RUMAH SAKIT PARU PROVINSI JAWA BARAT
PENULISAN RESEP OBAT SESUAI FORMULARIUM OLEH DOKTER No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
-
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
PENGERTIAN
TUJUAN KEBIJAKAN
PROSEDUR
UNIT TERKAIT
Tanggal terbit
1/1 Ditetapkan Oleh Direktur RSP Provinsi Jawa Barat
Dr. Rr. Endang Noersita Daim, MPH NIP 19590525 199002 2001 Penulisan Resep Obat yang Sesuai Formularium oleh Dokter adalah jumlah item (bukan jumlah pcs) nama/jenis obat yang ditulis dalam resep obat yang sesuai dengan formularium rumah sakit. Fomularium obat adalah daftar obat yang digunakan di rumah sakit yang telah ditetapkan jumlah item nama/jenis obat Tergambarnya Tergambarnya efisiensi pelayanan pelayanan obat kepada pasien SK Kepala Rumah Sakit Paru Provinsi Jawa Barat Nomor : Kep / / / 2015 tentang Pemberlakuan Indikator Mutu Area Klinik di lingkungan Rumah Sakit Paru Provinsi Jawa Barat 1. Pencatatan setiap hari kerja, dengan purposive sampling setiap order obat harus diperiksa, oleh petugas Instalasi Farmasi, item obat yang tidak sesuai maka dicatat sebagai insiden 2. Formula = Jumlah item obat yang sesuai daftar formularium yang diorder dalam resep setiap pasien dalam 1 bulan (buah) : Jumlah seluruh item obat yang diorder dalam resep setiap pasien pada periode yang sama x 100% = ___% 3. Target : ≥ 80% 4. Rekapitulasi Rekapitula si dan analisa sederhana se derhana dilaksanakan dilaksan akan oleh PIC/Kepala Instalasi Farmasi sebagai informasi awal untuk unitnya 5. Kemudian setiap bulan data akan dilaporkan kepada Komite Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP). 6. Secara umum data akan dievaluasi serta dideseminasikan kepada seluruh komponen rumah sakit setiap 3 bulan yang dikoordinasikan oleh Komite PMKP 1. Komite Medik 2. Komite PMKP 3. Instalasi Farmasi
RUMAH SAKIT PARU PROVINSI JAWA BARAT
PERSENTASE KELENGKAPAN PENULISAN RESEP OBAT No. Dokumen
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
PENGERTIAN
Tanggal terbit
No. Revisi
Halaman
-
1/2
Ditetapkan Oleh Direktur RSP Provinsi Jawa Barat
……………………..
Dr. Rr. Endang Noersita Daim, MPH NIP 19590525 199002 2001 Penulisan resep dilakukan sesuai dengan kaidah-kaidah penulisan resep yaitu : 1. Memenuhi persyaratan administrasi resep meliputi meliputi : a. Identitas Identit as pasien (nama, nomor rekam medik, umur, jenis kelamin) b. Identitas Identit as dokter penulis resep (nama dan paraf dokter) c. Tanggal resep d. Riwayat alergi 2. Memenuhi persyaratan farmasi, meliputi : a. Simbol R/ b. Nama obat c. Bentuk d. Kekuatan sediaan (untuk obat tunggal) e. Dosis dan jumlah obat f. Signature yang berisi aturan penggunaan g. Untuk dosis dituliskan dengan angka arab (1,2,3,dst) dalam unit yang bisa diukur seperti : mili liter, mili gram, gram (kecuali obat campuran) Kesalahan penulisan resep adalah penulisan resep yang tidak mengikuti semua ketentuan tersebut diatas.
TUJUAN KEBIJAKAN
PROSEDUR
Mencegah terjadinya kesalahan pemberian obat ke pasien SK Kepala Rumah Sakit Paru Provinsi Jawa Barat Nomor : Kep / / / 2015 tentang Pemberlakuan Indikator Mutu Area Klinik di lingkungan Rumah Sakit Paru Provinsi Jawa Barat 1. Pencatatan Pencatat an setiap hari kerja, dengan purposive sampling oleh petugas Instalasi Farmasi dengan melihat adanya ketidaklengkapan seperti nama lengkap, tanggal lahir/umur, nama dokter, tanggal resep, unit asal resep, nama obat, sediaan, kekuatan, jumlah numero, signal aturan pakai, paraf pada setiap resep, nomor rekam medis, riwayat alergi. 2. Formula = Jumlah resep obat yang yang tidak lengkap : jumlah resep yang dilayani di farmasi x 100% = ___% 3. Target : 100%
RUMAH SAKIT PARU PROVINSI JAWA BARAT
PROSEDUR
UNIT TERKAIT
PERSENTASE KELENGKAPAN PENULISAN RESEP OBAT No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
Adm/SpoAm/181/IX/ Adm/SpoAm/181/IX/
-
2/2
4. Rekapitulasi Rekapitula si dan analisa sederhana sed erhana dilaksanakan dilaksa nakan oleh PIC/Kepala Instalasi Farmasi sebagai informasi awal untuk unitnya 5. Kemudian setiap bulan data akan dilaporkan kepada Komite Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP). 6. Secara umum data akan dievaluasi serta dideseminasikan kepada seluruh komponen rumah sakit setiap 3 bulan yang dikoordinasikan oleh Komite PMKP 1. 2. 3. 4. 5.
