ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY"M" DENGAN PERDARAHAN POST PARTUM ATAS
INDIKASI
RETENSIO SISA PLASENTA DIRUANG
TINDAKAN KEBIDANAN RSUD
KOTA SAWAHLUNTO
TAHUN 2014
Studi Kasus
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Diploma III Kebidanan
STIKES Purna Bhakti Husada Batusangkar
Oleh :
ELSA WAHYU ILLAHI
NIM. 20115365
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PURNA BHAKTI HUSADA BATUSANGKAR
TAHUN 2014
ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY"M" DENGAN PERDARAHAN POST PARTUM ATAS
INDIKASI
RETENSIO SISA PLASENTA DIRUANG
TINDAKAN KEBIDANAN RSUD
KOTA SAWAHLUNTO
TAHUN 2014
Oleh :
ELSA WAHYU ILLAHI
NIM. 20115365
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PURNA BHAKTI HUSADA BATUSANGKAR
TAHUN 2014
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ILMIAH
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Elsa Wahyu Illahi
NIM : 20115395
Nama Perguruan Tinggi : STIKes Purna Bhakti Husada Batusangkar
Program Studi : Diploma III Kebidanan
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Karya Tukis Ilmiah (KTI) dengan,
Judul : Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Pada Ny"M" Dengan Perdarahan
Post Partum Atas Indikasi Retensio Sisa Plasenta
di Ruang Tindakan Kebidanan RSUD Kota Sawahlunto
Tahun 2014.
Pembimbing : Santi Hariani, S.ST
Tanggal Diuji : April 2014
ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA
Dalam Karya Tulis Ilmiah ini tidak terdapat keseluruhan atau
sebagian tulisan atau gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara
menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang
saya akui seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri tanpa memberikan
pengakuan pada penulis aslinya.
Apabila kemudian hal ini terbukti bahwa saya ternyata melakukan
tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah pemikiran
saya sendiri, saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang
berlaku di akademik termasuk pencabutan gelar ahli madya (Amd Keb)
atau sanksi lain yang berlaku.
Batusangkar, April 2014
Elsa wahyu illahi
NIM. 20115365
PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN
STIKes PURNA BHAKTI HUSADA BATUSANGKAR
STUDI KASUS Februari 2014
Elsa Wahyu Illahi
Asuhan Kebidanan Ibu Nifas pada Ny "M" Dengan Perdarahan Post Partum Atas
Indikasi Retensio Sisa Plasenta Diruang Tindakan Kebidanan RSUD Kota
Sawahlunto Tahun 2014.
ix + 86 Halaman + 8 Tabel + 15 Lampiran
ABSTRAK
Berdasarkan Data Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
tahun 2007 mencatat Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia mencapai
228/100.000 Kelahiran Hidup (KH) sedangkan Tahun 2012 menunjukkan bahwa
Angka Kematian Ibu (AKI) mencapai359/100.000 Kelahiran Hidup (KH). Retensio
sisa plasenta adalah tertinggalnya potongan-potongan plasenta seperti
kotiledon dan selaput plasenta yang menyebabkan terganggunya kontraksi
uterus sehingga sinus-sinus darah tetap terbuka dan perdarahan post partum.
Angka kejadian retensio sisa plasenta di RSUD Kota Sawahlunto tercatat pada
tahun 2012 terdapat 34 kasus retensio sisa plasenta, sedangkan pada tahun
2013 terdapat 31 kasus retensio sisa plasenta. Studi kasus ini bertujuan
agar dapat menerapkan asuhan kebidanan pada ibu post partum dengan sebaik-
baiknya.
Metode yang digunakan dalam studi kasus ini adalah metode dengan
memberikan asuhan pada klien dengan menggunakan asuhan kebidanan 7 langkah
varney dan pendokumentasian SOAP. Teknik pengambilan data yang digunakan
adalah dengan wawancara, observasi dan studi dokumentasi.
Hasil Studi Kasus yang penulis lakukan terhadap Ny "M" tidak ditemui
adanya komplikasi karena dalam memberikan Asuhan sesuai dengan prosedur
yang berlaku dan berlandaskan pada teori. Evaluasi akhir di peroleh setelah
diberikan asuhan kondisi Ny"M"semakin membaik.
Dapat disimpulkan bahwa asuhan kebidanan akan berhasil bila petugas
melakukan tindakan sesuai dengan standar pelayanan operasional/protap yang
berlaku. Disarankan kepada tenaga kesehatan dapat memandang kilen sebagai
biopsikososial yang unik, sehingga klien merasa di hargai, dan bekerja
sesuai dengan standar yang telah di tetapkan.
Daftar bacaan 18 (2008-2013)
PROGRAM STUDY DIII MIDWIFERY
STATE COLLEGE OF HEALTHY PURNA BHAKTI HUSADA BATUSANGKAR
Scientific Paper Writing, Februari 2014
Elsa Wahyu Illahi
Midwifey rear of childbed mother of Mrs"M" by post partum bleed on the
indication Retensio rest placenta in action room of RSUD Sawahlunto
ix + 86 pages + 8 Table + 15 enclosure
ABSTRACT
Based on survey Demografi and SDKI data 2007 dead rate of mother is
228/ 100.000 live birt, whereas in 2012 shows that died rete up to
359/100.000 live birth. Retensio of rest placenta is pieces of placenta
left such as kotiledon and placenta membrane that cause of uterus of uterus
contraction disturbance so sinus of bleed open and bleading post partum.
The member of retensio rest placenta in RSUD Sawahlunto in 2012, there are
34 cases retensio rest placenta whereas in 2013 there are 31 retensio rest
placenta. this study case is to apply midwifery to this post partum mom as
well.
The method of this study case is by giving midwife to client by using
midwifery 7 steps of Varney and SOAP documentation. The teknology the data
by interview, observation, and documentasy study.
The result of study case that the writer did of Mrs "M" is there no
complication because it by giving this midwife it table with the procedure
and based on thermy it is given by after giving this, the condition of Mrs
"M" is getty well.
It can be concluded thet midwifery by post partum on retensio
induction of rest plasenta will get result if the staff does the action
based on the prosedure for healthorder can see the clien as uniqe
biopisikosocial in order to be appreciated.
Bibliography : 18 (2008-2013)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. IDENTITAS
Nama : Elsa Wahyu Illahi
N I M : 20115365
Tempat /Tgl Lahir : Tanjung Ampalu / 02 September 1992
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Jumlah saudara : 1 (Satu)
Anak Ke : 1 (Satu)
Negeri Asal : Sijunjung - SUMBAR
Suku Bangsa : Minang/Indonesia
Status : Mahasiswi
Alamat : Sungai Tarab
Nama Orang Tua
Ayah : Harmunis
Ibu : Nurwahida
Pekerjaan
Ayah : Wiraswasta
Ibu : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Ps. Tanjung Ampalu, Sijunjung
B. PENDIDIKAN
1999 - 2005 : SD N 13 Koto VII, Lima koto, Kab.Sijunjung
2005 - 2008 : SMP N 2 Sijunjung
2008 - 2011 : SMK N 1 Sijunjung
2011 - Sekarang : D III Kebidanan STIKes Purna Bhakti Husada
Batusangkar
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas
karuniaNya lah peneliti dapat menyelesaikan laporan studi kasus ini yang
berjudul " Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Pada Ny "M " Dengan Perdarahan Post
Partum Atas Indikasi Retensio Sisa Plasenta Di Ruang Tindakan Kebidanan
RSUD Kota Sawahlunto Tahun 2014 ". Studi Kasus ini diajukan dalam rangka
memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan Pendidikan program Studi D III
Kebidanan STIKes Purna Bakti Husada Batusangkar.
Dalam penyusunan Studi Kasus ini peneliti banyak mengalami hambatan
dan kesulitan baik dari segi penulisan maupun referensinya. Tapi berkat
bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak hamabatan itu dapat diatasi.
Oleh sebab itu pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih kepada
pihak yang telah membantu khususnya kepada yang terhormat :
1. Bapak Mawardi Umar, SKM selaku Ketua Yayasan STIKes Purna Bakti Husada
Batusangkar.
2. Ibu Dr. Yulastri Arif, M.Kep selaku ketua STIKes Purna Bakti Husada
Batusangkar.
3. Ibu Dewi Anas S. SiT selaku Kepala Program Studi D III Kebidanan di
STIKes Purna Bakti Husada Batusangkar.
4. Ibu Santi Hariani, S.ST selaku pembimbing yang telah memberikan
masukan dan saran untuk kesempurnaan Studi Kasus ini.
5. Ibu Tim Penguji I dan II yang telah memberikan kritikan dan saran
dalam penyusunan Studi Kasus ini.
6. Bapak Direktur beserta staf RSUD Kota Sawahlunto.
7. Bapak dan ibu dosen Program Studi D III Kebidanan yang telah
memberikan ilmu pengetahuan, bimbingan, serta nasehat selama menjalani
pendidikan
8. Orang tua tercinta, adik terkasih dan keluarga tersayang yang telah
memberikan dukungan doa, materil dan perhatian yang tidak terhingga.
9. Para sahabat yang telah sama-sama berjuang dalam suka dan duka dalam
menjalani pendidikan ini.
10. Semua pihak yang telah ikut andil dalam membantu baik tenaga maupun
pikiran dalam penyelesaian laporan studi kasus ini. Semoga semua
bantuan dan bimbingan yang telah diberikan pada peneliti mendapatkan
balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT
Peneliti menyadari bahwa penyusunan Studi Kasus ini masih jauh dari
kata sempurna, untuk itu peneliti mengharapkan kritik dan saran demi
penyempurnaan Studi Kasus ini. Semoga Studi Kasus ini bermanfaat bagi kita
semua terutama mahasiswa kebidanan. Akhir kata peneliti ucapkan terima
kasih.
Batusangkar, April 2014
Peneliti
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
PERNYATAAN KEASLIAN
ABSTRAK
ABSTRACT
HALAMAN PENYATAAN PERSETUJUAN ...... i
HALAMAN PERNYATAN PENGUJI ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
........................................................... iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR LAMPIRAN ix
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang 1
Tujuan 4
Manfaat 5
Ruang Lingkup 7
BAB II TINJAUAN TEORI
1. Konsep Dasar Kebidanan 8
Varney 8
SOAP 13
2. Konsep Dasar Kasus Kebidanaan 16
Nifas 16
perdarahan post partum 32
Retensio Sisa Plasenta 36
3. Pengkajian Manajemen Kebidanan 39
Manajemen Varney 39
Manajemen SOAP 46
BAB III METODE PENELITIAN
Disain Penelitian………………………………………… …. 48
Waktu Dan Tempat Penelitian ……………………………. 48
Teknik Pengumpulan Data…………………………….… 48
Sumber Dan Jenis Data …………………………………. 49
Etika Penelitian …………………………………………… 49
BAB IV TINJAUAN KASUS
Manajemen Asuhan Kebidanan Varney………………………… 51
4.1.1 Pengkajian
.....................................................................
.... 51
4.1.2 Interpertasi Data
..............................................................
60
4.1.3 Identifikasi Masalah dan Diagnosa Potensial ...........
61
4.1.4 Identifikasi Kebutuhan yang Memerlukan Tindakan
Segera
.....................................................................
........... 61
4.1.5 Rencana Asuhan
..............................................................
61
4.1.6 Pelaksanaan Asuhan
........................................................ 62
4.1.7 Evaluasi
.....................................................................
........ 63
4.2 Pendokumentasian Asuhan secara SOAP ...........................
64
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Pembahasan Demografi…………………………………….. 78
5.2 pembahasan teoritis dengan penelitian……………………. 78
5.2.1 Pengkajian
.....................................................................
79
5.2 Interpertasi Data
..............................................................
80
5.3 Identifikasi Masalah dan Diagnosa Potensial .............
82
5.4 Identifikasi Kebutuhan yang Memerlukan Tindakan
Segera …………………………………………………… 82
5.5 Perencanaan Asuhan
......................................................... 82
5.6 Pelaksanaan Asuhan
......................................................... 83
5.7 Evaluasi
.....................................................................
......... 84
BAB VI PENUTUP
1. Kesimpulan
......................................................................
....... 85
2. Saran
......................................................................
................. 86
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
No. Tabel Hal
Tabel 2.1 Penilaian Klinik Penyebab Perdarahan Post
partum.............................. 36
Tabel 4.2.1 Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Ny. "M"
Dengan Perdarahan Post Partum Atas Indikasi Retensio Sisa Plasenta
Diruang Tindakan Kebidanan RSUD Kota Sawahlunto Tahun
2014.................... 66
Tabel 4.2.2 Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Ny. "M"
Dengan Perdarahan Post Partum Atas Indikasi Retensio Sisa Plasenta
Diruang Tindakan Kebidanan RSUD Kota Sawahlunto Tahun
2014.................... 68
Tabel 4.2.3 Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Ny. "M"
Dengan Perdarahan Post Partum Atas Indikasi Retensio Sisa Plasenta
Diruang Tindakan Kebidanan RSUD Kota Sawahlunto Tahun
2014.................... 71
Tabel 4.2.4 Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Ny. "M"
Dengan Perdarahan Post Partum Atas Indikasi Retensio Sisa Plasenta
Diruang Tindakan Kebidanan RSUD Kota Sawahlunto Tahun
2014.................... 73
Tabel 4.2.5 Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Ny. "M"
Dengan Perdarahan Post Partum Atas Indikasi Retensio Sisa Plasenta
Diruang Tindakan Kebidanan RSUD Kota Sawahlunto Tahun
2014.................... 75
Tabel 4.2.6 Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Ny. "M"
Dengan Perdarahan Post Partum Atas Indikasi Retensio Sisa Plasenta
Diruang Tindakan Kebidanan RSUD Kota Sawahlunto Tahun
2014.................... 77
Tabel 4.2.7 Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Ny. "M"
Dengan Perdarahan Post Partum Atas Indikasi Retensio Sisa Plasenta
Diruang Tindakan Kebidanan RSUD Kota Sawahlunto Tahun
2014.................... 79
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Lampiran
1. Pernyataan Persetujuan Menjadi Responden
2. Informed Consent
3. Jadwal Kunjungan Asuhan Kebidanan
4. Satuan Acara Penyuluhan (SAP)
5. Dokumentasi foto
6. Ghanchart
7. Surat Rekomendasi dari Kampus untuk Pengambilan Data
8. Surat Izin Pengambilan Data dari KESBANGPOL
9. Surat Balasan Pengambilan Data Dari RSUD Kota Sawahlunto
10. Surat Rekomendasi dari Kampus untuk Penelitian
11. Surat Izin Penelitian dari KESBANGPOL
12. Surat Balasan Penelitian dari RSUD Kota Sawahlunto
13. Lembar Oponen
14. Bukti Penyerahan Daftar Pustaka
15. Lembar Konsul
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
World Health Organization (WHO) memperkirakan lebih dari 585.000
ibu meninggal di berbagai belahan dunia disebabkan oleh kehamilan,
persalinan dan nifas (Prawirohardjo, 2009;P.3). Angka Kematian Ibu
(AKI) di Indonesia masih termasuk tinggi dibandingkan dengan negara-
negara di Asia lainnya misalnya Thailand dengan Angka Kematian Ibu
(AKI) 130/100.000 Kelahiran Hidup (KH). (http://www.depkes.go.id)
Berdasarkan Data Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
tahun 2007 mencatat Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia mencapai
228/100.000 Kelahiran Hidup (KH) sedangkan Tahun 2012 menunjukkan
bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) mencapai359/100.000 Kelahiran Hidup
(KH). Angka Kematian Ibu (AKI) yang masih tinggi menunjukkan rawannya
derajat kesehatan ibu dan targetMillenium Development Goals (MDGs)
untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia pada tahun 2015
adalah 102 /100.000 kelahiran hidup masih jauh dari harapan. Menurut
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, penyebab
kematian ibu terbanyak di Indonesia meliputi perdarahan 27%, Eklamsia
23%, dan 11% disebabkan infeksi komplikasi dan traumatic obstetric.
(www.depkes.go.id)
Tinggi rendahnya Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi ukuran
kemampuan pelayanan obsetrik suatu Negara. Indonesia dengan Angka
Kematian Ibu (AKI) 359 per 100.000 persalinan hidup menunjukkan bahwa
kemampuan pelayanan obsetrik belum menyentuh masyarakat dengan cakupan
bermutu dan menyeluruh. (Manuaba,dkk,2009;.4).
Perdarahan post partum bukanlah suatu diagnosis akan tetapi
suatu kejadian yang harus dicari penyebabnya, misalnya perdarahan post
partum karena atonia uteri, perdarahan post partum oleh karena robekan
jalan lahir, perdarahan post partum oleh karena sisa plasenta atau
oleh karena gangguan pembekuan darah. Sifat perdarahan pada perdarahan
post partum bisa banyak,
bergumpal-gumpal sampai menyebabkan syok atau terus merembes sedikit
demi sedikit tanpa henti (Sarwono, 2008).
Perdarahan, khususnya perdarahan post partum yang disebabkan
karena retensio sisa plasenta dimana tertinggalnya sisa plasenta atau
selaput plasenta didalam rongga rahim yang mengakibatkan perdarahan
post partum dini (early post partum hemorrhage) atau perdarahan post
partum lambat (post partum hemorrhage) yang biasanya terjadi dalam 6-
10 hari pasca persalinan. Apabila pada pemeriksaan USG diperoleh
kesimpulan adanya sisa plasenta tahap pertama bisa dilakukan
eksplorasi digital (jika servik terbuka) untuk mengeluarkan bekuan
darah atau jaringan. Bila servik hanya dapat dilalui oleh instrument,
lakukan evakuasi sisa plasenta dengan kuretase. Bidan dapat
berkolaborasi dengan dokter untuk melakukan kuretase.
Berdasarkan profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumatra Barat pada
tahun 2011 angka kematian ibu 228/100.000 kelahiran hidup, sedangkan
pada tahun 2012 angka kematian ibu sebanyak 212/100.000 kelahiran
hidup. (profil Dinkes Sumbar 2012). Hal ini menunjukkan adanya
penurunan angka kematian ibu, namun untuk mencapai target Millenium
Development Goals (MDGs) pada tahun 2015 yaitu menurunkan angka
kematian ibu menjadi 102/100.000 kelahiran hidup masih jauh dari
harapan. ( http.profil dinkes sumbar.go.id)
Menurut data rekam medik RSUD Kota Sawahlunto bahwa dari
Januari sampai Desember 2012 didapat angka kejadian retensio Sisa
plasenta sebanyak 34 orang dari total persalinan 896 orang (3,79%),
sedangkan dari Januari sampai Desember 2013 didapat angka kejadian
retensio sisa plasenta sebanyak 31 orang dari total persalinan 839
orang (3,69%).
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan bidan di ruang
tindakan kebidanan didapat bahwa penatalaksanaan pada kasus Retensio
Sisa Plasenta adalah manajemen aktif kala III, manual plasenta dan
kuretase. Berkolaborasi dengan dokter spesialis Obgyn dan Ginekologi
dalam pemberian obat-obatan, infus, dan transfusi darah.
Perdarahan post partum karena retensio sisa plasenta memerlukan
perhatian khusus, pengawasan intensif dan penanganan yang cepat dan
tepat. Perdarahan post partum karena retensio sisa plasenta apabila
penanganannya tidak tepat akan menyebabkan kematian pada ibu.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti
Asuhan kebidanan Pada Ibu Nifas Dengan Perdarahan post partum atas
Indikasi Retensio Sisa Plasenta di Ruang Kebidanan RSUD Kota
Sawahlunto Tahun 2014.
2. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Untuk dapat menerapkan Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Pada Ny"M"
dengan Perdarahan Post Partum Atas Indikasi Retensio Sisa Plasenta
di Ruang Tindakan Kebidanan RSUD Kota Sawahlunto Tahun 2014.
2. Tujuan khusus
1) mampu melakukan pengkajian data secara menyeluruh terhadap Ibu
Nifas Ny"M" dengan Perdarahan Post Partum Atas Indikasi Retensio
Sisa Plasenta di Ruang Tindakan Kebidanan RSUD Kota Sawahlunto
Tahun 2014.
2) Mampu menginterpretasikan data dasar dan merumuskan diagnosa
kebidanan Ibu Nifas pada Ny"M" dengan Perdarahan Post Partum
Atas Indikasi Retensio Sisa Plasenta di Ruang Tindakan Kebidanan
RSUD Kota Sawahlunto Tahun 2014.
3) Mampu mengidentifikasi masalah dan menentukan diagnosa potensial
yang mungkin timbul pada Ibu Nifas Ny"M" dengan Perdarahan Post
Partum Atas Indikasi Retensio Sisa Plasenta di Ruang Tindakan
Kebidanan RSUD Kota Sawahlunto Tahun 2014.
4) Mampu menentukan tindakan segera pada Ibu Nifas Ny"M" dengan
Perdarahan Post Partum Atas Indikasi Retensio Sisa Plasenta di
Ruang Tindakan Kebidanan RSUD Kota Sawahlunto Tahun 2014.
5) Mampu membuat rencana asuhan kebidanan Ibu Nifas pada Ny"M"
dengan Perdarahan Post Partum Atas Indikasi Retensio Sisa
Plasenta di Ruang Tindakan Kebidanan RSUD Kota Sawahlunto Tahun
2014.
6) Mampu melaksanakan tindakan asuhan kebidanan Ibu Nifas pada
Ny"M" dengan Perdarahan Post Partum Atas Indikasi Retensio Sisa
Plasenta di Ruang Tindakan Kebidanan RSUD Kota Sawahlunto Tahun
2014.
7) Mampu mengevaluasi tindakan asuhan kebidanan Ibu Nifas pada
Ny"M" dengan Perdarahan Post Partum Atas Indikasi Retensio Sisa
Plasenta di Ruang Tindakan Kebidanan RSUD Kota Sawahlunto Tahun
2014.
