TINDAKAN ASEPTIK
Bakteri pada kulit sebagian besar besifat komensal. Luka yang terbentuk akibat insisi bisa menjadi
port
the
entry
bakteri
kedalam
jaringan
dan
sirkulasi
darah.
Bakteri dapat juga berkembang biak pada luka. Untuk mengurangi polulasi bakteri dilakukan tindakan aseptik Tindakan Aseptik
Aseptik adalah keadaan bebas dari mikroorganisme penyebab penyakit. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya melalui teknik aseptik. Teknik aseptik/asepsis adalah segala upaya yang dilakukan untuk mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam t ubuh yang kemungkinan besar akan mengakibatkan infeksi. Tindakan asepsis ini bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan mikroorganisme yang terdapat pada p ermukaan benda hidup atau benda mati. Tindakan ini meliputi antisepis, desinfeksi, dan steri lisasi. Untuk itu, diperlukan perlakuan khusus pada alat dan bahan operasi, lapangan operasi, operator,dan asisten sebagai pelaksana. Antisepsis adalah upaya pencegahan infeksi dengan membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada kulit dan jaringan tubuh lainnya. Bahan yang yang digunakan disebut antiseptik. Antiseptik adalah bahan yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan kuman, ada yang yang bersifat sporosidal (membunuh spora) dan non sporosidal, sporosidal, digunakan pada jaringan hidup khusus,yaitu kulit dan selaput lendir. Antiseptik harus dibedakan dengan dengan obat seperti antibiotik yang yang dapat membunuh mikroorganisme di di dalam
tubuh
atau
dengan desinfektan yang digunakan untuk
membunuh mikroorganisme yang terdapat pada benda mati. Perlu diperhatikan adanya reaksi atau riwayat aler gi terhadap iodium. Jenis antiseptik yang sering digunakan adalah alkhol 70 %, povidon iodin, chlorhexidine gluconate dan triklosan.
Jenis Antiseptik
Jenis antiseptik yang akan dibahas di bawah ini hanya sebagian dari antisepti k, antara lain povidone iodine, savlon (chlorhexidine), (chlorhexidine), triklosan, dan alkohol 70%. Berikut keterangan mengenai jenis antiseptik tersebut : 1. Povidone Iodine 1. Struktur Kimia Povidone Iodine adalah senyawa larut air yang merupakan komplek senyawa iodine dengan polyvinylpyrrolidone, dengan kosentrasi iodine mulai dari 9 % sampai dengan 12 %, dihitung berdasarkan berat kering. Povidone iodine mempunyai rumus bangun (C6H9NO)n.xI. (2)
Rumus bangun povidone iodine 2. Mekanisme kerja Povidone iodine bekerja dengan menghancurkan dinding sel patogen. 3. Keuntungan dan Kerugian Povidone iodine memiliki aktivitas antimikroba yang paling luas karena dapat membunuh semua patogen yang penting, bahkan dapat membunuh spora di mana spora merupakan salah satu sat u bentuk dari mikroorganisme yang paling sulit dibunuh (to be inactivated) oleh desinfektan dan antiseptik Povidone iodine merupakan antiseptik golongan iodine yang menyebabkan sedikit iritasi kulit dan jarang menimbulkan reaksi alergi jika dibandingkan dengan antiseptik iodine lainnya, namun lebih sering menyebabkan dermatitis kontak iritan jika digunakan untuk higienitas tangan (larutan pencuci tangan).
4. Cara Pemakaian Povidone Iodine diformulasikan dalam bentuk antiseptik topikal, antara lain larutan (dengan surfaktan dan atau alkohol), aerosol atau salep pada konsentrasi mulai dari 7,5% sampai dengan 10 %. Zat tersedia di dijual bebas dan digunakan untuk membersihkan dan desinfektan pada kulit, men yiapkan kulit sebelum operasi dan mengobati infeksi yang peka terhadap iodine. Povidone iodine harus digunakan secara hati-hati pada penderita yang alergi terhadap iodine. Jika terjadi iritasi, kemerahan dan bengkak; penggunaan zat harus dihentikan. 2. Chlorhexidine gluconate 1. Struktur Kimia Chlorhexidine gluconate sering digunakan untuk mencuci tangan di kamar operasi. Bahannya lembut dan jarang menimbulan iritasi. Chlorhexidine gluconate (nama dagang savlon) , merupakan derivat dari biguanidin. Chlorhexidine gluconate merupakan cairan antiseptik yang mempunyai komponen aktif cetrimide 0,5 % dan chlorhexidine gluconate 0,1%. Selain Chlorhexidine gluconate, savlon mengandung n-propyl alkohol dan benzyl benzoat.
