar akan hilang. Batas tidak tegas karena hemoglobin yang berpindah ke jaringan.
Daerah sekitarnya terbentuk edema
Daerah sekitarnya tidak terbentuk edema.
Tidak menghilang jika irisannya dibersihkan
Menghilang jika dicuci
Sel PMN ada
Sel PMN tidak ada
Lokasinya tidak menentu
Lokasinya pada bagian tubuh yang terendah
Luka memar atau kontusio juga dapar terjadi pada organ dan jaringan dalam. Kontusio pada tiap organ memiliki karakteristik yang berbeda. Pada organ vital seperti jantung dan otak jika terjadi kontusio dapat menyebabkan kelainan fungsi dan bahkan kematian.
Kontusio pada otak, dengan perdarahan pada otak, dapat menyebabkan terjadi peradangan dengan akumulasi bertahap produk asam yang dapat menyebabkan reaksi peradangan bertambah hebat. Peradangan ini dapat menyebabkan penurunan kesadaran, koma dan kematian. Kontusio dan perdangan yang kecil pada otak dapat menyebabkan gangguan fungsi organ lain yang luas dan kematian jika terkena pada bagian vital yang mengontrol pernapasan dan peredaran darah.
Kontusio serebri adalah kerusakan jaringan otak tanpa disertai robeknya piamater. Istilah kontusio digunakan untuk menyatakan adanya cedera atau gangguan pada jaringan otak yang lebih berat dari konkusi (concussion), dengan memiliki karakteristik adanya kerusakan sel saraf dan aksonal, dengan titik-titik perdarahan kapiler dan edema jaringan otak. Terutama melibatkan puncak-puncak gyrus karena bagian ini akan bergesekan dengan penonjolan dan lekukan tulang saat terjadi benturan.7,8
Hampir seluruh kontusio otak superfisial, hanya mengenai daerah abu-abu. Beberapa dapat lebih dalam, mengenai daerah putih otak. Kontusio pada bagian superfisial atau daerah abu-abu sangat penting dalam ilmu forensik. Rupturnya pembuluh darah dengan terhambatnya aliran darah menuju otak menyebabkan adanya pembengkakan dan seperti yang telah disebutkan sebelumnya, lingkaran kekerasan dapat terbentuk apabila kontusio yang terbentuk cukup besar, edema otak dapat menghambat sirkulasi darah yang menyebabkan kematian otak, koma, dan kematian total. Poin kedua terpenting dalam hal medikolegal adalah penyembuhan kontusio tersebut yang dapat menyebabkan jaringan parut yang akan menyebabkan adanya fokus epilepsi.
Jantung juga sangat rentan jika terjadi kontusio. Kontusio ringan dan sempit pada daeran yang bertanggungjawab pada inisiasi dan hantaran impuls dapat menyebabkan gannguan pada irama jantung atau henti jantung. Kontusio luas yang mengenai kerja otot jantung dapat menghambat pengosongan jantung dan menyebabkan gagal jantung. Kontusio pada organ lain dapat menyebabkan ruptur organ yang menyebabkan perdarahan pada rongga tubuh.
Perlu dipertimbangkan lokasi kontusio tipe superfisial yang berhubungan dengan arah kekerasan yang terjadi. Hal ini bermakna jika pola luka ditemukan dalam pemeriksaan kepala dan komponen yang terkena pada trauma sepeti pada kulit kepala, kranium, dan otak. Ketika bagian kepala terkena benda yang keras dan berat seperti palu atau botol bir, hasilnya dapat berupa, kurang lebihnya, yaitu abrasi, kontusio, dan laserasi dari kulit kepala. Kranium dapat patah atau tidak.
Gambar 9. Kontusio pada dasar lobus temporal dan frontal, disebut juga 'burst lobe' (Dikutip dari kepustakaan No.7)
Jika jaringan dibawahnya terkena, hal ini disebut coup. Hal ini terjadi saat kepala relatif tidak bergerak. Kita juga harus mempertimbangkan situasi lainnya dimana kepala yang bergerak mengenai benda yang padat dan diam. Pada keadaan ini kerusakan pada kulit kepala dan pada kranium dapat serupa dengan apa yang ditemukan pada benda yang bergerak-kepala yang diam. Namun, kontusio yang terjadi, bukan pada tempat trauma melainkan pada sisi yang berlawanan. Hal ini disebut kontusio contrecoup.