8) Mampu mendokumentasikan asuhan – asuhan yang telah diberikan
pada Ibu nifas Ny"M" dengan Perdarahan Post Partum Atas Indikasi
Retensio Sisa Plasenta dengan pendokumentasian SOAP di Ruang
Tindakan Kebidanan RSUD Kota Sawahlunto Tahun 2014.
9) Mampu mengidentifikasikan kesenjangan teori dan praktek pada
penatalaksanaan Perdarahan Post Partum karena Retensio Sisa
Plasenta pada Ibu Nifas Ny"M" di Ruang Tindakan Kebidanan RSUD
Kota Sawahlunto Tahun 2014.
3. Manfaat
1. Aplikatif
1) Bagi penulis
Meningkatkan kemampuan peneliti dalam menerapkan asuhan
kebidanan ibu nifas pada Ny"M" dengan Perdarahan Post Partum atas
Indikasi Retensio Sisa Plasenta. Menambah wawasan dan kemampuan
peneliti sehingga dapat melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas
Ny"M" dengan Perdarahan post partum atas indikasi Retensio Sisa
Plasenta.
2) Bagi petugas kesehatan
Sebagai bahan bagi petugas kesehatan dalam upaya meningkatkan
asuhan kebidanan pada pasien di RSUD Kota Sawahlunto.
3) Bagi klien dan keluarga
Klien dan keluarga mendapatkan perawatan dan tindakan segera
tentang perdarahan post partum, mendapatkan asuhan kebidanan sesuai
dengan standar pelayanan kebidanan yang merupakan hak pasien dan
sebagai pedoman atau asuhan dalam upaya meningkatkan kesehatan serta
keselamatan ibu.
2. Keilmuan
1) Bagi institusi pendidikan
Sebagai bahan bacaan perbandingan dan acuan untuk
peneliti selanjutnya dan menambah wawasan mahasiswa tentang
pelaksanaan kasus Perdarahan post partum atas indikasi retensio sisa
plasenta.
3. Metodelogi
1) Bagi peneliti lain
Penelitian ini dapat digunakan untuk pengembangan penelitian
lebih lanjut kepada yang berminat dalam lingkungan yang sama dengan
asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan Perdarahan post partum atas
indikasi retensio sisa plasenta.
4. Ruang Lingkup
Pembuatan laporan studi kasus ini untuk mengetahui asuhan
kebidanan ibu nifas pada Ny"M"dengan Perdarahan post partum atas
Indikasi Retensio sisa Plasenta. Studi kasus ini akan dilaksanakan
pada bulan Januari sampai bulan April tahun 2014, yang akan dilakukan
diruang tindakan kebidanan RSUD Kota Sawahlunto.
Dalam studi kasus ini masalah yang dibahas berkaitan Ibu Nifas
Pada Ny"M" Dengan Perdarahan post partum atas Indikasi Retensio sisa
Plasenta, dengan menerapkan asuhan kebidanan dalam pola pikir Varney
dan di dokumentasikan dalam bentuk SOAP.
Metode yang dilakukan dengan memberikan asuhan melalui wawancara
dan observasi terhadap ibu nifas Dengan Perdarahan post partum atas
Indikasi Retensio Sisa Plasenta. Adapun ruang lingkup Studi Kasus ini
dimulai dari pengkajian data, interpertasi data, identifikasi masalah
dan diagnosa potensial, tindakan segera,kolaborasi dan rujukan,
rencana asuhan, pelaksanaan dan evaluasi.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
1. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan
1. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Varney
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan
tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan
dalam rangkaian/tahapan yang logis untuk pengambilan keputusan yang
berfokus pada klien. ( Soepardan, 2008:P.96 ).
Proses manajemen terdiri dari tujuh langkah yang berurut.
Dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi.
Ketujuh langkah tersebut adalah sebagai berikut :
Setiap langkah dalam manajemen kebidanan menurut Helen Varney
akan dijabarkan sebagai berikut :
Langkah 1 : Pengumpulan Data Dasar.
Pada langkah pertama dikumpulkan semua informasi atau data yang akurat
dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk
memperoleh data dilakukan dengan cara :
1. Anamnesis
Anamnesis dilakukan untuk mendapatkan biodata, riwayat menstruasi,
riwayat kesehatan, riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas, biopsikososial
spiritual serta pengetahuan klien.
a. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-
tanda fital, meliputi :
1) Pemeriksaan khusus (inspeksi, palpasi, auskultasi,
dan perkusi).
2) Pemeriksaan penunjang (laboratorium dan catatan terbaru serta
catatan sebelumnya.
Dalam manajemen kolaborasi bila klien mengalami komplikasi
yang perlu dikonsultasikan kepada dokter, bidan akan melakukan
upaya konsultasi. Tahap ini merupakan langkah awal yang akan
menentukan langkah berikutnya sehingga kelengkapan data sesuai
dengan kasus yang dihadapi akan menentukan benar tidaknya proses
interprestasi pada tahap selanjutnya. Oleh karena itu pendekatan
ini harus komprehensif, mencakup data subjektif, data objektif,
dan hasil pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan keadaan klien
yang sebenarnya serta valid. Kaji ulang data yang sudah
dikumpulkan apakah sudah tepat, lengkap dan akurat.
Langkah 2 : Interpretasi Data Dasar
Pada langkah kedua dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau
masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah
dikumpulkan. Data dasar tersebut kemudian diinterpretasikan sehingga dapat
dirumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik. Baik rumusan diagnosis
maupun masalah, keduanya harus ditangani. Meskipun masalah tidak dapat
diartikan sebagai diagnosis, tetapi tetap membutuhkan penanganan.Masalah
sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami wanita yang
diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian. Masalah juga
sering menyertai diagnosis.
Langkah 3 : Mengidentifikasi Diagnosa/Masalah Potensial dan mengantisipasi
penanganannya.
Pada langkah ini mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosa
potensial berdasarkan diagnosa/masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah
ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Pada
langkah ketiga ini bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah
potensial tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan terjadi tetapi
juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau diagnosa potensial
tidak terjadi. Langkah ini bersifat antisipasi yang rasional dan logis.
Langkah 4 : Menetapkan Kebutuhan Tindakan Segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan/dokter dan untuk
dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang
lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah ini mencerminkan kesinambungan
dari proses penatalaksanaan kebidanan. Jadi, penatalaksanaan bukan hanya
selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja tetapi juga
selama wanita tersebut bersama bidan terus-menerus.Hal ini menunjukkan
bahwa bidan dalam melakukan tindakan harus sesuai dengan prioritas
masalah/kebutuhan yang dihadapi kliennya.Setelah bidan merumuskan tindakan
yang perlu dilakukan untuk mengantisipasi diagnosa/masalah pada langkah
sebelumnya, bidan juga harus merumuskan tindakan segera untuk ditangani
baik ibu maupun bayinya. Dalam rumusan ini termasuk tindakan segera yang
mampu dilakukan secara mandiri, kolaborasi atau yang bersifat rujukan.
Langkah 5 : Menyusun Rencana Asuhan
direncanakan asuhan yang menyeluruh yang ditentukan oleh langkah-
langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan penatalaksanaan
terhadap masalah atau diagnosa yang telah teridentifikasi atau
diantisipasi.Pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat
dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa-apa
yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari masalah yang
berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita
tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah
dibutuhkan penyuluhan konseling dan apakah perlu merujuk klien bila ada
masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi kultural atau masalah
psikologi.
Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu
oleh bidan dan klien agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien
juga akan melaksanakan rencana tersebut. Semua keputusan yang dikembangkan
dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional dan benar-benar valid
berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date serta sesuai dengan
asumsi tentang apa yang akan dilakukan klien.
Langkah 6 : Implementasi
Pada langkah ke enam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah
diuraikan pada langkah ke lima dilaksanakan secara aman dan efisien.
Perencanaan ini dibuat dan dilaksanakan seluruhnya oleh bidan atau sebagian
lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Walaupun bidan tidak
melakukannya sendiri, bidan tetap bertanggung jawab untuk mengarahkan
pelaksanaannya.
Dalam kondisi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani
klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam
penatalaksanaan asuhan bagi klien adalah tetap bertanggung jawab terhadap
terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh pelaksanaan yang
efisien akan menyangkut waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dan asuhan
klien.
Langkah 7 : Evaluasi
Evaluasi dilakukan secara siklus dan dengan mengkaji ulang aspek
asuhan yang tidak efektif untuk mengetahui faktor mana yang menguntungkan
atau menghambat keberhasilan asuhan yang diberikan.Pada langkah terakhir
ini dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan. Ini
meliputi evaluasi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah
terpenuhi sebagaimana diidentifikasi didalam diagnosis dan masalah. Rencana
tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam
pelaksanaannya.
Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut efektif sedang
sebagian lagi belum efektif. Mengingat bahwa proses manajemen asuhan
merupakan suatu yang berkesinambungan maka bidan perlu mengulang kembali
setiap asuhan yang tidak efektif melalui proses manajemen untuk
mengidentifikasi mengapa rencana asuhan tidak berjalan efektif serta
melakukan penyesuaian pada rencana asuhan tersebut (Soepadan, 2008:P.96-
102).
2. Pendokumentasian SOAP
A. Pengertian Dokumentasi
Dokumentasi adalah catatan otentik atau dokumen asli yang dapat
dijadikan bukti dalam persoalan hukum sedangkan dokumentasi kebidanan
merupakan bukti pencatatan dan pelaporan berdasarkan komunikasi
tertulis yang akurat dan lengkap yang dimiliki oleh bidan dalam
melakukan asuhan kebidanan dan berguna untuk kepentingan klien, tim
kesehatan serta kalangan bidan sendiri. (Wildan, 2009:P.2).
Merupakan catatan permanen, sumber informasi, memfasilitasi
pemberian asuhan yang berkesinambungan, memudahkan evaluasi
pelaksanaan implementasi asuhan, menjadi sumber data catatan
nasional, riset dan statistik mortalitas atau morbiditas serta
merupakan sumber untuk meningkatnya mutu pemberian pelayanan,
merupakan sumber dalam penyusunan standar pelayanan dan merupakan
sumber belajar.
B. Manfaat Dokumentasi
1. Sebagai bukti yang sah
2. Sebagai sarana komunikasi antara tenaga kesehatan
3. Sebagai gambaran/ patokan untuk mengikuti perkembangan dan
evaluasi pasien.
4. Sebagai sumber daya yang penting untuk penelitian danpendidikan
5. Sebagai suatu sarana bagi bidan dalam perannya sebagai pembela
(advokat) pasien.
C. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan
Metode pendokumentasian yang dgunakan dalam asuhan kebidanan
adalah SOAP yang merupakan singkatan dari :
1. S ( Subjektif )
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data
pasien melalui anamnesa.
2. O ( Objektif )
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik
klien, hasil laboratorium atau tes diagnostik lain yang
dirumuskan dalam fokus untuk mendukung assessment.
3. A ( Assessment )
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan
interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu
identifikasi terdapat diagnosa, masalah, serta antisipasi
diagnosa lain/masalah potensial.
4. P ( Plan )
Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan dan
evaluasiberdasarkan assessment.
D. Alasan Penggunaan SOAP dalam Pendokumentasian
Pendokumentasian metoda SOAP merupakan kemajuan informasi yang
sistematis yang mengorganisir penemuan dan kesimpulan serta menjadi
suatu rencana asuhan.
Metoda ini merupakan penyaringan intisari dari proses
penatalaksanaan kebidanan untuk tujuan pendokumentasian asuhan.
SOAP merupakan urutan pikiran yang dapat membantu anda dalam
mengorganisir pikiran anda dan memberikan asuhan yang
menyeluruh.
Langkah- Langkah Pendokumentasian
1. Tahap I : Pendokumentasian Data Subjektif dan Objektif.
Semua data yang telah dikumpulkan didokumentasikan ke dalam
format pendokumentasian sesuai dengan situasi klien tersebut.
2. Tahap II : Pendokumentasian Hasil Assesment.
Setelah data subjektif dan objektif didokumentasikan, hasil
assessment data yang akurat berupa diagnosa atau masalah yang
spesifik didokumentasikan sesuai dengan nomenklatur diagnosa
kebidanan. Hal yang diassesment adalah diagnosa dan masalah,
diagnosa dan masalah potensial, kebutuhan akan tindakan segera.
3. Tahap III : Menyusun Rencana Asuhan.
Rencana asuhan yang sudah dirumuskan dengan mencangkup
setiap hal yang berkaitan dengan semua aspek asuhan kesehatan
yang disetujui oleh kedua belah pihak yaitu bidan dan klien
didokumentasikan agar dapat dilaksanakan dengan efektif.
4. Tahap IV : Pelaksanaan Asuhan yang Telah Direncanakan dengan
Memperhatikan Efisiensi dan Keamanan Tindakan.
a. Pelaksanaan asuhan didokumentasikan dalam lembar pelaksanaan
asuhan.
b. Bidanperlu memonitoring pendokumentasian setiap tindakan.
c. Bidan tidak melakukan sendiri semua asuhan.
d. Merupakan data yang menjadi bahan kajian bidan.
5. Tahap V : Mendokumentasikan Evaluasi Keefektifan
Pelaksanaan Rencana Asuhan. (Wildan :2009:P. 2-3 )
2. Konsep Dasar Kasus Kebidanan
1. Nifas
A. Definisi
Nifas sering juga disebut dengan puerperium. Puerperium berasal
dari bahasa latin yang terdiri dari kata Puer (bayi), Parous
(melahirkan). Pengertian masa nifas (puerperium) ini ada bermacam –
macam di dalam buku, tetapi inti dari pengertian tersebut adalah sama,
diantaranya:
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan
berakhir ketika alat – alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil. Masa nifas berlangsung selama kira – kira 6 minggu. (Saleha,
2009:P.2)
Masa nifas atau puerperalis dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya
plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu
(Winkjosastro,dkk.2010:P.356)
Masa nifas didefinisikan sebagai periode selama dan tepat
setelah kelahiran, namun secara populer, diketahui istilah tersebut
mencakup 6 minggu berikutnya saat terjadi involusi kehamilan normal.
(Cunningham,Dkk.2009:P.381)
Masa nifas disebut juga masa post partum atau puerperium adalah
masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari
rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali
organ-organ yang berkaitan dengan kandungannya. (Suherni.2009:P.1)
Berdasarkan pengertian para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa
masa nifas adalah masa setelah persalinan yang diperlukan oleh seorang
ibu untuk memulihkan kembali alat – alat reproduksinya seperti keadaan
sebelum hamil yang berlangsung selama 6 minggu.
B. Perubahan – Perubahan Pada Masa Nifas
Perubahan – perubahan pada nifas (puerperium) ini sangat penting
agar dapat membantu dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas.
Perubahan – perubahan tersebut terbagi atas 2 bagian :
a. Perubahan Fisiologi
1) Perubahan Pada Uterus
a) Perubahan pada pembuluh darah uterus
Kehamilan yang sukses membutuhkan peningkatan aliran darah
uterus yang cukup besar.Untuk menyuplainya, arteri dan vena di
dalam uterus terutama di plasenta menjadi luar biasa membesar,
begitu juga pembuluh darah ke dan dari uterus.
Setelah kelahiran, caliber pembuluh darah ekstra uterin
berkurang sampai mencapai atau paling tidak mendekati keadaan
sebelum hamil.
b) Perubahan pada serviks dan segmen bawah uterus
Tepi luar serviks, yang berhubungan dengan os eksternum,
biasanya mengalami laserasi terutama di bagian lateral. Ostium
serviks berkontraksi perlahan, dan beberapa hari setelah bersalin
ostium serviks hanya dapat ditembus oleh dua jari.Pada akhir minggu
pertama, ostium tersebut telah menyempit, serviks menebal dan kanal
kembali terbentuk.
Segmen bawah uterus yang mengalami penipisan cukup bermakna
akan berkontraksi dan tertarik kembali, tapi tidak sekuat pada
korpus uteri. Dalam waktu beberapa minggu, segmen bawah telah
mengalami perubahan dari sebuah struktur yang tampak jelas dan
cukup besar untuk menampung hampir seluruh kepala janin, menjadi
isthmus uteri yang hampir tak terlihat dan terletak di antar korpus
uteri di atasnya dan os internum serviks di bawahnya
c) Involusi Korpus Uteri
Setelah 2 hari pertama, uterus mulai menyusut, sehingga
dalam 2 minggu organ ini telah turun ke rongga panggul sejati.Organ
ini mencapai ukuran seperti semula sebelum hamil dalam waktu
sekitar 4 minggu. Uterus segera setelah melahirkan mempunyai berat
sekitar 1000 g. akibat involusi, 1 minggu kemudian beratnya sekitar
500 g, pada akhir minggu keduaturun menjadi sekitar 300 g, dan
segera setelah itu menjadi 100 g atau kurang.
d) Lokhia
Pada awal masa nifas, peluruhan jaringan desidua menyebabkan
keluarnya discharge vagina dalam jumlah bervariasi, duh ini disebut
lokhia. Secara mikroskopis, lokhia terdiri atas eritrosit, serpihan
desidua, sel – sel epitel dan bakteri.
Selama beberapa hari pertama setelah melahirkan, kandungan
darah dalam lokhia cukup banyak sehingga warnanya merah yang
disebut lokhia rubra. Setelah 3 atau 4 hari, lokhia menjadi sangat
memucat yang disebut lokhia serosa, setelah 10 hari, akibat
campuran leukosit dan berkurangnya kandungan cairan, lokhia menjadi
berwarna putih atau putih kekuningan yang disebut lokhia alba.
e) Regenerasi Endometrium
Dalam waktu 2 atau 3 hari setelah pelahiran, sisa desidua
berdiferensiasi menjadi dua lapisan.Stratum superficial menjadi
nekrotik, dan terkelupas bersama lokhia.Stratum basal yang
bersebelahan dengan miometrium tetap utuh dan merupakan sumber
pembentukan endometrium baru.Endometrium terbentuk dari proliferasi
sisa – sisa kelenjer endometrium dan stroma jaringan ikat antar
kelenjer tersebut.
Proses regenerasi endometrium berlangsung cepat, kecuali pada
tempat melekatnya plasenta. Dalam satu minggu atau lebih, permukaan
bebas menjadi tertutup oleh epitel dan seluruh endometrium pulih
kembali dalam minggu ketiga.
f) Subinvolusi
Istilah ini menggambarkan suatu keadaan menetapnya atau
terjadinya retardasi involusi, proses yang normalnya menyebabkan
uterus nifas kembali ke bentuk semula. Proses ini disertai
pemanjangan masa pengeluaran lokhia dan perdarahan uterus yang
berlebihan dan irregular dan terkadang juga disertai perdarahan
hebat. Pada pemeriksaan bimanual, uterus teraba lebih besar dan
lebih lunak disbanding normal untuk periode nifas tertentu.
Penyebab subinvolusi yang telah diketahui antara lain retensi
potongan plasenta dan infeksi panggul.
g) Involusi tempat melekatnya plasenta
Menurut Williams (1931), ekstrusi lengkap tempat melekatnya
plasenta perlu waktu sampai 6 minggu. Segera setelah pelahiran,
tempat melekatnya plasenta kira – kira berukuran sebesar telapak
tangan, tetapi dengan cepat ukurannya mengecil. Pada akhir minggu
kedua, diameternya hanya 3 sampai 4 cm.
2) Perubahan Pada Traktus Urinarius
Kehamilan normal biasanya disertai peningkatan cairan
ekstraselular yang cukup bermakna, dan diuresis masa nifas
merupakan pembalikan fisiologis dari proses ini. Diuresis biasanya
terjadi antara hari kedua dan kelima, bahkan bila wanita tersebut
tidak mendapat infus cairan intravena yang berlebihan selama
persalinan dan pelahiran.
Kandung kemih masa nifas mempunyai kapasitas yang bertambah
besar dan relatif tidak sensitif terhadap tekanan dilatasi akan
kembali ke keadaan sebelum hamil mulai dari minggu kedua sampai
minggu kedelapan setelah pelahiran. (Cunningham, Dkk.2009;381-383).
3) Perubahan Pada Vagina dan Perineum
Segera setelah pelahiran, vagina tetap terbuka lebar, mungkin
mengalami beberapa derajat edema dan memar, dan celah pada
introitus.Setelah satu hingga dua hari pertama pascapartum, tonus
otot vagina kembali, celah vagina tidak lebar dan vagina tidak lagi
edema.Sekarang vagina menjadi berdinding lunak, lebih besar dari
biasanya, dan umumnya longgar. Ukurannya menurun dengan kembalinya
rugae vagina sekitar minggu ketiga pascapartum. Ruang vagina selalu
sedikit lebih besar daripada sebelum kelahiran pertama. Akan tetapi,
latihan pengencangan otot perineum akan mengembalikan tonusnya dan
memungkinkan wanita secara perlahan mengencangkan vaginanya.
Pengencangan ini sempurna pada akhir puerperium dengan latihan setiap
hari. Abrasi dan laserasi vulva dan perineum mudah sembuh termasuk
yang memerlukan perbaikan.
4) Perubahan Pada Payudara
Laktasi dimulai pada semua wanita dengan perubahan hormon saat
melahirkan. Apakah wanita memilih menyusui atau tidak, ia dapat
mengalami kongesti payudara selama beberapa hari pertama pascapartum
karena tubuhnya mempersiapkan untuk memberikan nutrisi kepada bayi.
Wanita yang menyusui berespons terhadap menstimulus bayi yang disusui
akan terus melepaskan hormon dan stimulasi alveoli yang memproduksi
susu. Bagi wanita yang memilih memberikan makanan formula, involusi
jaringan payudara terjadi dengan menghindari stimulasi.
