BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat zaman sekarang sudah menganggap anjing seperti anggota keluarga sendiri. Anjing dipelihara dengan berbagai tujuan diantaranya untuk menjaga rumah, sebagai teman atau hiburan untuk menghilangkan stress maupun menunjukkan status sosial. Sistem pemeliharaan anjing di masyarakat berbeda-beda, ada yang dikandangkan dan dilepas liarkan. Anjing yang dipelihara secara dilepas liarkan memiliki kecenderungan untuk memakan benda asing disekitarnya secara sengaja ataupun tidak disengaja. Hal inilah yang memicu adanya kasus benda asing pada sistem pencernaan anjing. Kasus benda asing pada saluran pencernaan lebih banyak ditemukan pada anak anjing yang terbiasa makan sembarangan (Fossum, 2007). Benda asing yang umum ditemukan pada saluran pencernaan anjing adalah tulang, batu, mainan anak, tutup botol, dan jarum jahit (Senapati et al., 1997). . Benda asing yang tertelan oleh hewan dapat tersangkut di esofagus, lambung, dan saluran cerna lainnya yang dapat menimbulkan gejala obstruksi pada usus dan perforasi. Masuknya benda asing dalam saluran cerna biasanya membutuhkan waktu 1-2 jam untuk bergerak keluar dari saluran pencernaan jika benda asing tersebut berbentuk bulat dan berukuran kecil. Benda asing yang berukuran besar akan menyebabkan gejala obstruksi pada ilium, sedangkan benda asing yang tajam dapat menyebabkan perforasi saluran cerna dengan gejala peritonitis. Hewan yang menelan benda asing memerlukan bantuan berupa pembedahan untuk mengeluarkan benda asing agar tidak menyebabkan kerusakan lebih lanjut pada saluran pencernaan.Ciri-ciri anjing yang memakan benda asing adalah muntah, kehilangan nafsu makan, letargi, dan nyeri pada abdomen. Lokasi benda asing di saluran pencernaan anjing tergantung dari jenis benda asing dan durasi. Jika benda asing sudah berada di lambung, maka harus segera dilakukan penanganan untuk mencegah masuknya benda asing ke usus halus lalu mengalami penyumbatan (Webb, 2006). Salah satu penanganan pada kasus benda asing pada lambung adalah gastrotomi. Gastrotomi adalah tindakan pembedahan dengan melakukakan pengangkatan pada dinding lambung untuk membuat lubang pada lambung. Indikasi utama gastrotomi adalah untuk mengeluarkan benda asing, memeriksa mukosa lambung yang luka, neoplasma atau hipertropi, serta untuk tujuan biopsi dan diagnosis (Sudisma et al., 2006).
1
2
1.2 Tujuan Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui cara mendiagnosis, prosedur operasi, dan rencana terapi kasus adanya benda asing dengan tindakan gastrotomi pada anjing lokal 1.3 Manfaat Adapun manfaat dari penulisan laporan ini adalah untuk memberikan informasi serta menambah wawasan dan keterampilan bagi mahasiswa PPDH dalam melakukan diagnosa, prosedur operasi, serta perawatan pasca operasi pembedahan kasus benda asing pada lambung anjing lokal.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Benda Asing pada Lambung Benda asing merupakan suatu benda yang tidak lazim dimakan pada umumnya yang masuk kedalam tubuh anjing baik itu disengaja maupun tidak. Organ lambung merupakan organ dalam sistem pencernaan yang terdapat di rongga abdomen yang dibatasi oleh esofagus pada bagian depan dan pilorus pada bagian belakang. Pada anjing, lambung terletak di sisi kiri linea alba cranial abdomen, di belakang diafragma dan hati. Letaknya bervariasi tergantung dari volum lambung (Archibald, 1985). Secara anatomis lambung terdiri dari tiga bagian yaitu kardial, fundus, dan pilorus. Lambung mempunyai dua kurvatura yaitu kurvatura mayor, dekat dengan kolon dan kurvatura minor yang berbatasan dengan hati. Dinding lambung mempunyai empat lapisan dari luar kedalam yaitu tunica serosa, tunica muscularis propia, tunica submucosa, dan membrana mucosa. Menurut Sabiston (1992) proses pencernaan makanan bersifat kompleks dari mulut, faring, esofagus, lambung, dan usus. Pengaturan proses pencernaan dilakukan oleh sistem saraf pusat. Proses pengambilan