TEKNIK PEMBENIHAN IKAN PATIN SIAM (Pangasius hypopthalamus) DI BALAI BESAR PENGEMBANGAN BDIDA!A AIR TA"AR SKABMI PR#$INSI %A"A BARAT
I& PENDAHLAN
1.1 Latar Belakang Ikan merupakan sumber daya perairan yang dapat diproduksi dalam waktu yang relatif singkat dibandingkan dengan sumber daya pertanian dan perternakan. Perikanan merupakan suatu upaya manusia untuk menggali sumber daya hayati perairan yang digunakan bagi kepentingan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup. Sumber daya perikanan merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting didalam pemenuhan protein hewani. Ikan patin (Pangasius (Pangasius hypopthalmus) hypopthalmus) merupakan salah satu komoditas perikanan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, baik pada tahap pembenihan maupun pembesaran. Ikan ini memiliki kandungan protein yang cukup tinggi kadar kolesterol yang relatif rendah serta memiliki kandungan kalori sehingga ikan ini baik untuk dikonsumsi ( Khairuman, 22). Sebab dengan hal tersebut penulis melakukan praktek magang di !!P!"# Sukabumi, $awa !arat tentang cara pemi%ahan ikan patin sehingga ilmu yang didapatkan nantinya dapat diterapkan kepada masyarakat. &alam pembangunan usaha budidaya perikanan, maka penyediaan benih yang bermutu tinggi dalam %umlah yang cukup dan harga yang ter%angkau oleh petani ikan sangat diperlukan, oleh karena itu tu%uan mendirikan balai benih ikan dalam skala kecil tidak sa%a dapat dilakukan oleh pemerintah tapi %uga pihak swasta (&ahril dalam Sarwisman, 22)
'&& Tuuan *an Man+aat #u%uan dari praktek magang ini adalah untuk mengetahui tehnik pembenihan Ikan Patin (Pangasius pangasius) pangasius) di !alai !esar Pengembangan !udidaya "ir #awar, Suka !umi, $awa !arat. Selain itu menemukan permasalahan yang ada dan mencari alternatif pemecahan masalah tersebut. 'anfaat dari hasil praktek magang ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, pengalaman dan keterampilan, sehinggah ilmu yang diperoleh bisa di%adikan bekal ke masyarakat dalam menghadapi dunia ker%a. II& TIN%AAN PSTAKA
&'& Biologi *an E,ologi I,an Patin (Pangasius hypopthalmus) Ikan Ikan pati patin n
meru merupa paka kan n
sala salah h
satu satu dari dari spes spesie iess pangasiid ya pangasiid yang ng suda sudah h
cuku cukup p
lama lama di Indo Indone nesi sia. a. Pangasius
hypopthalmus merupakan hypopthalmus merupakan introduksi dari #hailand dan men%adi salah satu ikan populer yang dibudidayakan di Indonesia (Slembrouck, $. et all., all., 2*).
'enurut Susanto dan "mri (22), klasifikasi ikan patin adalah sebagai berikut+ rdo Subordo
+ stariophysi + Siluroide
-amili
+ Pangasidae
enus
+ Pangasius
Spesies
+ Pangasius hypopthalmus
&%ariah (2) mengatakan, ikan patin memiliki warna tubuh putih keperak / perakan dan punggung kebiru / biruan, bentuk tubuh meman%ang, kepala relatif kecil, pada u%ung kepala terdapat mulut yang dilengkapi dua pasang sungut yang pendek. Susanto dan "mri (22) menambahkan, pada sirip punggung memiliki sebuah %ari/%ari keras yang berubah men%adi patil yang bergerigi dan besar di sebelah belakangnya. Sirip ekor membentuk cagak dan bentuknya simetris. Ikan patin tidak mempunyai sisik, sirip dubur relatif pan%ang yang terletak di atas lubang dubur terdiri dari */** %ari/ %ari lunak sedangkan sirip perutnya memiliki enam %ari/%ari lunak. 'emiliki sirip dada 2/* %ari/%ari lunak dan sebuah %ari / %ari keras yang berubah men%adi sen%ata yang dikenal dengan patil, di bagian permukaan punggung ikan patin terdapat sirip lemak yang berukuran kecil. && P-m.-nihan &&'& S-l-,si In*u, Seleksi ini dilakukan terhadap stok induk yang ada dengan tu%uan untuk mendapatkan induk yang mempunyai produkti0itas tinggi dengan ciri morfologi yang dikehendaki dan dapat diturunkan (Sutisna dan Sutarmanto, 2*). Selain itu seleksi %uga untuk mendapatkan induk yang telah matang gonad dan siap untuk dipi%ahkan. Ketelitian saat seleksi induk merupakan penentu keberhasilan dari kegiatan pemi%ahan karena induk yang berkualitas akan menghasilkan telur dan lar0a yang berkualitas pula. Sebaliknya, induk yang kurang berkualitas akan menghasilkan telur dan lar0a yang lemah yang berakibat pada kelangsungan hidup yang rendah (1ustid%a, 2).