Pengkajian payudara pada periode awal pascapartum meliputi
penampilan dan integritas putting susu, memar atau iritasi jaringan
payudara karena posisi bayi pada payudara, adanya kolostrum, apakah
payudara terisi air susu, dan adanya sumbatan duktus, kongesti dan
tanda – tanda mastitis potensial.
5) Perubahan tanda –tanda vital dan fisik lainnya.
a) Tekanan Darah
Segera setelah melahirkan, banyak wanita mengalami
peningkatan sementara tekanan darah sistolik dan diastolic, yang
kembali secara spontan ke tekanan darah sebelum hamil selama
beberapa hari.Bidan bertanggung jawab mengkaji resiko preeklamsi
pascapartum, komplikasi yang relatif jarang, tetapi serius, jika
peningkatan tekanan darah signifikan.
b) Suhu
Suhu maternal kembali normal dari suhu yang sedikit
meningkat selama periode intra partum dan stabil dalam 24 jam
pertama pasca partum.
c) Nadi
Denyut nadi, yang meningkat selama persalinan akhir,
kembali normal setelah beberapa jam pertama pascapartum. Hemoragi,
demam selama persalinan, dan nyeri akut atau persisten dapat
mempengaruhi proses ini. Apabila denyut nadi diatas 100 selama
puerperium, hal tersebut abnormal dan mungkin menunjukkan adanya
infeksi atau hemoragi pascapartum lambat.
d) Pernafasan
Fungsi pernafasan kembali pada rentang normal wanita selama
jam pertama pascapartum. Napas pendek, cepat, atau perubahan lain
memerlukan evaluasi adanya kondisi – kondisi seperti kelebihan
cairan, eksaserbasi asma, dan embolus paru.
e) Penurunan Berat Badan
Wanita mengalami penurunan berat badan rata – rata 12 pon
(4,5 kg) pada waktu melahirkan. Penurunan ini mewakili gabungan
berat bayi, plasenta dan cairan amnion.Wanita dapat kembali
mengalami penurunan berat badan sebanyak 5 pon selama minggu
pertama pascapartum karena kehilangan cairan.Salah satu studi
menemukan bahwa berat badan mayoritas wanita mendekati berat badan
pra kehamilan dalam 6 bulan pascapartum.
6) Perubahan Gastrointestinal
Wanita mungkin kelaparan dan mulai makan satu atau dua jam
setelah melahirkan. Kecuali ada komplikasi pelahiran, tidak ada
alasan untuk menunda pemberian makan pada wanita.Pascapartum yang
sehat lebih lama dari waktu yang dibutuhkan untuk melakukan
pengkajian awal. Konstipasi mungkin menjadi masalah pada
puerperium awal karena kurangnya makanan padat selama persalinan
dan karena wanita menahan defekasi. Wanita mungkin menahan
defekasi karena perineumnya mengalami perlukaan atau karena ia
kurang pengetahuan dan takut akan merobek atau merusak jahitan
jika melakukan defekasi.
7) Dinding abdomen
Striae abdomen tidak dapat dihilangkan secara sempurna,
tetapi dapat berubah menjadi garis putih keperakan yang halus
setelah periode beberapa bulan.
Dinding abdomen lunak setelah pelahiran karena dinding ini
meregang selama kehamilan.Semua wanita puerperamengalami beberapa
derajat diastasis recti/pemisahan otot rektus abdomen. Seberapa
berat diastasis bergantung pada sejumlah factor termasuk kondisi
umum dan tonus otot wanita.
8) Perubahan Hematologi
Hemoglobin, hematokrit, dan hitung eritrosit sangat
bervariasi dalam puerperium awal sebagai akibat fluktuasi volume
darah, volume plasma, dan kadar volume sel darah merah. Kadar ini
dipengaruhi oleh status hidrasi wanita saat itu, volume cairan yang
ia dapat selama persalinan, dan reduksi volume darah total normal
wanita dari peningkatan kadar volume darah selama kehamilan.
Hitung sel darah putih dapat mengalami peningkatan lebih
lanjut hingga 25.000 atau 30.000 tanpa menjadi patologis jika
wanita mengalami persalinan lama.
Totalnya, sekitar 200 – 500 mL darah mungkin hilang selama
pelahiran, 500 – 800 mL selama minggu pertama pascapartum, dan
terakhir 500 mL selama sisa puerperium.Lokhia menimbulkan
kehilangan sekitar kurang dari seperempat kehilangan total.
(Saleha.2009;P.61-62)
b. Perubahan psikologis
Periode masa nifas dapat menyebabkan stress emosional
terhadap ibu khususnya pada kelahiran anak pertama, bahkan lebih
menyulitkan lagi bila terjadi perubahan fisik yang hebat. Hal ini
membutuhkan adaptasi psikososial pada waktu nifas.
Periode masa nifas ini diuraikan oleh Rubin dalam 3 tahapan,
sebagai berikut:
1) Periode taking in
a) Periode ini terjadi 1 – 2 hari setelah persalinan Ibu yang
baru pertama kali mengalami persalinan pada umumnya pasif
dan ketergantungan, perhatiannya tertuju pada kekhawatiran
akan tubuhnya.
b) Ia mungkin akan mengulang – ulang pengalamannya pada waktu
bersalin dan melahirkan.
c) Tidur tanpa gangguan sangat penting bila ingin mencegah
gangguan tidur, pusing, iritabel, interference dengan
proses pengembalian ke keadaan normal.
d) Peningkatan nutrisi mungkin dibutuhkan karena selera makan
ibu biasanya bertambah dan kurangnya nafsu makan menandakan
proses pengembalian kondisi ibu tidak berlangsung normal.
2) Periode taking hold
a) Periode ini berlangsung pada hari 2 – 4 masa nifas, ibu
mulai memperhatikan kemampuannya menjadi orang tua yang
sukses dan meningkatkan tanggung jawab terhadap bayinya.
b) Ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya,
buang air besar, buang air kecil, kekuatan dan daya
tahan tubuhnya.
c) Ibu berusaha keras untuk menguasai keterampilan tentang
perawatan bayi misalnya menggendong, menyusui, memandikan,
dan memasang popok. Pada masa ini ibu agak sensitive dan
merasa tidak mahir alam melakukan hal– hal tersebut,
cenderung menerima nasehat bidan/perawat karena ia terbuka
untuk menerima pengetahuan dan kritikan yang bersifat
pribadi. Pada saat ini bidan penting memperhatikan
perubahan yang mungkin terjadi.
3) Periode letting go
a) Periode ini biasanya terjadi setelah ibu pulang kerumah dan
sangat berpengaruh terhadap waktu dan perhatian yang diberikan
oleh keluarga.
b) ibu mengambil tanggung jawab terhadap perawatan bayi, ia harus
beradaptasi dengan kebutuhan bayi yang sangat tergantung yang
menyebabkan berkurangnya hak ibu, kebebasan dan hubungan
sosial. (Saleha,2009;P.63-64)
C. Tahapan Masa Nifas
Masa nifas dapat dibagi menjadi 3 periode :
1. Nifas dini adalah kepulihan dimana ibu telah dibolehkan
berdiri dan berjalan – jalan. Dalam agama islam dianggap
telahbersih dan boleh bekerja (40 hari).
2. Nifas intermedial adalah kepulihan menyeluruh alat – alat
genitalia yang lamanya 6 – 8 minggu.
3. Remote nifas adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan
sehat sempurna terutama bila ibu selama hamil atau waktu
persalinan mempunyai komplikasi.Waktu untuk sehat sempurna
bisa berminggu – minggu, bulanan atau tahunan.
(Suherni,2009;P.2).
D. Asuhan Masa Nifas
Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk
menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir, dan untuk mencegah,
mendeteksi, dan menangani masalah – masalah yang terjadi.
1. Kunjungan I (6 – 8 jam setelah persalinan)
Tujuan :
Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
a. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk jika
perdarahan berlanjut.
b. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota
keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena
atonia uteri.
c. Pemberian ASI Awal.
d. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
e. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia
f. Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal
dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah
kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil.
2. Kunjungan II (6 hari setelah persalinan)
Tujuan :
a. Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus
berkontraksi, fundus di bawah umbilicus, tidak ada perdarahan
abnormal, tidak ada bau.
b. Menilai adanya tanda – tanda demam, infeksi atau
perdarahan abnormal
c. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan
istirahat.
d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak memperlihatkan
tanda – tanda penyulit.
e. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali
pusat, menjaga bayi tetap hangat.
3. Kunjungan III (2 minggu setelah persalinan)
Sama seperti di atas (6 hari setelah persalinan)
4. Kunjungan IV (6 minggu setelah persalinan)
Tujuan:
a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit – penyulit yang ia atau
bayi alami.
b. Memberikan konseling untuk KB secara dini. (Saleha.2009;P.3)
E. Penanganan Masa Nifas
1) Kebersihan diri.
a. Anjurkan kebersihanseluruh tubuh.
b. Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan
sabun dan air.
c. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut setidaknya 2 kali
sehari.
d. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air
sebelum dan sesudah membersihkan alat kelaminnya.
e. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan
kepada ibu untuk menghindari menyentuh daerah luka.
2) Istirahat
a. Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan
yang berlebihan.
b. Sarankan ia untuk kembali ke kegiatan – kegiatan rumah
tangga secara perlahan – lahan, sertuntuk tidur siang
atau beristirahat selagi bayi tidur.
3) Latihan
a. Diskusikan pentingnya otot – otot perut dan panggul
kembali normal.
b. Jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari
sangat membantu.
c. Berdiri dengan tungkai dirapatkan. Kencangkan otot – otot,
pantat dan pinggul dan tahan sampai 5 hitungan. Kendurkan dan
ulangi latihan sebanyak 5 kali.
4) Gizi
Ibu menyusui harus :
1) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.
2) Makan dengan berimbang untuk mendapatkan protein, mineral,
dan vitamin yang cukup.
3) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk
minum setiap kali menyusui.
4) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya
selama 40 hari pasca bersalin.
5) Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan
vitamin A kepada bayinya melalui ASI-nya.
(Prawiroharjo.2009;P.127-129)
5) Menyusui
a. Untuk bayi :
1) Menyusui bayi setiap 2 jam, siang dan malam haridengan lama
menyusui 10 – 15 menit di setiap payudara.
2) Bangunkan bayi, lepaskan baju yang menyebabkan rasa gerah
dan duduklah selama menyusui.
3) Pastikan bayi menyusu dengan posisi menempel yang baik dan
dengarkan suara menelan yang aktif.
4) Susui bayi di tempat yang tenang dan nyaman.
b. Untuk ibu :
1) Ibu harus meningkatkan istirahat dan minum.
2) Petugas kesehatan harus mengamati ibu yang menyusui
bayinya.
3) Yakinkan bahwa ibu dapat memproduksi susu lebih banyak.
6) Perawatan payudara
a. Menjaga payudara tetap bersih dan kering, terutama putting
susu.
b. Menggunakan BH yang menyokong payudara.
c. Jika putting susu lecet, olesi dengan kolostrum atau ASI.
d. Jika lecet sangat berat istirahatkan selama 24 jam.
e. Untuk menghilangkan nyeri, minum paracetamol 1 tablet tiap 4
– 6 jam.
f. Apabila payudara bengkak akibat bendungan ASI, maka : kompres
payudara dengan kain basah dan hangat selama 5 menit, urut
payudara dari pangkal ke ujung dengan arah "Z" susukan bayi
setiap 2 – 3 jam, letakkan kain dingin pada payudara
setelah menyusui.
7) Senggama
Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu
darah berhenti dan ibu dapat memasukkan 1 atau 2 jarinya ke
dalam vagina tanpa rasa nyeri.
8) Keluarga berencana
a. Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun
sebelum ibu hamil lagi
b. Meskipun beberapa metode mengandung resiko, penggunaan
kontrasepsi tetap lebih aman, terutama jika ibu sudah haid
lagi.
c. Sebelum menggunakan KB, ibu perluu mendapatkan penjelasan
tentang : bagaimana metode ini dapat mencegah kehamilan,
kelebihan, kekurangannya, efek samping, cara menggunakannya,
kapan metode baru digunakaan. (Prawirorahardjo, 2009:P.127-
129).
2. Perdarahan Post Partum
A. Definisi
Berdasarkan saat terjadinya perdarahan postpartum dapat dibagi
menjadi perdarahan postpartum primer, yang terjadi dalam 24 jam
pertama dan biasanya disebabkan oleh antonia uteri, berbagai robekan
jalan lahir dan sisa sebagian plasenta. Dalam kasus yang jarang,
bisa karena inversio uteri. Perdarahan postpartum sekunder yang
terjadi setelah 24 jam persalinan, biasanya oleh karena sisa
plasenta (Prawirohardjo, 2009; P. 494).
Perdarahan post partum yaitu perdarahan yang terjadi lebih
dari 500-600 ml dalam jangka 24 jam pertama setelah anak lahir
(Sarwono, 2008:P.523).
Perdarahan post partum adalah perdarahan lebih dari 500 cc
yang terjadi stelah bayi lahir pervaginam atau lebih dari 1000 ml
setelah persalinan abnormal. ( obstetrik, 2010:P.143 ).
B. Etiologi
Menurut Manuaba (2008), etiologi perdarahan di bagi menjadi 2
yaitu :
1. Penyebab perdarahan post partum primer , meliputi:
a. Atonia uteri
b. Retensio Plasenta
c. robekan jalan lahir
d. Trauma persalinan : Ruptur uteri dan haetoma
e. Gangguan pembekuan darah
2. Penyebab perdarahan post partum sekunder, meliputi :
a. Tertinggalnya plasenta atau membranya
b. Perlukaan terbuka kembali dan menimbulkan perdarahan
c. Infeksi pada tempat implntasi plasenta
C. Klasifikasi
Berdasarkan saat terjadinya perdarahan postpartum dapat dibagi
menjadi perdarahan postpartum primer, yang terjadi dalam 24 jam
pertama dan biasanya disebabkan oleh atonia uteri, berbagai robekan
jalan lahir dan sisa sebagian plasenta. Dalam kasus yang jarang,
bisa karena inversio uteri. Perdarahan postpartum sekunder yang
terjadi setelah 24 jam persalinan, biasanya oleh karena sisa
plasenta (Prawirohardjo, 2009; P. 494).
D. Penilaian klinik
tabel 2.1 Penilaian Klinik Untuk Menentukan Penyebab Perdarahan Postpartum.
"Gejala dan tanda "Penyulit "Diagnosis kerja "
"Uterus tidak "Syok "Antonia uteri "
"berkontraksi dan "Bekuan darah pada " "
"lembek. "serviks atau posisi " "
"Perdarahan segera "terlentang akan " "
"setelah anak lahir."menghabatkan aliran " "
" "darah keluar. " "
"Darah segar "Pucat "Robekan jalan lahir"
"mengalir segera "Lemah " "
"setelah bayi lahir "Mengginggil " "
"Uterus berkontraksi" " "
"dan keras " " "
"Plasenta lengkap " " "
"Plasenta belum "Tali pusat putus "Retensio plasenta "
"lahir setelah 30 "akibat traksi " "
"menit "berlebihan " "
"Perdarahan segera "Inversio uteri akibat" "
"Uterus berkontraksi"tarikan " "
"dan keras "Perdarahan lanjutan " "
"Plasenta atau "Uterus berkontraksi "Retensi sisa "
"sebagian selaput "tetapi tinggi fundus "plasenta "
"tidak lengkap "tidak berkurang " "
"Perderahan segera " " "
"Uterus tidak teraba"Neurogenik syok "Inversio uteri "
"Lumen vagina terisi"Pucat dan limbung " "
"massa " " "
"Tampak tali pusat " " "
"(bila plasenta " " "
"belum lahir) " " "
"Sub – involusi " Anemia demam "Indometritis atau "
"uterus " "sisa fragmen "
"Nyeri tekan perut " "plasenta "
"bawah dan pada " "(terinfeksi atau "
"uterus " "tidak) "
"Perdarhan sekunder " " "
(Prawirohardjo : P.175)
E. Penatalaksanaan Perdarahan Postpartum
Terapi : Dengan perlindungan antibiotik sisa plasenta
dikeluarkan secara digital atau dengan kuret besar. Jika ada demam
ditunggu dulu sampai suhu turun dengan pemberian antibiotik dan 3-4
hari kemudian rahim dibersihkan, namun jika perdarahan banyak, maka
rahim segera dibersihkan walaupun ada demam (Saleha, 2009).
Keluarkan sisa plasenta dengan cunam ovum atau kuret besar.
Jaringan yang melekat dengan kuat mungkin merupakan plasenta akreta.
Usaha untuk melepas plasenta terlalu kuat melekatnya dapat
mengakibatkan perdarahan hebat atau perforasi uterus yang biasanya
membutuhkan tindakan histerektomi (Prawirohardjo, 2010).
Pasien dengan pedarahan postpartum harus ditangani dalam dua
komponen, yaitu :
1. Resusitasi dan penanganan perdarahan obstetri serta
kemungkinan syok hipovolemik.
2. Identifikasi dan penanganan penyebab terjadinya perdarah
postpartum.
F. Pencegahan
Bukti dan penelitian menunjukan bahwa penanganan aktif pada
persalinan kala III dapat menurunkan insiden dan tingkat keparahan
perdarahan postpartum.
Penanganan aktif merupakan kombinasi dari hal-hal berikut :
1) Pemberian uterotonic (dianjurkan oksitosin) segera bayi
dilahirkan.
2) Penjepitan dan pemotongan tali pusat dengan cepat dan tepat.
3) Penarikan tali pusat yang lembut dengan traksi balik uterus
ketika uterus berkontraksi dengan baik.
3. Retensio sisa plasenta
A. Definisi
Retensio sisa plasenta adalah tertinggalnya potongan-potongan
plasenta seperti kotiledon dan selaput plasenta yang menyebabkan
terganggunya kontraksi uterus sehingga sinus-sinus darah tetap
terbuka dan perdarahan post partum.
Sisa plasenta yang masih tertinggal disebut "sisa plasenta"
atau plasenta rest. Gejala klinis sisa plasenta adalah terdapat
subinvolusi uteri, terjadi perdarahan sedikit yang berkepanjangan,
dapat juga terjadi perdarahan banyak mendadak setelah berhenti
beberapa waktu, perasaan tidak nyaman di perut bagian bawah
(Manuaba, 2010).
Sisa plasenta dalam nifas menyebabkan perdarahan dan infeksi.
Perdarahan yang banyak dalam nifas hampir selalu disebabkan oleh
sisa plasenta. Jika pada pemeriksaan plasenta ternyata jaringan
plasenta tidak lengkap, maka harus dilakukan eksplorasi dari cavum
uteri. Potongan – potongan plasenta yang ketinggalan diketahui
biasanya menimbulkan perdarahan postpartum lambat (Saleha, 2009).
B. etiologi
1. Penanganan kala III yang salah
Dengan pendorongan dan pemijatan uterus akan mengganggu
mekanisme
pelepasan plasenta dan menyebabkan pemisahan sebagian plasenta
2. Abnormalitas plasenta
Abnormalitas plasenta meliputi bentuk plasenta dan penanaman
plasenta dalam uterus yang mempengaruhi mekanisme pelepasan
plasenta.
3. Kelahiran bayi yang terlalu cepat
Kelahiran bayi yang terlalu cepat akan mengganggu pemisahan
plasenta secara fisiologis akibat gangguan dari retraksi
sehingga dapat terjadi gangguan retensio sisa plasenta.
Faktor penyebab utama perdarahan baik secara primer maupun
sekunder adalah grandemultipara, jarak persalinan pendek kurang
dari 2 tahun, persalinan yang dilakukan dengan tindakan,
pertolongan kala uri sebelum waktunya, pertolongan persalinan
oleh dukun, persalinan dengan tindakan paksa, persalinan dengan
narkoba (Rukiyah dan Yulianti, 2010).
C. Faktor Presdisposisi
Menurut Manuaba 2008; h. 135, faktor predisposis perdarahan
postparum dengan sisa plasenta adalah sebagai berikut :
1. Keadaan umum pasien yang mempunyai gizi rendah
a) Hamil dengan anemia
b) Hamil dengan kekurangan gizi/malnutrisi
2. Kelemahan dan kelelahan otot rahim
a) Grande multipara
b) Jarak kehamilan dan persalinan kurang dari 2 tahun
c) Persalinan lama
d) Persalinan dengan tindakan
e) Kesalahan penanganan kala III
3. Pertolongan persalinan dengan tindakan
4. Overdistensi pada kehamilan
a) Hidramnion
b) Gameli
c) Berat anak yang melenihi 4000 gram
D. Diagnosa
1. Penemuan secara dini, hanya dimungkinkan dengan penemuan
melakukan kelengkapan plasenta setelah dilahirkan. Pada
kasus retensio sisa plasenta dengan perdarahan pasca
persalinan lanjut, sebagai besar pasien akan kembali lagi ke
tempat persalinan dengan keluhan perdarahan setelah 6-10
hari pulang ke rumah .
2. Perdarahan berlangsung terus menerus atau berulang.
3. Pada palpasi di dapatkan fundus uteri masih teraba yang
lebih besar dari yang di perkirakan.
4. Pada pemeriksaan dalam didapat uterus yang membesar, lunak,
dan dari ostium uteri keluar darah (Wiknjosastro, 2006).
E. Penanganan
1. Penemuan secara dini, hanya dimungkinkan dengan melakukan
pemeriksaan kelengkapan plasenta setelah dilahirkan.
2. Berikan antibiotik yang adekuat.
3. Berikan uterotonik, oksitosin, dan / atau metergin.
4. Lakukan ekplorasi digital (bila servik terbuka) dan
mengeluarkan bekuan darah atau jaringan. Bila servik hanya
dapat dilalui alat kuretase, lakukan evakuasi sisa plasenta
dengan kuretase.
5. Bila kadar Hb < 8 gr% beri tranfusi darah, bila kadar Hb > 8
gr% berikan sulfas ferosus 600 mg/hari selama 10 hari.