Komite Medik Komite PMKP Instalasi Farmasi Instalasi Rawat Jalan Instalasi Rawat Inap
RUMAH SAKIT PARU PROVINSI JAWA BARAT
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR
UNIT TERKAIT
JUMLAH KEKOSONGAN STOK OBAT ESENSIAL No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
Adm/SpoAm/182/IX/ Adm/SpoAm/182/IX/
-
1/1
Tanggal terbit
……………………..
Ditetapkan Oleh Direktur RSP Provinsi Jawa Barat
Dr. Rr. Endang Noersita Daim, MPH NIP 19590525 199002 2001 Obat esensial adalah obat terpilih yang paling dibutuhkan dibutuhka n untuk pelayanan kesehatan kesehat an mencakup upaya diagnosis, profilaksis, therapi dan rehabilitasi yang diupayakan tersedia pada unit pelayanan kesehatan sesuai dengan fungsi dan tingkatnya tingkatn ya Tergambarnya mutu menejemen obat dengan ketersediaan stok obat esensial rumah sakit SK Kepala Rumah Sakit Paru Provinsi Jawa Barat Nomor : Kep / / / 2015 tentang Pemberlakuan Indikator Mutu Area Manajemen di lingkungan Rumah Sakit Paru Provinsi Jawa Barat 1. Pengumpulan data dilakukan dengan total sampling, yaitu dengan melihat/observasi seluruh stok obat esensial yang kosong. 2. Pencatatan Pencatat an dilaksanakan setiap bulan, dilakukan oleh staf Instalasi Farmasi apabila ada obat esensial yang stoknya kosong dalam satu bulan 3. Formula = Jumlah Jumlah obat esensial yang yang stoknya kosong kosong dalam dalam 1 bulan (pcs) : Jumlah obat esensial yang seharusnya tersedia pada periode yang sama (pcs) x 100%= ___% 4. Target : ≤ 5% 5. Rekapitulasi Rekapitula si dan analisa sederhana se derhana dilaksanakan dilaksan akan oleh PIC/Kepala Instalasi Farmasi sebagai informasi awal untuk unitnya 6. Kemudian setiap bulan data akan dilaporkan kepada Komite Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP). 7. Secara umum data akan dievaluasi dievaluasi serta dideseminasikan kepada seluruh komponen rumah sakit setiap 3 bulan yang dikoordinasikan oleh Komite PMKP 1. Instalasi Farmasi 2. Komite PMKP
RUMAH SAKIT PARU PROVINSI JAWA BARAT
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR
KEPATUHAN PEMBERIAN LABEL OBAT HIGH ALERT OLEH FARMASI DI GUDANG OBAT No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
Adm/SpoAm/183/IX/ Adm/SpoAm/183/IX/
-
1/2
Tanggal terbit
……………………..