&&& P-miahan Pemi%ahan adalah proses pertemuan antara ikan %antan dan betina untuk melakukan pembuahan telur oleh spermatooa yang ter%adi diluar tubuh atau secara eksternal. (3ffendi, 445) menyatakan bahwa pemi%ahan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan ikan dalam upaya mempertahankan kelangsungan hidup spesiesnya. 6al/hal yang perlu dilakukan pada proses pembenihan antara lain, pengadaan induk yang meliputi karantina dan perawatan induk. 6al itu bertu%uan untuk memilih induk yang berkualitas baik. !iasanya induk/induk yang berasal dari alam memiliki kualitas yang kurang baik sehingga perlu dilakukan karantina dan perawatan untuk meningkatkan kualitas induk. Pemi%ahan ikan patin biasanya dilakukan dengan teknik kawin suntik karena induk patin sulit terangsang untuk memi%ah bila dengan perlakuan secara alami. #eknik pemi%ahan induksi ( induce breeding) dengan menyuntikkan larutan hipofisa dicampur dengan o0aprim. !iasanya, teknik ini diikuti dengan teknik pengurutan ( stripping) agar telur tidak berceceran dan bisa ditetaskan di dalam akuarium (6eru, 27)
&&/& P-n-tasan -ertilisasi 'erupakan proses masuknya spermatooa ke dalam telur ikan melalui lubang mikrofil yang terdapat pada chorion dan selan%utnya akan ter%adi perubahan pada telur dalam proses pembuahan. #elur ikan dan sperma mempunyai at kimia yang terbentuk dalam proses pembuahan. 8at tersebut adalah gamone. Gamone yang dikeluarkan sel telur disebut gynamone dan gynamone 11 (-ebriani dan 'arlina , 2). Setelah telur dibuahi sampai dengan menetas maka akan ter%adi proses embriologi (masa pengeraman) yaitu mulai dari satu sel, dua sel, sel, 9 sel, 7 sel, *2 sel, 7 sel, 29 sel sampai pra blastula – gastula – neurola – embrio – penetasan (Sutisna dan Sutarmanro , 2*). Penetasan disebabkan oleh gerakan/gerakan lar0a akibat peningkatan suhu, intensitas cahaya dan pengurangan oksigen dalam cangkang (Sutisna dan Sutarmanto , 2*).
&&0& P-m-liha1aan La12a
Pemeliharaan lar0a pasca penetasan telur dilakukan pada hapa penetasan telur yang dialiri air dan dilengkapi dengan aerasi yang tidak terlalu kencang agar lar0a tidak teraduk. Pemeliharaan lar0a dalam happa dilakukan selama hari tanpa diberi pakan, karena lar0a pada saat itu masih memanfaatkan kuning telur yang ada dalam tubuh lar0a itu sendiri. :ar0a ikan patin mulai membutuhkan makan dari luar setelah cadangan makanannya yang berupa yolk suck telah habis. Pada fase ini lar0a ikan patin bersifat kanibal (Slembrouck , et all , 2*). :ar0a yang berumur 2 hari diberi pakan berupa artemia sampai berumur 5 hari kemudian dilan%utkan dengan pemberian cacing sutera hingga berumur hari (!!P!"# Sukabumi, 2*). Pada perkembangan lar0a membutuhkan lingkungan yang kaya oksigen. -luktuasi suhu yang besar perlu dihindari selama stadia lar0a untuk mencegah ter%adinya stress. Perubahan suhu yang besar dapat mematikan lar0a. Secara morfologi, benih telah memiliki kelengkapan organ tubuh meskipun dalam ukuran yang sangat kecil dan berwarna agak putih. !enih yang dipelihara belu Pakan merupakan salah sam terlihat alat kelaminnya, sehingga belum dapat dibedakan antara benih %antan dengan benih yang betina. Setelah lar0a berumur * hari selan%utnya benih ditebar pada bak pemeliharaan. !enih yang ditebar dalam kondisi sehat, hal ini dapat diketahui dari gerakannya yang lincah dan bersifat agresif terhadap makanan
&/& Pa,an pakan merupakan faktor yang dapat menun%ang dalam pertumbuhan ikan, baik ikan air tawar, ikan air payau maupun ikan air laut. Sedangkan pakan dibutuhkan oleh ikan se%ak mulai hidup yaitu dari lar0a, dewasa sampai ukuran induk. Penggunaan pakan dalam pemeliharaan lar0a berpengaruh secara dominan terhadap pertumbuhan ikan kerena pakan berfungsi sebagai pemasok energi untuk memacu pertumbuhan dan mempertahankan hidupnya (6uet, 45 dalam 'elianawati dan Suwirya, 2;).
2.4. Kualitas Air "ir merupakan media hidup bagi ikan dimana di dalamnya mengandung berbagai bahan kimia lainnya, baik yang terlarut dan dalam bentuk partikel. Kualitas air bagi perikanan didefenisikan sebagai air yang sesuai untuk mendukung kehidupan dan pertumbuhan ikan, dan biasanya hanya ditentukan dari beberapa parameter.