Cetrimide
Chlorhexidine gluconate 2. Mekanisme kerja Chlorhexidine bekerja dengan cara melekat dan kemudian merusak membran sitoplasma sehingga kandungan/isi intraselular menjadi keluar dari dalam sel. 3. Keuntungan dan Kerugian Aktivitas antimikroba chlorhexidine lebih lambat dari pada alkohol. Chlorhexidine memiliki aktivitas antimikroba yang baik terhadap bakteri gram positif, dan sebaliknya kurang baik terhadap bakteri gram negatif dan fungi, serta aktivitas antimikroba yang minimal terhadap bakteri tuberkulosa. Chlorhexidine tidak dapat membunuh spora. Chlorhexidine memiliki aktivitas secara in vitro untuk membunuh enveloped virus seperti herpes simplex virus, HIV, cytomegalovirus, namun memiliki aktivitas yang kurang terhadap nonenveloped virus sperti rotavirus, adenovirus, dan enterovirus. Reaksi alergi terhadap penggunaan chlorhexidine sangat jarang ditemukan. Penggunaan chlorhexidine yang menyebabkan iritasi pada kulit sangat tergantung pada konsentrasi larutan chlorhexidine, dimana chlorhexidine 4% yang sering digunakan sebagai larutan antiseptik pencuci tangan dapat menyebabkan iritasi. Jika larutan chlorhexidine mengenai mata dapat mengakibatkan konjungtivitis. Reaksi idiosinkrasi pada kulit dapat terjadi. Savlon bila terminum secara tidak
sengaja dapat menimbulkan mual muntah, dyspnea dan sianosis akibat paralisis dari otot pernafasan. Selain itu depresi sistem saraf pusat dapat menyebabkan kejang, hipertensi serta
koma.
Pengobatan
dengan
cara pengosongan lambung dan terapi simptomatik. 4. Cara Pemakaian Savlon digunakan untuk keperluan antiseptik pembersih dan hanya digunakan untuk pemakaian luar. Savlon antiseptik sebaiknya tidak digunakan secara langsung pada mata, otak, meningen, telinga tengah, serta tidak digunakan untuk rongga tubuh. Untuk penggunaan secara umum larutkan 60-90 mL dalam 1 sampai dengan 1,5 L air. 3. Triklosan 1. Struktur Kimia Triklosan merupakan senyawa aromatik yang diklorinasi dan memiliki dua gugus fungsional yaitu eter dan fenol.
Rumus bangun triklosan 2. Mekanisme kerja Yaitu dengan cara denaturasi protein dan merusak membran sel. Triklosan memiliki sifat biosidal dengan merusak membran sel dan sitoplasma. Sedangkan pada konsentrasi rendah, triklosan bekerja sebagai bakteriostatik dengan menghambat sintesis asam lemak.
3. Keuntungan dan Kerugian Triklosan memiliki aktivitas antimikroba yang cukup baik terhadap Staplylococcus aureus sehingga penggunaan triklosan 2% sebagai larutan untuk memandikan penderita kelainan kulit methicilin resistant Staphylococcus aureus (MRSA) sangat dianjurkan. Sebaliknya triklosan memiliki aktivitas antimikroba yang relatif rendah terhadap bakteri gram negatif, fungi, dan micobacterium. Triklosan sebaiknya tidak digunakan sebagai larutan mandi pada pasien luka bakar atau pasien dengan kelainan kulit yang luas dan juga pasien dengan kulit yang sensitif karena dapat menimbulkan efek neurotoksik. 4. Cara Pemakaian Triklosan (trichloro-hydroxy-diphenyl ether) adalah agen antimikrobial yang banyak digunakan pada detergen, sabun, shampo , deodoran seta kosmetik dengan konsentrasi penggunaan di bawah 0,5%. 4. Alkohol 1. Struktur Kimia Alkohol yang paling sering digunakan antara lain ethanol (60-90%), 1 propanol (60-70%) dan 2-propanol/isopropanol (70-80%) atau campuran dari jenis-jenis alkohol ini. Zat ini membunuh secara cepat dan aktif bakteri vegetatif seperti Mikobakterium tuberkulosis serta beberapa jamur dan virus lipofilik yang inaktif.