makanan, pengunyahan, penelanan dilakukan oleh otot-otot yang diatur dibawah pengaruh sistem saraf otonom. Proses insalivasi bahan makanan di dalam mulut juga berlangsung dibawah pengarus sistem saraf otonom. Penghantaran bahan makanan dari bagian oral ke arah rektal berlangsung karena gerakan peristaltik. Kasus ditemukannya benda asing di saluran pencernaan sering terjadi terutama pada anjing. Benda asing yang ditemukan itu sangat bervariasi seperti kulit, kawat, dan sebagainya. Benda asing yang berukuran besar akan menyebabkan obstruksi usus, sedangkan benda asing yang tajam dapat menyebabkan perforasi saluran cerna. 2.2 Etiologi Adanya benda asing pada lambung terjadi karena hewan menelan benda asing secara tidak disengaja maupun disengaja. Benda asing yang tertelan oleh hewan dapat tersangkut di esophagus,
lambung,
dan
saluran
cerna
lainnya
3
yang
dapat
menimbulkan
4
gejala obstruksi pada usus dan perforasi. Masuknya benda asing dalam saluran cerna biasanya membutuhkan waktu 1-2 jam untuk bergerak keluar dari saluran pencernaan jika benda asing tersebut berbentuk bulat dan berukuran kecil. Benda asing yang berukuran besar akan menyebabkan gejala obstruksi pada usus, sedangkan benda asing yang tajam dapat menyebabkan perforasi saluran cerna dengan gejala peritonitis. Hewan yang menelan benda asing memerlukan bantuan berupa pembedahan untuk mengeluarkan benda asing agar tidak menyebabkan kerusakan lebih lanjut pada saluran pencernaan. 2.3 Tanda Klinis Menurut Faizo (2006), tanda klinis yang terlihat pada kasus hewan menelan benda asing adalah muntah dengan frekuensi berlebih dan nafsu makan menurun. Kasus ditemukannya benda asing dalam saluran cerna sering terjadi terutama pada hewan yang masih lincah dengan rasa ingin tahu yang tinggi 2.4 Diagnosis Ada beberapa prosedur pemeriksaan dalam melakukan diagnosis pada kasus hewan menelan benda asing. Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis pada kasus hewan menelan benda asing adalah dengan pemeriksaan radiografi berupa X-Ray dan endoskopi. Pemeriksaan sebelum operasi dengan menggunakan X-Ray bertujuan untuk membantu mendiagnosis apabila benda asing yang tertelan cukup padat. Pemeriksaan ini merupakan hal yang mendasari untuk melakukan pembedahan disertai uji hematologi rutin, biokimia serum dan elektrokardiograf sebelum dilakukan pembedahan (Faizo,2006). 2.5 Prognosis Kesembuhan dari operasi gastrotomi tergantung dari kondisi hewan, lama kejadian, dan jenis benda asing yang berada pada lambung. Prognosis dari kasus benda asing pada lambung hewan adalah fausta dan infausta. 2.6 Treatment Penanganan dari kasus benda asing pada lambung adalah operasi gastrotomi. Gastrotomi adalah tindakan pembedahan dengan melakukakan pengangkatan pada dinding lambung untuk membuat lubang pada lambung. Indikasi utama gastrotomi adalah untuk mengeluarkan benda asing, memeriksa mukosa lambung yang luka, neoplasma atau hipertropi, serta untuk tujuan biopsi dan diagnosis (Sudisma et al., 2006).
5
Penanganan lain dari kasus benda asing pada lambung adalah endoskopi. Endoskopi gastrointestinal merupakan salah satu teknik dalam ilmu gastroenterologi-hepatologi untuk melihat secara langsung keadaan di dalam saluran cerna dengan menggunakan alat yang bernama endoskop. Endoskop adalah alat untuk melakukan pemeriksaan penunjang untuk diagnosis bahkan alat endoskop juga dipakai untuk tindakan terapeutik di saluran pencernaan. Seiring dengan berjalannya waktu endoskopi berevolusi dari endoskopi yang berjenis kaku dengan kemampuan yang terbatas ke endoskopi yang berjenis lentur dan lebih canggih dengan kemampuan pencitraan yang lebih baik, dan mempunyai ciri khusus untuk melakukan intervensi terapeutik serta memiliki desain yang berbeda untuk memungkinkan melakukan pemeriksaan pada daerah tertentu dari saluran pencernaan (Kaminang et al., 2016). Endoskopi pada kasus benda asing pada lambung anjing dapat dilakukan tergantung dari jenis benda asing dan durasi kejadian.