2.5. Hama dan Penyakit Penyakit yang menyerang pada pemeliharaan induk Patin Siam ( Pangasius hypopthalamus) antara lain MAS ( Motil Aeromonas Septicemia) yang disebabkan oleh bakteri Aeromonas hydrophilla. Gejala yang timbul pada ikan yang terserang bakteri ini adalah terdapat bercak-bercak merah pada bagian permukaan tubuh, kurangnya nasu makan dan gerakan kurang agresi. Penyakit ini timbul karena keadaan lingkungan yang kurang baik, nutrisi yang kurang dan aktor genetik. Apabila kondisi induk terserang penyakit maka telur yang dihasilkan akan kurang baik (Sunarma, !""#).
III& MET#DE PRAKTEK
/&'& "a,tu *an T-mpat Praktek
magang
ini
dilakukan
pada tanggal
27$anuari sampai
dengan tanggal
-ebruari 2 di !alai !esar
Pengembangan !udidaya "ir #awar Sukabumi Pro0insi $awa !arat.
/&& Bahan *an Alat !ahan yang digunakan dalam praktek magang ini adalah induk ikan Patin siam yang sudah matang gonad yang mempunyai berat ,; = 2,; kg yang ber%umlah ekor dengan perbandingan + 5 ( ekor betina 5 ekor %antan), "rtemia, Tubifex sp untuk pakan alami lar0a dan 0itamin > merk Premium/> sebagai bahan campuran pada pakan alami, serta seluruh faktor penun%ang yang terdapat di !alai !esar Pengembangan !udidaya "ir #awar (!!P!"#) Sukabumi, $awa !arat.
"lat/alat yang digunakan adalah hapa, bakpakan alami, timbangan, "lat suntik, bak pemeliharaan lar0a, p6 meter untuk mengukur dera%at keasaman air (p6), & meter untuk mengukur kadar oksigen terlarut, spectrofotometer untuk mengukur kadar amoniak, selang aerasi, batu aerasi, baskom, gelas ukur, kamera, selang sipon, dan alat/alat tulis.
/&/& M-to*- P1a,t-,
Metode praktek yang digunakan yaitu studi kasus dengan cara melakukan pembenihan ikan patin siam ( Pangasius hypopthalamus) yang dipijahkan di happa serta melakukan $a$ancara langsung dengan sta karya$an di %alai %esar Pengembangan %udidaya Air &a$ar Sukabumi, Pengamatan dan pengambilan data serta inormasi melalui pengamatan terhadap objek di lapangan. Sedangkan data skunder diperoleh dari kantor %%P%A& Sukabumi serta literatur yang mendukung laporan praktek magang ini. /&0& P1os-*u1 K-1a /&0&'& S-l-,si In*u, Seleksi induk patin tidak selalu dapat memi%ah secara serentak, hal ini dapat disebabkan oleh perbedaan umur dan tingkat kematangan gonad.
/&0&& P-miahan Pemi%ahan ikan Patin siam (Pangasius hypopthalamus) dilakukan dengan cara pemi%ahan buatan yaitu dengan menyuntikan hormon perangsang yang berasal dari kelen%ar hipofisa :6/16/" atau h> atau hormon sintetis dengan merk dagang o0aprim (!!P!"# Sukabumi, 2*). Penyuntikkan dilakukan dengan tu%uan untuk merangsang pemi%ahan yang sudah matang gonad, ikan patin sulit dipi%ahkan secara alami karena keadaan lingkungan yang tidak sesuai (Susanto 6, 444). Pemi%ahan ikan patin mengalami kesulitan pada musim kemarau karena ikan patin memiliki kebiasaan memi%ah pada musim penghu%an. menurut (Slembrouck, 2*) penyuntikan pada induk betina, h> digunakan pada penyuntikan pertama dengan dosis ; Il). #u%uan dari pengenceran ini adalah untuk mempertahankan daya hidup spermatozoa dalam waktu yang relatif lama. #elur dan sperma harus diletakkan di tempat yang tidak terkena sinar matahari. Selan%utnya telur dan sperma segera dibawa ke tempat penetasan (ambar ), dan diaduk dengan menggunakan bulu ayam kemudian menggoyang / goyangkan wadah secara perlahan kemudian dicuci dengan air sebanyak dua kali, banyak dan lamanya pencucian dilakukan tergantung dari kondisi telur tersebut, semakin lengket telur maka semakin banyak dan lama pencucian. Kemudian telur ditebarkan pada bak fiber berukuran A 2 A ,; m *yang dilengkapi hapa didalamnya dengan ukuran 2 A A ,* m * secara merata agar tidak ter%adi penumpukan telur.