Gambar 10. Lesi coup dan countrecoup sehubungan dengan mekanisme
Cedera kepala (Dikutip dari kepustakaan No.7)
Pada pemeriksaan kepala penting untuk mengetahui pola trauma. Karena foto dari semua komponen trauma kepala dari berbagai tipe kadang tidak tepat sesuai dengan demontrasi yang ada, diagram dapat menjelaskan hubungan trauma yang terjadi. Kadang-kadang dapat terjadi hal yang membingungkan, dapat saja kepala yang diam dan terkena benda yang bergerak pada akhirnya akan jatuh atau mengenai benda keras lainnya, sehingga gambaran yang ada akan tercampur, membingungkan, yang tidak memerlukan penjelasan mendetail.
Tipe lain kontusio adalah penetrasi yang lebih dalam, biasanya mengenai daerah putih atau abu-abu, diliputi oleh lapisan normal otak, dengan perdarahan kecil atau besar. Perdarahan kecil dinamakan "ball haemorrhages" sesuai dengan bentuknya yang bulat. Hal tersebut dapat serupa dengan perdarahan fokal yang disebabkan hipertensi. Perdarahan yang lebih besar dan dalam biasanya berbentuk ireguler dan hampir serupa dengan perdarahan apopletik atau stroke. Anamnesis yang cukup mengenai keadaan saat kematian, ada atau tiadanya tanda trauma kepala, serta adanya penyakit penyerta dapat membedakan trauma dengan kasus lain yang menyebabkan perdarahan.
Perdarahan intraserebral tipe apopletik tidak berhubungan dengan trauma biasanya melibatkan daerah dengan perdarahan yang dalam. Tempat predileksinya adalah ganglia basal, pons, dan serebelum. Perdahan tersebut berhubungan dengan malformasi arteri vena. Biasanya mengenai orang yang lebih muda dan tidak mempunyai riwayat hipertensi. Edema paru tipe neurogenik biasanya menyertai trauma kepala. Manifestasi eksternal yang dapat ditemui adalah " foam cone" busa berwarna putih atau merah muda pada mulut dan hidung. Hal tersebut dapat ditemui pada kematian akibat tenggelam, overdosis, penyakit jantung yang didahului dekompensasio kordis. Keberadaan gelembung tidak membuktikan adanya trauma kepala.
c. Laserasi (Luka robek)
Suatu pukulan yang mengenai bagian kecil area kulit dapat menyebabkan kontusio dari jaringan subkutan, seperti pinggiran balok kayu, ujung dari pipa, permukaan benda tersebut cukup lancip untuk menyebabkan sobekan pada kulit yang menyebabkan laserasi. Laserasi disebabkan oleh benda yang permukaannya runcing tetapi tidak begitu tajam sehingga merobek kulit dan jaringan bawah kulit dan menyebabkan kerusakan jaringan kulit dan bawah kulit. Tepi dari laserasi ireguler dan kasar, disekitarnya terdapat luka lecet yang diakibatkan oleh bagian yang lebih rata dari benda tersebut yang mengalami indentasi (Vincent dan Dominick, 2001).
Pada beberapa kasus, robeknya kulit atau membran mukosa dan jaringan dibawahnya tidak sempurna dan terdapat jembatan jaringan. Jembatan jaringan, tepi luka yang ireguler, kasar dan luka lecet membedakan laserasi dengan luka oleh benda tajam (Shkrum dan Ramsay, 2007).
Gambar . Luka robek dengan terdapatnya jembatan jaringan
(Dikutip dari kepustakaan forensic pathology 2nd edition)
Tepi dari laserasi dapat menunjukkan arah terjadinya kekerasan. Tepi yang paling rusak dan tepi laserasi yang landai menunjukkan arah awal kekerasan. Sisi laserasi yang terdapat memar juga menunjukkan arah awal kekerasan.
Bentuk dari laserasi dapat menggambarkan bahan dari benda penyebab kekerasan tersebut. Karena daya kekenyalan jaringan regangan jaringan yang berlebihan terjadi sebelum robeknya jaringan terjadi. Sehingga pukulan yang terjadi karena palu tidak harus berbentuk permukaan palu atau laserasi yang berbentuk semisirkuler. Sering terjadi sobekan dari ujung laserasi yang sudutnya berbeda dengan laserasi itu sendiri yang disebut dengan "swallow tails". Beberapa benda dapat menghasilkan pola laserasi yang mirip.