BAB III MATERI DAN METODE 3.1 Materi 3.1.1 Hewan Kasus Hewan yang pada kasus ini adalah anjing lokal, jenis kelamin jantan, umur dua bulan, berat badan tiga kilogram dengan warna coklat kehitaman. Anamnesinya, anjing seperti ingin memuntahkan sesuatu dan nafsu makan menurun. Hasil pemeriksaan status present, fisik, dan radiografi yang dilakukan pada hari Rabu 17 Januari 2018 adalah sebagai berikut: Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Status Present No. 1 2 3 4 5
Jenis Pemeriksaan Temperatur Denyut Jantung Pulsus Respirasi CRT
Hasil 38˚C 140 kali/menit 132 kali/menit 32 kali/menit <2 detik
Keterangan Normal Tidak Normal Tidak Normal Tidak Normal Normal
Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Fisik No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Jenis Pemeriksaan Kulit Anggota Gerak Pencernaan Urogenital Sistem Respirasi Sistem Sirkulasi Sistem Saraf Sistem Reproduksi
Hasil Tidak Normal Normal Tidak Normal Normal Normal Normal Normal Normal
Keterangan Adanya scale Normal Anjing ingin memuntahkan sesuatu Normal Normal Normal Normal Normal
6
7
Gambar 1. Hasil pemeriksaan radiografi hewan kasus ditemukan adanya benda asing pada lambung
3.1.2 Alat dan Bahan Operasi Alat yang digunakan dalam operasi ini adalah termometer, stetoskop, stomach tube, endothraceal tube, intravenous catheter, infuse set, scapel, blade, allis forcep, artery clamp, drape clamp, needle holder, gunting operasi lurus, pinset bergigi, pinset fisiologis, jarum ujung segitiga dan bulat, forcep tampon, tempat tampon, jarum suntik 3 ml dan 1 ml. Bahan yang digunakan dalam operasi ini adalah, NaCl 0,9%, antiseptic (povidone iodine 10%), alkohol 70%, benang absorbable (chromic catgut dan vicryl), kasa steril, hipafix, leukoplas, dan masker. Obat-obatan yang dipersiapkan adalah premedikasi yaitu atropine sulfat, serta anastesi umum dengan kombinasi ketamin dan xylazin, anastesi inhalasi yang digunakan adalah isofluran, antibiotik golongan penicillin (betamox LA, amoxsan sirup), ibuprofen sirup, dan serbuk enbatik. 3.2 Metode 3.2.1 Preoperasi Sebelum dioperasi hewan harus disiapkan dengan baik untuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan selama operasi berlangsung maupun selanjutnya. Untuk itu perlu dilakukan anamnesis secara cermat, pemeriksaan fisik secara menyeluruh meliputi pemeriksaan pulsus, frekuensi napas, dan suhu. Sebelum dilakukan operasi, pasien dipuasakan selama 12 jam. Pemberian premedikasi menggunakan atropin sulfat sebanyak 0,4 ml yang diinjeksikan secara subkutan, dan dilanjutkan dengan pencukuran rambut pada
8
daerah yang akan dioperasi yaitu di abdomen menggunakan pencukur rambut. Sepuluh menit setelah pemberian premedikasi, anjing dianastesi dengan menggunakan xylazin dengan jumlah obat 0,4 ml dan ketamin dengan jumlah obat 0,4 ml yang diinjeksikan secara intramuscular. Ketika anjing telah memasuki fase anastesi, anjing diposisikan rebah dorsal, kemudian pada daerah operasi didesinfeksi menggunakan betadine. 3.2.2 Teknik Operasi 1. Insisi kulit ± 4cm-6cm tepat pada bagian atas dari umbilikus kearah cranial. Kulit dan jaringan subkutan diinsisi dengan menggunakan scapel dan dilakukan preparasi tumpul untuk mempermudah mendapatkan linea alba. 2. Linea alba dijepit dengan menggunakan allis forcep secara sejajar agar sayatan tidak miring. Kemudian dengan ujung gunting atau scapel dibuat irisan kecil pada linea alba, irisan tersebut dipreparir dengan scapel mulai dari fascia, otot sampai ke peritoneum, jari telunjuk dan jari tengah digunakan sebagai pemandu, diletakkan dibawah linea alba agar organ viseral tidak tergunting. 