/&0&/& P-n-tasan T-lu1
#elur yang sudah dibuahi oleh sperma ditebar pada hapa penetasan yang telah disiapkan. Penebaran dilakukan secara merata dan diusahakan telur tidak menumpuk pada satu tempat atau beberapa tempat sa%a. >aranya yaitu dengan membuat gelombang kecil dengan tangan saat telur ditebar ke dalam air tetapi belum sampai tenggelam ke dasar hapa. elombang tersebut akan menyebabkan telur tersebar secara merata keseluruh hapa. :ama penetasan telur ikan Patin Siam (Pangasius hypopthalamus) setelah ditebar didalam bak fiber yang di lengkapi hapa yaitu selama *; / %am setelah pembuahan (ambar ;). Pada keesokan paginya dihitung %umlah telur yang terbuahi untuk mendapatkan nilai dari Fertility Rate (B -1). Pada sore harinya dilakukan penghitungan terhadap telur/telur yang sudah menetas untuk mengetahui daya tetas telur (B 61). Selan%utnya itu dilakukan pemeliharaan lar0a.
/&0&0& P-m-liha1aan La12a #elur yang telah dibuahi akan menetas men%adi lar0a setelah *;/ %am (Sunarma 2). :ar0a dipelihara hari pada hapa penetasan dan tidak perlu diberi pakan tambahan, karena kuning telur pada lar0a baru akan habis pada saat lar0a berumur hari (Sunarma, 2). Setelah berumur 2 hari, selan%utnya lar0a dipindahkan ke dalam bak fiber yang berukuran lebih besar, dan dilakukan penyiphonan secara rutin, hal ini bertu%uan untuk membersihkan sisa/sisa pakan dan kotoran untuk mencegah hama dan penyakit yang akan timbul.
/&0&3& P-man-nan Kegiatan pemanenan dilakukan pada pagi hari, pada saat lar0a ikan sudah berumur hari. :ar0a Ikan yang berada didalam bak fiber diambil dengan menggunakan scopnet kemudian dimasukkan kedalam plastik. Sebagian di%ual kepada para petani ikan dan sisanya dibesarkan di kolam pendederan. Proses pemanenan lar0a Patin Siam (Pangasius hypopthalamus) menggunakan alat bantu seperti tabung ukur, ember, baskom, plastik dan scopnet. Sebelum dilakukan panen, air terlebih dahulu dikurangi sebanyak 9B untuk mempermudah proses pemanenan. Kemudian lar0a ditangkap dengan menggunakan scopnet dan dimasukkan kedalam baskom dan dilakukan penghitungan dengan menggunakan tabung ukur. (ambar 5), untuk selan%utnya dipindahkan kedalam bak pemeliharaan yang telah disiapkan atau di%ual kepada para pembeli.
I$& HASIL DAN PEMBAHASAN
0&& T-,ni, P-m.-nihan I,an Patin Siam 0&&'& S-l-,si In*u, Setelah bak pemi%ahan dipersiapkan, induk yang akan dipi%ahkan diseleksi terlebih dahulu. #u%uan dari penyeleksian ini adalah untuk mendapatkan induk yang berkualitas agar induk tersebut dapat menghasilkan indi0idu yang berkualitas pula, karena keberhasilan suatu proses pemi%ahan %uga dipengaruhi oleh kualitas induk. Ta.-l /& Hasil S-l-,si In*u,4 In*u, I,an Patin Pa*a Ba, I yang T-lah Matang Gona*
'o *.
nduk %etina
!.
antan
umlah Patin siam (# ekor) Patin siam ( ekor)
%erat (kg) *,+ !, kg *, !,! kg
&ari #abel * terlihat induk betina yang digunakan mempunyai berat ,9 = 2,; kg dan induk %antan mempunyai berat ,; = 2,2 kg.
0&/& P-miahan Sebelum induk dipi%ahkan, induk patin dipuasakan atau diberok terlebih dahulu selama = 2 hari, untuk mengurangi kadar lemak pada saluran pengeluaran telur dan membuang kotoran atau faces.
0&/&'& P-nyunti,an Ho1mon
Pada penyuntikan induk patin digunakan dua %enis hormon, yaitu hormon 6> ( uman !horionic Gonadotropin) dan o0aprim. 6ormon h> berfungsi untuk menyempurnakan matang gonad induk betina dan o0aprim berfungsi untuk memacu o0ulasi dan produksi sperma. Penyuntikan pertama dengan hormon h> sebanyak ; I. Daktu laten yakni %arak antara penyuntikan kedua sampai o0ulasi sangat dipengaruhi suhu air. Daktu laten ikan patin siam tertera pada #abel .
Ta.-l 0& "a,tu Lat-n I,an Patin Siam
&emperatur Air (/0) !-! !-! !-! !-!
