1. TIND TINDAK AKAN AN KAU KAUST STIK IK 1 .1 .
DEFINISI
Kaustik adalah mengoleskan ke mukosa dengan aplikator kapas yang sudah dibasahi dengan cairan asam triklor asetat 100% kristal !
1 ." .
#$$&N
'enyembuhkan penyakit (hinitis &lergi atau penyakit lainnya yang memerlukan tindakan terapi kaustik.
1 .) . 1. ". ). . .
*(+SED$( &nastesi &nastesi dengan dengan ,idokain ,idokain "% ditambahkan ditambahkan ,idokain ,idokain -% -% dan ditunggu ditunggu / 10 10 menit. menit. Dilakukan Dilakukan kaustik kaustik pada pada konka inerio ineriorr untuk untuk (hinitis (hinitis &lergi &lergi &tau &tau dilakuk dilakukan an kaustik kaustik pada pada mukos mukosaa yang diter diterapi api Die2aluasi Die2aluasi adanya 3arna 3arna keputih keputihan an pada bekas olesan olesan tersebut. tersebut. Kontrol Kontrol 1 minggu minggu kemudian kemudian untuk melihat melihat hasil hasil tindakan tindakan dan kemungkina kemungkinan n komplikasi komplikasi yang ter4adi.
2. TERAPI TERAPI EPIST EPISTA AKSIS KSIS merupakan suatu ge4ala5 karena itu sangatlah penting untuk mencaru penyebab dari Epistaksis merupakan ter4adinya epistaksis serta menentukan sumber perdarahan pada epistaksis terutama berkaitan dengan pelaksanaan terapi. Epistaksis adalah perdarahan yang keluar dari ca2um nasi5 dengan berbagai aktor penyebab6
a. Epistaksis penyebab lokal 6 idiopatik5 trauma5 pengaruh lingkungan5 benda asing dan rinolit benda asing di dalam ca2um nasi yang lama sampai men4asi keras!5 ineksi5 tumor 4inak dan ganas. b. Epistaksis penyebab sistemik 6 penyakit kardio2askuler misalnya hipertensi dan kelainan pembuluh darah lainnya5 kelainan darah5 ineksi5 kelainan endokrin dan kelainan congenital5 D7D5 I#* Idiopatic #hrombociitopenia *urpura!. Anamnesis • •
• • • • • •
(i3ayat perdarahan sebelumnya. ,okasi perdarahan5 apakah bila pasien duduk tegak darah mengalir ke tenggorok posterior! ataukah keluar dari hidung depan anterior!. ,ama perdarahan dan rekuensinya. Kecenderungan perdarahan (i3ayat gangguan perdarahan dalam keluarga (i3ayat penyakit lain hipertensi5 diabetes5 penyakit hati8hematemesis5 4antung5 dll! (i3ayat penggunaan obat9obatan antikoagulan5 NS&ID5 enilbuta:on5 dll! (i3ayat trauma terumtama pdad hidung!
Pemeriksaan penunjang • • •
(hinoskopi anterior9posterior *emeriksaan laboratorium darah lengkap5 hapusan darah5 aal hemostasis5 ,F#5 (F#5 dll! (adiologis 6 ;9photo5 <# Scan5 '(I berkaitan dengan trauma dan penyakit lain!
Tindakan pada epistaksis
1. *erhatikan keadaan umum pasien ". #enangkan kondisi pasien dan keluarga ). *astikan bah3a pasien tidak dalam keadaan syok ika ada ri3ayat telah ter4adi perdarhan hebat5 segera pasang inuse5 periksa darah rutin5 o o
pemeriksaan ungsi pembekuan dan golongan darah dilakukan 4ika perlu transuse darah ika pasien dalam keadaan syok5 segera pasang inuse dan pemberian obat9obat yang
diperlukan untuk memperbaiki keadaan umum. . 'enghentikan perdarahan a. Epistaksis Anterior o Epistaksis anterior penderita sebaiknya duduk tegak agar tekanan 2ascular berkurang dan mudah membatukkan darah dari tenggorokan.