3. Lambung dikeluarkan, membuat jahitan bantu, lalu insisi pada daerah kurvatura mayor. 4. Keluarkan benda asing dengan menggunakan forcep. Usahakan agar lambung tetap dalam keadaan basah maka dilakukan penyiraman dengan NaCl fisiologis. 5. Luka insisi pada mukosa lambung diutui dengan menggunakan pola sederhana terputus dilanjutkan dengan pola lambert dengan benang vicryl 3-0. 6. Dilakukan uji kebocoran dengan memasukkan larutan fisiologis untuk memastikan jahitan organ tidak mengalami kebocoran. Kemudian masukkan kembali lambung kedalam rongga perut dan siram rongga abdomen dengan antibiotik. 7. Peritonium ditutup dengan menggunakan benang vicryl dengan pola jahitan sederhana terputus. 8. Pada otot dan fascia dijahit dengan pola jahitan subcutikuler menggunakan benang chromic cat gut 3-0. 9. Setelah dijahit, daerah bekas insisi diolesi dengan poviodone iodine 10%, lalu suntuk dengan antibiotik betamox LA secara intramuskuler. Kemudian luka ditaburi dengan serbuk enbatik dan ditutup dengan ultrafix.
9
3.2.3 Pascaoperasi Setelah dilakukan pembedahan diberikan antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi dengan memberikan betamox LA 0,3 ml, luka ditaburi serbuk enbatik. Selain itu diberikan juga amoxan sirup dengan jumlah pemberian 3 ml per pemberian, 3 kali sehari selama 5 hari. Pemberian anti radang non steroid dan analgesik berupa ibuprofen sirup dengan jumlah pemberian 0,75 ml per sekali pemberian, 2 kali sehari selama 5 hari. Pemakain Elizabeth collar juga direkomendasikan sebagai bentuk pencegahan agar anjing tidak menjilat luka bekas jahitan.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Operasi dilakukan pada tanggal 17 Januari 2018. Pengamatan dilakukan pada hari ke 1 sampai ke 1 sampai hari ke 15 pascaoperasi. Tabel 2. Hasil Pengamatan Pascaoperasi Pengamatan Pascaoperasi
Hasil Pengamatan
Terapi
Hari ke 0
Hewan baru selesai operasi, luka masih basah, pengobatan diberikan setelah hewan benar-benar pulih dari anastesi.
Antibiotik betamox LA, lalu diberikan betadine dan serbuk enbatik, kemudian luka jahitan ditutup dengan hipafix.
Hari ke 1
Luka masih basah, nafsu Ibuprofen sirup dan makan dan minum sudah perawatan luka jahitan baik, anjing mulai aktif dengan memeberikan bergerak. betadine dan serbuk enbatik.
Hari ke 2
Luka masih basah, mulai terlihat peradangan, nafsu makan dan minum baik, defekasi dan urinasi normal, konsistensi feses lembek, anjing sudah aktif bergerak.
Antibiotik amoxicillin oral, ibuprofen sirup, perawatan luka jahitan dengan memeberikan betadine dan serbuk enbatik.
Hari ke 3 s/d 4
Luka masih basah, terlihat peradangan, nafsu makan dan minum baik, defekasi dan urinasi normal, konsistensi feses lembek, anjing sudah aktif bergerak.
Antibiotik amoxicillin oral, ibuprofen sirup, perawatan luka jahitan dengan memeberikan betadine dan serbuk enbatik.
Hari ke 5
Luka sudah mulai mengering, terlihat peradangan, nafsu makan dan minum baik, defekasi dan urinasi normal, konsistensi feses padat, anjing sudah aktif bergerak.
Antibiotik amoxicillin oral, ibuprofen sirup, perawatan luka jahitan dengan memeberikan betadine dan serbuk enbatik.
10
11
Hari ke 6 s/d 7
Luka sudah agak mengering, Perawatan luka jahitan terlihat peradangan, nafsu dengan memeberikan makan dan minum baik, betadine dan serbuk enbatik. defekasi dan urinasi normal, konsistensi feses padat, anjing sudah aktif bergerak.
