JOURNAL READING Pathogenesis of acne vulgaris: simplified
Diajukan Guna Melengkapi Tugas Kepanitraan Klinik Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Islam Sultan Agung
Disusun oleh : Nita Septiantika (01.208.5736)
Pembimbing : dr. Hj. Pasid Harlisa, Sp. KK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG 2015
Journal of Pakistan Association of Dermatologists 2010; 20 : 93-97.
Review Article
Patogenesis akne vulgaris: yang disederhanakan Ch. Muhammad Tahir
Consultant Dermatologist, WAPDA Hospital Complex, Lahore.
Abstrak
Acne vulgaris adalah penyakit peradangan kronis yang umum pada bagian pilosebasea. Hal ini ditandai dengan terbentuknya komedo non-inflamasi dan papula inflamasi, pustula, nodul dan kista. Jerawat sangat umum dan biasanya dimulai selama masa remaja tapi dapat terjadi untuk pertama kalinya pada usia 20-an dan 30-an. Lesi biasanya meliputi di wajah, punggung dan dada. Peradangan berat dapat menyebabkan jaringan parut setelah penyembuhan. Dampak psikososial jerawat dapat menjadi luar biasa dan mengarah pada kualitas hidup yang buruk. Pemahaman yang tepat tentang patogenesis jerawat akan mengakibatkan pengelolaan yang lebih baik.
K ata kunci : Akne vulgaris, patogenesis, Propionibacterium acnes.
Pengantar
Acne vulgaris adalah penyakit bagian pilosebasea ditandai dengan membentuk komedo terbuka dan tertutup, papula, pustula, nodul dan kista. Ini adalah gangguan yang paling umum diobati oleh dermatologists.1 Jerawat adalah istilah yang berasal dari kata Yunani "Acne" yang berarti "puncak kehidupan". Meskipun umumnya dianggap bersifat jinak, sembuh dengan sendirinya, jerawat dapat menyebabkan masalah psikologis yang berat atau bekas luka yang memperburuk penampilan yang dapat bertahan seumur hidup.2 Ini merupakan kelainan pleomorfik dan dapat bermanifestasi pada setiap saat selama hidupnya.3 Tetapi paling sering terjadi antara usia 12-24, dimana diperkirakan dari 85% dari populasi yang terkena.3 Dalam beberapa tahun terakhir multifaktorial alami dari jerawat sudah
dijelaskan. Sebuah pemahaman yang lebih baik tentang patofisiologi jerawat yang mengarah ke terapi yang rasional untuk kesuksesan pengobatan.4
Patogenesis akne vulgaris
Mekanisme yang tepat dari jerawat belum diketahui tetapi ada empat faktor patogen utama5: 1. peningkatan produksi sebum; 2. hiperkornifikasi dari duktus pilosebasea 3. Fungsi bakteri yang abnormal, dan 4. Produksi Inflamasi (Gambar 1 dan 2) 1. Peningkatan produksi sebum
Peran kelenjar sebasea dalam pathogenesis jerawat telah lama dikenal, begitu banyak sehingga penyakit ini secara standar digolongkan sebagai gangguan kelenjar sebaceous. Namun, sebutan seperti ini terlalu sederhana.6 Pilosebaceous, 'seat' dari jerawat, adalah sel folikel yang berkerut dengan kelenjar sebaceous yang besar dan rambut vellus halus yang jarang meluas keluar dari folikel. Ini adalah yang paling umum di daerah rawan jerawat seperti pipi, hidung dan dahi dan juga pada dada dan punggung.4 Peningkatan tingkat produksi sebum adalah salah satu faktor yang paling penting yang terlibat dalam perkembangan lesi jerawat. Pada sebuah kelompok, pasien dengan jerawat mensekresikan sebum lebih dari orang normal dan tingkat keparahan jerawat berhubungan dengan tingkat seborrhea yang secara langsung tergantung pada ukuran dan tingkat pertumbuhan kelenjar sebaceous, yang berada di bawah kontrol androgen.7