o
Epistaksis anterior yang ringan biasanya bisa dihentikan dengan cara menekan cuping
o
hidung selama 910 menit. ika tindakan diatas tidak mampu menghentikan perdarhan5 maka dipasang tampon anterior yang telah dibasahi dengan adrenalin dan lidokain atau pantokain untuk
o
menghentikan perdarahan dan mengurangi rasa nyeri dipasang 10 menit!. 7ila dengan cara tersebut perdarahan masih terus berlangsung5 maka diperlukan pemasangan tampon anterior yang telah diberi salep antibiotika agar tidak melekat
o
sehingga tidak ter4adi perdarahan ulang pada saat tampon dilepaskan. #ampon anterior dimasukkan melalui lubang hidung depan5 dipasang secara berlapis mulai dari dasar sampai puncak rongga hidung dan harus menekan sumber perdarahan.
o
#ampon anterior dipasang selama ) hari. ika tidak ada penyakit yang mendasarinya5 penderita tidak perlu dira3at dan diminta
lebih banyak duduk serta mengankat kepalanya sedikir pada malam hari. b. Epistaksis Posterior o *ada epistaksis posterior5 sebagian besar darah masuk ke dalam mulut sehingga o
pemasangan tampon anterior tidak dapat menghentikan perdarahan. Konsultasi dokter Spesialis #=#
Penataaksanaan umum
1. 'enghentikan perdarahan a. 7ersihkan bekuan darah b. #ekan84epit ala nasi 910 menit untuk perdarahan pleksus Kiesselbach 8 ,ittle area. c. *emberiann 2asokonstriktor > lokal anastesi campuran lidokain "% dan eedrin 1%! d. Kaustik #riclor acetic acid 100%5 Nitrat argebti "09)0%5 elektrokauter! bila perdarahan ringan. e. *emasangan tampon anterior . *emasangan tampon posterior
→
tampon 7elloc? perdarahan posterior dan
nasoaring! bila dengan tampon anterior tidak teratasi g. ,igasi salah satu arteri 6 arteri ethmoidalis anterior 8 arteri ethmoidalis posterior 8 asteri karotis eksterna 8 arteri ma;illaries interna. ". 'encegah komplikasi a. Inus b. #ransuse darah bila =b @ -% c. &ntibiotika &moksisilin ) ; 00 mg dan 'eenamic acis ) ; 00 mg pada setiap pemasangan tampon5 karena tampon merupakan benda asing tetap diterapi tersebut5 meskipun tamponnya sudah ada salep 2aselin chloramphenicol 10%.
d. +bat9obat hemostatika 6 2itamin K A ) ; 15 &dona &< 1B atau asam trane;amat 8 transamin acid ) ; 00 mg5 dan 2itamin & A " ; 1 untuk menguatkan septum nasi. e. #ambah antihipertensi bila pasien ada hipertensi. ). 'encegah berulangnya epistaksis 6 'encari penyebab → terapi yang sesuai kausa. !ptek pemasangan tampon anterior "
1. =idung yang berdarah dibuka dengan speculum hidung. ". 'asuk tampon kloramphenicol 10% salep ke rongga hidung dengan
pinset
bayonet8tampon tang5 sampai rongga hidung rapat dengan tampon kemicetinr salep. ). 7ila setelah rongga hidung rapat dengan tampon kemicetine salep diobser2asi sekitar C 4am masih ada perdarahan5 hipertensi sudah dinormalkan5 dapat dipertimbangkan dengan pemasangan tampon 7elloc?. !ptek pemasangan tampon posterior # tampon $eo%& "
1. 'asukkan kateter le3at hidung yang kurang perdarahannya5 lidah ditekan dengan spatel lidah5 dan tarik kateter yang tampak di aring dengan klem bengkok. ". #ampon 7elloc? diikatkan pada u4ung kateter5 dan kateter ditarik perlahan keluar hidung untuk ambil tali 7elloc?. tali 7elloc? harus benang tebal5 agar tak membuat laserasi mukosa ca2um nasi5 sehingga tak menambah bleeding!. ). =al yang agak sulit 6 secara bersamaan bola kassa yang dipegang u4ung telun4uk dan 4ari tengah kanan dimasukkan ke nasoaring le3ati belakang u2ula5 bersamaaan tali 7elloc? di hidung ditarik bersamaan. ,alu tekan bola kassa secara optimal ke nasoaring dengan u4ung 4ari telun4uk kanan. . *asang tampon kloramphenikol 10% salep pada kedua hisung sepadat mungkin. . #alli 7elloc? dihidung diikat dengan digan4al kassa5 agar bola kassa tidak melorot ke aring5 lalu langsung diplester dengan hipai; 8 plester coklat. C. #ali yang dimulut hari pertama diplester pada sudut mulut kiri tali agak kendor5 untuk mengunyah makanan halus!5 hari kedua dipindah ke sudut mulut kanan dst bergantian agar tak ter4adi laserasi pada sudut mulut. B. #ampon anterior dilepas bertahap pada hari ke lima5 dan tampon 7elloc? dilepas pada hari ke enam. Kompikasi • •
Komplikasi epistaksis 6 =ipotensi5 hipoksia5 anemia5 aspirasi pneumonia. Komplikasi kauterisasi 6 Sinekia5 perorasi septum.
