SOP ASMA BRONKIAL NO. DOKUMEN:
REVISI
HALAMAN:1 Ditetapkan
Tgl Terbit
Kepala Puskesmas Tonrorita
Puskesmas
07 NOVEMBER 2017
Tonrorita Kec.Biringbulu
Kab.Gowa
H.SAIDI,SKM NIP.19670807 198812 1 001
PROSEDUR TETAP Pengertian
Suatu tata cara untuk memberikan penanganan medis medis terpadu terhadap gangguan inflamasi kronik saluran napas yang menyebabkan hiperesponsif jalan nafas terdapat bermacam stimulus yang bermanifestasi penyempitan jalan nafas.
Tujuan
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk memberikan penanganan medis terpadu terhadap gangguan inflamasi kronik kronik saluran napas yang menyebabkan menyebabkan hiperesponsif jalan jalan nafas terdapat bermacam stimulus yang bermanifestasi penyempitan jalan nafas.
Kebijakan Prosedur
Pasien datang dengan keluhan sesak nafas. 2. Petugas menganamnese gejala batuk berdahak terutama malam hari, kronik mengi, riwayat atopi, jenis kelamin, ras, etrik, bahan alergen (debu tungau, makanan, obat, parfum) emosi, asap rokok, polusi, ISPA, aktivitas fisik, dan perubaha n cuaca. 3. Petugas melakukan pemeriksaan fisik, sesak napas, n apas, whezing, retroksi. 4. Petugas meminta pemeriksaan penunjang peak flovumeter, dan pemeriksaan eosinofil. 5. Petugas menegakkan diagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang (kenaikan ≥ 15% rasio APE sebelum dan sesudah inhilasi salbutamol. 6. Petugas mengklasifikasikan derajat asma (intermitten, persisten ringan, sedang, berat. 7. Petugas melakukan penatalaksanaan asma bronchial, semua tahapan asma ditambahkan agonis beta 2 kerja singkat, medikasi pengontrol harian, asma persisten ringan (glukokor tihisteroid inhalasi 200-400 mg/BB/hari atau teofilin), persisten sedang (glukokotihisteroid inhalasi 400-800 mg/BB/hari + agonis beta -2 kerja lama atau teofilin), asma persisten berat (glukokortihisteroid inhalasi >800 mgBB/hari = agonis beta-2 kerja lama=teofilin lambat + glukokortihisteroid oral atau metil prednisolon oral selang sehari 10 mg + agonis beta -2 kerja lama + teofilin kerja lambat). 8. Petugas melakukan pemeriksaan penunjang lanjutan bila di perlukan, foto thoraks, tes sensitivitas, spirometri dan uji profokasi bronkus 9. Petugas memberi konseling atau/edukasi, kontrol teratur, perjalanan penyakit, polahidup sehat, menghindari pencetus. 10. Petugas memberi rujukan bila serangan sedang/berat, komplikasi. 1.
UNIT TERKAIT
REFERENSI
PERMENKES Republik Indonesia nomor 5 tahun 2014 tentang praktik klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan primer.