Rumus bangun alcohol
2. Mekanisme kerja Alkohol bekerja dengan cara denaturasi protein dan melarutkan lemak. 3. Keuntungan dan Kerugian Alkohol memiliki aktivitas germisidal secara in vitro terhadap bakteri vegetatif gram positif dan gram negatif (termasuk diantaranya MRSA dan VRE), Mycobacterium tuberculosis, dan sebagian jenis fungi. Namun demikian alkohol memiliki aktivitas antimikroba yang sangat minimal terhadap spora bakteri. Herpes simplex virus, HIV, influenza virus, respiratory syncytial virus dan vaccinia virus diketahui sangat peka terhadap alkohol. Jenis virus lain yang kurang peka terhadap alhokol, namun dapat dibunuh dengan alkohol 50-70%, seperti Hepatitis B virus, enterovirus, rotavirus dan adenovirus. Ethanol memiliki aktivitas antimikroba yang lebih baik dari pada propanol. Alkohol bekerja sebagai germisidal dengan cepat ketika digunakan pada permukaan kulit, namun tidak berlangsung lama. Dengan demikian akan terjadi pertumbuhan bakteri kembali secara perlahan pada permukaan kulit. Hal ini diduga karena beberapa bakteri pada kulit memiliki efek sublethal terhadap alkohol. Penggunaan larutan alkohol yang cukup sering dapat menyebabkan kulit menjadi kering. Namun kelainan dermatitis kontak alergi atau urtikaria akibat kontak terhadap alkohol sangat jarang ditemukan. Penggunaan larutan alkohol pada lesi kulit dapat menimbulkan rasa nyeri yang hebat seketika.
4. Cara Pemakaian Alkohol bersifat mudah terbakar serta harus disimpan di tempat yang dingin dan cukup ventilasi udaranya. Sebelum kauterisasi, bedah elektrik serta bedah laser, alkohol harus ditunggu menguap terlebih dahulu. 5. Teknik Tindakan Aseptik Tindakan yang dilakukan adalah dengan mengusapkan cairan antiseptik pada lapangan operasi dan sekitarnya. Untuk memperluas permukaan steril maka dilakukan drepping, yaitu pemakaian duk bolong steril. Prinsipnya adalah mengusap kulit dari mulai daerah yang lebih bersih ke daerah yang paling kotor dengan tidak mengusap daerah yang telah diusap sebelumnya. Teknik tindakan aseptik 1. Sebaiknya cuci daerah oparasi dengan air bersih dan sabun, jika luka atau daerah operasi kotor. 2. Jika daerah operasi berulkus maka cuci dahulu daerah sekitar ulkus (diluar ulkus) kemudian baru daerah ulkusnya( daerah ulkus merupakan daerah terkotor sehingga tindakan aseptic dilakukan paling akhir. 3. Posisikan daerah operasi seergonomis mungkin dan sekspos mungkin sehinggga operator dan asisten dengan leluasa dapat melakukan tindakan 4. Fiksasi daerah operasi atau daerah lainnya sehingga daerah operasi tidak bergerak-gerak 5. Siapkan larutan antiseptic dalam kom steril 6. Siapkan seluruh intrumen operasi dalam meja yang mudah dijangkau 7. Celupkan kassa steril yang dipegang oleh klem Kelly atau ring klem.
8. Usapkan mulai dari arah tengah (jika bukan ulkus) secara melingkar makin lama makin ketepi dengan tidak mengusap daerah yang telah diusap sebelumnya. 9. Laklukan 2 – 3 kali. 10. Pola usapan (painting) dapat juga dari atas kebawah secara vertical mulai deri lapangan operasi paling tengah sampai ketepi dengan arah yang sama. 11. Tutup permukaan tadi dengan duk bolong steril.
