TEKNIK PENGAWETAN HEWAN
1. a.
b.
2.
3.
LANDASAN TEORI Secara garis besar, ada dua cara pengawetan obyek biologi, yaitu pengawetan basah dan pengawetan kering. Pengawetan basah dilakukan dengan mengawetkan obyek biologi dalam suatu cairan pengawet. Pengawetan kering dilakukan dengan mengeringkan obyek biologi hingga kadar air yang sangat rendah, sehingga organism perusak/penghancur tidak bekerja. Pengawetan basah dilakukan bagi hewan tidak bercangkang yang ukurannya relatif besar, direndam dalam larutan pengawet. Pengawetan kering untuk organisme yang berukuran relatif besar biasanya dilakukan dengan cara mengeringkan dengan sinar matahari atau dengan oven dan selanjutnya agar lebih awet dapat disimpan dalam media pengawet resin (Bioplastik). Obyek yang dapat dijadikan sebagai specimen utama dalam pengawetan basah maupun kering merupakan objek biologi yang berukuran kecil hibgga yang berukuran besar. Langkah-langkah Pengawetan Koleksi Hewan-hewan yang akan diawetkan dalam bentuk utuh dan akan dibawa ke kelas atau ke Laboratorium biasanya hewan-hewan yang berukuran relatif kecil. Hewan yang akan diawetkan ditangkap menggunakan alat yang sesuai. Hewan yang tertangkap dimasukkan dalam botol koleksi yang sudah diberi label. Mematikan (Killing), Meneguhkan (Fixing), dan mengawetkan (Preserving) Proses mematikan dan meneguhkan memerlukan perlakuan dan bahan tertentu. Bahan untuk mematikan biasanya adalah Ether, Kloroform, HCN/KCN, Karbon Tetracloride (CCL4) atau Ethyl acetat. Namun, kadangkadang perlu perlakuan khusus yaitu melalui pembiusan sebelum proses mematikan dilakukan, agar tubuh hewan yang akan diawetkan tidak mengkerut atau rusak. Pembiusan dilakukan dengan serbuk menthol atau kapur barus ke permukaan air tempat hidupnya, setelah tampak lemas, dan tidak bereaksi terhadap sentuhan, hewan dapat dipindahkan ke dalam larutan pengawet. Bahan Pengawet Beberapa bahan pengawet yang dapat digunakan antara lain: formalin, alcohol (ethil alkohol), resin atau pengawet berupa ekstrak tanaman. Bahan-bahan pengawet ini mudah dicari, murah dan hasilnya cukup bagus, meskipun ada beberapa kelemahan. Sifat-sifat larutan pengawet Bahan pengawet dan peneguh yang digunakan biasanya berbahaya bagi manusia, maka perlu dikenali sifat-sifatnya. Dengan mengenal sifat-sifat ini, diharapkan dapat dihindari bahaya yang mungkin ditimbulkan. Alkohol, merupakan bahan yang mudah terbakar, bersifat disinfektan dan tidak korosif. Formalin, larutan mudah menguap, menyebabkan iritasi selaput lendir hidung, mata, dan sangat korosif, bila pekat berbahaya bagi kulit.
4.
5.
6.
A.
Ether, larutan mudah menguap, beracun, dapat membius dengan konsentrasi rendah, eksplosiv. Kloroform, Larutan mudah menguap, dapat membius dan melarutkan plastic. Karbon tetracloride, larutan mudah menguap, melarutkan plastik dan lemak, membunuh serangga. Ethil acetat, larutan mudah menguap, dapat membius dan mematikan serangga atau manusia. Resin, merupakan larutan yang tidak mudah menguap mudah mengeras dengan penambahan larutan katalis, karsinogenik, dapat mengawetkan specimen dalam waktu yang sangat lama. KCN/HCN, larutan pembunuh yang sangat kuat, sangat beracun, bila tidak terpaksa jangan gunakan larutan ini. Pengawetan kering Pengawetan ini dilakukan pada hewan yang memiliki kerangka luar keras dan tidak mudah rusak akibat proses pengeringan. Pengeringan dilakukan dengan menggunakan oven atau dijemur di bawah terik matahari hingga kadar airnya sangat rendah. Sebelum dikeringkan hewan dimatikan dengan larutan pembunuh, kemudian hewan diatur posisinya. Hewan yang sudah kering kemudian dimasukkan dalam kotak yang diberi kapur barus dan silika gel. Tiap hewan yang diawetkan sebaiknya diberi label yang berisi nama, lokasi penangkapan, tanggal penangkapan dan kolektornya. Bioplastik Bioplastik merupakan pengawetan