•
Komplikasi pemasangan tampon 6 Sinekia5 rinosinusitis5 sindrom syok toksik5 perorasi septum5 tuba eustachius tersumbat5 aritmia o2erdosis kokasin atau lidokain spray5 bila
•
penggunaan spray lidokain 8 ;ylokain lebih dari "o kali semprot!. Komplikasi embolisasi 6 *erdarahan 8 hematom5 nyeri 3a4ah5 hipersensiti2itas5 paralisis asialis5 inark miokard.
Komplikasi ligasi arteri 6 Kebas pada 3a4ah5 sinusitis5 sinekia5 inak miokard.
'. TERAPI (RAKTUR !S. NASA) +s nasal merupakan tulang yang paling sering mengalami raktur ditubuh. Diagnosis yang akurat dan inter2ensi bedah yang tepat adalah kunci dalam pengelolaan raktus nasal. 'eskipun cedera ini tidak mengancam nya3a5 kesalahan pengelolaan raktur nasal dapat mengakibatkan deormitas baik estetika maupun ungsional. (i3ayat yang menyeluruh dan pemeriksaan isik yang teliti cukup untuk diagnosis raktur nasal. Kepustakaan dilapangan tidak mendukung penggunaan oto ;9ray untuk membantu dalam diagnosis. 'ayoritas cedera terlihat setelah edema yang signiikan muncul dan tidak dapat dikurangi secara cermat pada saat itu. +leh karena itu5 dengan pengecualian raktur yang sangat displace 5 raktur terbuka5 dan hematoma septum5 sebagian besar raktur nasal seharusnya diobati secara deiniti setelah )910 hari sekali pembengkakan telah tertangani. &rtikel ini akan membahas struktur anatomi hidung yang bersangkutan5 karakteristik5 patoisisologi raktur nasal5 teknik diagnostik5 modalitas pengobatan5 dan kontro2ersi9 kontro2ersi umum yang terkait dengan raktur nasal. *riamida nasal tersusun atas tullang tipis yang terletak palingmenon4ol pada bagian sentral dari 3a4ah. &kibatnya5 os nasal merupakan tulang pada tubuh yang sering mengalami raktur. #rauma tumpul sperti tabrakan sepeda motor5 cedera saat olahraga5 dan pertengkaran isikmerupakan penyebab yang paling umum raktur os nasal. Diagnosis yang akurat dan inter2ensi
bedah yang tepat merupakan aktor kunci
penatalaksaan raktur os nasal. 'eskipun cedera ini tidak mengancam nya3a5 kesalahan penatalaksanaan raktur os nasal dapat mengakibatkan deormitas kosmetik dan ungsional. ANAT!*I +IDUN,
+s nasal dipasangkan menyokong setengah bagian atasa piramida nasal. Setiap os nasal berartikulasi secara lateral dengan prosesus rontal os ma;illa dan berproyeksi secara anterior ke
arah garis tengah. 7agian superior 5 os nasal tebal dan berartikulasi dengan os rontal. 7agian inerior5 os nasal men4adi tipis5 dan berartikulasi dengan kartilago lateral atas. &kibatnya5 sebagian besar raktur os nasal ter4adi pada setengah bagian ba3ah os nasal.1 septum bagian posterior terdiri dari 2omer dan lamina perpendecularis os ethmoid dan bertempat digaris tengah belakang os nasal. Sayangnya 5 tuang9 tulang tipis dan memberikan sokongan yang kecil pada setengah bagian ba3ah dari hidung disokong oleh " kartilago lateral atas5 " kartilago lateral ba3ah dan kartilago ?uadrangularis. Kartilago lateral atas memiliki artikulasi 4enis ibrosa dibagian superiornya dengan os nasal5 dibagian medialnya dengan kartilago ?uadrangularis medial5 dan bagian ineriornya dengan kartilago lateral ba3ah. Konigurasi berbentuk Gsayap burung camarGG ini memberikan dukungan yang penting untuk G katup nasal internalGG5 bagian dari tahanan terbesar terhadap aliran udara inspirasi. Kartilago lateral ba3ah terdiri dari crus medial dan lateral dalam konigurasi berbentuk Gsayap butung camarGG yang sama. #erdapat hubungan secara ibrosa dibagian superiormya dengan kartilago lateral atas5 dan dibagian medialnya satu sama lain. Kartilago lateral ba3ah tebal dan menggambarkan kontur dari ape; nasal dan nostril. Kartilago kuadrangularis bertindak sebagai Gtiang tendaGG memberikan sokongan untuk ape; dan dorsum nasi.