Klorheksidin dan kassa dalam kom steril, dipegang dengan tangan yang telah menggunakan sarung tangan steril
Pola pengusapan secara melingkar
Pola tindakan aseptic pada khitanan
VENA SEKSI Definisi
Tindakan yang bertujuan untuk mendapatkan akses vena dengan cara pembedahan yang dilakukan jika akses vena perifer sulit karena kollaps pembuluh darah perifer (misalnya karena syok, dehidrasi) atau karena thrombosis vena perifer s etelah penusukan berulang atau diperlukan akses yang lebih besar daripada vena perifer Vena seksi juga dilakukan bila vena punksi sulit dilakukan misalnya pada orang gemuk, bayi, atau bila semua tempat telah habis terpakai vena punksi. Kegunaan
Sebagai akses intra vena, misalnya 1. Tranfusi 2. Infus 3. Nutrisi parenteral 4. Terapi parenteral 5. Diagnostik Anatomis untuk vena seksi
1. Tempat utama untuk vena seksi perifer adalah vena saphena magna di pergelangan kaki, yang berlokasi ± 2 cm di depan dan diatas malleolus medialis.
Dikutip dari Moore – Clinically Oriented Anatomy, 5th edition 2006 2. Tempat kedua adalah vena basilica, berlokasi ± 2.5 cm late ral dari epicondylus medialis humeri atau 2-3 cm diatas dan medial dari epicondylus lateralis di lipatan fleksi siku.
Dikutip dari Moore – Clinically Oriented Anatomy, 5th edition 2006 Alat-alat
Alat dan bahan yang perlu disediakan sama dengan tindakan bedah minor lainnya, tambahannya adalah venocath (selang kateter vena) atau abbocath (needle vein catheter) yang ukurannya disesuaikan dengan ukuran vena.
Teknik Operasi Jika menggunakan selang venocath
1. Pasien dalam posisi terlentang, kalo anak2 harus dipegang 2. A dan antiseptik 3. Identifikasi lokasi vena saphen magna pada mata kaki. Vena berlokasi pada titik 2cm anterior dan superior dari malleolus medialis. 4. Lidocaine 1% diinfiltrasikan pada kulit pada area seluas 1 inchi sekitar vena yang diincar. 5. Incisi kulit transverse 1,5-2cm sampai subkutis. 6. Dilakukan diseksi tumpul dengan menggunakan klem pean bengkok. 7. Identifikasi vena saphena magna 8. Vena dibebaskan dengan jaringan sekitarnya dengan klem sampai sekitar 3 cm (vena “telanjang”). 9. Luksir vena dari dasarnya dengan klem, kembali bebaskan dasar sepanjang 3 cm. 10. Masukan klem kebawah vena dan pasang benang silk 3-0 di distal dan proksimal. 11. Daerah vena yang distal diikat dengan silk 3-0, sisakan benang sampai panjang. 12. Vena sedikit ditarik, lalu dibuat incisi pada aspek anterior dengan bisturi no 11. 13. Masukan venocath dengan bantuan pinset 3-5 cm. 14. Aspirasi dari ujung venocath untuk meyakinkan tidak ada tahanan dan sekaligus menarik agar tidak ada udara dalam venocath. 15. Masukan cairan infus melalui canul di ujung venocath. 16. Jika lancar, ikatkan benang dibagian proksimal untuk memfiksasi venocath, hati-hati jangan terlalu kuat hingga lumen venocath tertutup. 17. Luka dijahit dengan silk 3-0. 18. Fiksasi venocath dengan plester dibeberapa tempat.