1aktu 2aten (jam) Patin Siam *".3" **.!" *". **.3
"umber + !!P!"# Sukabumi Sebelum dilakukan penyuntikan induk betina, tertebih dahulu ditimbang untuk mengetahui %umlah hormon h> maupun o0aprim yang diperlukan. 'enurut Sunarma (2) hormon h> menggunakan dosis ; I
o0aprim
menggunakan dosis ,7 ml?kg untuk induk betina dan ,2 ml?kg untuk induk %antan sudah cukup untuk membantu proses kematangan gonad. 6ormon o0aprim bertu%uan untuk mempercepat ter%adinya o0ulasi dan produksi sperma. Penghitungan dosis 0aprim dan h> dapat dilihat pada :ampiran . Penyuntikan dilakukan secara intra muscular atau pada bagian otot sirip punggung pada induk betina maupun %antan, Setelah penyuntikan selesai induk betina dikembalikan kedalam bak penampungan dan kemudaian dilakukan penyuntikan selan%utnya bersamaan dengan induk %antan. &osis penyuntikan induk ikan Patin Siam (Pangasius hypopthalamus) dapat dilihat pada #abel ;.
Ta.-l 3& Dosis P-nyunti,an In*u, I,an Patin Siam
Bobot Induk Betina Patin Siam (kg 3, 3,! !,+ 3.!
!osis H"# ( ml$kg
!osis %&a'rim ()* ml$kg
.! ml #.+ ml #.! ml #.+ ml
!.* ml *.4! ml *.5+ ml *.4! ml
"umber # $ata asil Pengamatan &ari #abel ; dapat diketahui bagaimana cara menghitung dosis h> dan o0aprim yang dibutuhkan oleh induk yaitu dapat dilakukan dengan cara menimbang induk terlebih dahulu kemudian menggunakan hormon h> yang diperlukan dengan dosis ;
0&/&& 5-,un*itas -ekunditas merupakan %umlah telur yang dihasilkan oleh induk yang akan dikeluarkan
pada saat pemi%ahan. >ara
perhitungan fekunditas dilakukan dengan menimbang berat telur sesudah di stripping. 'engambil sampel telur, kemudian telur ditimbang dan dihitung. Penghitungan telur dilakukan dengan metode sampel. Pada penghitungan telur ini penulis melakukan penghitungan telur dengan cara mengambil sample sebanyak gram dan kemudian dilakukan penghitungan (4 telur), diameter telur berkisar antara ,422 = ,7 mm, 6al ini dilakukan untuk mempermudah dera%at penghitungan telur. Subandiyah et al (44) menyatakan bahwa semakin berat dan besar ukuran induk maka akan berpengaruh pada telur atau perkembangan gonad yang dihasilkan. 6asil fekunditas yang didapatkan selama praktek magang di !!P!"# Sukabumi adalah terlihat pada #abel 7. &ari data hasil fekunditas pada #abel 7 diketahui bahwa fekunditas telur ikan Patin Siam (Pangasius hypopthalamus) yang ada di !!P!"# Sukabumi induk pertama menghasilkan telur sebanyak 7*., induk kedua ;57. butir, induk ketiga 2. butir dan induk keempat ;57., %umlah ini termasuk baik karena menurut Sunarma (2) ikan Patin Siam ( Pangasius hypopthalamus) yang baik mampu
menghasilkan telur sebanyak ;. sampai 2. butir?kg induk. Induk/induk ini sewaktu masih dalam proses pemeliharaan diberikan pakan ; B dari biomass dengan kandungan protein sebesar 29B. Sumber protein yang cukup akan sangat membantu proses pembesaran dan kematangan gonad ikan Patin Siam (Sunarma, 2) $umlah fekunditas telur dipengaruhi oleh kualitas induk yang baik yaitu induk yang sehat, kebutuhan pakan terpenuhi baik dalam %umlah dan kandungan protein yang sangat dibutuhkan oleh induk.
Ta.-l 6& Data Hasil P-nghitungan 5-,un*itas In*u, I,an Patin Siam
nduk
6ekunditas (butir)
53*.##" ++.35"
*".!"
7
5."""
0&/&/& P-m.uahan T-lu1 Proses pembuahan telur sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, kualitas induk yang mampu menghasilkan telur dan sperma yang bagus. #u%uan dari pembuahan adalah untuk menghasilkan lar0a dari telur yang sudah dikeluarkan. >iri/ciri telur yang terbuahi akan berwarna putih bening sedangkan telur yang tidak terbuahi berwarna putih susu. &era%at pembuahan (-1) ikan Patin Siam ( Pangasius hypopthalamus) mencapai rata/rata 54.; B. Pada induk pertama mencapai 54 B, induk kedua 54 B, induk ketiga 9 B dan induk ke empat 9 B. &era%at pembuahan telur akan tinggi bila kualitas telur yang dihasilkan oleh induk itu baik karena induk tersebut sudah matang gonad. &ata hasil dera%at pembuahan telur ikan Patin Siam selama pengamatan di !!P!"# Sukabumi dapat dilihat pada #abel 5. &an cara penghitungan dapat dilihat pada lampiran *.
Ta.-l 7& Data Hasil D-1aat P-m.uahan T-lu1 I,an Patin Siam
8apa 7
6ekunditas (butir) 53*.##" ++.35" *".!" 5."""