PAT!(ISI!)!,I (RAKTUR !S NASA)
Hangguan traumatik os dan kartilago nasal dapat menyebbkan deormitas eksternal dan obstruksi 4alan naas yang bermakna. enis dan beratnya raktur nasal tergantung pada kekuatan 5 arah5 dan mekanisme cedera. Sebuah benda kecil dengan kecepatan tinggi dapat memberikan kerusakan yang sama dengan benda yang lebih besar pada kecepatan yang lebih rendah. #rauma nasal baagian lateral yang paling umum dan dapat mengakibatkan raktur salah satu atau kedua os nasal. =al ini sering disertai dengan dislokasi septum nasal diluar krista ma;ilaris. Dislokasi septal dapat mengakibatkan dorsum nasi berbentuk S5 asimetri ape; dan obstruksi 4alan napas. #rauma rontal secara langsung pada hidung sering menyebabkan depresi dan pelebaran dosrum nasi dengan obstruksi nasal yang terkait.
Diagnosis raktur nasal yang akurat tergantung pada ri3ayat dan pemeriksaan isik yang menyeluruh. (i3ayat yang lengkap meliputi penilaian terhadap 1! kekuatan5 arah5 dan mekanisme cedera "! munculnya epistaksis atau rinorhea cairan serebrospinalis5 )! ri3ayat raktur atau operasi nasal sebelumnya5 dan ! obstruksi nasal atau deormitas nasal eksterna setelah cedera. *emeriksaan isik yang paling akurat 4ika dilakukan sebelum timbulnya edema pasca trauma. *emeriksaan ini memerlukan pencahayaan yang cukup lampu kepala atau otoskop!5 instrumentasi spekulum hidung!5 dan suction sebaiknya tipe asier!. Inspeksi pada bagian dalam hidung sangat penting.
Hambar 1. &natomi =idung. =ubungan antara os kartilago5 dan septum nasal. Dicetak kembali dengan i:in dari 7agian 7edah +tolaringologi9Kepala ,eher ) rd Copyrigght 1998, Moshy-Year Book Inc .
Hambar ". &natomi septum nasal. 15 os rontal "5 os nasal )5 lamina perpendicularis os ethmoid 52omer 5 os palatine C5 krista nasalis os ma;illa dan B5 kartilago ?uadrangularis.Dicetak kembali dengan i:in dari 7agian 7edah +tolaringologi9Kepala ,eher ) rd Copyrigght 1998, Moshy-Year Book Inc.