(Saifuddin, 2002).
F. Pencegahan Sisa Plasenta
Untuk menghindari terjadinya sisa plasenta dapat dilakukan
dengan membersihkan kavum uteri dengan membungkus tangan dengan sarung
tangan sehingga kasar, mengupasnya sehingga mungkin sisa membran dapat
sekaligus dibersihkan, segera setelah plasenta lahir dilakukan
kuretase menggunakan kuret postpartum yang besar. (Manuaba, 2010).
3. Pengkajian Manajemen Kebidanan
A. Manajemen Varney
Penerapan manajemen kebidanan ibu nifas dengan Perdarahan post
partum atas indikasi retensio sisa plasenta menurut 7 langkah Varney
yaitu :
Langkah 1 : pengumpulan data dasar secara lengkap
Pengumpulan data dasar pada ibu nifas dengan Perdarahan post
partum atas indikasi retensio sisa plasenta plasenta adalah :
a. Data subjektif
Data yang kita dapat dari klien itu sendiri. Data subjektif terdiri
dari :
1) Biodata
Biodata terdiri dari identitas klien dan suami. Data tersebut
untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap prilaku
kesehatan klien.
2) keluhan utama
keluhan utama pada ibu nifas dengan Perdarahan post partum
atas indikasi retensio sisa plasenta diantara mengalami perdarahan
yang lebih banyak, pasien mngeluhkan lemah, pusing, menggigil.
3) Riwayat kesehatan
Terdiri dari :
1. Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat kesehatan sekarang mengetahuai keadaan atau
kondisi pasien, penyakit apa yang sedang diderita, sejak kapan,
upaya yang telah dilakukan, apakah sudah diperiksa, hal ini
untuk mendeteksi penyakit dalam kehamilan yang dapat
mempengaruhi proses persalinan.
2. Riwayat kesehatan lalu.
Dikaji mengenai pernah atau tidaknya ibu mengalami
haemorrhagic post partum pada persalinan sebelumnya, karena pada
wanita yang pernah mengalami perdarahan dapat juga terjadi lagi
peradarahan atau perdarahan yang berulang. Dan juga bisa
dilihat riwayat persalinan yang lalu.
3. Riwayat kesehatan keluarga.
Untuk mengetahui kemungkinan ada yang menderita
penyakit menular, menurun, kejiwaan yang dapat mempengaruhi
proses kehamilan dan persalinan pasien, dapat berpengaruh pada
pertumbuhan dan perkembangan janin sewaktu ibu mengandung.
4) Riwayat obsetrik
Terdiri dari riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang
lalu. Yang ditanyakan dalam pengkajian ini adalah berapa kali
hamil, berapa umur dari setiap kehamilan, bagaimana proses
peralinan sebelumnya jika ibu multipara, siapa penolong
persalinan, dimana proses persalinan dan apakah pada persalinan
lalu ada terjadi perdarahan atau tidak.
5) Pola kehidupan sehari-hari
Pada pengkajian ini yang perlu ditanyakan tentang pola
nutrisi klien sehari-hari, istirahat dan aktifitas sehari-hari
ibu.
6) dan bio-psiko-sosial-spiritual.
Pada pengkajian ini berhubungan dengan hubungan ibu dengan
keluarga, suami, tetangga apakah baik. Apakah ibu menerima
kelahiran anaknya. Dan ibu tampak cemas dengan keadaannya
sekarang.
b. Data objektif
Data objektif adalah data yang kita peroleh dari hasil pemeriksaan
kita sendiri atau tenaga kesehatan lain nya. Data objektif terdiri
dari :
a) Pemeriksaan umum
Pada pemeriksaan ini dilihat keadaan umum klien dan memeriksa
tanda-tanda vital klien.
b) Pemeriksaan khusus
Terdiri dari :
1) Inspeksi
Pada kasus ibu nifas dengan Perdarahan post partum atas
indikasi retensio sisa plasenta ini dilihat bagaimana
keadaan umum ibu, melihat keadaan ibu dari ujung rambut
sampai ujung kaki. Pada pemeriksaan inspeksi ini dlihat
apakah tinggi fundus uteri lebih besar dan apakah masih
ada sisa plasenta yang tertinggal dengan cara USG.
2) Palpasi
Pada pemeriksaan palpasi di kasus ibu nifas dengan
Perdarahan post partum atas indikasi retensio sisa
plasenta ini, diperiksa apakah uterus ibu berkontraksi
dengan baik, dan apakah masih terdapat sisa plasenta yang
tertinggal akibat retensio plasenta.
c) Pemeriksaan penunjang
Dalam kasus ini juga dapat kita lakukan pemeriksaan penunjang
Diantaranya :
1) pemeriksaan laboratorium
2) USG
Langkah II interprestasi data
Pada ibu dengan Perdarahan post partum atas indikasi retensio
plasenta ini yang perlu diketahui yaitu :
a. Diagnosa kebidanan
Diagnosa kebidanan yang didapat pada kasus ibu nifas dengan
Perdarahan post partum atas indikasi retensio sisa plasenta adalah
dapat berhubungan dengan grandemultipara, umur, dan proses
persalinannya.
b. Masalah
Pada kasus Perdarahan post partum masalah yang dialami ibu
biasanya ibu tampak lemes, lelah, menggigil, karena darah yang
keluar dari vaginanya terlalu banyak dan ibu juga cemas dengan
keadaannya tersebut.
c. Kebutuhan
Untuk mengatasi masalah yang terjadi pada ibu, kita sebagai
tenaga kesehatan perlu memberikan informasi dan suport pada ibu.
Yang dibutuhkan ibu pada masa nifas adalah bedrest total,
mengopservasi keadaan umum ibu dan memantau tanda-tanda vital.
Kebutuhan yang di berikan pada ibu nifas dengan haemorrhagic post
partum atas indikasi retensio sisa plasenta menurut Varney (2004)
adalah :
1) Informasi tentang keadaan ibu
2) Informasi tentang tindakan yang akan dilakukan oleh bidan.
3) Dorongan moril dari keluarga dan tenaga kesehatan.
4) Pemenuhan kebutuhan cairan
5) Penghentian darah.
Langkah III identifikasi diagnosa atau masalah potensial dan mengatasi
penanganan nya.
Diagnosa potensial pada ibu nifas dengan Perdarahan post partum atas
indikasi retensio sisa plasenta diantaranya syok dan anemia. Untuk
mengantisipasi kemungkinan buruk terjadi dilakukan pencegahan. Bidan
dapat melakukan pemantauan kedaan umum, tanda-tanda vital, pemenuhan
nutrisi dan cairan, serta dapat dilakukan transfusi darah bila Hb ibu
<8gr%.
Langkah IV Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera
Pada kasus ibu nifas dengan Perdarahan post partum dengan
indikasi retensio sisa plasenta ini dilakukan kolaborasi dengan dokter
spesialis obstetri dan ginekologi dalam pemberian terapi tambahan dan
tindak lanjut yang dilakukan.
Langkah V Menyusun rencana tindakan menyeluruh
Pada langkah ini dilakukan rencana tindak lanjut yang telah di
sampaikan kepada klien dan mendapatkan persetujuan tindakan yang akan
dilakukan.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam kasus Perdarahan post
partum dengan indikasi retensio sisa plasenta diantara nya:
A. Penanganan awal retensio sisa plasenta
1. Penemuan secara dini, hanya dimungkinkan dengan melakukan
pemeriksaan kelengkapan plasenta setelah dilahirkan.
2. Berikan antibiotik yang adekuat.
3. Berikan uterotonik, oksitosin, dan / atau metergin.
4. Lakukan ekplorasi digital (bila servik terbuka) dan
mengeluarkan bekuan darah atau jaringan. Bila servik hanya
dapat dilalui alat kuretase, lakukan evakuasi sisa plasenta
dengan kuretase.
5. Bila kadar Hb < 8 gr% beri tranfusi darah, bila kadar Hb > 8
gr% berikan sulfas ferosus 600 mg/hari selama 10 hari
(Saifuddin, 2002).
B. Penanganan retensio plasenta atau sebagian plasenta adalah:
1. Resusitasi. Pemberian oksigen 100%. Pemasangan IV-line dengan
kateter yang berdiameter besar serta pemberian cairan kristaloid
(sodium klorida isotonik atau larutan ringer laktat yang hangat,
apabila memungkinkan). Monitor jantung, nadi, tekanan darah dan
saturasi oksigen. Transfusi darah apabila diperlukan yang
dikonfirmasi dengan hasil pemeriksaan darah.
2. Drips oksitosin (oxytocin drips) 20 IU dalam 500 ml larutan
Ringer laktat atau NaCl 0.9% (normal saline) sampai uterus
berkontraksi.
3. Plasenta coba dilahirkan dengan Brandt Andrews, jika berhasil
lanjutkan dengan drips oksitosin untuk mempertahankan uterus.
4. Jika plasenta tidak lepas dicoba dengan tindakan manual
plasenta. Indikasi manual plasenta adalah: Perdarahan pada kala
tiga persalinan kurang lebih 400 cc, retensio plasenta setelah
30 menit anak lahir, setelah persalinan buatan yang sulit
seperti forsep tinggi, versi ekstraksi, perforasi, dan
dibutuhkan untuk eksplorasi jalan lahir, tali pusat putus.
5. Jika tindakan manual plasenta tidak memungkinkan, jaringan dapat
dikeluarkan dengan tang (cunam) abortus dilanjutkan kuretage
sisa plasenta. Pada umumnya pengeluaran sisa plasenta dilakukan
dengan kuretase. Kuretase harus dilakukan di rumah sakit dengan
hati-hati karena dinding rahim relatif tipis dibandingkan dengan
kuretase pada abortus.
6. Setelah selesai tindakan pengeluaran sisa plasenta, dilanjutkan
dengan pemberian obat uterotonika melalui suntikan atau per
oral.
7. Pemberian antibiaotik apabila ada tanda – tanda infeksi dan
untuk pencegahan infeksi sekunder.
Langkah VI : pelaksanaan langsung asuhan dengan efisiensi dan aman
Pelaksanaan adalah pelaksanaan asuhan menyeluruh seperti yang
telah disusun padalangkah perencanaan. Pada langkah ini dapat
dilakukan semua rencana tindakan yang telah di buat dan dilakukan pada
ibu nifas dengan Perdarahan post partum atas indikasi retensio sisa
plasenta.
Langkah VII : evaluasi
Merupakan salah satu pemeriksaan dari rencana perawatan. Apakah
kebutuhan yang teridentifikasi dalam masalah dan diagnosa sudah
terpenuhi atau belum.
Didalam evaluasi diharapkan mendapatkan hasil diantaranyaa
melihat keadaan umum ibu, memantau tanda-tanda vital ibu, melihat
kontraksi uterus, memantau perdarahan, terapi dari dokter spesialis
obstetri ginekologi harus telah dilaksanakan dengan baik.
Didalam evaluasi diharapkan memperoleh hasil :
a. Keadaan umum dan tanda – tanda vital normal
b. Sisa plasenta sudah lahir lengkap
c. Kontraksi uterus baik
d. Perdarahan sudah berkurang.
B. Pendokumentasian SOAP
Tujuh langkah varney disarikan menjadi 4 langkah yaitu SOAP (
subjektif, objektif, asessment, planning )
S : subjektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data pasien
melalui anamnesa. Data subjektif pada kasus ibu nifas dengan
Perdarahan post partum atas indikasi retensio sisa plasenta
didapatkan hasil dari wawancara dengan ibu.
O : Objektif
Menggambarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan tenaga kesehatan
terhadap klien. Diantaranya meliputi pemeriksaan umum, hasil
pemeriksaan khusus, dan hasil pemeriksaan penunjang. Hasil
pemeriksaan pada ibu nifas dengan Perdarahan post partum dengan
indikasi retensio sisa plasenta adalah keadaan ibu baik, tanda-tanda
vital dalam batas normal, tinggi fundus uteri setinggi pusat,
kontraksi uterus baik, terapi dari dokter spesialis obstetri dan
ginekologi telah dilakukan.
A: assesment
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa interprestasi data
sabjektif dan objektif dalam suatu identifikasi.
a. Diagnosa atau masalah
b. Antisipasi diagnosa lain / masalah potensial
c. Tindakan segera oleh bidan / dokter, konsultasi / kolaborasi, serta
rujukan sebagai langkah II, III, IV Varney.
P : planning
Mengggambarkan pendokumentasian tindakan dan evaluasi dari perencanaan
berdasarkan assesment.
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Jenis Metode Penetelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan
pendekatan studi kasus, dengan menggunakan manajemen Varney dan
pendokumentasian SOAP.
2. Waktu dan Tempat Pengambilan Studi kasus
Studi Kasus ini telah dilaksanakan dari bulan Januari sampai April
2014. Pelaksanaan studi kasus ini dilaksanakan di ruang tindakan
kebidanan RSUD Kota Sawahlunto.
3. Teknik Pengumpulan Data
1. Interview/ wawancara
Dalam pengumpulan data penulis melakukan wawancara dengan
tenaga kesehatan, pasien, dan keluarga pasien untuk mendapatkan
data. Data yang dikumpulkan mulai dari pengkajian sampai
evaluasi dan kemudian didokumentasikan secara SOAP dalam kasus
"Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Pada Ny"M" Dengan Perdarahan Post
Partum Atas Indikasi Retensio Sisa Plasenta".
2. Observasi / pengamatan
Untuk mengumpulkan data penulis juga melakukan observasi
kepada pasien tersebut dan kepada tenaga kesehatan yang
menangani kasus tersebut. Data yang dikumpulkan mulai dari
pengkajian sampai evaluasi dalam kasus "Asuhan Kebidanan Ibu
Nifas Pada Ny"M" Dengan Perdarahan Post Partum Atas Indikasi
Retensio Sisa Plasenta".
4. Sumber dan Jenis Data
Yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Data primer
Data primer yaitu data yang diambil langsung terhadap klien dengan
cara wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan
penunjang.
2. Data sekunder
Data sekunder yaitu data yang didapat dari hasil pencatatan dan
pendokumentasian yang ada di RSUD Kota Sawahlunto.
5. Etika Penelitian
Penelitian ini dilakukan setelah mendapat persetujuan dari
institusi pendidikan STIKes PBH Batusangkar dan mengajukan surat
permohonan penelitian kepada KESBANGPOL Kota Sawahlunto, surat permohonan
izin penelitian diajukan kepada Direktur RSUD Kota Sawahlunto setelah
mendapatkan persetujuan kemudian peneliti melakukan penelitian dengan
menekankan pada masalah etika yang meliputi :
1. Lembar Persetujuan (Informed Concent)
Lembar persetujuan diberikan kepada ibu menyusui yang telah di
tetapkan sebagai responden, tujuannya adalah responden mengetahui maksud
dan tujuan studi kasus ini serta dampaknya, maka harus menandatangani
lembaran persetujuan. Jika respon dan menolak untuk diteliti maka peneliti
tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya sebagai responden.
2. Tanpa Nama (Anonimity)
Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak akan
mencantumkan nama klien. Lembaran tersebut hanya diberi inisial tertentu.
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh klien dijamin tidak
Sdisebarkan oleh peneliti.
BAB IV
TINJAUAN KASUS
Manajemen Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Pada Ny "M" Dengan Perdarahan Post
Partum Atas Indikasi Retensio Sisa Plasenta
Di Ruang Tindakan Kebidanan RSUD Kota Sawahlunto
Tahun 2014
1. Manajemen Asuhan Kebidanan
Hari / tanggal : Rabu / 26 Februari 2014 Jam : 15.00 WIB
No. Register : 07.82.13
1. PENGKAJIAN
1. Data Subjektif
a. Identitas
Nama ibu : Ny. M Nama Suami : Tn. A
Umur : 25 Th Umur : 30 Th
Suku /Bangsa : Indonesia Suku/ Bangsa : Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Kamp. Baru Alamat : Kamp.
Baru
No. Hp : 0812xxxxxxxx No. Hp : -
Keluarga yang bisa dihubungi
Nama : Ny. S
Status : Ibu kandung
Alamat : Kamp.Baru
No.Hp : -
b. Anamnesa
1) Keluhan utama
a) Pat post partum spontan 15 hari yang lalu di puskesmas "P"
b) Sejak 5 hari yang lalu keluar darah pervaginam lebih dari 3x
ganti doek sehari
c) Darah masih keluar sedikit-sedikit
d) Perut bagian bawah tidak terasa sakit
e) Konjungtiva pucat seclera tidak ikterik
f) TFU tidak teraba
2) Riwayat Obstetri
a. Riwayat menstruasi
Menarche : 14 Th
Lamanya : 5-7 Hari
Banyaknya : 2-3 X ganti doek/ hari
Siklus : 28 Hari
Keteraturan : Teratur
Disminorea : Ada
b. Riwayat Pernikahan
Status Pernikahan : Syah
Umur Menikah : 23 Th
Pernikahan Ke : I (pertama)
Lama Menikah baru hamil : 1 Th
c. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu
Tidak ada
d. Riwayat kehamilan saat ini
TM I : ANC : dokter
Frekuensi : 2x
Keluhan : Mual dan Muntah
Pend Kes : istirahat, makan sedikit tapi sering
Obat obatan : -
TM II : ANC : dokter
` Frekuensi : 1x
Keluhan : tidak ada
Pend Kes : Anjurkan ibu istirahat yang cukup
Obat obatan : Fe, Calac, B1
TM III : ANC : Bidan
Frekuensi : 3 x
Keluhan : Sakit Pinggang
Pend Kes : - Anjurkan ibu jalan di pagi hari
- Posisi tidur miring
Obat obatan : SF, Vit. B1, , Calac
Riwayat persalinan saat ini
1. Para : 1 Abortus : 0 Hidup : 1
2. Usia kehamilan : 38 - 39 minggu
3. Kelainan selama hamil : Tidak Ada
4. Tempat persalinan : puskesmas pembantu
5. Waktu persalinan : 00.20 WIB
6. Jenis persalinan : Spontan
7. Ditolong oleh : Bidan
8. Penyulit persalinan : tidak ada
9. Perdarahan
Kala I : 10 cc
Kala II : 30 cc
Kala III : 500 cc
Kala IV : 50 cc
10. Lama persalinan
Kala I : 4 jam
Kala II : 10 menit
Kala III : 15 menit
Kala IV : 2 jam
Ketuban
Warna : Jernih
Bau : Amis
Jumlah : 750 cc
11. Bayi
a) Jenis Kelamin : laki – laki
b) A/S : 7/8
c) PB : 50 cm
d) BB : 3100 gram
12. Komplikasi persalinan : perdarahan
d. Riwayat Kontrasepsi
Jenis : -
Lama Pemakaian : -
Alasan berhenti : -
f. Riwayat kesehatan
Penyakit sistemik : tidak ada
Penyakit menular : tidak ada
g. Pola kegiatan sehari – hari
1) Pola nutrisi
a) Makan
- Frekwensi sebelum hamil :3 x sehari
- Frekwensi sesudah hamil :4-5x sehari
- Menu : nasi 1 piring sedang, lauk 1 potong,
sayur 1 mangkok kecil dan 1 potong buah
- Keluhan : Tidak ada
b) Minum
- Frekwensi : 7 – 8 gelas sehari
- Jenis minuman : Air putih
- Keluhan : Tidak ada
2) Pola eliminasi
a) BAB
- Frekwensi : 1 x sehari
- Konsistensi : Lembek
b) BAK
- Frekwensi : 5 – 6 x sehari
- Bau : Pesing
3) Pola istirahat dan tidur
- Tidur siang : 1 – 2 jam
- Tidur malam : 7 – 8 jam
- Keluhan : Tidak ada
4) Olah raga
- Tidak ada melakukan senam nifas
5) Hubungan seksual
- Frekuensi : 2-3 x 1 minggu
- Keluhan : tidak ada
6) Personal hygiene
- Mandi : 2 x sehari
- Keramas : 1 x dalam 2 hari
- Gosok gigi : 2 x sehari
- Ganti pakaian : 1 x sehari
7) Pola hidup yang merugikan kesehatan
- Merokok : Ibu tidak pernah merokok
- Minum obat – obatan / jamu : Ibu tidak ada
ketergantungan obat-obatan / jamu.
- Alcohol : Ibu tidak pernah mengkonsumsi
alkohol
h. Riwayat kesehatan
a) Riawayat kesehatan sekarang
Ibu perdarahan dengan indikasi retensio sisa plasenta dan
anemia sedang.
b) Riwayat kesehatan yang lalu
ibu mengatakan Tidak pernah menderita penyakit seperti ASMA,
jantung, TBC, diabetes mellitus, hipertensi, epilepsi,
hepatitis maupun penyakit menular seksual.
c) Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita
penyakit menurun dan menular seperti ASMA, jantung, TBC,
diabetes mellitus, hipertensi, epilepsi, hepatitis maupun
penyakit menular seksual.
i. Riwayat psikologis, social, klutural dan spiritual
Psikologi : Ibu cemas dengan keadaannya saat ini
Sosio : Hubungan ibu dengan suami, keluarga dan tetangga
baik. Dan keluarga memberi motivasi kepada Ny. " M"
Klutural : Tidak ada adat yang merugikan ibu
Spritual : Ibu percaya kepada Allah Swt, ibu sholat 5 waktu.
c. Data Objektif
1. Pemeriksaan umum
KU : Lemah
Keadaan emosional : Sedang
BB sebelum hamil : 45 Kg
BB sekarang : 58 Kg
Jumlah kenaikan BB :13 Kg
TB : 158 cm
Tanda tanda vital
Tekanan Darah : 100/70 mmhg
Nadi : 80 x/i
Suhu : 36,50 C
Respirasi : 20 x/i
2. Pemeriksaan Khusus
a. Kepala dan rambut : hitam, bersih, tidak rontok, tidak
berketombe.
b. Wajah : ada closmagravidarum dan muka pucat
c. Mata : simetris, conjungtiva pucat dan sklera tidak
ikterik.
d. Mulut dan gigi : bersih, tidak ada stomatitis dan caries
gigi tidak ada serta gusi tidak sariawan dan tidak berdarah.
e. Hidung : bersih, tidak ada polip, tidak ada secret,
tidak pembesaran maupun perdarahan.
f. Leher : tidak ada pembengkakan kelenjer lymfe dan
tiroid
g. Payudara : simetris, papila mamae menonjol, areola mamae
hiperpigmentasi, Pengeluaran ASI ada
h. Abdomen
Palpasi : TFU tidak teraba
i. Ekstremitas dan bawah
Oedema : tidak ada
Varises : tidak ada
j. Pemeriksaan Genitalia
Inspeksi : tidak ada oedema, tidak ada varises, darah berwarna
merah segar.