Hari ke 9
Luka sudah kering namun Perawatan luka jahitan masih sedikit terbuka dan dengan memeberikan belum menyatu sepenuhnya. betadine dan serbuk enbatik
Hari ke 11
Luka sudah kering namun Perawatan masih sedikit terbuka dan dengan belum menyatu sepenuhnya. betadine
luka jahitan memeberikan
Hari ke 13
Luka sudah kering namun Perawatan masih sedikit terbuka dan dengan belum menyatu sepenuhnya. betadine
luka jahitan memeberikan
Hari ke 15
Luka sudah kering menyatu seutuhnya.
dan
4.2 Pembahasan Pada kasus ini ditemukan adanya sebuah kelereng dalam lambung anjing, setelah dilakukan operasi, anjing ditempatkan pada kandang yang kering dan bersih. Pemantauan pascaoperasi secara intensif dilakukan 2-6 jam setelah operasi, hal ini dilakukan karena masa pemulihan setelah pemberian anastesi ketamin. Pada umumnya suhu tubuh mengalami penurnan dikarenakan obat anastesi bekerja pada pusat pengaturan suhu tubuh di sistem saraf pusat, sehingga suhu tubuh dapat berubah sesuai dengan pengaruh lingkungannya. Menurut Sardjana dan Kusumawati (2004) kondisi ini disebabkan oleh tebal dan lebarnya kain penutup operasi, intensitas lampu operasi, temperatur ruang operasi, dan lama operasi. Luka operasi dipantau dan dijaga kebersihannya selama 15 hari, pemberian antibiotik amoxsan sirup rutin dilakukan selama 5 hari pascaoperasi untuk mengurangi terjadinya infeksi sekunder. Pemberian anti radang dan analgesik berupa ibuprofen sirup selama 5 hari karena disamping mempunyai efek analgesik, ibuprofen juga mempunyai efek antipiretik. Hasil pengamatan hewan pascaoperasi pada hari ke 1 sampai 4, luka operasi masih basah, terlihat adanya peradangan, namun nafsu makan dan minum sudah normal, serta defekasi sudah normal. Menurut Fossum (2000), peradangan pada luka operasi sering diawali dengan perdarahan sehingga luka menjadi basah, dan fase peradangan berlangsung selama 2-3 hari dan bertahan sampai 5 hari. Pada hari ke 6 dan 7 luka masih mengalami peradangan,
12
hewan aktif dan nafsu makan dan minum sangat baik. Mulai hilangnya peradangan pada luka tersebut merupakan efek dari obat anti radang yang diberikan selama 5 hari. Menurut Fossum (2000), secara umum luka akan mengecil sebesar 0,6-0,7 mm per hari. Proses ini akan terhambat oleh adanya fiksasi luka, adanya tarikan pada luka, serta infeksi bakteri. Proses ini juga terhambat jika perkembangan myofibroblast berkurang. Proses ini akan terhenti setelah tepi luka bertemu. Pada hari ke 9 sampai 11 luka sudah kering namun masih sedikit terbuka dan belum menyatu sepenuhnya. Pada hari ke 13 luka sudah kering namun masih sedikit terbuka dan belum menyatu sepenuhnya. Pada hari ke 15 luka sudah kering dan menyatu seutuhnya. Menurut Fossum (2000), pada dasarnya kesembuhan luka dilihat dari proses penanganan pada tepi luka dan perawatan luka pasca operasi yang rutin dibersihkan pagi dan sore. Selain itu kesembuhan sangat tergantung dari segi umur, nutrisi, kondisi hewan, lama kejadian, dan jenis benda asing yang tertelan.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Kesimpulan dari laporan kasus ini adalah: 1. Dari penelusuran anamnesis, pemeriksaan klinis, serta pemeriksaan X-Ray, pada lambung ditemukan adanya benda asing. 2. Pengambilan benda asing yang terdapat pada lambung anjing dilakukan dengan cara gastrotomi. 3. Kesembuhan pascaoperasi menunjukkan kesembuhan yang sempurna pada hari ke 15 5.2 Saran Dengan adanya temuan kasus benda asing pada saluran pencernaan anjing, maka penulis menyarankan: 1. Untuk mencegah masuknya benda asing ke dalam saluran penceraan anjing, pemilik anjing disarankan untuk memperhatikan dan menjaga asupan makanan, agar anjing tidak makan sembarangan. 2. Bila anjing menelan benda asing, harus segera ditangani agar tidak terjadi gangguan yang lebih serius.