Semua gumpalan harus disedot dengan lembut dan pendarahan kecil harus dikontrol secara baik dengan kokain % atau 05"% Neo9synephrine semprot atau larutan solusio!. Setiap laserasi mukosa5 gangguan septum5 atau hematoma septum harus didokumentasikan. =ematoma septal memerlukan e2akuasi dan drainase segera. *emeriksaan hidung eksternal dapat memberitahukan adanya laserasi5 stepos tulang5 atau gangguan tulang ra3an. *alpasi tulang hidung dapat memberitahukan adanya mobilitas atau krepitasi5 yang menun4ukan patah hidung. Setelah anastesi cukup dengan larutan kokain %5 GbimanualG palpasi dapat dilakukan dengan menempatkan 4ari pada luar tulang hidung dan hemostat melalui nares pada permukaan internal dari tulang hidung. Ecchymosis periorbital5 epiera5 atau diplopia meningkaatkan kecurigaan adaanya cedera9cedera orbital terkait. *enggunan radiograi untuk diagnosis patah tulang hidung adalah tindakan kontro2ersial. 7eberapa penulis telah menyebutkan kebutuhan untuk dokumentasi medikolegal patah tulang
hidung. Namun5 penelitian sebelumnya telah menun4ukan sensiti2itas dan spesiitas radiograik yang rendah dalam mendiagnosis patah tualng hidung. $ntuk menentukan aapakah radiograi sangat membantu5 Delacey et al 1BB! menin4au 100 pasien dengan cedera hidung yang dira3at dibagian ga3at darurat. *eneitian tersebut membandingkan ilm ;9ray dalam pengelolaan patah hidung. (adiograi ditemukan tidak berguna dalam pengelolaan rutin patah tulang hidung dan tidak mempengaruhi pengelolaan atau terapi.1 patah tulang hidung dapat secara aurat didiagnosis dengan ri3ayat
meneyeluruh dan pemeriksaan isik. ,iteratur yanga ada dilapangan tidak
mendukung penggunaan ;9ray rutin untuk diagnosis patah tulang hidung. PEN,E)!)AAN -AKTU
#u4uan primer pengobatan dan pengelolaan patah tulang hidung adalah untuk membangun kembali ungsi premorbid dan penampilan kosmetik hidung. &da beberapa kontro2ersi mengenai 3aktu pengobatan yang paling tepat. *enilaian patah tulang hidung yang paling akurat dilakukan segera setelah cedera.5 sebelum ada edema 4aringan yang signiikan. Sayangnya5 pasien 4arang die2aluasi dengan cepat. Edema 4aringan lunak biasanya menutupi patah tulang hidung ringan sampai sedang dan membuat reduksi tertutup segera men4adi sulit. +leh karena itu5 kebanyakan pasien perlu die2aluasi ulang dalam )9 h:ri. ika pembengkakan terus berlan4ut5 masuk akal untuk mengu4i kembali pasien dilain ) sampai hari. (eduksi tertutup dalam 3aktu B910 hari dapat dicapai diba3ah anastesi lokal. *enundaan lebih lama dari B910 hari menghasilkan penyembuhan tulang yang lebih besar dan postensial meningkatkan kebutuhan untuk osteotomi bedah. *enyembuhan tulang mungkin ter4adi lebih cepat pada populasi anak9anak. ,uka yang lebih berat seperti raktur terbuka5 hematoma septum5 dan luka9luka dengan cacat eksternal kotor memerlukan inter2ensi bedah segera. Suatu usaha harus dilakukan secara bedah mereduksi patah tulang hidung yang telah diketahui5 ketika pembengkakan dan edema memungkinkan untuk diagnosis yang akurat dan melakukan tindakan reduksi . hal ini dapat dilakukan segera 4ika cedera parah5 nnamun patah tulang ringan sampai moderat dinilai lebih mudah dan akurat direduksi )910 hari setelah cedera. #ergantung pada tingkat kenamanan dan pengalaman5 reduksi tertutup patah tulang hidung tanpa
komplikasi baik dilakukan dengan anastesi lokal dalam lingkup dokter keluarga. $ntuk patah tulang moderat comple;nasal5 raktur terbuka atau hematoma septum5 konsulasi bedah harus dicari. Sementara itu5 patah tulang hidung dapat dikelola melalui reduksi tertutup5 beberapa luka pada akhirnya mungkin memerlukan reduksi terbuka
melalui septorhinoplasty. Ini biasanya
dilakukan pada C sampai 1" bulan setelah bekas luyka post trauma melunak. ANASTESI
(eduksi patah tulang hidung dapat dilakukan dengan anastesi lokal atau umum5 tergantubg pada pilihan dokter bedah.