19. Tutup luka dengan hypafix atau dermafilm. Jika menggunakan Abbocath (needle venocath)
1. Setelah tindakan ke 11, angkat tepi insisi inferior dengan pinset. 2. Tusukan abbocath ke kulit 0.5 – 1 cm inferior tepi insisi (jangan sampai vena tertusuk) sampai ujungnya keluar dan terlihat diatas vena. 3. Angkat benang bagian atas, identifikasi kembali vena dan tusukan abbocath sampai masuk lumen. 4. Tarik ujung jarum agar tidak melukai dinding vena, sambil venocath didorong. 5. Perhatikan aliran vena pada abbocath 6. Pasang selang infuse, yakinkan cairan dapat mengalir dengan lancar. 7. Ikat benang di bag proksimal, hati-hati jangan terlalu kencang agar lumen abbocath tidak tertutup. 8. Jahit luka insisi. 9. Fiksasi abbocat dengan jahitan ke kulit di ujung canulnya. 10. Balut luka dengan dermafilm atau kassa dan hypafix. Harap diperhatikan bahwa jika abbocath melekuk apalagi terlipat maka lumennya akan menyempit bahkan tertutup. Hati-hati selama melakukan manuver-manuver agar abbocat tidak melekuk/bengkok.
Cutis, subcutis dibuka, diseksi secara tumpul, vena diidentifikasi
Kontrol proksimal dan distal dengan silk 2-0
Insersi vecocath setelah vena diinsisi, bag proksimal dan distal diikat
Insersi Abbocath setelah menusuk kulit dahulu Komplikasi
1. Tromboflebitis dapat mulai dalam 24 jam 2. Robekan syaraf dan atau arteri 3. Hematom 4. Selulitis Pasca Bedah
1. Dilakukan desinfeksi kulit sekali lagi dengan teliti, bila perlu diberi salep antibiotik pada luka insisi. 2. Difiksasi dengan bidai/spalk. 3. Dilakukan ganti verban setiap hari dengan tindakan asepsis
INSISI DRAINASE ABSES Definisi
Abses adalah pengumpulan eksudat purulen yang terjebak di dalam jaringan yang kemudian membentuk rongga yang secara anatomis sebelumnya tidak ada dengan jaringan fibrotik disekitarnya sebagai respon tubuh terhadap adanya infeksi. Patofisiologi
Kejadian abses bermula dari trauma mayor ataupun minor yang diikuti masuknya bakteri . Eksudat kemudian terakumulasi, jika tidak segera diekskresikan atau di absorbsi tubuh, maka akan memicu terbentuknya kapsul fibrous sebagai respon tubuh untuk melokalisir untuk membatasi penyebaran lebih lanjut.
Sumber: www.drwheatgrass.info/blog/treat_abscess Abses bisa terjadi dimanapun di bagian tubuh. Untuk tindakan bedah minor akan dibahas abses di kulit dan subkutis tetapi tidak termasuk abses payudara, abses perianal dan abses paraanal mengingat penanganannya yang spesialistik. Abses juga bisa terjadi setelah suatu luka ringan, cedera atau sebagai komplikasi dari folikulitis. Abses bisa timbul di setiap bagian tubuh dan menyerang berbagai usia. Abses harus dibedakan dengan empyema. Empyema mengacu pada akumulasi nanah di dalam kavitas yang telah ada sebelumnya secara normal, s edangkan abses mengacu pada
akumulasi nanah di dalam kavitas yang baru terbentuk melalui proses terjadinya abses tersebut. Etiologi
Penyebab utama terjadinya abses yaitu adanya benda asing yang diikuti bakteri pyogenic. (Stapilococcus Spp, Esceriscia coli, Streptokokkus beta haemoliticus Spp, Pseudomonas, Mycobakteria, Pasteurella multocida, Corino bacteria, Achinomicetes) dan juga bakteri yang bersifat obligat anaerob (Bakteriodes sp, cClostridium, peptostreptokokkus,fasobakterium).
Infeksi bisa menyebar, baik secara lokal maupun siste mik. Penyebaran infeksi melalui aliran darah bisa menyebabkan sepsis. Maka dari itu penanganan abses perlu ses egera mungkin (cito). Jika abses akan pecah, maka daerah pusat b enjolan akan lebih putih karena kulit diatasnya menipis. Kemungkinan terbentuknya abses meningkat pada:
Adanya kotoran atau benda asing di daerah tempat terjadinya infeksi
Daerah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurang
Individu dengan gangguan sistem kekebalan.