&elur yang terbuahi (butir) #4+.+3+ #5#.+"# #"+.5 #5".+""
69 (:) 4 4 +" +"
0&0& P-n-tasan T-lu1 Penetasan telur dilakukan dengan menggunakan sistem air mengalir untuk men%amin ketersediaan oksigen terlarut dan pergantian air yang kotor akibat pembusukan telur yang tidak terbuahi, dan peningkatan oksigen terlarut dilakukan dengan pemberian aerasi. &era%at penetasan telur sangat dipengaruhi oleh lingkungan, kualitas telur dan sperma dari induk itu sendiri (Sunarma, 2). Pada suhu normal antara 2; / * o> telur ikan Patin Siam (Pangasius hypopthalamus) dapat menetas dalam waktu * / *; %am, namun karena suhu di !!P!"# Sukabumi 2;/25 o> termasuk dingin maka lama penetesan telur bisa mencapai *;/ %am. 6asil yang didapat pada induk pertama sampai dengan keempat berada diatas angka 5B, angka ini termasuk baik karena dera%at hasil penetasan telur ikan Patin Siam ( Pangasius hypopthalamus) yang baik melebihi angka 5B (Sunarma, 2). &era%at pembuahan telur yang tinggi dapat dicapai karena kualitas induk yang baik dan suhu penetasan telur yang optimal.
Ta.-l 8& Data D-1aat Hasil P-n-tasan T-lu1 I,an Patin
8apa
&elur yang terbuahi
&elur yang menetas
89 (:)
(butir) 7
#4+.+3+ #5#.+"# #"+.5 #5".+""
344."" 3.+44 !.+3! 35#."3!
+" 5+ 4
&ari data #abel 9 dapat dilihat 61 atau dera%at penetasan telur pada ikan patin siam yaitu rata/rata penetasan ikan patin mencapai 57 B. &era%at penetasan ikan patin hanya mencapai rata/rata 57B dikarenakan temperatur suhu yang tidak stabil dikarenakan pemi%ahan dilakukan pada musim hu%an.
0&3& P-m-liha1aan La12a 0&3&'& P-ng-lolaan Kualitas Ai1 &ata kualitas air untuk lar0a Patin Siam (Pangasius hypopthalamus) yang didapatkan selama pengamatan terdapat pada #abel 4. Ta.-l 9& Hasil P-ngu,u1an Pa1am-t-1 Kualitas Ai1 P-m-liha1aan La12a Patin Siam
Minggu ;e
Suhu (o0) !+,! !,+
p8 ,* ,3
<= (ppm) #,3" #,#3
'83 (ppm) ",34 ",55
!erdasarkan dari data pada #abel 4 maka kualitas air untuk bak pemeliharaan lar0a termasuk baik. 6al ini karena pada bak pemeliharaan lar0a memiliki suhu yang berkisar antara 25,9 / 29,2 o>. Sedangkan suhu optimal untuk lar0a Patin Siam ( Pangasius hypopthalamus) adalah berkisar antara 2; / **o > (Sunarma, 2). 6asil dari pengukuran p6 pada bak pemeliharaan lar0a ikan Patin Siam ( Pangasius hypopthalamus ) adalah 5,; / 5,*;. Kisaran p6 yang terdapat pada bak pemeliharaan lar0a termasuk baik karena p6 yang dibutuhkan untuk budidaya ikan Patin Siam (Pangasius hypopthalamus ) yaitu berkisar antara 7 / 4 (Sunarma, 2). 6asil dari pengukuran & (oksigen terlarut) dari bak pemeliharaan lar0a adalah ,* / ,* mg?liter. Kandungan oksigen terlarut (&) yang terdapat dalam bak pemeliharaan lar0a sudah baik karena oksigen terlarut yang baik untuk Patin Siam ( Pangasius hypopthalamus ) yaitu lebih dari * ppm?liter (Sunarma, 2). Pada #abel pengamatan didapati hasil pengukuran ammonia berkisar ,*4 / ,77 ppm. #oksisitas ammonia terhadap organisme budidaya dapat meningkat %ika ter%adi penurunan kadar oksigen terlarut, p6 dan suhu.
0&3&& Pa,an Pada pemeliharaan lar0a unur hari tidak diberi pakan karena pada umur tersebut lar0a masih mempunyai cadangan makanan berupa kuning telur. &an pada saat itu pula organ pencernaannya masih belum terbentuk secara sempurna. Setelah lar0a berumur 2 hari lar0a ikan patin diberikan pakan alami berupa artemia. @aupli artemia merupakan %enis pakan alami yang paling tepat untuk diberikan pada lar0a, karena naupli artemia berenang lambat sehingga mudah ditangkap. Pada saat pemberian pakan alami naupli artemia aerasi dimatikan terlebih dahulu agar lar0a dapat dengan mudah menangkap nauli artemia sp dengan frekuensi pemberian ; kali?hari yaitu %am 5., ., ;., 4., dan 2*. DI! secara adlibitum. . Setelah berumur 9 hari lar0a sudah biasa makan cacing tubifeA utuh?hidup, karena bukaan mulutnya yang sudah membesar dan pencernaannya sudah terbentuk. :ar0a ikan patin akan cepat mengalami pertumbuhan apabila diberi pakan alami berupa cacing tubifeA sp. Karena cacing tubifeA sp merupakan pakan yang memiliki protein yang cukup tinggi bagi perkembangan lar0a ikan, hal ini sesuai dengan nilai gii cacing sutra. Kadar protein yang terkandung dalam cacing ini sebesar ;;B sampai 7B dari bobot kering, lemak antara 7B sampai 25B dan karbohidrat 5B sampai 2B dari bobot kering (@urhasanah, 445). "gar kualitas air tetap baik dilakukan penyimponan kotoran setiap hari sebelum dilakukan makanan pertama pada pagi hari.
