HIPERGLIKEMIA HIPEROSMOLAR NON KETOTIK UPT Puskesmas Kedungkandang
Kota Malang
SOP
No. Dokumen
:
No.Revisi
:
Tgl. Terbit
:
Halaman
:
dr. Yulia Damayanti
NIP. 19830722 200901 200901 2 004
1. PENGERTIAN
2. TUJUAN 3. KEBIJAKAN 4. REFERENSI 5. ALAT DAN BAHAN
Hiperglikemik Hiperosmolar Non Ketotik (HHNK) merupakan komplikasi akut pada DM tipe 2 berupa peningkatan kadar gula darah yang sangat tinggi (>600 mg/dl-1200 mg/dl) dan ditemukan tanda-tanda dehidrasi tanpa disertai gejala asidosis. HHNK biasanya terjadi pada orang tua dengan DM, yang mempunyai penyakit penyakit penyerta dengan asupan makanan yang kurang. Faktor pencetus serangan serangan antara lain: infeksi, ketidakpatuhan dalam pengobatan, DM tidak terdiagnosis, dan penyakit penyerta lainnya. Prosedur ini sebagai acuan dalam melakukan penanganan terhadap pasien dengan Hiperglikemia Hiperosmolar Non Ketotik Surat keputusan kepala puskesmas nomor … tentang kebijakan mutu Panduan Praktis Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama Kemenkes 514/2015 -
6. PROSEDUR / Hasil Anamnesis ( Subjective ) – Keluhan LANGKAH 1. Lemah LANGKAH 2. Gangguan penglihatan 3. Mual dan muntah 4. Keluhan saraf seperti letargi, disorientasi, hemiparesis, kejang atau koma. Secara klinis HHNK sulit dibedakan dengan ketoasidosis diabetik terutama bila hasil laboratorium seperti kadar gula darah, keton, dan keseimbangan asam basa belum ada hasilnya. Untuk menilai kondisi tersebut maka dapat digunakan acuan, sebagai berikut:
1/2
HIPERGLIKEMIA HIPEROSMOLAR NON KETOTIK UPT Puskesmas Kedungkandang
Kota Malang
SOP
No. Dokumen
:
No.Revisi
:
Tgl. Terbit
:
Halaman
:
dr. Yulia Damayanti
NIP. 19830722 200901 2 004
1. Sering ditemukan pada usia lanjut, yaitu usia lebih dari 60 tahun, semakin muda semakin berkurang, dan belum pernah ditemukan pada anak. 2. Hampir separuh pasien tidak mempunyai riwayat DM atau diabetes tanpa pengobatan insulin. 3. Mempunyai penyakit dasar lain. Ditemukan 85% pasien HHNK mengidap penyakit ginjal atau kardiovaskular, pernah ditemukan pada penyakit akromegali, tirotoksikosis, dan penyakit Cushing. 4. Sering disebabkan obat-obatan antara lain Tiazid, Furosemid, Manitol, Digitalis, Reserpin, Steroid, Klorpromazin, Hidralazin, Dilantin, Simetidin, dan Haloperidol ( neuroleptik). 5. Mempunyai faktor pencetus, misalnya penyakit kardiovaskular, aritmia, perdarahan, gangguan keseimbangan cairan, pankreatitis, koma hepatik, dan operasi. Dari anamnesis keluarga biasanya faktor penyebab pasien datang ke rumah sakit adalah poliuria, polidipsia, penurunan berat badan, dan penurunan kesadaran.
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Fisik 1. Pasien apatis sampai koma 2. Tanda-tanda dehidrasi berat seperti: turgor buruk, mukosa bibir kering, mata cekung, perabaan ekstremitas yang dingin, denyut nadi cepat dan lemah. 3. Kelainan neurologis berupa kejang umum, lokal, maupun mioklonik, dapat juga terjadi hemiparesis yang bersifat reversible dengan koreksi defisit cairan 4. Hipotensi postural 5. Tidak ada bau aseton yang tercium dari pernapasan 6. Tdak ada pernapasan Kussmaul.
2/2
HIPERGLIKEMIA HIPEROSMOLAR NON KETOTIK UPT Puskesmas Kedungkandang
Kota Malang
SOP
No. Dokumen
:
No.Revisi
:
Tgl. Terbit
:
Halaman
:
dr. Yulia Damayanti
NIP. 19830722 200901 2 004
Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaaan kadar gula darah
Penegakan Diagnostik ( Assessment ) Diagnosis Klinis Secara klinis dapat didiagnosis melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan kadar gula darah sewaktu Diagnosis Banding Ketoasidosis Diabetik (KAD), Ensefalopati uremikum, Ensefalopati karena infeksi
Penatalaksanaan Komprehensif (Plan ) Penatalaksanaan Penanganan kegawatdaruratan yang diberikan untuk mempertahankan pasien tidak mengalami dehidrasi lebih lama. Proses rujukan harus segera dilakukan untuk mencegah komplikasi yang lebih lanjut. Pertolongan pertama dilayanan tingkat pertama adalah: 1. Memastikan jalan nafas lancar dan membantu pernafasan dengan suplementasi oksigen 2. Memasang akses infus intravena dan melakukan hidrasi cairan NaCl 0.9 % dengan target TD sistole > 90 atau produksi urin >0.5 ml/kgbb/jam 3. Memasang kateter urin untuk pemantauan cairan 4. Dapat diberikan insulin rapid acting bolus intravena atau subkutan sebesar 180 mikrounit/kgBB Komplikasi Oklusi vakular, Infark miokard, L ow-flow syndrome , DIC, Rabdomiolisis
3/2
HIPERGLIKEMIA HIPEROSMOLAR NON KETOTIK UPT Puskesmas Kedungkandang
Kota Malang
SOP
No. Dokumen
:
No.Revisi
:
Tgl. Terbit
:
Halaman
:
dr. Yulia Damayanti
NIP. 19830722 200901 2 004
Konseling dan Edukasi Edukasi ke keluarga mengenai kegawatan hiperglikemia dan perlu segera dirujuk Rencana Tindak Lanjut Pemeriksaan tanda vital dan gula darah perjam Kriteria Rujukan Pasien harus dirujuk ke layanan sekunder (spesialis penyakit dalam) setelah mendapat terapi rehidrasi cairan.
Peralatan Laboratorium untuk pemeriksaan glukosa darah Prognosis Prognosis biasanya buruk, sebenarnya kematian pasien bukan disebabkan oleh sindrom hiperosmolar sendiri tetapi oleh penyakit yang mendasari atau menyertainya.
7. DIAGRAM ALIR
Anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan enun an
Diagnosis Klinis
Penatalaksanaan, Konseling, dan Edukasi
4/2
HIPERGLIKEMIA HIPEROSMOLAR NON KETOTIK UPT Puskesmas Kedungkandang
Kota Malang
SOP
No. Dokumen
:
No.Revisi
:
Tgl. Terbit
:
Halaman
:
dr. Yulia Damayanti
NIP. 19830722 200901 2 004
8. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKA N 9. UNIT TERKAIT
Loket
Poli Umum
Laboratorium
Apotek
Rekaman Historis No Halama n
Yang dirubah
Perubahan
5/2
Diberlakukan Tgl.