TEKNIK
(eduksi patah tulang hidung dapat dicapai baik dengan teknik terbuka atau tertutup. Sebagian besar patah tulang hidung dapat dikelola secara memadai dengan reduksi tertutup. Sara suoratrochlear5 sara inraorbital5 dan punggung hidung dibius dengan 1 bagian lidokain hidroklorida 1% men4adi 100.000 bagian epinerin. Empat persen larutan kokain di atas lapisan kapas 05 ; ).0 cm ! digunakan untuk anastesi intranasal. 7anyak ahli bedah 4uga menggunakan sedasi atau analgesia intra2ena sebagai tambahan sebagai anastesi lokal.
Instrumen sering diperlukan sebagai alat bantu dalam reduksi . tulang hidung yang terdepresi distabilkan antara ele2ator boieis intranasal dan 4ari dibagian luar. Ele2ator tulang hidung mereduksi tulang hidung yang terdepresi karena 4ari yang berla3anaan mendorong tulang hidung kontralaterak ke posisi yang benar. Hambar !. Forscep Jalsh dan &sch 4uga dapat digunakan untuk mengurangi raktur dan dislokasi septum. Splints eksternall dan pengepakan hidung biasanya digunakan pasca operasi. Splints dapat berkontur dengan hidung eksternal dan harus disimpan ditempat selama B smapai 1 hari. 7ahan umum meliputi plester dari paris5 alumunium5 dan splints plastik panas9lunak. Dengan tulang hidung sangat mobile. Sebuah kasa berlapis strip antibiotik dapat ditempatkan intranasal untuk menstabilkaan reduksi. Kasa yang dikemas tinggi keruang depan hidung diba3ah tulang hidung5 dan harus dibiarkan ditempat tersebut selama 9 B hari. *asien harus diberikan antibiotik oral saat kasa pada tempatnya. Singkatnya5 anamnesis ri3ayat meneyeluruh dan pemeriksaan isik dengan teliti cukup untuk mendiagnosis patah tulang hidung. ,iteratur dilapangan tidak mendukung penggunaan ilm ;9ray untuk membantu dalam diagnosis. 'ayoritas luka terlihat setelah edema signiiikan muncul dan tidak dapat secara akurat direduksi. +leh karena itu5 dengan pengecualian raktur terlalu displace5 raktur terbuka5 dan hematoma septum5 raktur hidung harus diperlakukan secara deiniti dalam 3aktu ) sampai 10
hari setelah bengkak teratasi. 7eberapa luka mungkin
memerlukan reduksi terbuka melalui septorhinoplasty. Septorhinoplasty paling eekti dilakukan pada C91" bulan oleh seorang ahli bedah yang berpengalaman. *asien harus ditindaklan4uti selama C91" bulan pasca operasi untuk men4amin bah3a hasil yang memadai diperoleh.
.
TERAPI +E*AT!*A SEPTU* NASI
DE(INISI
=ematoma adalah perdarahan diba3ah sub! perikordium.
II. DIA,N!SA
&namnesa −
6
&danya ri3ayat trauma yang kemudian ter4adi obstruksi nasi yang progresi dalam 3aktu yang singkat.
−
Didapatkan nyeri dan terkadang disertai epistaksis.
*emeriksaan Fisik −
6
(inoskopi anterior6 tumor pada septum nasi unilateral8bilateral pada bagian anterior5 3arna merah kebiruan5 dan konsistensi kenyal.
−
*ada pungsi percobaan didapatkan darah.
III. TERAPI A. #u4uan 1. Dilakukan insisi dan drainase segera untuk mencegah nekrosis dan obstruksi nasi
karena kartilago dapat bertahan ) hari nutrisi tulang ra3an terganggu kondrosit mati absorbsi kartilago timbul 4aringan ibrosis obstruksi nasi permanen!. 2. &gar tidak timbul ineksi sekunder seperti abses septum nasi darah stagnan
prolierasi bakteri abses !. $. *rosedur #indakan 1. 'elakukan persetu4uan tindakan medik dan men4elaskan tindakan yang akan
dilakukan kepada pasien.
2. Siapkan alat9alat yang diperlukan dalam keadaan steril seperti 6
&nastesi topikal8spray lidokain atau ;ylokain 10%. =ead lamp pastikan dapat berungsi dengan baik!. −
−
=andscoon steril. Nasal speculum.