0&3&/ Hama *an P-nya,it
Selama pemeliharaan tidak ditemukan hama dan penyakit pada lar0a ikan Patin Siam (Pangasius hypopthalamus), hanya sa%a di lakukan pencegahannya yaitu dengan memberikan 0itamin > pada pakan alami berupa turbifeA yang telah dicincang
0&3&0 P-man-nan Pemanenan dilakukan pada saat lar0a berumur hari, kegiatan ini dilangsungkan pada pagi hari. :ar0a ikan yang berada didalam bak fiber diambil dengan menggunakan scopnet kemudian dimasukkan kedalam plastik sebelum dipindah kan kedalam kolam pendederanl atau di%ual langsung kepada para pembeli. &ata pan%ang maupun berat lar0a Patin Siam ( Pangasius hypopthalamus) selama pemeliharaan di !!P!"# Sukabumi dapat dilihat pada #abel .
Ta.-l ':& Data Panang *an B-1at Rata41ata B-nih I,an Patin Siam
Sampling * ! 3 #
8ari ke *" *" *" *" *"
Panjang rata-rata (cm) *,* *,! *,* + ",4 *,*
%erat rata-rata (g) ",* ",#" "," ", ",
!erdasarkan #abel dapat dilihat pertambahan pan%ang dan berat rata/rata benih ikan patin. Pada hari kesepuluh pan%ang rata/rata benih patin siam sebesar ,2 dan beratnya sebesar ,; gram gambar dilihat pada lampiran 7.
8apa
umlah Padat &ebar A$al
umlah 2ar>a Akhir
S9 (:)
7
344."" 3.+44 !.+3! 35#."3!
333."5" 3"*.3#" *4"3!" 3*!""
+3 +# 54 +
&ari #abel didapat hasil S1 74 B = 95 B dikarenakan banyaknya %umlah padat tebar dalam satu wadah sehingga ikan cendrung bersifat kanibalisme
$& KESIMPLAN DAN SARAN
3&'& K-simpulan . #eknik
pembenihan
ikan
Patin
Siam
(Pangasius
hypopthalamus) meliputi seleksi
induk, pemi%ahan,
penetasan
telur, pemeliharaan lar0a, mana%emen pemberian pakan, pengelolaan kualitas air dan panen. 2. &era%at pembuahan lar0a (-1), dera%at penetasan telur (61), dan tingkat kelulushidupan lar0a (S1) Patin Siam (Pangasius hypopthalamus) di !alai !esar Pengembangan !udidaya "ir #awar Sukabumi masih tergolong baik.
Kualitas air bak pemeliharaan lar0a yang diukur adalah + Suhu 25,9 / 29,2 o>, p6 5,;/5,*; ,ksigen terlarut ,* / ,* ppm,
*.
@6* ,** = ,77 ppm.
3&& Sa1an Saran yang dapat diberikan dari hasil pengamatan yang dilakukan di lapangan yaitu + atcheripatin II memerlukan perbaikan pada %endelanya karena kusen %endela sudah lapuk dan berlubang sehingga udara dapat masuk kedalam hatchery yang menyebabkan suhu di hatchery tidak konstan. Ketelitian sumberdaya manusia perlu ditingkatkan dalam persiapan peralatan yang akan digunakan dlam kegiatan pembenihan agar hasil yang didapatkan akan semakin maksimal.
$I& ANALISIS SAHA
P1osp-, saha Asumsi .
!erat induk yang digunakan * kg?ekor, Setiap siklus pemi%ahan ekor induk. Sehingga berat induk total 2
kg?siklus 2.
Setiap induk menghasilkan telur gram, %adi total 7 gram telur
*.
Setiap gram telur terdiri dari 2 butir telur. Sehingga telur yang dihasilkan adalah + 2 E 7 gram F
.42. butir telur hasil stripping .
&era%at penetasan telur 9B. Sehingga telur yang menetas adalah + .42. E 7 B F .;*7. ekor lar0a
yang menetas. ;.
#ingkat kelangsungan hidup rata/rata ;B, maka + .;*7. E ;B F 42.7 ekor benih ukuran inch.
7.
Satu siklus selama bulan, Produksi dilakukan selama bulan, produksi dilakukan setiap bulan.
Analisis saha a.
In0estasi . edung Pemeliharaan (
1p
2. Pembuatan kolam induk (
1p.