Seiring waktu, terjadi perubahan terhadap gambaran laserasi tersebut, perubahan tersebut tampak pada lecet dan memarnya. Perubahan awal yaitu pembekuan dari darah, yang berada pada dasar laserasi dan penyebarannya ke sekitar kulit atau membran mukosa. Bekuan darah yang bercampur dengan bekuan dari cairan jaringan bergabung membentuk eskar atau krusta. Jaringan parut pertama kali tumbuh pada dasar laserasi, yang secara bertahap mengisi saluran luka. Kemudian, epitel mulai tumbuh ke bawah di atas jaringan skar dan penyembuhan selesai. Skar tersebut tidak mengandung apendises meliputi kelenjar keringat, rambut dan struktur lain.
Perkiraan kejadian saat kejadian pada luka laserasi sulit ditentukan tidak seperti luka atau memar. Pembagiannya adalah sangat segera segera, beberapa hari, dan lebih dari beberapa hari. Laserasi yang terjadi setelah mati dapat dibedakan ddengan yang terjadi saat korban hidup yaitu tidak adanya perdarahan.
Laserasi dapat menyebabkan perdarahan hebat. Sebuah laserasi kecil tanpa adanya robekan arteri dapat menyebabkan akibat yang fatal bila perdarahan terjadi terus menerus. Laserasi yang multipel yang mengenai jaringan kutis dan sub kutis dapat menyebabkan perdarahan yang hebat sehingga menyebabkan sampai dengan kematian. Adanya diskontinuitas kulit atau membran mukosa dapat menyebabkan kuman yang berasal dari permukaan luka maupun dari sekitar kulit yang luka masuk ke dalam jaringan. Port d entree tersebut tetap ada sampai dengan terjadinya penyembuhan luka yang sempurna.
Bila luka terjadi dekat persendian maka akan terasa nyeri, khususnya pada saat sendi tersebut di gerakkan ke arah laserasi tersebut sehingga dapat menyebabkan disfungsi dari sendi tersebut. Benturan yang terjadi pada jaringan bawah kulit yang memiliki jaringan lemak dapat menyebabkan emboli lemak pada paru atau sirkulasi sistemik. Laserasi juga dapat terjadi pada organ akibat dari tekanan yang kuat dari suatu pukulan seperi pada organ jantung, aorta, hati dan limpa. Hal yang harus diwaspadai dari laserasi organ yaitu robekan yang komplit yang dapat terjadi dalam jangka waktu lama setelah trauma yang dapat menyebabkan perdarahan hebat (Idries, 2008).
B. Trauma Benda Tajam
Luka trauma benda tajam merupakan putusnya atau rusaknya kontinuitas jaringan karena trauma akibat alat/senjata yang bermata tajam dan atau berujung runcing.Pada kematian yang disebabkan oleh benda tajam, walaupun tetap harus dipikirkan kemungkinan karena suatu kecelakaan; tetapi pada umumnya karena suatu peristiwa pembunuhan atau peristiwa bunuh diri.Luka yang disebabkan oleh benda yang berujung runcing dan bermata tajam dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu luka tusuk (stab wound), luka Iris (incised wound), luka bacok (chop wound).
Tabel 1. Perbedaan luka akibat benda tumpul dan benda tajam
Trauma
Tumpul
Tajam
Bentuk luka
Tidak teratur
Teratur
Tepi luka
Tidak rata
Rata
Jembatan jaringan
Ada
Tidak ada
Rambut
Tidak ikut terpotong
Ikut terpotong
Dasar luka
Tidak teratur
Berupa garis atau titik
Sekitar luka
Ada luka lecet atau memar
Tidak ada luka lain
Di dalam Ilmu Kedokteran Kehakiman luka akibat benda tajam yang dapat dijumpai terdapat dalam dua bentuk, yaitu luka iris dan luka tusuk, dan di dalam dunia kriminal luka-luka tersebut biasanya disebabkan oleh pisau. Bentuk luka yang disebabkan oleh pisau yang mengenai tubuh korban, dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut:
Sifat-sifat dari pisau: bentuk, ketajaman dari ujung dan ketajaman dari kedua tepinya, bermata satu atau bermata dua
Bagaimana pisau itu mengenai dan masuk ke dalam tubuh. Jarang pisau masuk ke dalam tubuh dan keluar lagi dengan sudut serta arah yang sama, dengan demikian setiap luka tusuk merupakan perpaduan antara tusukan dengan irisan. Oleh karena itu, ukuran luka dimana pisau itu masuk ke dalam tubuh akan lebih besar dari ukuran lebar dari pisau itu sendiri.