Vulva dan vagina : adanya robekan perenium derajat dua dan sudah
diheating.
Pengeluaran vagina : Ada pengeluaran darah yang banyak (>500 cc)
pervaginam karena perdarahan setelah plasenta lahir
Kalenjer bartoloni : Tidak ada kelainan
Anus : Ada, tidak ada kelainan
Pemeriksaan dalam
1. Pemeriksaan penunjang :
Pemeriksaan labor :
Hb : 8,2 mg/dl
Golongan darah : O+
USG : ada dengan hasil ada sisa plasenta
2. Interpretasi data
ibu P1A0H1 post partum 15 hari yang lalu dengan perdarahan
post partum atas indikasi retensio sisa plasenta dan anemia
sedang.
Data dasar :
1. Dasar Subyektif
a. Ibu mengatakan post partum spontan 15 hari yang lalu.
b. Ibu mengatakan sejak 5 hari yang lalu keluar darah yang banyak
pervaginam
2. Data Objektif
a. Keadaan umum : Lemah
b. Tanda tanda vital
Tekanan Darah : 100/70 mmhg
Nadi : 80 x/i
Suhu : 36,50 C
Respirasi : 20 x/i
c. Inspeksi : Ibu tampak lemah
d. Konjungtiva : pucat
e. Sklera : tidak ikterik
f. Palpasi : TFU tidak teraba
g. Pemeriksaan penunjang :
Pemeriksaan labor :
Hb : 8,2 mg/dl
Golongan darah : O
USG : ada retensio sisa plasenta
B. Masalah : ibu pusing dan lemah
C. Kebutuhan
1) Informasi hasil pemeriksaan
2) Pemenuhan cairan
3) Transfusi darah
4) Pemasangan Oksigen
5) Berkolaborasi dengan Dr untuk :
a. Pemasangan laminaria
b. persiapan curettase
3. Identifikasi Diagnosa dan masalah potensial
Syok hipovolemik
Anemia berat.
4. Identifikasi masalah dan diagnose yang butuh tindakan segera :
Berkolaborasi dengan dr. SpOG untuk transfusi darah 2 kolf PRC,
pemasangan infus, pemasangan kateter, dan untuk memberikan obat injeksi
antibiotik.
5. Rencana Asuhan Menyeluruh
1. Informasi hasil pemeriksaan pada ibu
2. Beri dukungan emosional
3. Informed concent untuk tindakan yang akan dilakukan
4. Perbaiki keadaan umum ibu
5. Berkolaborasi dengan dr.SpOG dalam melakukan :
a) Pemasangan O2
b) Pemasangan cairan infus
c) Melakukan transfusi darah
d) Pemasangan kateter
e) Pemeriksaan laboratorium
f) Pemasangan laminaria
g) Lakukan pemeriksaan laboratorium
h) curettage
6. Pemantauan perdarahan
6. Pelaksanaan Asuhan Menyeluruh
a) Menginformasikan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa ibu mengalami
perdarahan, karena ada sisa plasenta ibu belum lahir.
TTV : TD : 100/70 mmHg, N: 80 x/i, S: 36,5oC, P: 20x/i
b) Memberikan dukungan emosional dan support kepada ibu dengan melibatkan
suami atau anggota keluarga lainnya.
c) Menginformasikan hal-hal yang akan dilakukan pada ibu serta penanda
tanganan informed consent pada ibu dan suami.
d) Melakukan kolaborasi dengan dr. SpOG dalam melakukan :
a) Melakukan pemasangan infus untuk memenuhi cairan ibu dan mengontrol
intek dan output ibu.
b) Melakukan pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan Hb ibu dan di
dapatkan hasil Hb ibu 8,2 mg/dl
c) Melakukan transfusi darah untuk ibu sebanyak 2 kantong PRC karena Hb
ibu 8,2 mg/dl
d) Pemasangan Laminaria
e) Curettase sesuai dengan Standar Pelayanan Operasional
( SPO ) di rumah sakit
f) memantau perdarahan secara intensif
7. Evaluasi
a) Ibu dan keluarga mengerti dengan informasi yang diberikan.
b) Ibu dan keluarga setuju dengan tindakan yang akan dilakukan dengan
penanda tanganan informed consent.
c) Infus RL
28 tetes/menit.
d) Ibu rencana curettase jam 09.00 WIB besok, karena masih ada sisa
jaringan dan perdarahan masih ada.
e) Pemantauan perdarahan .
Tabel 4.2.1
Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Ny. "M" Dengan Perdarahan
Post Partum Atas Indikasi Retensio Sisa Plasenta Diruang Tindakan Kebidanan
RSUD Kota Sawahlunto Tahun 2014
Kunjungan kedua
"HARI / "S / O "A "P " "PELAKSANAAN "
"TANGGAL " " " "JAM "KEGIATAN "
"Rabu / 26 "S : "Diagnosa : "Perencanaan : "18.00 "1. Melakukan pengawasan ibu "
"februari "Ibu mengatakan "Ibu nifas dengan "Lakukan "WIB "nifas, yaitu KU, TTV, "
"2014 "Darah masih keluar "perdarahan post "pemantauan " "pemantauan perdarahan, dan "
" "sedikit - sedikit "partum atas "keadaan umum " "pemenuhan cairan. "
" "O : "indikasi retensio "dan pemantauan " "Pengawasan telah dilakukan "
" "Data Umum "sisa plasenta dan "perdarahan. " "dengan hasil : "
" "Keadaan umum ibu "anemia sedang " " "Keadaan umum ibu sedang "
" "sedang " " " "Tanda-tanda vital "
" "Tanda-tanda vital "Masalah : " " "TD : 100/60 mmHg "
" "TD : 100/60 mmHg "Darah masih keluar " " "N : 80 x/i "
" "N : 80 x/i "sedikit – sedikit " " "S : 36,5 ˚C "
" "S : 36,5 ˚C " " " "P : 23 x/i "
" "P : 23 x/i "Kebutuhan : " " "Perdarahan masih ada "
" "Darah masih keluar "Informasikan hasil " " "Cairan. "
" "sedikit-sedikit. "pemeriksaan pada " " "Cairan infus RL 28tts/i. "
" "Infus RL terpasang "ibu. "Berikan asupan " " "
" "tangan sebelah " "nutrisi, " " "
" "kiri. " "pemenuhan " " "
" " "Pemberian cairan "cairan ibu " "Memenuhi asupan nutrisi dan "
" " "elektrolit, "Dan obat oral " "obat-obatan. "
" " "nutrisi, "dan obat " " "
" " "obat-obatan. "suntik. " "Ibu sudah makan dengan 1 piring"
" " " " " "nasi ditambah dengan lauk dan "
" " " "Pat calon " "sayuran. "
" " " "curettage " " "
" " "Mobilisasi lebih "besok. " "Pat calon Curet besok "
" " "lanjut. " " " "
" " " "Pat transfusi "18.30 " "
" " " "darah. "WIB "Pat tranfusi darah "
" " " "Periksa kadar "19.45 " "
" " "Diagnosa Potensial "hemoglobin ibu."WIB "Infus RL diganti dengan NaCl 28"
" " "Perdarahan post " "20.15 "tts/i, setelah itu infus "
" " "partum "Pasang "WIB "diganti darah kolf pertama 28 "
" " " "laminaria nanti" "tts/i, "
" " "Tindakan Segera "malam. "21.00 " "
" " "Memerlukan tindakan"Pat dipuasakan "WIB "Darah habis, bilas dengan Nacl "
" " "segera dan "nanti malam " "sisa, setelah itu infus ganti "
" " "kolaborasi dengan "Lakukan " "darah kolf kedua "
" " "dokter SpoG. "kolaborasi " " "
" " " "dengan dokter " "Darah kolf kedua habis, bilas "
" " " "spesialis " "Nacl sisa "
" " " "kebidanan dan " " "
" " " "kandungan " " "
" " " "tentang " " "
" " " "obat-obatan. " " "
" " " " " "Pat istirahat dan dipuasakan. "
" " " " " " "
" " " " " " "
" " " "Penuhi " " "
" " " "kebutuhan " " "
" " " "istirahat ibu. " " "
Tabel 4.2.2
Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Ny. "M" Dengan Perdarahan
Post Partum Atas Indikasi Retensio Sisa Plasenta Diruang Tindakan Kebidanan
RSUD Kota Sawahlunto Tahun 2014
Kunjungan ketiga
"HARI / "S / O "A "P " "PELAKSANAAN "
"TANGGAL " " " "JAM "KEGIATAN "
"Kamis / 27"S : "Diagnosa : "Perencanaan : "08.00 "2. Melakukan pengawasan ibu "
"februari "Ibu mengatakan "Ibu nifas dengan "Lakukan "WIB "nifas, yaitu KU, TTV, pemantauan"
"2014 "darah masih keluar "perdarahan post "pemantauan " "perdarahan, dan pemenuhan "
" "Sedikit- sedikit "partum atas "keadaan umum, " "cairan. "
" "O : "indikasi retensio "pemantauan " "Pengawasan telah dilakukan "
" "Data Umum "sisa plasenta dan "perdarahan dan " "dengan hasil : "
" "Keadaan umum ibu "anemia sedang. "Pat rencana cek " "Keadaan umum ibu sedang "
" "sedang " "Hb " "Tanda-tanda vital "
" "Tanda-tanda vital "Masalah : " " "TD : 110/70 mmHg "
" "TD : 110/70 mmHg "Darah masih keluar" " "N : 82 x/i "
" "N : 82 x/i "sedikit – sedikit " " "S : 36,6 ˚C "
" "S : 36,6 ˚C " " " "P : 22 x/i "
" "P : 22 x/i "Kebutuhan : " " "Perdarahan masih ada "
" "Darah masih keluar "Informasikan hasil" " "Cairan. "
" "sedikit-seikit. "pemeriksaan pada " " "Cairan infus RL kolof III "
" "Pat calon curettage"ibu. " " "28tts/i. "
" "pagi ini. "Pemberian cairan "Berikan asupan " " "
" "Pat ada dipuasakan."elektrolit, "nutrisi dan " "Ibu ada dipuasakan. "
" "Pat post transfusi."nutrisi, "pemenuhan cairan" " "
" "Infus RL terpasang "obat-obatan. "ibu " "Pat skintes Ceftriaxon "
" "tangan sebelah "Mobilisasi lebih "Berikan obat " " "
" "kiri. "lanjut. "oral dan obat "08.10 "Pat injeksi Ceftriaxson "
" " " "suntik. "WIB " "
" " " "Lakukan "08.25 "Pat pasang O2 Lx/i "
" " " "kolaborasi "WIB " "
" " "Diagnosa Potensial"dengan "08.40 "Pat di anastesi "
" " "Perdarahan post "dokterspesialis "WIB " "
" " "partum "kebidanan dan " "Curet dilakukan "
" " " "kandungan "08.55 " "
" " "Tindakan Segera "tentang "WIB "Mengeluarkan laminaria "
" " "Memerlukan "obat-obatan. " " "
" " "tindakan segera " "09.15 "Curet menggunakan Scorpe "
" " "dan kolaborasi " "WIB "curattage sedang, curet "
" " "dengan dokter " "10. 30"dilakukan sampai bersih. "
" " "SpoG. " "WIB " "
" " " " " "Berhasil dikeluarkan sisa "
" " " " " "jaringan. "
" " " " " "Jaringan ± 50 gram "
" " " " " "Perdarahan ± 100 cc "
" " " " " "Pat injeksi induxcin 1 amp "
" " " "Pemantauan " "Pat injeksi pospargin 1 amp "
" " " "kondisi ibu " "Pat diberi gastrol II tablet "
" " " "setelah " "Pat diberi pronalges supos II/ "
" " " "kurettase " "anal. "
" " " " " " "
" " " "Penuhi kebutuhan" "Selesai curet dan pat belum "
" " " "istirahat ibu. " "sadar. "
" " " " " "Infus habis + RL Kolf IV 28tts/i"
" " " " " " "
" " " " " " "
" " " " " "Pat sadar. "
Tabel 4.2.3
Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Ny. "M" Dengan Perdarahan
Post Partum Atas Indikasi Retensio Sisa Plasenta Diruang Tindakan Kebidanan
RSUD Kota Sawahlunto Tahun 2014
Kunjungan keempat
"HARI / "S / O "A "P " "PELAKSANAAN "
"TANGGAL " " " "JAM "KEGIATAN "
"Kamis / "S : "Diagnosa : "Perencanaan : " "Melakukan pengawasan ibu nifas,"
"27 "Ibu mengatakan "Ibu nifas dengan "Lakukan "18.00 "yaitu KU, TTV, pemantauan "
"februari "Darah masih keluar "post curattage "pemantauan "WIB "perdarahan, dan pemenuhan "
"2014 "sedikit - sedikit "atas indikasi "keadaan umum dan " "cairan. "
" "Ari-ari terasa "retensio sisa "pemantauan " "Pengawasan telah dilakukan "
" "ngilu "plasenta dan "perdarahan. " "dengan hasil : "
" "O : "anemia sedang. " " "Keadaan umum ibu baik "
" "Data Umum " " " "Tanda-tanda vital "
" "Keadaan umum ibu "Masalah : " " "TD : 100/70 mmHg "
" "baik "Darah masih keluar" " "N : 85 x/i "
" "Tanda-tanda vital "sedikit – sedikit " " "S : 36,8 ˚C "
" "TD : 100/70 mmHg " " " "P : 22 x/i "
" "N : 85 x/i "Kebutuhan : " " "Perdarahan masih keluar sedikit"
" "S : 36,8 ˚C "Informasikan hasil"Berikan asupan " "-sedikit "
" "P : 22 x/i "pemeriksaan pada "nutrisi dan " "Infus telah di aff "
" "Darah masih keluar "ibu. "pemenuhan cairan "19.00 " "
" "sedikit-seikit. "Pemberian cairan "ibu. "WIB "Memenuhi asupan nutrisi dan "
" "Pat post curet. "elektrolit, " " "obat-obatan. "
" "Infus habis aff "nutrisi, "Lakukan " "Ibu sudah makan dengan 1 piring"
" "Hb : 10,4 mg/dl "obat-obatan. "kolaborasi dengan" "nasi ditambah dengan lauk dan "
" " " "dokter spesialis " "sayuran. "
" " " "kebidanan dan " " "
" " " "kandungan tentang" "Melakukan kolaborasi dengan "
" " "Mobilisasi lebih "obat-obatan. " "dokter spesialis kebidanan dan "
" " "lanjut. "Berikan obat oral" "kandungan tentang obat-obatan. "
" " " "dan obat suntik. " " "
" " " " " " "
" " " " "20.00 "Memberikan obat- obatan "
" " " " "WIB "Cefadroxil 3x1 "
" " "Pendidikan " " "Asam mefenamat 3x1 "
" " "kesehatan : "Berikan "20.15 "SF 1x1 "
" " "Gizi ibu menyusui "pendidikan "WIB "Metilat 3x1 "
" " "Personal hygine "kesehatan tentang" " "
" " " ": "20.30 " "
" " " "Gizi ibu menyusui"WIB "Memberikan pendidikan kesehatan"
" " "Diagnosa Potensial"Personal hygine " "tentang : "
" " "Perdarahan post "Penuhi kebutuhan " "Gizi ibu menyusui "
" " "partum "istirahat ibu. " "Personal hygine "
" " " " " " "
" " "Tindakan Segera " " " "
" " "Tidak ada " " " "
" " "kebutuhan yang " " "Menganjurkan ibu istirahat. "
" " "memerlukan " " " "
" " "tindakan segera " " " "
Tabel 4.2.4
Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Ny. "M" Dengan Perdarahan
Post Partum Atas Indikasi Retensio Sisa Plasenta Diruang Tindakan Kebidanan
RSUD Kota Sawahlunto Tahun 2014
Kunjungan kelima
"HARI / "S / O "A "P " "PELAKSANAAN "
"TANGGAL " " " "JAM "KEGIATAN "
"Jum'at / "S : "Diagnosa : "Perencanaan : " "Melakukan pengawasan ibu nifas,"
"28 "Ibu mengatakan "Ibu nifas dengan "Lakukan "08.00 "yaitu KU, TTV, pemantauan "
"februari "darah masih keluar "post curattage "pemantauan "WIB "perdarahan, dan pemenuhan "
"2014 "sedikit. "atas indikasi "keadaan umum dan " "cairan. "
" "Ari-ari terasa "retensio sisa "pemantauan " "Pengawasan telah dilakukan "
" "ngilu "plasenta dan "perdarahan. " "dengan hasil : "
" "O : "anemia sedang. " " "Keadaan umum ibu baik "
" "Data Umum " " " "Tanda-tanda vital "
" "Keadaan umum ibu "Masalah : " " "TD : 110/70 mmHg "
" "baik. "Darah masih keluar" " "N : 80 x/i "
" "Tanda-tanda vital "sedikit – sedikit " " "S : 36,7 ˚C "
" "TD : 110/70 mmHg " " " "P : 24 x/i "
" "N : 80 x/i "Kebutuhan : " " "Perdarahan masih keluar "
" "S : 36,7 ˚C "Informasikan hasil" " "sedikit- sedikit ada "
" "P : 24 x/i "pemeriksaan pada "Berikan asupan " " "
" "Darah masih keluar "ibu. "nutrisi dan " "Memenuhi asupan nutrisi dan "
" "sedikit-seikit. "Pemberian cairan "pemenuhan cairan "09.00 "obat-obatan. "
" " "elektrolit, "ibu. "WIB "Ibu sudah makan dengan 1 piring"
" " "nutrisi, " " "nasi ditambah dengan lauk dan "
" " "obat-obatan. " " "sayuran. "
" " "Mobilisasi lebih "Lakukan " "Memberikan obat- obatan "
" " "lanjut. "kolaborasi dengan" "Cefadroxil 3x1 "
" " "Pendidikan "dokterspesialis "10.00 "Asam mefenamat 3x1 "
" " "kesehatan : "kebidanan dan "WIB "SF 1x1 "
" " "Personal hygine "kandungan tentang" "Metilat 3x1 "
" " "Gizi ibu menyusui "obat-obatan. " " "
" " " "Berikan " " "
" " " "pendidikan " " "
" " "Diagnosa Potensial"kesehatan tentang" "Memberikan pendidikan kesehatan"
" " "Anemia berat ": " "tentang : "
" " " "Personal hygine " "Personal hygine "
" " "Tindakan Segera "Gizi ibu menyusui" "Gizi ibu menyusui. "
" " "Tidak ada " " " "
" " "kebutuhan yang " " "Mengulang kembali penkes yang "
" " "memerlukan " " "telah diberikan, menganjurkan "
" " "tindakan segera " " "ibu untuk tetap memantau "
" " " " " "perdarahannya, dan bila ada "
" " " " " "keluhan yang dirasakan cepat "
" " " " " "periksakan diri ketenaga "
" " " " " "kesehatan. "
" " " " " " "
" " " " " " "
" " " " " "Klien telah kembali kerumah "
Tabel 4.2.5
Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Ny. "M" Dengan Perdarahan
Post Partum Atas Indikasi Retensio Sisa Plasenta Diruang Tindakan Kebidanan
RSUD Kota Sawahlunto Tahun 2014
Kunjungan keenam
"HARI / "S / O "A "P " "PELAKSANAAN "
"TANGGAL " " " "JAM "KEGIATAN "
"Sabtu / "S : "Diagnosa : "Perencanaan : " "Melakukan pengawasan ibu nifas,"
"01 Maret "Ibu mengatakan "Ibu nifas dengan "Lakukan "16.00 "yaitu KU, TTV, pemantauan "
"2014 "Darah masih keluar "post curattage "pemantauan "WIB "perdarahan, dan pemenuhan "
" "sedikit. "atas indikasi "keadaan umum dan" "cairan. "
" "O : "retensio sisa "pemantauan " "Pengawasan telah dilakukan "
" "Data Umum "plasenta dan "perdarahan. " "dengan hasil : "
" "Keadaan umum ibu "anemia sedang. " " "Keadaan umum ibu baik "
" "baik. " " " "Tanda-tanda vital "
" "Tanda-tanda vital "Masalah : " " "TD : 110/70 mmHg "
" "TD : 110/70 mmHg "Darah masih keluar" " "N : 85 x/i "
" "N : 85 x/i "sedikit – sedikit " " "S : 36,6 ˚C "
" "S : 36,6 ˚C " " " "P : 22 x/i "
" "P : 22 x/i "Kebutuhan : " " "Perdarahan masih ada sedikit – "
" "Darah masih keluar "Informasikan hasil" " "sedikit. "
" "sedikit-seikit. "pemeriksaan pada "Berikan asupan " "Memenuhi asupan nutrisi dan "
" " "ibu. "nutrisi dan obat" "obat-obatan. "
" " "Pemberian, "oral. " "Ibu sudah makan dengan 1 piring"
" " "nutrisi, " " "nasi ditambah dengan lauk dan "
" " "obat-obatan. " " "sayuran. "
" " "Mobilisasi lebih " " "Memberikan obat- obatan "
" " "lanjut. " " "Cefadruxil 3x1 "
" " "Pendidikan " "17.00 "Asam mefenamat 3x1 "
" " "kesehatan : " "WIB "SF 1x1 "
" " " "Berikan " "Metilat 3x1 "
" " "Tekhnik menyusui "pendidikan " " "
" " "yang benar. "kesehatan " "Memberikan pendidikan kesehatan"
" " "ASI Eksklusif "tentang : " "tentang : "
" " " "Teknik menyusui " "Tekhnik menyusui yang benar. "
" " "pemenuhan "yang benar " "ASI Eksklusif. "
" " "istirahat ibu "ASI Eksklusif " " "
" " " " " " "
" " " " " " "
" " "Diagnosa Potensial" " "Melakukan tanya jawab dengan "
" " "Anemia Berat " " "ibu tentang penkes yang telah "
" " " " " "di berikan , ibu mengerti "
" " "Tindakan Segera " " "dengan penkes yang diberikan. "
" " "Tidak ada " " " "
" " "kebutuhan yang " " " "
" " "memerlukan " " " "
" " "tindakan segera " " " "
Tabel 4.2.6
Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Ny. "M" Dengan Perdarahan
Post Partum Atas Indikasi Retensio Sisa Plasenta Diruang Tindakan Kebidanan
RSUD Kota Sawahlunto Tahun 2014
Kunjungan ketujuh
"HARI / "S / O "A "P " "PELAKSANAAN "
"TANGGAL " " " "JAM "KEGIATAN "