Ditetapkan Oleh Direktur RSP Provinsi Jawa Barat
Dr. Rr. Endang Noersita Daim, MPH NIP 19590525 199002 2001 Kepatuhan pemberian label obat high alert oleh farmasi yang dimaksud adalah ketepatan pemberian label obat high alert sesuai dengan standar yang ditetapkan rumah sakit dengan memperhatikan prinsip keselamatan pasien. Obat-obatan yang perlu diwaspadai ( high alert medication) medication) adalah obat yang sering menyebabkan terjadi kesalahan serius ( sentinel event ) dan obat yang beresiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse ( adverse event ) Yang termasuk obat high alert (lihat (lihat SPO Obat High Alert) sebagai berikut : 1. Heparin injeksi 2. Insulin injeksi 3. Dextrose 40% 4. KCL 7.64% 5. NaCl 3% 6. Natrium Bicarbonat 7. Ca. Gluconas Label harus diisi pada obat-obat diatas pada bagian obat yang tidak menutupi identitas obat. Apabila obat diatas tidak diberikan label high alert sesuai standar maka harus dilaporkan sebagai KNC. Tergambarnya upaya rumah sakit dalam menjaga keselamatan pasien untuk labelisasi obat high alert SK Kepala Rumah Sakit Paru Provinsi Jawa Barat Nomor : Kep / / / 2015 tentang Pemberlakuan Pemberlakuan Indikator Mutu Area Keselamatan Pasien di lingkungan Rumah Sakit Paru Provinsi Jawa Barat 1. Pencatatan dilakukan dengan total sampling setiap hari, dengan melaksanakan supervisi label obat high alert oleh petugas gudang obat untuk setiap obat high alert yang diorder 2. Formula = Jumlah obat yang diberi label high alert sesuai standar oleh farmasi dalam 1 bulan (pcs) : Jumlah seluruh obat high alert yang dipantau dalam 1 bulan (pcs) x 100 = ___%
RUMAH SAKIT PARU PROVINSI JAWA BARAT
PROSEDUR
UNIT TERKAIT
KEPATUHAN PEMBERIAN LABEL OBAT HIGH ALERT OLEH FARMASI DI GUDANG OBAT No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
Adm/SpoAm/183/IX/ Adm/SpoAm/183/IX/
-
2/2
3. Target : 100% 4. Rekapitulasi Rekapitula si dan analisa sederhana sed erhana dilaksanakan dilaksana kan oleh petugas Gudang Obat sebagai informasi awal untuk unit nya mengenai jumlah pemberian label obat high alert 5. Kemudian akan dilaporkan dilaporkan kepada Kepala Kepala Instalasi Instalasi Farmasi. 6. Data Rumah sakit akan direkapitulasi dan dianalisis oleh Kepala Instalasi Farmasi setiap bulannya yang akan dilaporkan kepada Ketua Komite PMKP. 7. Secara umum data akan dievaluasi serta dideseminasikan kepada seluruh komponen rumah sakit setiap 3 bulan yang dikoordinasikan oleh Komite PMKP 1. Instalasi Farmasi 2. Komite PMKP
RUMAH SAKIT PARU PROVINSI JAWA BARAT
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR
UNIT TERKAIT
KESALAHAN PENULISAN RESEP ( P R E S C R I P TI TI ON ON E R R O R S )
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
……………………
-
1/1
Tanggal terbit
……………………..
Ditetapkan Oleh Direktur RSP Provinsi Jawa Barat
Dr. Rr. Endang Noersita Daim, MPH NIP 19590525 199002 2001 Resep Merupakan permintaan tertulis dari dokter kepada apoteker untuk menyiapkan obat dan alat kesehatan bagi pasien dan ditulis secara lengkap dan jelas sehingga tidak menimbulkan kesalahan interpretasi. Kesalahan Penulisan Resep /Prescription Errors adalah kesalahan penulisan resep oleh dokter yang meliputi ketidak-lengkapan dan ketidak-jelasan aturan pakai, bentuk sediaan, dosis dan paraf dokter. 1. Tergambarnya Tergambarn ya upaya rumah sakit dalam mencegah kesalahan penulisan resep, untuk mengantisipasi terjadinya kejadian nyaris cedera dalam pengobatan. 2. Terwujudnya ketepatan penyiapan obat oleh Instalasi Instalas i Farmasi dan keselamatan penggunaan obat bagi pasien SK Kepala Rumah Sakit Paru Provinsi Jawa Barat Nomor : Kep / / / 2015 tentang Pemberlakuan Indikator Mutu Area Klinik di lingkungan Rumah Sakit Paru Provinsi Jawa Barat 1. Pengumpulan data dilakukan dengan purposive sampling (besar sampel min 25/bulan), yaitu dengan melihat adanya ketidak-jelasan aturan pakai, bentuk sediaan, dosis dan paraf dokter pada setiap resep yang digunakan sebagai sampel. 2. Pencatatan dilaksanakan dilaksanakan setiap hari oleh petugas Instalasi Farmasi dengan melihat adanya ketidak-jelasan aturan pakai, bentuk sediaan, dosis dan paraf dokter pada setiap resep, sampai jumlah sampel terpenuhi setiap bulannya. 3. Formula = Jumlah Kesalahan Penulisan Resep (Prescription Resep (Prescription Errors) Errors) dalam satu bulan (item) : Jumlah seluruh Prescription order dalam dalam bulan yang sama (item) x 100% 4. Target : 0 % 5. Rekapitulasi Rekapitula si dan analisa sederhana sed erhana dilaksanakan dilaksana kan oleh PIC/Kepala Instalasi Farmasi sebagai informasi awal untuk unitnya 6. Kemudian setiap bulan data akan dilaporkan kepada Komite Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP). 7. Secara umum data akan dievaluasi serta dideseminasikan kepada seluruh komponen rumah sakit setiap 3 bulan yang dikoordinasikan oleh Komite PMKP 1. Instalasi Farmasi 2. Komite PMKP
RUMAH SAKIT PARU PROVINSI JAWA BARAT
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR
ASPIRIN DIRESEPKAN UNTUK PASIEN DENGAN A C UTE MY OC A R DI A L INF I NF A R C TI ON (AMI) SAAT PULANG / KELUAR RUMAH SAKIT No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
……………………
-
1/2
Tanggal terbit
……………………..