Androgen
Keratinisasi folikular abnormal
Produksi sebum meningkat
obstruksi
P.acne Lesi non inflamasi (komedo)
Lesi inflamasi (papul, pustule, nodul)
P.acne Gambar 1. Mekanisme dasar yang terlibat dalam patogenesis acne
Kadar serum testosteron bebas yang dicatat pada pasien jerawat, yang berhubungan dengan lesi jerawat. Testosteron bebas adalah satu-satunya parameter yang dapat digunakan dalam diagnose pada laki-laki. Sebuah korelasi positif terjadi antara androgen dan lesi jerawat pada laki-laki. Korelasi yang positif antara androgen dan lesi jerawat pada wanita terhadap pentingnya aksi hormone perifer di kulit.8 Peningkatan produksi karakteristik sebum pada pasien dengan jerawat sering disebabkan oleh organ sasaran yang hiper respon.5 Perbedaan perubahan perifer dari testosteron ke dihidrotestosteron mungkin menjelaskan mengapa kelenjar di daerah sebaceous membesar saat pubertas. Kadar testosteron plasma biasanya meningkat pada perempuan dengan jerawat nodulocystic.1 Salah satu kemungkinan peran sebum dalam pathogenesis jerawat adalah peran utama atau asosiatif dalam comedogenesis.6 Peran lain tak terbantahkan untuk sebum adalah menyediakan substrat untuk pertumbuhan P. acnes, khususnya trigliserida yang diubah oleh P. acnes lipase untuk membentuk digliserida, P. acnes lipase untuk membentuk diglycerides, monogliserida dan asam lemak bebas dari gliserol, yang sebagian dapat dipakai untuk pembentukan metabolisme P.acne.9
2. Hyperkornifikasi dari saluran pilosebasea
Obstruksi dari saluran pilosebasea mengawali perkembangan lesi jerawat. Obstruksi yang dihasilkan oleh melekatnya akumulasi sel-sel keratin dalam kanal yang membentuk impaksi menghalangi aliran sebum. Penyebabnya tidak diketahui, tetapi proses tersebut mungkin berada di bawah pengaruh hormon androgen.2 Hal ini juga mungkin disebabkan oleh kelainan pada lipid sebaceous sehingga menghasilkan hyperproliferasi relatif korneosit 8 Pembentukan komedo mungkin karena berkurangnya setempat dari asam linoleat dalam pilosebasea. Asam linoleat yang tergabung melalui plasma ke sel kelenjar sebaceous, di mana ia diencerkan karena volume besar sebum dan duktus korneosit secara efektif tercampur dalam level asam linoleat yang tidak se suai . 5 Karena lumen folikuler tersumbat oleh deskuamasi sel folikel abnormal, sebum terjebak di balik sangkutan hiperkeratotik. struktur folikuler yang normal hilang pada titik ini.4 Hasil akhir dari hyperkeratinisasi ini adalah pengembangan sebuah komedo (pl.
komedo) {komedo terbuka = blackhead dan komedo tertutup = whitehead}. Mikroskopis lesi ini adalah berdilatasinya saluran pilosebasea yang berisi campuran epitel folikuler cornified, sebum, bakteri dan ragi saprofit.7 Eksaserbasi jerawat pramenstruasi, yang diakui memiliki bentuk klinis, juga bisa dijelaskan sampai batas tertentu oleh perubahan ukuran duktus sebagai retensi cairan keratin yang membengkak.