Individu dengan gangguan vaskular
Klinis
Terbentuk indurasi disertai reaksi inflamasi disekitarnya yang lama-kelamaan terbentuk masa kistik dengan temperatur yang lebih hangat dibandingkan jaringan sehat. Pada palpasi akan didapatkan adanya fluktuasi sebagai akibat banyaknya eksudat yang terbetuk. Gejala sistemik yang terjadi bisa timbul demam yang berulang. Gejalanya bisa timbul:
adanya masa
nyeri
teraba hangat
pembengkakan
kemerahan
Jika masih ragu, lakukan aspirasi dengan spuit berjarum besar di daer ah yang paling fluktuatif.
Sumber gambar www.lib.uiowa.edu/Hardin/md/cdc/staph/mrsa3.hml Pada pemeriksaan laboratorium bisa menunjukan penigkatan leukosit. Terapi
Terapi utama adalah drainase sebagai kontrol sumber infeksi (source control). Drainase dilakukan dengan menginsisi bagian yang paling fluktuatif dan dinding yang paling tipis. Adakalanya terbetuk septa-septa dalam satu abses sehingga diperlukan multiple insisi. Pemberian antibiotik idealnya adalah sesuai dengan tes kultur dan resistensi, namun mengingat hasil kultur setidaknya membutuhkan waktu 3 hari, maka diberikan antibiotik broad spectrum sesuai pola kuman penyebab terbanyak dan pola resistensi yang berbeda di setiap daerah. Teknik Operasi
1. Tindakan a dan antiseptik, jika abses setelah pecah, maka mulai painting dari arah luar kedalam (bagian yang kotor diusap terakhir). 2. Drepping 3. Anestesi dengan chlor ethyl topical(disemprot)
4. Siapkan kasa dan neerbeken untuk menampung eksudat 5. Insisi dengan pisau no 11, kemudian lebarkan dengan klem
6. Tekan sampai pus/eksudat minimal
7. Lakukan debridement jaringan nekrotik dengan kuret atau kasa. 8. Irigasi dengan NaCl 0,9 % sampai jernih 9. Bilas dengan H2O2 10. Cuci dengan antisetik povidon iodine (betadin), chlorhexidin (savlon) dll 11. Jika kemungkinan eksudat masih ada atau diperkirakan masih produktif sebaiknya dipasang drain (dengan penroos drain atau potongan karet hand scoon steril) 12. Rawat sebagai luka terbuka (tidak dijahit)
GANGLION Definisi
Ganglion merupakan kista yang berisi cairan bening kental dengan dinding tipis yang berasal dari tonjolan selaput sarung tendon (tendon sheath). Pada banyak kasus, ganglion asimptomatik dan jarang menimbulkan gangguan fungsional. Walaupun pada beberapa kasus, ganglion dapat mempengaruhi struktur di dekatnya seperti arteri, vena, tendon dan syaraf. Frekuensi timbulnya ganglion secara umum adalah 50-70 % dari semua soft-tissue tumors yang terdapat pada lengan dan tangan. Prevalensinya pada wanita adalah 3 kali lebih sering. Paling sering muncul pada pergelangan tangan (80%) dan sendi jari. Biasanya muncul pada usia 20-60 tahun. Etiologi
Etiologi dari ganglion tidak diketahui. Teori-teori menyebutkan degenerasi mukoid dan trauma. Beberapa pasien (kurang dari 10 %) mengalami trauma minor ataupun mayor pada daerah yang menjadi tempat ganglion timbul. Tidak diketahui faktor resiko yang menyebabkannya. Dipercaya disebabkan oleh penggunaan sendi secara ber lebihan seperti atlet angkat berat, pramusaji, dan pemain musik (terutama pemain bass). Patofisiologi
Hipocrates mendeskripsikan ganglion sebagai “Knots of tissue containing mucoid flesh” atas dasar ini, beberapa hipotesa pun muncul diantaranya : Synovial Herniation atau ruptur yang melewati lapisan tendon. Yang terbaru, teori degenerasi mukoid yang dipublikasikan oleh Ledderhose pada tahun 1893, yang paling banyak diterima. Dalam Green edisi terbaru “Operative Hand Surgery” teori ini digantikan dengan teori yang berdasarkan mikro trauma dan produksi asam hialuronik. Trauma atau iritasi jaringan lokal akan menyebabkan produksi asam hialuronik pada permukaan synovial-capsular. Asam hialuronik menciptakan cekungan musin kecil
yang bergabung ke dalam kista subkutan. Kista yang terbentuk mengandung cairan yang sama seperti cairan sendi. Kista ganglion bukan merupakan kantung sinovial (sendi) yang keluar dari kapsul sendi.