Tempat luka. Kulit memiliki elastisitas yang besar dan besarnya ketegangan kulit tidak sama pada seluruh tubuh. Pada daerah dimana serat-serat elastiknya sejajar, yaitu pada lipatan-lipatan kulit, maka tusukan yang sejajar dengan lipatan tersebut akan mengakibatkan luka yang tertutup, sempit dan berbentuk celah. Akan tetapi bila tusukan pisau itu melintasi serta memotong lipatan kulit, maka luka yang terjadi akibat tusukan pisau tersebut akan terbuka lebar.
Tabel 2.Ciri-ciri luka akibat kekerasan benda tajam pada kasus pembunuhan, bunuh diri, atau kecelakaan
Pembunuhan
Bunuh diri
Kecelakaan
Lokasi luka
Sembarang
Terpilih
Terpapar
Jumlah luka
Banyak
Banyak
Tunggal/banyak
Pakaian
Terkena
Tidak terkena
Terkena
Luka tangkis
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Luka percobaan
Tidak ada
ada
Tidak ada
Cedera sekunder
Mungkin ada
Tidak ada
Mungkin ada
Ciri-ciri pembunuhan diatas dapat dijumpai pada kasus pembunuhan yang disertai perkelahian. Tetapi bila tanpa perkelahian maka lokasi luka biasanya pada daerah fatal dan dapat tunggal. Luka tangkis merupakan luka yang terjadi akibat perlawanan korban dan umumnya ditemukan pada telapak dan punggung tangan, jari-jari tangan, punggung lengan bawah dan tungkai. Pemeriksaan pada baju yang terkena pisau bertujuan untuk melihat interaksi antara pisau-kain-tubuh, yaitu melihat letak atau lokasi kelainan, bentuk robekan, adanya partikel besi (reaksi biru berlin dilanjutkan dengan pemeriksaan spektroskopi), serat kain dan pemeriksaan terhadap bercak darahnya.
Bunuh diri yang menggunakan benda tajam biasanya diarahkan pada tempat yang cepat mematikan, misalnya leher, dada kiri, pergelangan tangan, perut, dan lipat paha. Bunuh diri dengan senjata tajam tentu saja akan menghasilkan luka-luka pada tempat yang terjangkau oleh tangan korban serta biasanya tidak menembus pakaian karena umumnya korban menyingkap pakaian terlebih dahulu. Luka percobaan khas ditemukan pada kasus bunuh diri yang menggunakan senjata tajam, sehubungan dengan kondisi kejiwaan korban. Luka percobaan tersebut dapat berupa luka sayat atau luka tusuk yang dilakukan berulang dan biasanya sejajar.
Yang dimaksud kecelakaan pada tabel diatas adalah kekerasana tajam yang terjadi tanpa unsur kesengajaan misalnya kecelakaan industri dan kecelakaan pada kegiatan sehari-hari.
Luka akibat benda tajam terdiri dari :
a. Luka tusuk
Luka tusuk disebabkan oleh benda tajam dengan posisi menusuk atau korban yang terjatuh di atas benda tajam. Bila pisau yang digunakan bermata satu, maka salah satu sudut akan tajam, sedangkan sisi lainnya tumpul atau hancur. Jika pisau bermata dua, maka kedua sudutnya tajam.
Penampakan luar luka tusuk tidak sepenuhnya tergantung dari bentuk senjata. Jaringan elastis dermis, bagian kulit yang lebih dalam, mempunyai efek yang sesuai dengan bentuk senjata. Harus dipahami bahwa jaringan elastis terbentuk dari garis lengkung pada seluruh area tubuh. Jika tusukan terjadi tegak lurus garis tersebut, maka lukanya akan lebar dan pendek. Sedangkan bila tusukan terjadi paralel dengan garis tersebut, luka yang terjadi sempit dan panjang.