13
DAFTAR PUSTAKA Archibald, J. 1985. Canine Surgery 1st ed. American Veterinary Publication. INC. California Fazio, KA. 2006. Diagnosing GI Foreign Bodies. Banfield Fossum, TW. 2000. Small Animal Surgery 2nd ed Mosby. Toronto Kaminang GA, Waleleng BJ, Polii EBI. 2016. Profil Endoskopi Gastrointestinal di RSUP Prof. Dr. R. D. Kanou Manado periode Januari 2016-Agustus 2016. Jurnal eClinic(eCl). Volum 4 Nomor 2, Juli-Desember 2016 Sabiston, JR. 1992. Textbook of Surgery: The Biological Basis of Modern Surgical Practice. The New England Journal of Medicine Publication Sardjana IKW dan Kusumawati, D. 2004. Anastesi Veteriner Jilid 1. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta Senapati SK, Dey S, Dwivedi SK, Varshney JP. 1997. Foreign body induced gastroenteritis in dogs: A case report. J. Rem. Vet. Corps., 36: 111-15 Sudisma IGN, Pemayun IGAGP, Warditha AAGJ, Gorda IW. 2006. Ilmu Bedah Veteriner dan Teknik Operasi. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana. Denpasar Webb J. 2006. Gastrointestinal and esophageal foreign bodies in the dog and cat. Ontario Veterinary College. Ontario
14
LAMPIRAN Lampiran 1. Perhitungan Dosis obat 1. Atropin sulfat Jumlah pemberian = 3 x (0,0 2- 0,04) mg/kgBB = 0,24 – 0,48 ml 0,25 mg/ml Jumlah yang diberikan 0,4 ml 2. Xylazin 2 % Jumlah pemberian = 3 x (1 - 3) mg/kgBB = 0,1 5– 0,45 ml 20 mg/ml Jumlah yang diberikan 0,4 ml 3. Ketamin HCL 10% Jumlah pemberian = 3 x (10 - 15) mg/kgBB = 0,3 – 0,45 ml 100 mg/ml Jumlah yang diberikan 0,4 ml 4. Betamox LA Jumlah pemberian = 3 x (10 -20) mg/kgBB = 0,2 – 0,4 ml 150 mg/ml Jumlah yang diberikan 0,3 ml 5. Amoxsan sirup Jumlah pemberian = 3 x (40 -80) mg/kgBB = 4,8-9,6 ml per hari 25mg/ml Jumlah yang diberikan 3 ml per sekali pemberian, 3 kali sehari selama 5 hari
15
6. Ibuprofen sirup Jumlah pemberian = 3 x 5 mg/kgBB = 0,75 ml per sekali pemberian 20 mg/ml Jumlah yang diberikan 0,75 ml per sekali pemberian, 2 kali sehari selama 5 hari Lampiran 2. Resep Pasca Operasi R/ Amoxsan syrup fl. No. I S.3.d.d. 3 ml # R/ Ibnuprofen syrup fl. No. 1 S. 2. d. d ¾ ml # R/ Enbatic sachet No. 1 S.u.e #
16
Lampiran 3. Dokumentasi Bedah Gastrotomy
a. Foto rontgen posisi ventro dorsal
b. Lambung dikeluarkan kemudian diinsisi
menunjukkan adanya benda asing pada lambung.
c. Proses pengeluaran benda asing dari dalam
d. Benda asing yang ditemukan pada
lambung
lambung
17
e. Proses penjahitan dengan pola lambert pada
f. Peritonium ditutup menggunakan benang
lambung dengan benang vicryl 3-0
vicryl dengan pola jahitan simple interupted
g. Otot dan fascia dijahit dengan pola jahitan
h. Luka pasca operasi pada hari ke 1
subcuticular menggunakan benang chromic cat gut 3-0
18
i. Luka pasca operasi pada hari ke 3
k. Luka pasca operasi pada hari ke 5
l. Luka pasca operasi pada hari ke 7
m. Luka pasca operasi pada hari ke 9
19
n. Luka pasca operasi pada hari ke 11
o. Luka pasca operasi pada hari ke 13
p. Luka pasca operasi pada hari ke 15
20