Ditetapkan Oleh Direktur RSP Provinsi Jawa Barat
Dr. Rr. Endang Noersita Daim, MPH NIP 19590525 199002 2001 Aspirin atau asam asetilsalisilat asetilsalisilat (asetosal) adalah sejenis obat turunan dari salisilat yang sering digunakan sebagai senyawa analgesik (penahan rasa sakit atau nyeri minor), antipiretik (terhadap demam), dan antianti -inflamasi (peradangan). acute myocardial infarction infarction (AMI) adalah kematian otot jantung akibat suplai darah tidak cukup untuk jantung, acute myocardial infarction (AMI) infarction (AMI) diidentifikasi dengan kode ICD dalam Lampiran A, Tabel 1.1. Aspirin diresepkan untuk pasien dengan acute myocardial infarction infarction (AMI) pada saat pulang / keluar rumah sakit yang dimaksud adalah hasil ukur check dokumen bahwa setiap pasien acute myocardial infarction (AMI) pada saat pulang / keluar rumah sakit dalam keadaan hidup harus diresepkan Aspirin . Untuk mengetahui kualitas pelayanan pasien AMI, sebab terapi Aspirin pada pasien yang menderita acute myocardial infarction (AMI) dapat mengurangi resiko adverse events dan events dan kematian SK Kepala Rumah Sakit Paru Provinsi Jawa Barat Nomor : Kep / / / 2015 tentang Pemberlakuan Indikator Mutu Area JCI Library Measure di lingkungan Rumah Sakit Paru Provinsi Jawa Barat 1. Pengumpulan data dilakukan dengan total sampling, yaitu dengan melihat rekam medis pasien dengan AMI setelah pasien keluar rumah sakit. 2. Pencatatan Pencatat an dilaksanakan setiap hari, dilakukan oleh Kepala Ruangan Rawat Inap setelah pasien keluar dari Rawat Inap untuk semua pasien AMI. Data diukur dengan melihat data dokumentasi rekam medis. 3. Formula = Jumlah pasien AMI yang diresepkan Aspirin saat pasien pulang / keluar rumah sakit dalam satu bulan (orang) : Jumlah seluruh pasien AMI yang pulang / keluar rumah sakit dalam bulan yang sama (orang) x 100%
RUMAH SAKIT PARU PROVINSI JAWA BARAT
PROSEDUR
UNIT TERKAIT
ASPIRIN DIRESEPKAN UNTUK PASIEN DENGAN A C UTE MY OC A R DI A L INF I NF A R C TI ON (AMI) SAAT PULANG / KELUAR RUMAH SAKIT
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
……………………
-
2/2
4. Target : 100% 5. Rekapitulasi Rekapitula si dan analisa sederhana dilaksanakan oleh Kepala Ruangan Rawat Inap sebagai informasi awal untuk unit masing-masing 6. Kemudian data akan dilaporkan kepada Kepala Instalasi Rawat Inap. 7. Data beberapa Ruangan Rawat Rawat Inap akan direkapitulasi dan dianalisis oleh Kepala Instalasi Rawat Inap 8. Kemudian setiap bulannya data akan dilaporkan kepada Komite Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP). 9. Secara umum data akan dievaluasi serta dideseminasikan kepada seluruh komponen rumah sakit setiap 3 bulan yang dikoordinasikan oleh Komite Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP) 1. Komite PMKP 2. Instalasi Rawat Inap 3. Instalasi Farmasi
RUMAH SAKIT PARU PROVINSI JAWA BARAT
INSIDEN SERIUS AKIBAT EFEK SAMPING OBAT
No. Dokumen Adm/SpoAm/185/IX/ Adm/SpoAm/185/IX/ 2015
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR
UNIT TERKAIT
Tanggal terbit
……………………..