Menikam atau menusuk biasanya dengan pisau, sering terjadi pada kasus pembunuhan dan pembantaian.6,7 Karakteristik dari alat tusuk:
Panjang, lebar dan ketebalan pisau
Satu atau dua sisi
Derajat dari ujung yang lancip
Bentuk belakang pada pisau satu sudut (bergerigi atau kotak)
Bentuk dari pelindung pangkal yang berdekatan dengan mata pisau
Adanya alur, bergerigi atau cabang dari mata pisau
Ketajaman dari sudut dan khususnya ujung dari mata pisau
Karakteristik luka tusuk, dapat menerangkan tentang: 6,7
Dimensi senjata
Tipe senjata
Kelancipan senjata
Gerakan pisau pada luka
Kedalaman luka
Arah luka
Banyaknya tenaga yang digunakan
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi bentuk luka tusuk, salah satunya adalah reaksi korban saat ditusuk atau saat pisau keluar, hal tersebut dapat menyebabkan lukanya menjadi tidak begitu khas. Atau manipulasi yang dilakukan pada saat penusukan juga akan mempengaruhi. Beberapa pola luka yang dapat ditemukan :
Tusukan masuk, yang kemudian dikeluarkan sebagian, dan kemudian ditusukkan kembali melalui saluran yang berbeda. Pada keadaan tersebut luka tidak sesuai dengan gambaran biasanya dan lebih dari satu saluran dapat ditemui pada jaringan yang lebih dalam maupun pada organ.
Tusukan masuk kemudian dikeluarkan dengan mengarahkan ke salah satu sudut, sehingga luka yang terbentuk lebih lebar dan memberikan luka pada permukaan kulit seperti ekor.
Tusukan masuk kemuadian saat masih di dalam ditusukkan ke arah lain, sehingga saluran luka menjadi lebih luas. Luka luar yang terlihat juga lebih luas dibandingkan dengan lebar senjata yang digunakan.
Tusukan masuk yang kemudian dikeluarkan dengan mengggunakan titik terdalam sebagai landasan, sehingga saluran luka sempit pada titik terdalam dan terlebar pada bagian superfisial. Sehingga luka luar lebih besar dibandingkan lebar senjata yang digunakan.
Tusukan diputar saat masuk, keluar, maupun keduanya. Sudut luka berbentuk ireguler dan besar.
Jika senjata digunakan dengan kekuatan tambahan, dapat ditemukan kontusio minimal pada luka tusuk tersebut. Hal ini dapat diindikasikan adanya pukulan. Panjang saluran luka dapat mengindikasikan panjang minimun dari senjata yang digunakan. Harus diingat bahwa posisi tubuh korban saat ditusuk berbeda dengan pada saat autopsi. Posisi membungkuk, berputar, dan mengangkat tangan dapat disebabkan oleh senjata yang lebih pendek dibandingkan apa yang didapatkan pada saat autopsi. Manipulasi tubuh untuk memperlihatkan posisi saat ditusuk sulit atau bahkan tidak mungkin mengingat berat dan adanya kaku mayat. Poin lain yang perlu dipertimbangkan adalah adanya kompresi dari beberapa anggota tubuh pada saat penusukan. Pemeriksa yang sudah berpengalaman biasanya ragu-ragu untuk menentukan jenis senjata yang digunakan.
Pisau yang ditusukkan pada dinding dada dengan kekuatan tertentu akan mengenai tulang rawan dada, tulang iga, dan bahkan sternum. Karakteristik senjata paling baik dilihat melalui trauma pada tulang. Biasanya senjata yang tidak begitu kuat dapat rusak atau patah pada ujungnya yang akan tertancap pada tulang. Sehingga dapat dicocokkan, ujung pisau yang tertancap pada tulang dengan pasangannya.
Petunjuk dari luka tusuk sering dianggap sebagai suatu masalah pembunuhan terutama sebagai persidangan, yang mengarah pada saat rekontruksi kejadian. Kejadian-kejadian penusukan sering bergerak dan dinamis sehingga korban jarang dalam keadaan statis. Penjelasan mengenai petunjuk berdasarkan gambaran luka dan jejak benda. Saat pisau dengan mata pisau kurang cukup besar, maka luka sering tampak terpotong bagian bawahnya mengenai jaringan subkutan. Pada otopsi, menjelaskan seperti pada luka tusuk didada, kadang saat di otopsi luka terletak dibawah puting. Pembedahan dari jaringan dan otot bisa mengungkapkan bahwa kerusakan dinding dada terletak di ICS berapa. Informasi ini menjadi petunjuk luka, mengambarkan jejak luka.2,3,6
Perkiraan mengenai derajat kekuatan luka tusuk, diberikan keterangan mengenai : 2,3,4
Bagian dari tulang atau pengerasan tulang rawan
Ketajaman dari ujung pisau
Kecepatan datangnya pisau
Kulit yang elastis lebih mudah ditembus
Variasi ketebalan kulit terhadap pisau, kulit telapak kaki lebih tebal dari bagian tubuh lain.