−
(ing orcep.
−
Suction apparatus ra:ier suction tip!.
−
arum ukuran 1-9"0 dan syringe8spuit cc.
−
*isau bedah scalpel blades! No. 11.
−
#ampon hidung geloam5 sirgical5 atau tampon kassa > 2aselin!.
−
Drain Small penrose drainase!.
−
Normal saline5 po2idon iodine dan plester.
). *osisikan pasien dalam posisi supinasi8tidur terlentang dan kepala sedikit ele2asi untuk memungkinkan drainasekeluar dari hidung. . *asang head lamp dan gunakan hanscoon steril. . ,akukan tindakan desineksi dengan po2idone iodine pada a3al. C. ,akukan anestesi lokal dengan menyemprotkan lidokain8;ylokain spray ke dalam hidung kearah septum!. B. ika masih ragu dan diduga abses5 maka lakukan aspirasi terlebih dahulu. -. ,akukan insisi pada mukosa dari anterior9inerior tanpa menggores tulang ra3an dan lakukan dengan hati9hati. Kemudian suction pada perdarahan yang keluar5 dan irigasidengan normal saline. . ,akukan eksisi sedikit pada bagian mukosa pericondrium untuk mencegah penutupan dini sayatan dari insisi dengan menggunakan ring orcep. 10. ,akukan pemasangan drain dan 4ahit drain agar tidak lepas. *emasangan drain selama "9) hari atau tergantung 4umlah perdarahan yang keluar. 11. 7erikan antibiotik broad spektrum ampicilin! sebagai proilaksis dan analgetik secara parenteral.
1". ika perdarahan sudah berhenti5 lepas drain dan pasang tampon dengan memasukkan tampon ke arah nasi arah septum! dan plester hidung. Setelah itu lakukan e2aluasi perdarahan kembali 4ika perdarahan benar9benar tidak keluar lepas tampon.
/.
IRI,ASI SINUS *AKSI)ARIS
&. 7atasan Irigasi sinus maksilaris adalah tehnik tindakan operasi untuk mengeluarkan secret atau nanah dari dalam sinus maksilaris. 7. #u4uan *enyembuhan penyakit sinusitis maksilaris kronis <. *rosedur - bila mengguanakan local anastesi5 posisi penderita duduk. 'emakai troika dan kanul dari #illey9,ic3it: - anastesi lokal dengan kokain % 8 tetrakain "% dicampur eedrin 1% dan ditunggu selama kurang lebih 1 menit - pencucian dengan cairan garam isiologis 05% atau air hangat sampai dengan cairan yang keluar ber3arna 4ernih5 dan terakhir dicuci dengan solution betadine 1% 8 gargle mout betadin
-
betadine obat luar berisi betadine 10%! dipasang kasa sprot4es pada ka2um nasi tersebut.
0.
P!)IP EKSTRAKSI
1.1. DEFINISI Polip ekstrak si adalah tindakan operasi untuk membersihkan polip di kavum nasi. 1.2. TUU!N "en#embuhkan pen#akit polip nasi. 1.$.
P%&SEDU%
9 9 9 9
*asang kapas anasthesi lidokain eedrin 1% di ka2um nasi selama 10 menit 7ila sedang local anasthesi5 penderita dengan posisi duduk. Kapas anasthesi dilepas dari ka2um nasi. Senar polip disusupkan pada undus polip sampai ke tangkainya kemudian senar polip
9 9 9
dirapatkan. *olip ditarik seperti menarik ketela 8 singkong sehingga polip terlepas. *erdarahan dira3at dengan suction dan tampon sprot4es 8 segitiga eedrin. E2aluasi ka2um nasi5 bila masih ada polip5 maka polip diambil dengan orsep blakesly
9 9 9
sampai polip bersih di ka2um nasi. *asang tampon kloramphenicol salep 10% pada ka2um nasi yang dioperasi. *asang tampon ) hari. Setelah lepas tampon5 e2aluasi perdarahan dan bila masih ada sisa polip yang tersisa karena sisa polip di atas ka2um bisa turun ke ba3ah setelah polip di ba3ahnya
9
diekstraksi! maka polip diambil dengan orsep blakesly. +perasi selesai.