"Kamis / "S : "Diagnosa : "Perencanaan : " "Melakukan pengawasan ibu "
"06 Maret "Ibu mengatakan "Ibu nifas dengan "Lakukan pemantauan"16.00 "nifas, yaitu KU, TTV, "
"2014 "Darah masih keluar "post curattage atas"keadaan umum dan "WIB "pemantauan perdarahan, dan "
" "sedikit. "indikasi retensio "pemantauan " "pemenuhan cairan. "
" "O : "sisa plasenta dan "perdarahan. " "Pengawasan telah dilakukan "
" "Data Umum "anemia sedang. " " "dengan hasil : "
" "Keadaan umum ibu " " " "Keadaan umum ibu baik "
" "baik. "Masalah : " " "Tanda-tanda vital "
" "Tanda-tanda vital "Darah masih keluar " " "TD : 120/70 mmHg "
" "TD : 120/70 mmHg "sedikit – sedikit " " "N : 82 x/i "
" "N : 82 x/i " " " "S : 36,5 ˚C "
" "S : 36,5 ˚C "Informasikan hasil " " "P : 22 x/i "
" "P : 22 x/i "pemeriksaan pada " " "Perdarahan masih ada sedikit "
" "Darah masih keluar "ibu. "Berikan asupan " "– sedikit. "
" "sedikit-seikit. "Pemberian, nutrisi,"nutrisi dan obat " "Memenuhi asupan nutrisi dan "
" "Lochea serosa "obat-obatan. "oral "17.00 "obat-obatan. "
" " "Mobilisasi lebih " "WIB "Ibu sudah makan dengan 1 "
" " "lanjut. " " "piring nasi ditambah dengan "
" " "Pendidikan " " "lauk dan sayuran. "
" " "kesehatan : " " "Memberikan obat- obatan "
" " "ASI Eksklusif " " "Cefadruxil 3x1 "
" " "Perawatan payudara " " "Asam mefenamat 3x1 "
" " " "Berikan pendidikan" "SF 1x1 "
" " "pemenuhan istirahat"kesehatan tentang " "Metilat 3x1 "
" " "ibu ": " " "
" " " "ASI Eksklusif " "Memberikan pendidikan "
" " " "Perawatan " "kesehatan tentang : "
" " "Diagnosa Potensial "payudarah " " "
" " "Anemia Berat " " "ASI Eksklusif "
" " " " " "Perawatan payudarah "
" " "Tindakan Segera " " " "
" " "Tidak ada kebutuhan" " " "
" " "yang memerlukan " " " "
" " "tindakan segera " " " "
Tabel 4.2.7
Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Ny. "M" Dengan Perdarahan
Post Partum Atas Indikasi Retensio Sisa Plasenta Diruang Tindakan Kebidanan
RSUD Kota Sawahlunto Tahun 2014
Kunjungan kedelapan
"HARI / "S / O "A "P " "PELAKSANAAN "
"TANGGAL " " " "JAM "KEGIATAN "
"Selasa /"S : "Diagnosa : "Perencanaan : " "Melakukan pengawasan ibu nifas,"
"11 Maret "Ibu mengatakan "Ibu nifas dengan "Lakukan "16.00 "yaitu KU, TTV, pemantauan "
"2014 "Darah masih keluar "post curattage atas"pemantauan "WIB "perdarahan, dan pemenuhan "
" "sedikit. "indikasi retensio "keadaan umum dan" "cairan. "
" "O : "sisa plasenta dan "pemantauan " "Pengawasan telah dilakukan "
" "Data Umum "anemia sedang. "perdarahan. " "dengan hasil : "
" "Keadaan umum ibu " " " "Keadaan umum ibu baik "
" "baik. "Masalah : " " "Tanda-tanda vital "
" "Tanda-tanda vital "Darah masih keluar " " "TD : 110/70 mmHg "
" "TD : 110/70 mmHg "sedikit – sedikit " " "N : 85 x/i "
" "N : 85 x/i " " " "S : 36,7 ˚C "
" "S : 36,7 ˚C "Informasikan hasil " " "P : 23 x/i "
" "P : 23 x/i "pemeriksaan pada " " "Perdarahan masih ada sedikit – "
" "Darah masih keluar "ibu. " " "sedikit. "
" "sedikit-seikit. "Pemberian, nutrisi," " " "
" "Lochea alba "obat-obatan. "Berikan asupan "17.00 "Memenuhi asupan nutrisi dan "
" " "Mobilisasi lebih "nutrisi dan obat" "obat-obatan. "
" " "lanjut. "oral. " "Ibu sudah makan dengan 1 piring"
" " "pemenuhan istirahat" " "nasi ditambah dengan lauk dan "
" " "ibu " " "sayuran. "
" " "Pendidikan " " "Memberikan obat- obatan "
" " "kesehatan : " " "Methylergometrine 2x1 "
" " "Keluarga Berencana " " "Paracetamol 2x1 "
" " "(KB) "Berikan " "sangobion 2x1 "
" " " "pendidikan " " "
" " " "kesehatan " "Memberikan pendidikan kesehatan"
" " " "tentang Keluarga" "tentang Keluarga Berencana "
" " "Diagnosa Potensial "Berencana (KB) " "(KB). "
" " "Anemia Berat " " " "
" " " "ulang pendidikan" "Mengulang kembali melakukan "
" " "Tindakan Segera "kesehatan yang " "tanya jawab tentang penkes yang"
" " "Tidak ada kebutuhan"telah diberikan." "telah diberikan, ibu mengerti "
" " "yang memerlukan " " "dan mau melakukan tentang "
" " "tindakan segera " " "penkes yang diberikan. "
" " " " " " "
" " " " " "Keadaan ibu sudah membaik, "
" " " " " "perdarahan masih ada, namun "
" " " " " "telah lebih baik. "
" " " " " "Memberitahu ibu untuk melakukan"
" " " " " "kunjungan ulang ketenaga "
" " " " " "kesehatan jika ada keluhan yang"
" " " " " "dirasakan. "
" " " " " "Mengucapkan terima kasih kepada"
" " " " " "klien atas kerjasamanya selama "
" " " " " "penulis melakukan penelitian. "
BAB V
PEMBAHASAN
1. Pembahasan Demografi
Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas pada
Ny. "M" dengan perdarahan post partum atas indikasi retensio sisa
plasenta di ruang tindakan kebidanan RSUD Kota Sawahlunto dari tanggal
26 Februari sampai dengan tanggal 28 Februari 2014 dan dilanjutkan
dengan kunjungan rumah. Disini penulis menemukan adanya persamaan
antara konsep manajemen asuhan secara teoritis dengan pelaksanaannya.
Tetapi masih terdapat perbedaan dalam pengaplikasiannya.
Untuk lebih jelasnya penulis akan menguraikan sejauh mana
kesamaan dan kesenjangan yang timbul dalam melaksanakan asuhan
kebidanan pada ibu nifas dengan perdarahan post partum atas indikasi
retensio sisa plasenta ini. Pembahasan dalam studi kasus ini di mulai
dari pengkajian, interpretasi data, identifikasi masalah dan diagnosa
potensial, identifikasi kebutuhan yang memerlukan tindakan segera,
rencana, pelaksanaan dan evaluasi.
2. Pembahasan Teoritis dengan Penelitian
Setelah penulis melakukan pengkajian kasus kebidanan ibu nifas dengan
perdarahan post partum atas indikasi retensio sisa plasenta diruang
tindakan kebidanan RSUD Kota Sawahlunto, penulis ingin menyampaikan tentang
bagaimana kesesuaian antara teori dengan faktor di lapangan. Dalam kasus
Ny. "M" telah dilakukan sesuai asuhan kebidanan menggunakan 7 langkah
varney dan data perkembangan menggunakan SOAP. Berikut diuraikan
kesenjangan antara teori dengan pernyataan selama melakukan study kasus
meliputi :
1. Pengumpulan data dasar
Pembahasan pengumpulan data dasar ibu nifas pada Ny. "M" P1A0H1 dengan
perdarahan post partum atas indikasi retensio sisa plasenta adalah
sebagai berikut :
Dari data subjektif diperoleh identitas sesuai teori menurut
Sulistyawati ( 2009 ) terdiri dari nama, umur, agama, suku bangsa,
pendidikan, pekerjaan dan alamat pasien dan suami. Keluhan utama masuk
yaitu ibu post partum 15 hari yang lalu, sejak 5 hari yang lalu telah
keluar darah pervaginam. Dalam sehari bisa lebih dari 3 kali ganti doek
dan darah bewarna merah. Menurut Wiknjosastro (2009) retensio
plasenta (placental retention) merupakan plasenta yang belum lahir dalam
setengah jam setelah janin lahir. Sedangkan sisa plasenta (rest placenta)
merupakan tertinggalnya bagian plasenta dalam rongga rahim yang dapat
menimbulkan perdarahan postpartum dini (early postpartum hemorrhage) atau
perdarahan post partum lambat (late postpartum hemorrhage) yang biasanya
terjadi dalam 6-10 hari post partum. Keadaan mental ibu dalam menghadapi
perdarahan cemas dan khawatir untuk itu cara mengatasinya sudah sesuai
dengan varney ( 2007 ) yaitu suami dan keluarga harus memberikan dukungan
dan support mental agar ibu merasa tenang dan rajin beribadah dan shalat
lima waktu.
Dari data objektif didapatkan hasil pemeriksaan yaitu pemeriksaan umum
meliputi keadaan umum lemah, Tekanan Darah : 100/70 mmhg, nadi : 80 x/I,
suhu :36,50C, respirasi : 20 x/I,Hb : 8,2 mg/dl. Menurut Chunningham (
2006 ), jika perdarahan terjadi secara terus menerus menyebabkan keadaan
umum ibu semakin jelek dan terjadi perubahan tanda-tanda vital (sistol <
90 mmHg, nadi > 100 x/menit).
Pemeriksaan fisik diperoleh hasil dari inspeksi, palpasi, pemeriksaan
dalam. Inspeksi sudah dilakukan dengan teori menurut Saifuddin ( 2009 )
yaitu dengan memperhatikan secara seksama apakah ibu masih mengeluarkan
darah dari kemaluannya. Dan diperoleh hasil warna darah merah segar,
kental dan sedikit gumpalan. Palpasi sudah sesuai dengan teori Saleha S (
2009 ) yaitu pada minggu ke dua TFU sudah tidak teraba lagi di atas
simpisis. Pemeriksaan dalam sudah sesuai dengan teori menurut Manuaba (
2008 ) yaitu apakah masih ada pembukaan, apakah ada sisa plasenta dan
selaput yang tertinggal dan diperoleh servik tidak membuka, gunakan alat
kuretase untuk membuka servik dan masih ada sisa plasenta. Pemeriksaan
penunjang diperoleh dari data laboratorium yaitu hasil pemeriksaan Hb 8,2
mg/dl dan terjadi anemia sedang pada ibu sehingga harus dilakukan
transfusi darah. Hal ini telah sesuai dengan teori menurut Saifuddin (
2009 ) yaitu pemeriksaan Hb untuk mengetahui apakah ibu anemia. Bila
kadar Hb <8 mg/dl harus diberikan transfusi darah, bila kadar Hb 8 mg/dl
biasanya diberikan tablet sulfat ferosus 600 mg/hari selama 10 hari.
Sedangkan pemeriksaan golongan darah diperlukan bila sewaktu-waktu ibu
memerlukan transfusi.
2. Interpretasi data dasar
Pada langkah ini bermula dari data dasar lalu kemudian
menginterpretasikan data untuk kemudian menjadi proses masalah atau
diagnosis serta kebutuhan perawatan kesehatan yang diidentifikasi khusus
( Varney 2007 ).
a. Diagnosa kebidanan
Pada kasus ini diagnosa kebidanan yang dapat ditegaskan adalah ibu
nifas pada Ny. "M" P1A0H1 dengan perdarahan post partum atas indikasi
retensio sisa plasenta. Dengan data dasar subjektif Ny. "M" mengatakan
keluar darah dari kemaluannya sejak 5 hari yang lalu dan sekarang
masih mengeluarkan darah sedikit - sedikit. Sedangkan dasar
objektifnya dari keadaan umum, pemeriksaan fisik pada genetalia,
didapatkan ibu mengeluarkan darah pervaginam dan USG dengan hasil sisa
plasenta.
b. Masalah
Pada kasus ibu nifas pada Ny. "M" P1A0H1 dengan perdarahan post partum
atas indikasi retensio sisa plasenta, masalah yang muncul sudah sesuai
menurut Sulistiawati ( 2009 ) adalah ibu merasakan cemas dan lemas
dengan keadaannya yang mengalami perdarahan.
c. Kebutuhan
Kebutuhan dari masalah yang muncul pada kasus ibu nifas pada Ny. "M"
P1A0H1 dengan perdarahan post partum atas indikasi retensio sisa
plasenta sudah sesuai menurut Salmah ( 2006 ) yaitu memberi informasi
pada ibu tentang penyebab perdarahan yang dialaminya.
3. Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial
Bidan mengantisipasi masalah potensial, tidak hanya merumuskan
masalah potensial yang akan terjadi, tetapi juga merumuskan tindakan
antisipasi agar masalah atau diagnosis tersebut tidak terjadi sehingga
langkah ini benar merupakan langkah yang logis ( Salmah,2006 ).
Diagnosa potensial pada ibu nifas dengan perdarahan post partum atas
indikasi retensio sisa plasenta bias terjadinya haemorhage post
partum, untuk mengantisipasi terjadinya diagnosa potensial tersebut,
bidan perlu mengobservasi keadaan umum dan tanda-tanda vital ibu serta
pemberian asupan nutrisi dan cairan. Dari hasil pemeriksaan
laboratorium didapatkan kadar Hb ibu 8,2 mg/dl. Namun, dalam kasus Ny.
" M" diagnosa potensial dapat dicegah karena segera ditangani dengan
baik, yakni bidan mengobservasi keadaan umum dan tanda-tanda vital
sebagai upaya mengidentifikasi dengan segera kemungkinan yang akan
terjadi, serta memberikan asupan nutrisi kepada ibu.
Pada langkah ini tidak terdapat kesenjangan antara fakta dan teori.
Antisipasi yang dilakukan oleh bidan sudah sesuai dengan kewenangannya.
4. Tindakan segera
Pada kasus ibu nifas pada Ny. "M" P1A0H1 dengan perdarahan post
partum atas indikasi retensio sisa plasenta kebutuhan terhadap
tindakan segera sudah sesuai menurut Sulistiawati ( 2009 ) yaitu
berkolaborasi dengan dokter spesialsi obstetric dan ginekologi yang
dilakukan yaitu dengan pemberian terapi meliput pemberian cairan
infuse, pemberian uterotonika, pemberian antibiotic, pemberian obat-
obatan oral, tindakan curretase serta transfusi darah. Pada langkah
ini tidak ada kesenjangan teori karena kolaborasi telah dilakukan
dengan baik sesuai dengan kewenangan masing-masing.
5. Menyusun rencana asuhan menyeluruh
Perencanaan asuhan kebidanan yang diberikan pada ibu nifas pada
Ny. "M" P1A0H1 dengan perdarahan post partum atas indikasi retensio
sisa plasenta sudah sesuai dengan menurut Manuaba ( 2008 ) dan
Saifuddin ( 2009 ) adalah :
7. Informasi hasil pemeriksaan pada ibu
8. Beri dukungan emosional
9. Berkolaborasi dengan dr.SpOG dalam melakukan :
1) Pemasangan O2
2) Pemasangan cairan infus
3) Pemasangan kateter
4) Lakukan pemeriksaan laboratorium
5) Melakukan tranfusi darah
6) curatte
10. Perbaiki KU ibu
11. Pemantauan perdarahan
Pada perencanaan 7 langkah varney serta pencatatan perkembangan
menggunakan SOAP antara teori dan kenyataan tidak ditemukan kesenjangan.
6. Pelaksanaan asuhan kebidanan
Pada kasus Ny. " M" implementasinya sudah sesuai dengan perencanaan
yang telah disusun pada langkah sebelumnya.
e) Menginformasikan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa keadaan ibu kurang
stabil, karena plasenta ibu belum lahir.
TTV : TD : 100/70 mmHg, N: 80 x/i, S: 36,5oC, P: 20x/i
f) Memberikan dukungan emosional dan support kepada ibu dengan melibatkan
suami atau anggota keluarga lainnya.
g) Menginformasikan hal-hal yang akan dilakukan pada ibu serta penanda
tanganan informed consent pada suami.
h) Melakukan kolaborasi dengan dr. SpOG dalam melakukan :
1) Melakukan pemasangan O2 untuk melancarkan peredaran udara ibu atau
pernafasan ibu.
2) Melakukan pemasangan infus untuk memeriksa input dan untuk
pemenuhan kebutuhan cairan ibu.
3) Melakukan pemasangan kateter untuk memeriksa output (pengeluaran
cairan) ibu.
4) Melakukan pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan Hb ibu dan di
dapatkan hasil Hb ibu 8,2 mg/dl
5) Melakukan transfusi darah untuk ibu sebanyak 2 kantong untuk
menambah zat besi ibu
6) Curettase sesuai dengan standar pelayanan di rumah sakit
i) Melakukan pemantauan kala IV secara intensif.
j) Memantau perdarahan ibu secara intensif.
7. Evaluasi
Bidan telah memberikan asuhan kebidanan dan menerapkan manajemen
kebidanan ibu nifas pada Ny. "M" P1A0H1 dengan perdarahan post partum
atas indikasi retensio sisa plasenta dengan cara melakukan kolaborasi
dengan dokter spesialis obstetric dan ginekologi. Setelah dilakukan
curretase, didapatkan hasil meliputi ibu mengatakan darah masih keluar
sedikit – sedikit, ari – ari terasa ngilu, keadaan umum ibu baik.
BAB VI
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari hasil penerapan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan
perdarahan post partum atas indikasi retensio sisa plasenta di ruang
tindakan kebidanan. Pengumpulan data dasar dapat dilakukan dengan
menggunakan format pengumpulan data berjalan lancar. Dimana data ini
didapatkan melalui anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Diagnosa yang ditemui adalah ibu Ny. "M" dengan perdarahan post
partum atas indikasi retensio sisa plasenta. Masalah yang ditemui adalah
ibu cemas karena masih perdarahan. Diagnosa dan masalah potensial yang
ditemukan adalah potensial anemia berat. Identifikasi yang memerlukan
penanganan segera yaitu kolaborasi dengan dokter spesialis Obgin.
Rencana asuhan yang diberikan pada kasus ini yaitu currettage dan
tindakan tersebut telah dilakukan sesuai dengan teori. Dari seluruh
kegiatan asuhan yang diberikan pada Ny. "M" selama 8 hari didapatkan
keadaan Ny. "M" sudah dalam keadaan baik, perdarahan sudah tidak ada, dan
nifas normal.
2. Saran
1. Bagi institusi pelayanan/ rumah sakit
Di harapkan dapat memberikan pelayanan kebidanan benar-benar
berdasarkan asuhan kebidanan dengan baik serta memandang klien sebagai
biopsikososial yang unik, sehingga pasien merasa di hargai dan dapat
menjadi pedoman bagi mahasiswi dalam memberikan arahan untuk
selanjutnya.
2. Bagi institusi pendidikan
Di harapkan kehadiran pendidikan untuk memantau mahasiswi di
lapangan agar dapat mengevaluasi antar teori dan praktek yang
dilakukan oleh mahasiswi. Selain itu juga diharapkan untuk menambah
referensi – referensi di perpustakaan sehingga peningkatan kualitas
dan pengembangan mahasiswa melalui studi kasus dapat tercapai.
3. Bagi mahasiswi
Agar dapat mengaplikasikan ilmu yang di dapat dari pendidikan
langsung ke lapangan dan di harapkan agar mahasiswi dapat bertindak
dan berfikir secara sistematis.
4. Bagi Responden
Diharapkan responden telah mengetahui sakit yang dialaminya dan
mengerti dengan penatalaksanaan yang dilakukan dan mau melakukan
kunjungan ulang.
DAFTAR PUSTAKA.
Cunningham, dkk, .2006.Obstetri Williams" Jakarta, EGC
Dr.Nugroho,T. 2010.Buku Ajar Obstetri Untuk Mahasiswa Kebidanan.
Yogjakarta: Nuha Medika.
Manuaba, Ida Ayudkk. 2010.Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB.