*. !ak fiber pemeliharaan ( usia ekonomis tahun )
..
1p.
2..
;. !ak penetasan (
1p.
;..
5. 6igh !low (
1p.
..
1p.
9. Induk (
1p.
4. 6eater buah (
1p.
$umlah
*.. ;. ;.
1p.
*25..
!iaya #etap . Penyusuta gedung
1p.
2.;.
2. Penyusutan kolam
1p.
.5
*. Penyusutan fiber
1p.
9.
. Penyutan pompa
1p.
*.
;. Penyusutan bak penetasan
1p.
9.
7. Penyusutan perlengkapan
1p.
.5
5. Penyusutan high blow
1p.
2;.
9. Penyusutan induk
1p.
;.
4. Penyusutan 6eater
1p.
$umlah c.
;..
1p.
. Pompa (
b.
*..
.5 1p.
2.42.
!iaya tidak tetap . Pakan induk
1p.
..
2. "rtemia 9 kaleng
1p.
2.;.
*. >acing
1p.
;.
. 6>
1p.
.2.
;. 0aprim
d.
1p.
7. :arutan fisiologis
1p.
5. bat / obatan
1p.
.. 2. .
9. Pengisian ksigen
1p.
.
4. :istrik
1p.
2.
. #elepon
1p.
.
$umlah
1p.
7.52.
!aya produksi F !iaya tidak tetap G !iaya tetap F 1p. 7.52.
G 1p. 2.42..
F 1p. 4.722.
e.
6asil
f.
Keuntungan F 6asil
g.
$angka waktu pengembalian modal FH(In0estasi G !iaya produksi ) + keuntungan E lamanya siklus F H(1p. *25.. G 1p. 4.722.) + 1p. . 92.;*5.4 E bulan F bulan "rtinya 'odal akan kembali setelah bulan
h.%enefit !ost Ratio F 6asil usaha + !iaya Produksi F 1p. 42.7.+ 1p. 4.722. F4.;9 "rtinya hasil usaha yang diterima setelah satu siklus pemeliharaan adalah 4.;9 kali dari biaya produksi yang telah dikeluarkan. h&
%reak e'ent point F !iaya tetap + (/!iaya tidak tetap + 6asil usaha ) F 1p. 2.42..+ ( / 1p . 7.52.+ 1p. 42.7.) F 1p. *.2.;*5 "rtinya,
DA5TAR PSTAKA
"gribisnis J "uacultures. 29. Prospek ahyono, !. 2. !udidaya Ikan "ir #awar. Penerbit Kansius. Logyakarta. &aelami, &.".S. 2. ipta, $akarta. 54 hal. 6ard%amulia, ".1. &%a%adire%a, S. "tmawinata dan &. Idris. 49;. Pembenihan Ikan $ambal Siam ( Pangasius sutchi) dengan Suntikan 3kstrak 6ipofisa Ikan 'as (!yprinus carpio). !uletin Penelitian Perikanan I. (2) + 9* / 4 6eckling, >.-. 45. -ish >ultur -eber and -aber. :ondon *5 P. 6eru. 27. !udidaya Ikan di Pekarangan. Penebar Swadaya. $akarta
Khairuman. 25. !udidaya Patin Super. "gro 'edia. $akarta. 'elianawati, 1. dan K. Suwirya. 2;. Pengaruh &osis Pakan #erhadap Pertumbuhan $u0enil Kakap 'erah ( & argentimaculatus). !uku Perikanan !udidaya !erkelan%utan. *;/2 p. 'iswanto. 22& Pembenihan Ikan 'as (!yprinus !arpo :)& :aporan 'agang -akultas Perikanan <@1I. ;4 hal (tidak diterbitkan). 'ud%iman, ". 2. (akanan *kan. cetakan ke/;. $akarta+ P# Penebar Swadaya. 4 hal. @urhasanah.445.Petun%uk teknis pembenihan ikan patin indonesia Pangasius d%ambal. I1& dan Pusat 1iset Perikanan !udidaya !adan 1iset Kelautan dan Perikanan. Karya Pratama. $akarta. 1ustid%a. 2. Pembenihan Ikan/Ikan #ropis, -akultas Perikanan ritiue in the "nalysis f &iscourse. >ritiue of "nthropology, 2+**/;5 Subandiyah, Logyakarta+ -aculty of "griculture '<, 44 9 hal. Sumandinata, K. 49*. Pengembangbiakan Ikan/Ikan Peliharaan di Indondesia. P#. Sastra 6udaya. !ogor. Sunarma, ". 2. Teknik Pembenihan *kan Patin "iam (Pangasius hypopthalamus). !!P!"#. Sukabumi. Susanto, 6. dan Khairul "mri. 22. !udidaya Ikan Patin. Penebar Sw adaya. $akarta.4 hal . 2. %udidaya *kan Patin, $akarta+ Penebar Swadaya Sutisna P.6. dan Sutarmanto. 2*. Pengembangbiakan Ikan/Ikan Pemeliharaan di Indonesia.