spesimen hewan atau tumbuhan dalam blok resin untuk digunakan sebagai media pembelajaran. Spesimen hewan atau tumbuhan dalam blok resin selain berfungsi sebagai media pembelajaran, juga dapat berfungsi sebagai ornamen. Sebelum dicetak, resin berupa cairan yang kental. Resin merupakan senyawa organik hasil metabolisme sekunder, tersusun atas karbon. Senyawa ini akan mengalami polimerisasi dalam kondisi yang tepat. Reaksi polimerisasi bersifat eksoterm sehingga akan menimbulkan panas. Untuk mempercepat polimerisasi digunakan katalis. Jumlah cairan katalis yang ditambahkanakan mempengaruhi terhadap cepat atau lambatnya proses polimerisasi, efeknya adalah jumlah panas yang dikeluarkan. Semakin banyak katalis yang ditambahkan akan semakin cepat dan semakin panaas. Taksidermi Taksidermi merupakan istilah pengawetan untuk hewan pada umumnya, vertebrata pada khususnya, dan biasanya dilakukan terhdap hewan yang berukuran relatif besar dan hewan yang dapat dikuliti termasuk beberapa jenis reptil, burung, dan mammalia. Organ dalam dikeluarkan dan kemudian dibentuk kembali seperti bentuk asli ketika hewan tersebut hidup (dikuliti, hanya bagian kulit yang tersisa). I S I LATAR BELAKANG Pengawetan adalah salah satu kegiatan yang sering dilakukan dalam laboratorium biologi. Pengawetan terutama dilakukan terhadap tumbuhan dan
hewan yang susah ditemukan atau hanya diperoleh dari tempat-tempat tertentu, misalnya dari laut atau gunung. Dengan diawetkannya bahan-bahan makhluk hidup, maka kita dapat menggunakan spesimen untuk waktu lama. Beberapa kegiatan sebelum melakukan pengawetan, kita harus melakukan pengumpulan spesimen yang akan diawetkan, apakah tumbuhan atau hewan. Cara pengawetan kedua bahan ini agak berbeda. Khusus untuk tumbuhan, terutama tumbuhan yang berukuran besar, biasanya tidak dilakukan pengawetan basah, tetapi dilakukan pengawetan kering, yaitu dibuat herbarium. B. Cara pengumpulan Bila kita hendak memulai pengumpulan hewan air, maka kita harus menyiapkan alat-alat seperti jaring, kantong plastik, pengawet sementara, alkohol 70 % atau spiritus 2,5%, atau formalin 4%, pinset terutama untuk mengumpulkan hewan yang bisa menggigit dan kita takut untuk memegang langsung. Untuk hewan-hewan di air tawar, misalnya sawah, sungai, rawa, cukup kita bawa jaring atau sasag dari bambu dan pengawet spiritus. Untuk hewan laut, peralatan yang sama dapat dibawa seperti kita mau mengumpulkan hewan air tawar. C. Cara Pengawetan Bila kita sudah siapkan hewan atau tumbuhan yang akan diawetkan kita perlu menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan untuk pengawet, diantaranya adalah Alkohol 70% Formalin 4% Asam asetat glacial Gliserin Untuk membuat larutan pengawet campurkan masing-masing bahan dengan perbandingan yang tertentu, alkohol 70% 90 bagian, formalin 4 % lima bagian dan asam asetat glasial 5 bagian. Khusus untuk gliserin digunakan untuk mencegah terjadinya pengerutan pada hewan yang diawetkan terutama kalau tidak tertutup dengan baik, tambahkan 5 bagian dari volume keseluruhan. Sebelum melakukan pengawetan, bahan-bahan baik itu berupa tanaman atau hewan harus dibersihkan terlebih dahulu. Untuk menghindari patahnya beberapa bagian tubuh, gunakan pinset secara perlahan. Untuk hewan yang besar, perut bagian bawah harus digunting supaya bahan pengawet bisa masuk ke dalam, atau bahan pengawet disuntikkan. Langkah berikutnya adalah menyiapkan botol sebagai wadah pengawet, dan label sebagai keterangan yang berisi informasi tentang No. spesimen, Nama spesimen, tanggal penemuan atau pengambilan, nama kolektor, dan jenis kelamin spesimen. Awetan disimpan, di tempat yang tidak terkena sinar matahari langsung, sebab warna akan cepat luntur. Siapkan tempat-tempat atau rak kabinet. Awetan semacam ini bisa tahan bertahun-tahun, kalau sudah berjamur ganti dengan yang baru.