Jakarta : EGC.
Notoatmodjo,S. 2010Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Prawirohardjo,S.2009.Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan
Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka.
Prawirohardjo, Sarwono, 2008.Ilmu kebidanan. Jakarta : P.T Bina Pustaka
Prawirohardjo,S.2010.Buku Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka
Rahmawati,E.N. 2010.Ilmi Kebidanan : victory inti cipta
Rukiyah,A.y,&Yulianti,L.2011.Asuhan Kebidanan Kebidanan II. Jakarta: CV
Trans Info Media.
Rukiyah, Ai Yeyeh dan LiaYulianti. 2010.Asuhan Kebidanan IV. Jakarta : TIM.
Saleha,S. 2009.Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba Medika
Suherni, S. Ps, dkk, 2009.Perawatan masa nifas. Jakarta : Fitramaya
Soepardan,S. 2008.Konsep Kebidanan. Bandung: Buku Kedokteran EGC.
Wildan, Moh dan Hidayat, Alimul aziz, 2009.Dokumentasi kebidanan. Jakarta :
Salemba Medika
Winkjosastro, dkk, 2006.Ilmu Kebidanan Jakarta, Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
Widagdo, Doni, di akses tanggal 9 Desember 2013 http//www.depkes.go.id/ibu-
selamat-sehat-suami-siaga
Profil Dinkes Sumbar www.google.com
SDKI, 2012 www.google.com
Lampiran 1
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth :
Calon responden
Di
Tempat
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah Mahasiswa Program Studi
DIII Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Purna Bhakti Husada
Batusangkar :
Nama : Elsa Wahyu Illahi
NIM : 20115365
Alamat :Jorong pasar Tanjung Ampalu Kecamatan Koto VII, Kabupaten
Sijunjung.
Akan mengadakan penelitian dengan judul "Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
Pada Ny"M" dengan Perdarahan Post Partum Atas Indikasi Retensio Sisa
Plasenta di Ruang Tindakan Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Sawahlunto
Tahun 2014". Tujuan peneliti ini tidak berakibat buruk bagi responden yang
bersangkutan dan informasi yang diberikan akan di rahasiakan hanya untuk
kepentingan penelitian.
Apabila bapak/ibu menyetujui, maka dengan ini saya mohon kesediaan
untuk menandatangani lembaran persetujuan responden yang saya lampirkan
bersamaan dengan surat ini. Atas perhatian responden saya ucapkan terima
kasih.
Batusangkar, 26 Februari 2014
ELSA WAHYU ILLAHI
20115365
Lampiran 2
LEMBARAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Setelah dijelaskan maksud dan tujuan penelitian, saya bersedia menjadi
responden dalam penelitian yang akan dilakukan oleh saudara Elsa Wahyu
Illahi Mahasiswi Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Purna Bhakti
Husada Batusangkar, dengan judul penelitian "Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
Pada Ny "M" Dengan Perdarahan Post Partum Atas Indikasi Retensio Sisa
Plasenta Di RuangTindakan Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Sawahlunto
Tahun 2014". Demikian persetujuan ini saya tanda tangani dengan suka rela,
tanpa paksaan dari siapapun.
Batusangkar, 26 Februari 2014
( Responden )
Lampiran 4
SATUAN ACARA PENYULUHAN
1. Topik : Personal Hygiene bagi ibu menyusui
2. Sasaran : ibu nifas
3. Tujuan
a. Tujuan umum :
Setelah melakukan penyuluhan tentang personal hygine diharapkan ibu
dapat memahami dan menerapkan personal hygine di kehidupan sehari-
hari.
b. Tujuan khusus :
Setelah diberikan penyuluhan, diharapkan ibu mampu:
- Dapat menyebutkan personal hygine.
- Dapat menerapkan personal hygine di kehidupan sehari-hari.
4. Metode
a. Ceramah
b. tanya jawab
5. Hari/ Tanggal :
6. Waktu : 15 menit
7. Tempat :
8. Alat dan bahan penyuluhan : liflet
9. Referensi : Saleha,Siti.2009.Asuhan Kebidanan Masa
Nifas.Jakarta:Salemba Medika.
10. Kegiatan
"No "Tahan kegiatan "Kegiatan "Kegiatan ibu "Media yang"
" " "pendidikan " "digunakan "
"1 "Kegiatan Awal "Mengucapkan salam"Menjawab "Liflet "
" "2 menit " "salam " "
" " "Menjelaskan " " "
" " "tujuan penyuluhan"Mendengarkan " "
" " " " " "
" " "Kontrak waktu " " "
" " " " " "
" " " " " "
"2 "Penyajian "Menggali "Mengemukakan " "
" "10 menit "pengetahuan ibu "pendapat " "
" " "tentang manfaat " " "
" " "personal hygiene "Memperhatikan" "
" " "selama menyusui " " "
" " " " " "
" " "Menjelaskannya " " "
" " " " " "
"3. "Penutup "Memberi "Mengajukan " "
" "3 menit "kesempatan ibu "pertanyaan " "
" " "untuk bertanya " " "
" " " "Mendengarkan " "
" " "Menjawab " " "
" " "pertanyaan "Menjawab " "
" " " "pertanyaan " "
" " "Menyimpulkan " " "
" " "Mengadakan "Menjawab " "
" " "evaluasi "salam " "
" " " " " "
" " "Mengucapkan Salam" " "
Lampiran Materi
KEBERSIHAN DIRI ATAU PERSONAL HYGIENE.
Kebersihan diri ibu membantu mengurangi sumber infeksi dan
meningkatkan perasaan nyaman pada ibu. Anjurkan ibu unutuk menjaga
kebersihan diri dengan cara mandi yang teratur minimal 2 kali sehari,
mengganti pakaian dan alas tempat tidur serta lingkungan dimana ibu
tinggal.
Ibu harus tetap bersih, segar dan wangi. Merawat perineum dengan baik
dengan menggunakan antiseptik (PK / Dethol) dan selalu diingat bahwa
membersihkan perineum dari arah depan ke belakang.
Jaga kebersihan diri secara keseluruhan untuk menghindari infeksi,
baik pada luka jahitan maupun kulit.
a. Pakaian
Sebaiknya pakaian terbuat dari bahan yang mudah menyerap
keringat karena produksi keringat menjadi banyak. Produksi keringat
yang tinggi berguna untuk menghilangkan ekstra volume saat hamil.
Sebaiknya, pakaian agak longgar di daerah dada sehingga payudara tidak
tertekan dan kering. Demikian juga dengan pakaian dalam, agar tidak
terjadi iritasi (lecet) pada daerah sekitarnya akibat lochea.
b. Kebersihan rambut
Setelah bayi lahir, ibu mungkin akan mengalami kerontokan
rambut akibat gangguan perubahan hormon sehingga keadaannya menjadi
lebih tipis dibandingkan keadaan normal. Jumlah dan lamanya kerontokan
berbeda-beda antara satu wanita dengan wanita yang lain. Meskipun
demikian, kebanyakan akan pulih setelah beberapa bulan. Cuci rambut
dengan conditioner yang cukup, lalu menggunakan sisir yang lembut.
Hindari penggunaan pengering rambut.
c. Kebersihan kulit
Setelah persalinan, ekstra cairan tubuh yang dibutuhkan saat
hamil akan dikeluarkan kembali melalui air seni dan keringat untuk
menghilangkan pembengkakan pada wajah, kaki, betis, dan tangan ibu.
oleh karena itu, dalam minggu-minggu pertama setelah melahirkan, ibu
akan merasakan jumlah keringat yang lebih banyak dari biasanya.
Usahakan mandi lebih sering dan jaga agar kulit tetap kering.
d. Kebersihan vulva dan sekitarnya.
Mengajarkan ibu membersihkan daerah kelamin dengan cara
membersihkan daerah di sekitar vulva terlebih dahulu, dari depan ke
belakang, baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Bersihkan
vulva setiap kali buang air kecil atau besar.
Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya
dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci
dengan baik dan dikeringkan di bawah matahari atau disetrika.
Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan
sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada
ibu untuk menghindari menyentuh luka, cebok dengan air dingin atau
cuci menggunakan sabun.
Perawatan luka perineum bertujuan untuk mencegah infeksi,
meningkatkan rasa nyaman dan mempercepat penyembuhan. Perawatan luka
perineum dapat dilakukan dengan cara mencuci daerah genital dengan air
dan sabun setiap kali habis BAK/BAB yang dimulai dengan mencuci bagian
depan, baru kenudian daerah anus. Sebelum dan sesudahnya ibu dianjukan
untuk mencuci tangan. Pembalut hendaknya diganti minimal 2 kali
sehari. Bila pembalut yang dipakai ibu bukan pembalut habis pakai,
pembalut dapat dipakai kembali dengan dicuci, dijemur dibawah sinar
matahari dan disetrika.
SATUAN ACARA PENYULUHAN
1. Topik : gizi ibu menyusui
2. Sasaran : ibu menyusui
3. Tujuan
c. Tujuan umum :
Setelah mendapat pendidikan kesehatan mengenai gizi pada ibu
menyusui, diharapakan pasien mampu memahami kebutuhan gizi bagi ibu
selama menyusui
d. Tujuan khusus :
Setelah mendapat pendidikan kesehatan tentang gizi pada ibu
menyusui maka diharapkan pasien mengerti tentang:
- Pengertian gizi ibu menyusui
- Manfaat gizi ibu menyusui
- Karakteristik makanan bagi ibu menyusui
- Kebutuhan gizi ibu menyusui
4. Metode
c. Ceramah
d. tanya jawab
5. Hari/ Tanggal :
6. Waktu : menit
7. Tempat :
8. Alat dan bahan penyuluhan : liflet
9. Referensi : http://satuanacarapenyuluhan.blogspot.com/
10. Kegiatan
"No "Tahan kegiatan "Kegiatan "Kegiatan ibu "Media yang"
" " "pendidikan " "digunakan "
"1 "Kegiatan Awal "Membuka pertemuan"Menjawab "Liflet "
" "2 menit "dengan "salam " "
" " "mengucapkan "Mendengarkan " "
" " "salam. " " "
" " "Menjelaskan " " "
" " "tujuan pendidikan" " "
" " "kesehatan. " " "
"2 "Penyajian "Menggali "Mengemukakan " "
" "10 "pengalaman ibu, "pendapat " "
" " "tentang "Mendengar " "
" " "pengetahuan nya " " "
" " "terhadap gizi ibu" " "
" " "menyusui. " " "
" " "menjelaskan " " "
" " "pengertian gizi " " "
" " "ibu menyusui " " "
" " "menjelaskan " " "
" " "manfaat ibu " " "
" " "menyusui " " "
" " "menjelaskan " " "
" " "karakteristik ibu" " "
" " "menyusui " " "
" " "menjelaskan " " "
" " "kebutuhan gizi " " "
" " "ibu menyusui " " "
"3. "Penutup "Menyimpulkan "Mendengar " "
" "3 menit "materi "Menjawab " "
" " "Melakukan "pertanyaan " "
" " "evaluasi "Menjawab " "
" " "Mengucapkan salam"salam " "
Lampiran Materi
GIZI IBU MENYUSUI
Pengertian
Gizi ibu menyusui adalah makanan yang mengandung zat – zat gizi
yang dibutuhkan oleh tubuh selama masa menyusui dalam meningkatkan
produksi ASI sebagai makanan bayi.
Manfaat gizi bagi ibu menyusui
- Pembentukan ASI yang diperlukan sebagai makanan bagi bayi
- Untuk pemulihan kesehatan ibu setelah melahirkan
- Mempertahankan sirkulasi yang adekuat bagi ibu selama prosese
pemulihan
- Meningkatkan pertahanan tubuh selama proses pemulihan
- Menyeimbangkan kebutuhan energi dalam aktivitas ibu dengan
peningkatan metabolism (pembakaran) dalam tubuh
Karakteristik makanan bagi ibu menyusui
- Makanan seimbang: kalori, protein dan karbohidrat
- Jumlahnya lebih banyak dari makanan ibu hamil
- Kebutuhan air lebih banyakk setiap hariblebih dari 6 gelas
- Makanan tidak mengandung bumbu yang merangsang: cabe
- Makanan mengandung banyak sayuran hijau untuk meningkatkan
progduksi ASI dan proses BAB
Kebutuhan gizi ibu menyusui
1. Kebutuhan kalori, 825 kilokalori diperoleh dari :
Beras, singong, kentang, gandum, jagung
Mie, minyak, minyak hewani
2. Kebutuhan protein 25 gram diperoleh dari :
Kacang – kacangan, tahu, tempe
3. Kebutuhan vitamin C 30 mg diperoleh dari :
Buah – buahan : jeruk, jambu biji
4. Kebutuhan vitamin A 2500 IU diperoleh dari :
Kuning telur, susu, sayuran hijau, minyak ikan, buah – buahan
kuning, hati
5. Kebutuhan zat besi diperoleh dari :
Hati, daging, sayuran hijau, kuning telur, kacang - kacang
Takaran menu nutrisi ibu menyusui dalam sehari
Nasi : 4-5 piring
Ikan : 2-3 potong
Ikan : 2-3 potong
Tempe : 4-5 potong
Sayuran : 3 mangkok
Buah : 2 potong
Gula : 2-5 sendok teh
Air : 8 gelas
Makanan yang harus dihindari
Ikan sebaiknya dikurangi karena mengandung polutan yang dapat
membahayakan bayi
Kacang dapat menyebabkan alergi
Penyebab apabila ibu menyusui kurang gizi
Produksi ASI menurun
Gizi yang didapat bayi tidak optimal
Kadar lemak dan vitamin dalam ASI cenderung kurang
Keadaan umum dan kesehatan BBL kurang
SATUAN ACARA PENYULUHAN
1. Topik : ASI Eksklusif
2. Sasaran : ibu nifas yang menyusui
3. Tujuan
Tujuan umum :
Setelah mendapatkan penyuluhan, diharapkan ibu mengertidan memahami
tentang ASI Ekslusif.
Tujuan khusus :
Setelah diberikan penyuluhan, diharapkan ibu mampu:
- Menjelaskan pengertian asi ekslusif
- Manfaat asi ekslusif
4. Metode
Ceramah
tanya jawab
5. Hari/ Tanggal :
6. Waktu : 15 menit
7. Tempat :
8. Alat dan bahan penyuluhan : liflet
9. Referensi : Saleha,Siti.2009.Asuhan Kebidanan Masa
Nifas.Jakarta:Salemba Medika.
10. Kegiatan
"No "Tahan kegiatan "Kegiatan "Kegiatan ibu "Media yang"
" " "pendidikan " "digunakan "
"1 "Kegiatan Awal "Mengucapkan salam"Menjawab "Liflet "
" "menit " "salam " "
" " "Menjelaskan " " "
" " "tujuan penyuluhan"Mendengarkan " "
" " " " " "
" " "Kontrak waktu " " "
"2 "Penyajian "Menggali "Mengemukakan " "
" "10 menit "pengetahuan ibu "pendapat " "
" " "tentang ASI "Mendengar " "
" " "Ekslusif " " "
" " " " " "
" " "Menjelaskan " " "
" " "manfaat ASI " " "
" " "Ekslusif " " "
" " " " " "
"3. "Penutup "Memberi "Mengajukan " "
" "3 menit "kesempatan ibu "pertanyaan " "
" " "untuk bertanya " " "
" " " "Mendengarkan " "
" " "Menjawab " " "
" " "pertanyaan "Menjawab " "
" " " "pertanyaan " "
" " "Menyimpulkan " " "
" " "Mengadakan "Menjawab " "
" " "evaluasi "salam " "
" " "Mengucapkan Salam" " "
Lampiran Materi
ASI EKSLUSIF
1. Pengertian
ASI Ekslusif adalah pemberian ASI saja kepada bayi sampai bayi berumur
6 bulan tanpa disertai dengan pemberian makanan lain
2. Manfaat ASI
a. Bagi Bayi
1) ASI mengandung hampir semua zat gizi yang dibuuhkan bayi.
2) ASI mengandung zat penolak yang melindungi bayi dari penyakit
3) ASI terjamin bersih dan aman dari kontaminasi karena langsung
diberikan.
4) Alergi terhadap ASI sangat kecil.
5) ASI membantu pertumbuhan gigi sangat baik
b.Bagi Ibu
1) Mengurangi perdarahan selama nifas
2) Ekonomis dan praktis
3) Dapat mempererat hubungan ibu dan bayi
4) Dapat menjarangkan kehamilan selama pemberian teratur
c. Bagi Negara
Menghasilkan sumber daya manusia yang bermutu, karena bayi yang
mendapatkan ASI ekslusif memiliki asupan gizi yang baik.
SATUAN ACARA PENYULUHAN
1. Topik : teknik menyusui yang benar
2. Sasaran : ibu nifas yang menyusui
3. Tujuan
Tujuan umum :
Setelah mendapatkan penyuluhan, diharapkan ibu mengertiteknik
menyusui yang benar.
Tujuan khusus :
Setelah diberikan penyuluhan, diharapkan ibu mamp menyebutkan
posisi dan teknik menyusui yang benar.
4. Metode
Ceramah
tanya jawab
5. Hari/ Tanggal :
6. Waktu : 15 menit
7. Tempat :
8. Alat dan bahan penyuluhan : liflet
9. Referensi : Saleha,Siti,2009,Asuhan Kebidanan pada Masa
Nifas,Jakarta:Salemba Medika.
10. Kegiatan
"No "Tahan kegiatan "Kegiatan "Kegiatan ibu "Media yang"
" " "pendidikan " "digunakan "
"1 "Kegiatan Awal "Mengucapkan salam"Menjawab "Liflet "
" "2 menit " "salam " "
" " "Menjelaskan " " "
" " "tujuan penyuluhan"Mendengarkan " "
" " " " " "
" " "Kontrak waktu " " "
"2 "Penyajian "Mejelaskan teknik"Memperhatikan" "
" "10 menit "menyusui yang " " "
" " "benar " " "
" " " "Mengemukakan " "
" " "Memberi "pendapat " "
" " "kesempatan ibu " " "
" " "untuk bertanya " " "
"3. "Penutup "Menyimpulkan "Mendengarkan " "
" "3 menit " " " "
" " "Mengadakan "Menjawab " "
" " "evaluasi "pertanyaan " "
" " " " " "
" " " "Menjawab " "
" " "Mengucapkan Salam"salam " "
Lampiran Materi
POSISI MENYUSUI YANG BENAR
1. Posisi Madonna/Cradle Hold (Menggendong)
Posisi ini adalah posisi normal atau posisi menggendong bayi yang
sering dilakukan oleh ibu menyusui pada umumnya, yaitu kedua tangan ibu
menggendong bayi untuk menyusui. Posisi ini sangat baik untuk bayi baru
lahir. Bayi berbaring miring menghadap iu. Kepala, leher, dan punggung
atas bayi diletakkan pada lengan bawah lateral payudara. Ibu menggunakan
tangan sebelahnya untuk memegang payudara jika diperlukan.
2. Posisi menggendong silang (cross cradle atau posisi transisi)
Bayi berbaring miring menghadap ibu. Posisi ini dilakukan dengan
lengan berlawanan dengan payudara. Dimana lengan bawah ibu menyangga tubuh
bayi, lalu telapak tangan ibu menyangga kepala bayi bagian bawah setinggi
teling bayi atau lebih rendah. Posisi ini berguna untuk bayi yang sangat
kecil, bayi sakit atau kelainan fisik.
3. Posisi football (mengapit)
Posisi ini biasanya dilakukan pada bayi kembar atau jika ibu
mengalami kesulitan meletakkan bayi melintang didepan tubuhnya. Pada
posisi ini telapak tangan ibu menyangga kepala bayi bagian bawah setinggi
telinga bayi atau lebih rendah. Payudara yang digunakan untuk menyusui
sama dengan tangan yang memegang bayi. Lalu kaki bayi ke bagian belakang
badan ibu di samping tangan yang memegang bayi.
4. Posisi berbaring miring/Liying Down
Posisi ini berguna untuk ibu yang gin berbaring atau setelah
melahirkan sesar. Posisi tidur ibi pun dapat dilakukan dengan lengan
menopang kepala ibu atau bayi dapat di topang dengan lengan bawah dan bila
ASI berlebihan maka proses menyusui dapat dilakukan dengan terlentang dan
bayi tengkurap (Heryani, 2012:164)
TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR
Terdapat berbagai macam posisi menyusui. Cara menyusui yang tergolong
biasa dilakukan adalah dengan duduk,berdiri dan berbaring. Ada posisi
khusus yang berkaitan dengan situasi tertentu,seperti ibu pasca operasi
sesar .Bayi diletakkan disamping kepala ibu dengan posisi kaki diatas.
Menyusui bayi kembar dilakukan dengan cara seperti memegang bola
disuse secara bersamaan ,yaitu di payudara kiri dan kanan. Pada ASI yang
memancar
( penuh ),bayi ditengkurapkan diatas dada ibu,tangan ibu sedikit menahan
kepala bayi,sehingga dengan posisi ini bayi tidak terdesak.
Langkah-langkah menyusui yang benar :
1. Cuci tangan yang bersih dengan sabun,perah sedikit asi dan oleskan
disekitar putting,kemudian duduk dan berbaring dengan santai.
2. Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi menyanggah seluruh dan
tubuh bayi harus lurus,hadapakan bayi ke dada ibu,sehingga hidung bayi
berhadapan dengan putting susu.Dekatkan tubuh bayi ke tubuh
ibu,menyentuh bibir bayi ke putting susunya,dan menunggu sampai mulut
bayi terbuka lebar.
3. Cara melekatkan mulut bayi dengan benaryaitu dagu menempelpada
payudara ibu,mulut bayi terbuka lebar dan bibir bawah bayi membuka
lebar.