Luka tembus yang disebabkan tusukan.
Pada kasus pembunuhan sering ditemukan adanya luka tusuk dengan jumlah yang banyak, karena dalam membunuh seseorang tidak hanya dengan satu tusukan saja, kecuali bila korbannya sedang tidur atau dalam keadaan yang sangat lemah atau bila korban diserang secara mendadak dan yang terkena adalah organ tubuh yang vital.7 Luka-luka tusuk pada kasus pembunuhan yang dilakukan dengan menggunakan pisau, lebih banyak ditemukan pada laki-laki dibandingkan wanita.6
Luka yang mematikan biasanya pada daerah leher, dada, dan pada daerah perut yang merupakan letak organ-organ vital. Luka tusuk pada dada bisa melibatkan jantung yang menyebabkan trauma pada miokardium, arteri koroner, struktur katup atau pembuluh darah besar, yang bisa mendatangkan ancaman nyawa bagi korbannya.8 Pada kasus pembunuhan dengan cara menggorok leher korban, akan terdapat luka yang mendatar, tidak ada luka-luka percobaan dan didapatkan luka-luka tangkis. Luka tangkis merupakan luka yang terjadi akibat perlawanan korban dan umumnya ditemukan pada telapak dan punggung tangan, jari-jari tangan, punggung lengan bawah dan tungkai. Pembunuhan dengan senjata tajam yang bentuknya runcing dan langsing misalnya pisau saku dan ganco (alat yang terbuat dari batang besi bulat dengan ujung runcing yang melengkung dan biasa dipergunakan untuk mengungkit beras dalam karung dan es balok), dapat dilakukan dengan cara menghantamkan benda tajam tersebut ke kepala korban, menembus tulang, dan masuk ke dalam otak.7Luka tangkis merupakan luka yang terjadi akibat perlawanan korban dan umumnya ditemukan pada telapak dan punggung tangan, jari-jari tangan, punggung lengan bawah dan tungkai. Pemeriksaan pada kain (baju) yang terkena pisau bertujuan untuk melihat interaksi antara pisau-kain-tubuh, yaitu melihat letak/lokasi kelainan, bentuk robekan, adanya partikel besi (reaksi biru berlin dilanjutkan dengan pemeriksaan spektroskopi), serat kain, dan pemeriksaan bercak darah.
Luka-luka pada tubuh korban dalam kasus bunuh diri dapat ditemukan pada daerah leher, daerah dada (letak jantung) dan daerah perut (letak lambung), dan biasanya luka yang didapatkan adalah luka tusuk. Selain luka tusuk tersebut, akan ditemukan pula luka-luka percobaan. Pada kasus bunuh diri, tidak akan dijumpai luka-luka yang menunjukkan adanya tanda-tanda perlawanan.7Pada tangan korban tidak jarang ditemukan pisau yang tergenggam dengan sangat kuat, ini disebabkan oleh kekakuan yang seketika (cadaveric spasm) pada otot-otot tangan korban yang menggenggam pisau. Kekakuan yang seketika ini, mencerminkan adanya faktor stress emosional dan intravitalitas. Dengan pisau yang ditemukan pada genggaman erat tangan korban dapat hampir dipastikan bahwa korban telah melakukan bunuh diri.7
Ciri luka tusuk (misalnya senjata pisau / bayonet) :
Tepi luka rata
Dalam luka lebih besar dari panjang luka
Sudut luka tajam
Sisi tumpul pisau menyebabkan sudut luka kurang tajam
Sering ada memar / echymosis di sekitarnya
b. Luka Sayat (Cuts or incised wound)
Luka sayat ialah luka karena alat yang tepinya tajam dan timbulnya luka oleh karena alat ditekan pada kulit dengan kekuatan relativ ringan kemudian digeserkan sepanjang kulit sehingga syok traumatic tidak terjadi kecuali ditimbulkan oleh faktor–faktor yang lain seperti perdarahan. Komplikasi fatal dari luka iris yang paling sering terjadi adalah perdarahan sepsis.