Gambar 2. Urutan kejadian yang menyebabkan peradangan pada jerawat terutama yang disebabkan oleh P. acnes
Biopsi dan kultur lesi non-inflamasi lebih awal menunjukkan bahwa 30% di antaranya tanpa bakteri.10 menunjukkan bahwa bakteri duktus tidak berhubungan dengan proses kornifikasi. Defek utama pada acne vulgaris adalah peningkatan ekskresi sebum, yang pada gilirannya menyebabkan kolonisasi bakteri dan infeksi, yang pada gilirannya menyebabkan histopatologi (dan klinis) lesi dari timbulnya jerawat - komponen kecil yang merupakan perubahan duktus. Teori penyumbatan duktus adalah mitos yang masih
bertahan meskipun sudah ada banyak bukti yang menyarankan adanya perubahan teori dimana penyumbatan merupakan kejadian kedua setelah adanya peningkatan sekresi sebum. Secara khusus, tidak ada bukti bahwa komedo adalah lesi primer dan black head tidak berperan pada proses patologis untuk terjadinya papula dan pustula.8
3. Fungsi bakteri yang abnormal
Apakah ada peran mikro-organisme folikuler dalam jerawat? Jawaban atas pertanyaan ini dengan pengetahuan saat ini adalah bisa ya dan tidak. Sebuah peran mikroorganisme pada jerawat telah diteliti sejak awal abad ke-20. Permukaan kulit di daerah
yang
rawan
jerawat
terkolonisasi
Staphylococcus
epidermidis
dan
Propionibacterium acne. Studi hambat selektif menunjukkan bahwa organisme utama adalah P. acne .5,16 Anaerobik P. acne berproliferasi pada lingkungan yang ideal dari komedo: lumen yang terhambat oleh banyak lipid dengan tekanan oksigen menurun.4 Pertumbuhan P. acnes meningkat dengan cara mengubah sebum trigliserida menjadi asam lemak bebas yang dapat menyebabkan microcomedo .11 Saat ini belum bisa dipastikan apakah mikroflora adalah pemrakarsa lesi atau apakah mereka mengambil keuntungan dari habitat pada lesi, atau apakah keseimbangan pada kelompok micro-organisme yang menempati folikel adalah faktor penting untuk acnegenesis. 5
4. Produksi inflamasi
Hubungan antara proliferasi P. acnes pada lesi inflamasi dari jerawat paling dibuktikan dengan penekanan signifikan pada P. acnes dengan terapi antibiotik. Ada peningkatan dan penurunan sebanding pada jumlah lesi jerawat. Proliferasi P. acnes memberikan kontribusi untuk peradangan melalui aktivasi berbagai faktor kemotaktik, serta melalui peningkatan rupturnya komedo tersebut.4 Hal ini tidak jelas mengapa bakteri endogen mengkolonisasi folikel sebaceous. P. acnes menguraikan berat molekul rendah polipeptida12 yang mungkin berdifusi melalui epitel folikular abnormal keratin dari folikel sebaceous, secara fisik masih utuh dan menarik leukosit polimorfonuklear ke folikel. Di intrafollikular P. acnes ini ditelan oleh
neutrofil, akibatnya merilis
enzim hidrolitik yang dianggap mempengaruhi folikel
dinding dishesi dan pecah. Gangguan ini memungkinkan isi intrafollicular untuk lepas ke sekitar dermis dan menghasilkan peradangan. Bukti eksperimental menunjukkan bahwa hasil peradangan dari berbagai kerusakan, seperti enzim hidrolitik neutrofilik, enzim P. acnes, sebum dan benda asing (Gambar 2).6 Kombinasi keratin, sebum dan mikroorganisme terutama P. acnes mengarah ke pelepasan mediator proinflamasi dan akumulasi T-helper limfosit, neutrofil dan sel raksasa benda asing. Ini selanjutnya menyebabkan pembentukan inflamasi papul, pustul dan lesi nodulocystic. Pada awalnya infiltrat seluler yang merupakan limfositik terlihat di sekitar pembuluh darah dan duktus. Dalam 12-24 jam leukosit PMN muncul tetapi limfosit tetap berada di papul sebagai sel infiltrat yang dominan. Pecahnya duktus tidak merupakan keharusan untuk terjadinya pengembangan peradangan. Dampak keberadaan emosional dan fungsi dapat menjadi penting dan berhubungan dengan depresi dan lebih tinggi pada tingkat pengangguran rata-rata.
14,15
Pemahaman yang tepat tentang patogenesis jerawat
akan menyebabkan manajemen jerawat yang berhasil yang memerlukan kemampuan pengobatan dokter untuk menerapkan terapi tahap evolusi penyakit. Lebih dari satu mekanisme patogen harus ditargetkan untuk mengobati lesi jerawat.