Apabila bayi telah menyusu dengan benar,maka akan memperlihatkan
tandatanda sebagai berikut:
a. Bayi tampak tenang
b. Badan bayi menempel pada perut ibu
c. Mulut bayi terbuka leba
d. Dagu bayi menempelpada payudara ibu
e. Sebagian areola msuk ke dalam mulut bayi, areola bawah lebih banyak
yang masuk.
SATUAN ACARA PENYULUHAN
1. Topik : perawatan payudara bagi ibu menyusui
2. Sasaran : ibu menyusui
3. Tujuan
Tujuan umum :
Setelah melakukan penyuluhan tentang perawatan payudara diharapkan
ibu dapat memahami dan menerapkannya sehingga ibu dapat menjaga
kebersihan payudara agar tidak terjadi bendungan ASI.
Tujuan khusus :
Setelah diberikan penyuluhan, diharapkan ibu mampu:
- Dapat menyebutkan perawatan payudara.
- Dapat menerapkan perawatan payudara di kehidupan sehari-hari.
4. Metode
Ceramah
tanya jawab
5. Hari/ Tanggal :
6. Waktu : 15 menit
7. Tempat :
8. Alat dan bahan penyuluhan : liflet
9. Referensi : Saleha,Siti.2009.Asuhan Kebidanan Masa
Nifas.Jakarta:Salemba Medika.
10. Kegiatan
"No "Tahan kegiatan "Kegiatan "Kegiatan ibu "Media yang"
" " "pendidikan " "digunakan "
"1 "Kegiatan Awal "Mengucapkan salam"Menjawab salam "Liflet "
" "3 menit " "Mendengarkan " "
" " "Menjelaskan " " "
" " "tujuan penyuluhan" " "
" " " " " "
" " "Kontrak waktu " " "
"2 "Penyajian "Menggali "Mengemukakan " "
" "10 menit "pengetahuan ibu "pendapat " "
" " "tentang manfaat " " "
" " "perawatan " " "
" " "payudara selama "Mendengar " "
" " "menyusui " " "
" " " " " "
" " "Menjelaskan " " "
" " "langkah2nya " " "
"3. "Penutup "Memberi "Mengajukan " "
" "2 menit "kesempatan ibu "pertanyaan " "
" " "untuk bertanya " " "
" " " " " "
" " "Menjawab "Mendengarkan " "
" " "pertanyaan " " "
" " " " " "
" " "Menyimpulkan "Menjawab " "
" " "Mengadakan "pertanyaan " "
" " "evaluasi " " "
" " " " " "
" " "Mengucapkan Salam"Menjawab salam " "
Lampiran Materi
PERAWATAN PAYUDARA
Perawatan payudara pada masa nifas adalah suatu kebutuhan bagi ibu
yang baru saja melahirkan. Masa nifas sendiri adalah selama enam minggu
atau 40 hari setelah persalinan. Pada masa nifas perawatan payudara
merupakan suatu tindakan yang sangat penting untuk merawat payudara
terutama untuk memperlancara pengeluaran air susu ibu (ASI).Hal ini terjadi
karena pada masa ini ibu mengalami perubahan fisik dan alat reproduksi yang
kembali ke keadaan sebelum hamil, masa laktasi maupun perubahan psikologis
untuk mendapatkan keturunan baru. Dengan melakukan perawatan yang tepat
yang biasanya berupa pegurutan dan pemijatan menggunakan beberapa bahan dan
alat-alat yang alami, diharapkan ibu merasa lebih nyaman menyusui bayinya.
Dengan melakukan perawatan payudara saat nifas diharapkan ibu dapat
meningkatkan produksi ASI dengan merangsang kelenjar air susu.Payudara
adalah satu-satunya penghasil ASI.Jika hal itu sudah terjadi maka dapat
berdampak pada bayi. Selain itu,payudara ibu juga berisiko menjadi kendur
setelah menyusui jika tidak langsung dirawat saat masa nifas.
A. Manfaat perawatan payudara
Perawatan payudara adalah suatu tindakan untuk merawat payudara
terutama pada masa nifas untuk memperlancar pengeluaran ASI.
Perawatan payudara dapat dilakukan dua kali sehari yaitu saat mandi
pagi dan mandi sore.
Berikut adalah manfaat perawatan payudara:
1. Memelihara kebersihan payudara sehingga bayi mudah menyusu pada
ibunya.
2. Melenturkan dan menguatkan putting susu sehingga bayi mudah menyusu.
3. Mengurangi risiko luka saat bayi menyusu.
4. Merangsang kelenjar air susu sehingga produksi ASI menjadi lancar.
5. Untuk persiapan psikis ibu menyusui dan menjaga bentuk payudara.
6. Mencegah penyumbatan pada payudara.
B. LANGKAH-LANGKAH PERAWATAN
Persiapan ibu
1. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir
2. Buka pakaian
3. Persiapan alat
PERLATAN
1. Handuk.
2. Kapas yang dibentuk bulat.
3. Minyak kelapa atau baby oil.
4. Waslap atau handuk kecil untuk kompres.
5. Dua baskom masing-masing berisi air hangat dan air dingin.
Pelaksanaan
1. Buka pakaian ibu.
2. letakkan handuk di atas pangkuan ibu tutuplah payudara dengan
handuk.
3. Buka handuk pada daerah payudara dan taruh di pundak.
4. Kompres putting susu dengan menggunakan kapas minyak selama 3-5 menit
agar epitel yang lepas tidak menumpuk lalu bersihkan kerak-kerak pada
putting susu.
5. Bersihkan dan tariklah putting susu keluar terutama untuk putting susu
yang datar.
6. Ketuk-ketuk sekeliling putting susu dengan ujung-ujung jari.
Pengurutan I
a. Licinkan kedua tangan dengan baby oil.
b. Menyokong payudara kiri dengan tangan kiri, lakukan gerakan kecil
dengan 2 atau 3 jari tangan tangan mulai dari pangkal payudara dengan
gerakan memutar
berakhir pada daerah putting (dilakukan 20-30 kali)
Pengurutan II
Membuat gerakan memutar sambil menekan dari pangkal
payudara dan berakhir pada putting susu (dilakukan 20-30
kali) pada kedua payudara.
Pengurutan III
Meletakkan kedua tangan diantara payudara, mengurut dari
tengah ke atas sambil mengangkat kedua payudara dan
lepaskan keduanya perlahan.
Pengurutan IV
Mengurut payudara dengan sisi kelingking dari arah pangkal
ke arah putting susu.
7. Payudara dikompres dengan air hangat lalu dingin secara bergantian
kira-kira 5 menit (air hangat dahulu). Keringkan dengan handuk dan
pakailah BH khusus yang dapat menopang dan menyangga payudara.
C. Akibat yang timbul jika tidak melakukan perawatan payudara
1. Anak susah menyusu karena payudara yang kotor.
2. Putting susu tenggelam sehingga bayi susah menyusu.
3. ASI menjadi lama keluar sehingga berdampak pada bayi.
4. Produksi ASI terbatas karena kurang dirangsang melalui pemijitan dan
pengurutan.
5. Terjadi pembengkakan, peradangan pada payudara dan kulit payudara
terutama pada bagian putting mudah lecet.
SATUAN ACARA PENYULUHAN
1. Topik : Keluarga berencana (KB)
2. Sasaran : ibu nifas
3. Tujuan
Tujuan umum :
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan tentang penggunaan alat
kontrasepsi, keluarga diharapkan memahami tentang berbagai macam
alat kontasepsi dan menerapkan dalam kehidupannya.
Tujuan khusus :
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan, keluarga dapat
menjelaskan kembali:
- Ibu mengetahui pengertian KB dan kontrasepsi.
- Ibu mengetahui manfaat KB.
- Ibu mengetahui macam-macam metode alat kontrasepsi
4. Metode
Ceramah
tanya jawab
5. Hari/ Tanggal : Selasa 11 Maret 2014
6. Waktu : 15 menit
7. Tempat : di rumah pasien
8. Alat dan bahan penyuluhan : liflet
9. Referensi : Hidayati, Ratna. 2009. Metode dan Tekhnik Penggunaan Alat
Kontrasepsi. Salemba Medika: Jakarta
10. Kegiatan
"No "Tahan kegiatan "Kegiatan "Kegiatan ibu "Media yang"
" " "pendidikan " "digunakan "
"1 "Kegiatan Awal "Mengucapkan salam"Menjawab "Liflet "
" "menit " "salam " "
" " "Menjelaskan " " "
" " "tujuan penyuluhan"Mendengarkan " "
" " " " " "
" " "Kontrak waktu " " "
"2 "Penyajian "Menggali "Mengemukakan " "
" "10 menit "pengetahuan ibu "pendapat " "
" " "tentang KB yang " " "
" " "diketahuinya. "Mendengar " "
" " " " " "
" " "Menjelaskan " " "
" " "materi penyuluhan" " "
" " "secara berurutan " " "
" " "dan teratur " " "
" " "Materi: " " "
" " "Pengertian KB dan" " "
" " "kontrasepsi " " "
" " "Manfaat KB " " "
" " "Macam-macam " " "
" " "metode alat " " "
" " "kontrasepsi " " "
"3. "Penutup "Memberi "Mengajukan " "
" "3 menit "kesempatan ibu "pertanyaan " "
" " "untuk bertanya " " "
" " " "Mendengarkan " "
" " "Menjawab " " "
" " "pertanyaan "Menjawab " "
" " " "pertanyaan " "
" " "Menyimpulkan " " "
" " "Mengadakan "Menjawab " "
" " "evaluasi "salam " "
" " "Mengucapkan Salam" " "
Lampiran Materi
Keluarga Berencana (KB)
a) Pengertian
Keluarga berencana adalah salah satu usaha untuk mencapai kesejahteraan
dengan jalan memberikan nasehat perkawinan, pengobatan kemandulan dan
penjarangan kehamilan, atau salah satu usaha untuk membantu keluarga
termasuk individu merencanakan kehidupan berkeluarga dengan baik sehingga
dapat mencapai keluarga berkualitas.
Kontrasepsi merupakan pencegahan terjadinya kehamilan/konsepsi (bukan
aborsi). Alat kontrasepsi merupakan alat yang digunakan untuk mencegah
terjadinya suatu kehamilan.
b) MANFAAT KELUARGA BERENCANA
1) Perbaikan kesehatan badan ibu
2) danya waktu yang cukup untuk mengasuh anak-anaak, beristirahat, dan
menikmati waktu luang serta melakukan kegiatan-kegiatan lain.
3) Perkembangan fisik, mental dan sosial anak lebih sempurna.
4) Perencanan kesempatan pendidikan yang lebih baik.
c) Macam – macam kontrasepsi
Ada berbagai macam alat kontrasepsi di Indonesia. Terdiri dari KB hormonal,
non hormonal, alamiah, dan kontrasepsi mantap:
1. Adapun KB hormonal
Efek samping dari metode kontrasepsi hormonal ini adalah:
a. Menstruasi menjadi tidak teratur atau tidak mens sama sekali (kecuali
pil)
b. Kenaikan berat badan
c. Muncul flek hitam pada wajah
d. Mual, pusing, atau muntah
Cara kerja :
a. Menekan ovulasi
b. Mencegah implantasi
c. Mengentalkan lendir servik, sehingga sulit dilalui oleh sperma
d. Pergerakan tuba terganggu, sehingga transportasi telur juga terganggu
A. Pil oral kombinasi
Pil yang mengandung hormon estrogen dan progesteron (pil kombinasi) atau
progesteron saja yang diminum setiap hari selama 21 atau 28 hari.
1) Afektif dan reversible
2) Harus diminum setiap hari
3) Efek samping yang serius jarang terjadi
4) Efek samping yang sering timbul yaitu mual dan bercak perdarahan atau
spotting
5) Tidak dianjurkan pada wanita yang sedang menyusui
6) Dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi darurat
Jenis-jenis pil oral kombinasi, yaitu:
a. Monofasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon
aktif estrogen/progestin dalam dosis yang sama dengan 7 tablet tanpa
hormon aktif
b. Bifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon
aktif estrogen/progestin dengan dua dosis yang berbeda dengan 7 tablet
tanpa hormon aktif
c. Trifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon
aktif estrogen/progestin dengan tiga dosis yang berbeda dengan 7
tablet tanpa hormon aktif
Kebihan pil oral kombinasi, yaitu:
a) Memiliki efektifitas yang tinggi
b) Resiko terhadap kesehatan sangat kecil
c) Tidak mengganggu hubungan seksual
d) Siklus haid teratur, tidak terjadi nyeri haid
e) Dapat digunakan jangka panjang selama wanita itu ingin menggunakannya
f) Mudah diberhentikan setiap saat dan kesuburan akan kembali setelah
diberhentikan
g) Untuk kontrasepsi darurat
Kekurangan pil oral kombinasi, yaitu:
1) Mahal dan membosankan karena harus menggunakannya setiap hari
2) Mual, terutama pada 3 bulan pertama
3) Perdarahan bercak/spotting terutama 3 bulan pertama
4) Nyeri payudara, BB mengalami kenaikan, tidak untuk wanita menyusui
5) Meningkatkan TD
B. Suntik
Obat suntik yang berisi progesteron yang disuntikkan setiap 2 atau 3
bulan, atau hormon estrogen dan progesteron yang disuntikkan setiap 1 bulan
(suntikan kombinasi) pada otot panggul atau lengan atas.
1) Suntik progestin
Merupakan metoda kontrasepsi yang efektif, aman, dapat dipakai oleh
semua WUS, kembalinya ke kesuuburan lebih lambat (4 bulan), cocok
untuk masa laktasi karena tidak mempengaruhi ASI.
Jenis-jenis suntik progestin :
a) DMPA mengandung 150 mg DMPAyang diberikan setiap 3 bulan dengan cara
disuntikkan IM.
b) Depo Noristerat yang mengandung 200 mg Noretindron Enantat dengan cara
disuntikan IM dalam.
Kelebihan suntik progestin, yaitu:
a) Sangat efektif untuk pencegahan kehamilan jangka panjang
b) Tidak mempengaruhi hubungan suami istri
c) Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak pada penyakit
jantung
d) Tidak berpengaruh terhadap ASI
Kekurangan suntik progestin, yaitu:
a) Sering ditemukan gangguan haid seperti spotting, siklus memanjang dan
memendek
b) Klien bergantuung pelayanan kesehatan dan tidak dapat dihentikan
sewaktu-waktu
c) Peningkatan BB dan terlambanya kembali ke kesuburan setelah
penghentian pemakaian.
2) Suntik kombinasi
Merupakan jenis suntikan yang terdiri atas 25 mg Depo
Medroksiprogesteron Asetat 5 mg Estradiol Sipionat yang diberikan
injeksi IM 1 bulan sekali.
Kelebihan suntik kombinasi, yaitu:
a) Resiko terhadap kesehatan kecil, tidak mempengaruhi hubungan suami
istri
b) Tidak diperlukan pemeriksaan dalam dan metode jangka panjang
c) Efek samping yang kecil
d) Klien tidak perlu menyimpann obat suntik
Kekurangan suntik kombinasi, yaitu :
a. Terjadi perubahan pola haid, apotting, perdarahan sela sampai 10 hari
b. Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan
c. Ketergantungan terhadap pelayanan kesehatan
d. Peningkatan BB dan terlambat kembali kesuburannya
C. Implan
Efektif 5 tahun untuk Norpalan (terdiri dari 6 batang ), 3 tahun untuk
Indoplan/Implano, klien merasa kenyamanan, dapat dipakai oleh semua ibu
usia reproduksi, pemasangan dan pencabutan memerlukan pelatihan, kesuburan
akan kembali setelah dicabut, efek samping utama berupa perdarahan tidak
teratur, bercak dan aminorhea dan aman dipakai saat menyusui.
Keuntungan implant, yaitu:
a) Daya guna tinggi, perlindungan jangka panjang (5 tahun), pengembalian
tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan.
b) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam, bebas dari pengarus estrogen,
tidak mengganggu coitus dan tidak mempengaruhi ASI.
c) Klien kontrol ke klinik jika ada keluhan dan dapat dilakukan
pencabutan setiap saat sesuai dengan kebutuhan.
Kekurangan implant, yaitu:
a. Perubahan pola haid
b. Nyeri kepala dan nyeri dada
c. Peningkatan/penurunan BB
d. Memerlukan pembedahan minor untuk pemasangan dan pelepasan
2. KB non hormonal
a) AKDR (IUD)
AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) merupakan alat kecil yang terdiri
dari rangka plastik yang lentur dengan dililiti kawat tembaga dan benang
yang dipasang didalam rahim.
Cara kerja:
1) Menghambat kemampuan sperma masuk tuba fallopi.
2) Mencegah implantasi telur dalam uterus.
3) Mencegah sperma dan ovum bertemu.
Keuntungan IUD, yaitu:
a) Tidak mempengaruhi hubungan seksual.
b) Meningkatkan kenyamanan hubungan seksual.
c) Tidak mempengaruhi ASI.
d) Metode jangka panjang.
e) Dapat digunakan sampai menopouse.
Efek samping penggunaan IUD:
1) Menstruasi menjadi lebih lama dan banyak
2) Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama)
3) Perdarahan irreguler (spotting) di antara menstruasi
4) Saat haid lebih sakit
b) Kondom
Kondom merupakan selubung atau sarung karet yang terbuat dari lateks
(karet) atau plastik (vinil), yang dipasang pada penis saat berhubungan
seksual.
Cara kerja:
1) Menghalangi bertemunya sperma dan sel telur.
2) Mencegah penularan mikroorganisme dari satu pasangan ke pasangan lain.
Keuntungan kondom, yaitu:
a) Tidak mengganggu produksi ASI.
b) Mencegah PMS
c) Mencegah ejakulasi dini.
d) Mencegah terjadinya kanker serviks.
e) Mencegah imunoinfertiltas.
f) Murah dan dapat diberi secara umum.
g) Memberi dorongan suami untuk ber KB.
Efek samping:
a. Kondom rusak atau bocor sebelum berhubungan
b. Alergi
c. Mengurangi kenikmatan hubungan seksual
3. KB yang tanpa memakai alat apapun (alamiah)
1) Coitus interuptus (senggama terputus)
Adalah suatu metode koontrasepsi dimana senggama diakhiri sebelum terjadi
ejakulasi intravaginal. Ejakulasi terjadi jauh dari genitalia eksterna
wanita.
Cara kerja: alat kelamin (penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi sehingga
sperma tidak masuk ke dalam vagina. Dengan demikian tidak ada pertemuan
antara apermatozoa dengan ovum sehingga kehamilan dapat dicegah.
Keuntungan:
a. Efektif bila dilaksanakan dengan benar
b. Tidakk mengganggu produsi ASI
c. Dapat digunakan sebagai pendukung metoda KB lainnya
d. Tidak ada efek samping
e. Tidak memerlukan alat
2) Kalender
Metode KS dengan tidak melakukan sanggama pada masa subur, effektivitasnya
75%-80%, pengertian antar pasangan harus ditekankan, faktor kegagalan
karena salah menghitung masa subur dan siklus haid yg tidak teratur Masa
subur siklus terpanjang dikurangi 11 dan siklus terpendek dikurangi 18.
3) MAL (metode amenorrea laktasi)
Merupakan kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI secara eksklusif. MaL
dapat dipakai sebagai kontraseepsi bila: menyusui secara penuh, lebih
efektif jika pemberian belum haid, usia bayi kurang dari 6 bulan.
Efektifitasnya sampai 6 bulan dan harus dilanjutkan dengan pemakaian metode
kontrasepsi lainnya. Cara kerjanya yaitu menunda atau menekan ovulasi.
Keuntungannnya: efektifitas tinggi (98%) pada 6 bulan pertama setelah
melahirkan, segera efektif, tidak mengganggu senggama, tidak ada eefek
samping secara sistemik, tidak perlu perawatan medis, tidak perlu obat atau
alat dan tanpa biaya.
Keterbatasannya:
1) Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui dalam
30 menit pasca persalinan
2) Mungkin sulit dilakukan karena kondisi sosial
3) Efektifitas tinggi hanya sampai kembalinya haid atau sampai dengan 6
bulan
4) Tidak melindungi terhadap infeksi menular seksual, termasuk
hepatitis B (HBV) dan HIV/AIDS.
5) Yang dapat menggunakan MAL adalah ibu yang menyusui secara
eksklusif, bayinya berusia kurang dari 6 bulandan belum mendapat
haid setelah melahirkan.
4. Kontrasepsi mantap terdiri dari:
a) Tubektomi (MOW)
Pengikatam/pemotongan tuba fallopi kiri dan kanan pada wanita untuk
mencegah transport ovum dari ovarium melalui tuba ke arah uterus, dilakukan
dengan cara operasi, effektivitas : tinggi, reversibilitas: rendah, disebut
kontrasepsi mantap
b) Vasektomi (MOP)
Pengikatan/pemotongan vas defferen kiri dan kanan pada pria untuk
mencegah transport spermatozoa dari testis, dilakukan dengan cara operasi
kecil / minor surgery, effektifitas : tinggi, reversibilitas : rendah,
disebut kontrasepsi mantap.
Lampiran 5
Dokumentasi foto
Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Pada Ny"M" Dengan Perdarahan Atas Indikasi
Retensio Sisa Plasenta di Ruang Tindakan Kebidanan RSUD Kota Sawahlunto
Tahun 2014
Kunjungan 1 Kunjungan 2
Meminta persetujuan menjadi klien menanyakan keluhan yang dirasakan
ibu
Kunjungan 3 kunjungan 4
Menjelaskan tentang perdarahan menjelaskan keluhan yang dirasakan
ibu
Kunjungan 5 Kunjung 6
Memberikan ibu Pendkes memberikan ibu pendkes
Kunjungan 7
Menyakan keadaan ibu dan memberikan ibu pendkes
Kunjungan 8
Memeriksa Tekanan Darah ibu dan memberikan pendkes
\
-----------------------
1
7
8
37
49
52
55
81
88