Luka iris pada kasus bunuh diri paling sering terjadi di kerongkongan dan pergelangan tangan dan lengan bawah sisi fleksor. Seseorang biasanya memegang senjata dengan tangan kanannya dan memulai irisan dari sisi kiri ke sisi kanan, atau mungkin dia mengiris dari sisi kanan leher ke depan dan ke bawah. Seseorang yang kidal akan mengiris dirinya dengan cara yang sama, pada umumnya memulai irisan dari sisi kanan leher.
Ciri luka sayat :
Pinggir luka rata
Sudut luka tajam
Rambut ikut terpotong
Jembatan jaringan ( - )
Biasanya mengenai kulit, otot, pembuluh darah, tidak sampai tulang
c. Luka bacok (chop wound)
Luka bacok ialah luka akibat benda atau alat yang berat dengan mata tajam atau agak tumpul yang terjadi dengan suatu ayunan disertai tenaga yang cukup besar. Contoh : pedang, clurit, kapak, baling-baling kapal.
Ciri luka bacok :
Luka biasanya besar
Pinggir luka rata
Sudut luka tajam
Hampir selalu menimbulkan kerusakan pada tulang, dapat memutuskan bagian tubuh yang terkena bacokan
Kadang-kadang pada tepi luka terdapatmemar, aberasi
2.4 Aspek Hukum dengan cedera
Luka ringan
Pasal 352 KUHP: MAKS 3 BULAN
Luka sedang
PS 351 (2) KUHP: MAKS 2 TAHUN 8 BULAN
Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun.
PS 353 (1) KUHP: MAKS 4 TAHUN
Penganiayaan dengan rencana lebih dahulu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.
Luka berat
PS 351 (3) KUHP: MAKS 5 TAHUN
Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
PS 353 (2) KUHP: MAKS 7 TAHUN
Jika perbuatan itu mengakibatka luka-luka berat, yang bersalah dikenakan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
PS 354 (1) KUHP: MAKS 8 TAHUN
Barang siapa sengaja melukai berat orang lain, diancam karena melakukan penganiayaan berat dengan pidana penjara paling lama delapan tahun.
PS 355 (1) KUHP: MAKS 12 TAHUN
Penganiayaan berat yang dilakukan dengan rencana terlebih dahulu, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Luka pada Ilmu Kedokteran Forensik merupakan salah satu bagian terpenting. Luka bisa terjadi pada korban hidup maupun korban mati. Luka bisa terjadi akibat kekerasan mekanik, kekerasan fisik, & kekerasan kimiawi. Luka dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis benda, yaitu akibat kekerasan benda tumpul, akibat benda tajam, akibat tembakan senjata api, akibat benda yang muda pecah, akibat suhu/temperatur, akibat trauma listrik, akibat petir, dan akibat zat kimia korosif.
Selain itu luka bisa diketahui waktu terjadinya kekerasan, apakah luka terjadi antemortem atau postmortem. Terkadang dari luka kita bisa mengetahui umur luka. Walaupun belum ada satupun metode yang digunakan untuk menilai dengan tepat kapan suatu kekerasan dilakukan mengingat adanya berbagai macam faktor yang mempengaruhinya; seperti faktor infeksi, kelainan darah, atau penyakit defisiensi.
Dari deskripsi luka kita sebagai dokter juga dapat membantu pihak hukum untuk menentukan kualifikasi luka sesuai dengan KUHP Bab XX pasal 351 dan 352 serta Bab IX pasal 90. Yang pada tindak pidana untuk menentukan hukuman yang diberikan kepada pelaku kekerasan dengan melihat deskripsi luka yang kita buat. Oleh karena itu diharapkan kita sebagai calon dokter yang nantinya sebagai dokter di masyarakat umum akan banyak menemukan kasus kekerasan yang menyebabkan luka baik pada korban hidup maupun korban mati, bisa mendeskripsikan luka sebaik-baiknya dalam Visum et Repertum.
3.2 Saran
1. Seorang dokter atau calon dokter harus belajar mendiskripsikan luka sehingga mampu membuat Visum et Repertum yang baik dan benar.
2. Seorang dokter atau calon dokter tidak hanya mempelajari ilmu kedokteran tetapi juga mengetahui hukum kesehatan.