Klinis
Ganglion adalah tumor yang terdapat berbatasan dengan sendi dan tendon. Tempat paling sering dari ganglion adalah sisi punggung dari pergelangan tangan dekat Scapholunate (SL) joint (60-70%), Volar Wrist dekat sendi radioscaphoid atau sendi pisotriquetral (18-20%), dan Volar Retinaculum (10-12%). Kista mucoid terjadi di atas punggung jari pada level sendi DIP. Sisi lainnya termasuk sendi carpometacarpal (CMC), tendon ekstensor (sering diasosiasikan dengan first dorsal compartment), carpal tunnel , dan Guyon kanal . Ganglion mungkin muncul juga dari tulang; yang ini sering disebut kista ganglion intraosseous. Ganglion biasanya simptomatik minimal. Bergantung dari lokasi kista, gejala yang muncul bervariasi, seperti nyeri tumpul, perubahan ukuran, drainase spontan, disfungsi saraf sensoris.
Perhatikan posisi anatomis ganglion
Lokasi-lokasi tersering timbulnya ganglion di tangan
Pemeriksaan Penunjang
Untuk lesi pada pergelangan tangan, digunakan rontgen standar posteroanterior (PA), lateral dan oblik. MRI atau USG dapat digunakan ketika diagnosa masih belum jelas. 1. Kista mukus dievaluasi dengan standar PA, lateral dan radiograf oblik tegak pada jari jari yang terkena. 2. Pada radiologi, ganglion interosseous mungkin di lokasi sentral atau sisi tulang yang terkena. Radiologi juga dapat menggambarkan ganglion juxtaosseous yang menembus tulang. Lesinya adalah radiolusen dengan border sklerotik. Ganglion ini sering terjadi dekat permukaan sendi. 3. MRI digunakan untuk melihat ganglion yang tidak terlihat dengan radiologi konvensional. 4. Axial, Coronal, atau Sagital CT-Scan digunakan untuk melihat kista ganglion yang samara-samar. 5. Bone Scan dipakai untuk menentukan apakah suatu masa intraosseous merupakan metabolik aktif dan menyebabkan nyeri.
Histologi
Cairan yang diambil dari kista ganglion terdiri dari mucin yang mengandung glucosamin, albumin, globulin, dan asam hialuronik. Terapi
1. Konservatif 1. Splint Immobilization (ganglion pergelangan tangan) 2. NSAIDs 2. Operatif 1. Pengambilan massa dengan teknik operasi terbuka. 2. Reseksi arthroskopik 3. Mengeluarkan cairan ganglion dengan menggunakan needle dan syringe (aspirasi). Teknik operasi
1. Bersihkan daerah operasi (daerah kulit diatas kista) dengan tindakan aseptik. 2. Lakukan anestesi lokal (blok/infiltrate) dengan lidocaine 2% 3. Tandai batas insisi yang akan dilakukan, linier, dengan panjang sejajar dengan garis Langers 4. Insisi kulit sampai subkutis. 5. Pegang ujung insisi dengan klem dan angkat 6. Lakukan diseksi tumpul dengan klem menelusuri masa dan sekelilingnya 7. Usahakan agar kista tidak pecah
8. Jika tiap bagian pinggir sudah dapat dibebaskan, klem bagian dasar masa dengan dua buah klem sejajar 9. Potonglah antara 2 klem 10. Jangan sampai tendon rusak 11. Perdarahan dirawat 12. Jahit luka operasi lapis demi lapis. 13. Masa dilihat isinya kemudian dikirim ke patologi anatomi.
Insisi “S” memanjang, dilanjutkan diseksi tumpul dengan klem
Diseksi tajam dengan gunting, hati-hati mengenai masa kista
Setelah dasar kista teridentifikasi, klem, jangan sampai tendon terpotong
Ikat bagian dasar dengan PGA, jahit subkutis. Tutup kutis dengan nylon 4-0