No. Revisi
Halaman
-
1/1
Ditetapkan Oleh Direktur RSP Provinsi Jawa Barat
Dr. Rr. Endang Noersita Daim, MPH NIP 19590525 199002 2001 Merupakan kegiatan pemantauan dan pelaporan respon atau reaksi obat yang merugikan/membahayakan dan tidak dikehendaki, terjadi pada dosis lazim/normal untuk profilaksis, diagnosis, terapi atau untuk memodifikasi fungsi fisiologis 1. Terwujudnya keselamatan keselamata n penggunaan obat ( medication safety ) 2. Terdatanya efek Samping Obat (ESO) sedini mungkin terutama yang berat, tidak dikenal, frekuensinya jarang serta terinformasikan dengan sesegera mungkin kepada dokter 3. Tersediany T ersedianya a data kejadian Efek Samping Obat (ESO) 4. Teridentifikasinya Teridentifikasinya faktor-faktor yang dapat mempengaruhi mempengaruhi timbulnya Efek Samping Obat atau mempengaruhi angka kejadian dan tingkat keparahan Efek Samping yang terjadi SK Kepala Rumah Sakit Paru Provinsi Jawa Barat Nomor : Kep / / / 2015 tentang Pedoman Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien di Rumah Sakit Paru Provinsi Jawa Barat 1. Jumlah insiden yang diakibatkan oleh respon atau reaksi obat yang merugikan/membahayakan dan tidak dikehendaki, terjadi pada dosis lazim/normal untuk profilaksis, diagnosis, terapi atau untuk memodifikasi fungsi fisiologi f isiologis s 2. Pencatatan setiap hari, dengan purposive sampling untuk setiap insiden yang dicatat oleh petugas Instalasi Rawat Inap dengan mencatat ESO di formulir Monitoring Efek Samping Obat Nasional berwarna kuning yang tersedia di Nurse station di masing-masing ruang perawatan 3. Rekapitulasi setiap bulan, bulan, oleh petugas Instalasi Rawat Inap 4. Analisan dan pelaporan setiap bulan, oleh Kepala Instalasi Rawat Inap 5. Kemudian setiap bulan data akan dilaporkan kepada Komite Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP). 6. Secara umum data akan dievaluasi serta dideseminasikan kepada seluruh komponen rumah sakit setiap 3 bulan yang dikoordinasikan oleh Komite PMKP 1. Komite PMKP 2. Instalasi Rawat Inap 3. Instalasi Farmasi
RUMAH SAKIT PARU PROVINSI JAWA BARAT
KESALAHAN DISPENSING OBAT OLEH FARMASI
No. Dokumen Adm/SpoAm/186/IX/ Adm/SpoAm/186/IX/ 2015
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR
UNIT TERKAIT
Tanggal terbit
……………………..
No. Revisi
Halaman
-
1/1
Ditetapkan Oleh Direktur RSP Provinsi Jawa Barat
Dr. Rr. Endang Noersita Daim, MPH NIP 19590525 199002 2001 Kesalahan dispensing obat meliputi : salah dalam memberikan jenis obat, salah dalam memberikan dosis, salah orang, dan salah jumlah. Apabila terjadi, insiden ini harus teridentifikasi sebelum obat diberikan kepada pasien (saat distribusi ke ruangan pasien) untuk menghindari cedera kepada pasien. Tergambarnya insiden keselamatan pasien Kejadian Nyaris Cedera (KNC) kesalahan dispensing obat oleh farmasi, sehingga tidak menimbulkan cidera kepada pasien yang harus teridentifikasi sebelum obat diberikan kepada pasien SK Kepala Rumah Sakit Paru Provinsi Jawa Barat Nomor : Kep / / / 2015 tentang Pedoman Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien di Rumah Sakit Paru Provinsi Jawa Barat 1. Jumlah Kesalahan Dispensing Obat oleh Farmasi dalam satu bulan 2. Pencatatan Setiap hari, dengan purposive purposive sampling untuk setiap insiden yang dicatat oleh petugas Instalasi Rawat Inap. 3. Rekapitulasi Rekapitula si setiap bulan, oleh petugas Instalasi Rawat Inap 4. Analisa dan pelaporan setiap bulan, oleh Kepala Instalasi Rawat Inap 5. Kemudian setiap bulan data akan dilaporkan kepada Komite Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP). 6. Secara umum data akan dievaluasi serta dideseminasikan kepada seluruh komponen rumah sakit setiap 3 bulan yang dikoordinasikan oleh Komite PMKP 1. Komite PMKP 2. Instalasi Rawat Inap 3. Instalasi Farmasi