JURNAL HUBUNGAN KONDISI LINGKUNGAN FISIK RUMAH DAN ALLERGEN ASTHM A BRONC BRONCHI HI ALE DENGAN KEJADIAN ASTHM DI WILAYAH KERJA DI PUSKESMAS TAMALATE KOTA GORONTALO YASMIN DARMIN Program study Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo
Abstrak
Kejadian Asma di Gorontalo sangat tinggi. Khusus di wilayah kerja Puskesmas Tamalate kota Gorontalo pada tahun 2012 Asma masuk 10 penyakit terbesar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kondisi lingkungan fisik rumah dan allergen kejadian Asma bronkiale di wilayah kerja Puskesmas Tamalate Kota Gorontalo. Jenis penelitian yang digunakan adalah survey analitik dengan rancangan cross sectional study. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh rumah tangga sebanyak 66420, sedangkan sampel sebanyak 382 yang ditentukan dengan tekhnik Proportional stratified random sampling. sampling. Analisis statistik menggunakan uji Chi-Square. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dengan adalah wawancara dengan menggunakan kuisioner. Dan untuk analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara : luas ventilasi dengan kejadian Asma bronkiale ( p p value = 0,000), tingkat kelembaban udara dengan kejadian Asma Bronkiale ( p p value = 0,000), adanya asap rokok dengan kejadian Asma bronkiale ( p value p value = 0,000), keberadaan debu dengan kejadian Asma bronkiale ( p p value = 0,000), bahan perabot rumah tangga yang digunakan dengan kejadian Asma bronkiale ( p value p value = 0,000), dan antara pemeliharaan binatang berbulu dengan kejadian Asma bronkiale (p value = 0,000). Terdapat Hubungan yang signifikan antara kondisi lingkungan fisik rumah dan allergen dengan kejadian Asma bronkiale di wilayah kerja Puskesmas Tamalate kota Gorontalo. Diharapkan kepada masyarakat untuk lebih peduli dalam meningkatkan upaya sanitasi rumah baik dalam rumah maupun luar rumah. rumah. Asthma Br onkial e Kata Kunci : Asthma , Lingkungan fisik rumah, Allergen.
PENDAHULUAN
Secara klinis Asthma adalah suatu serangan dengan sesak yang disertai dengan suara napas mengi (“wheezing/wheeze”), yang dapat timbul sewaktu-waktu dan dapat hilang kembali (sempurna ataupun hanya sebagian), baik secara spontan maupun hanya dengan obat-obatan tertentu / sifat reversibilitas (Danusantoso, 2002: 1). Berdasarkan laporan riset kesehatan dasar yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pemerintah dan Kesehatan pada tahun 2007 prevalensi nasional sebesar 4%. Di beberapa daerah sangat tinggi, seperti Kabupaten Aceh Barat, Aceh 13,6 %, Buol, Sulawesi Tengah 13,5 %, dan Pohuwato, Gorontalo 13 % ( Yunus : 2012). Untuk Provinsi Gorontalo berdasarkan data rekapan penyakit tidak menular tahun 2012 dilporkan bahwa jumlah kasus baru penyakit Asma sebanyak 2.431 kasus yang terdiri dari 1.174 laki – laki dan 1.275 perempuan, untuk kasus lama 2.505 yang terdiri dari 1.080 penerita lakilaki dan 1.427 perempuan, sedangkan untuk kasus kematian ada 86 orang yang terdiri dari 42 penderita laki-laki dan 44 penderita perempuan.
Prevalensi penyakit Asma terbesar di Indonesia pada tahun 2009 adalah provinsi Gorontalo (7,23%) dan yang terendah adalah provinsi NAD (Aceh) yaitu sebesar 0,09% (Oemiatih, dkk, 2010: 42). Berdasarkan data yang diperoleh dari rekapan data laporan kerja akhir tahun di Puskesmas Tamalate dilaporkan bahwa penyakit Asma masuk dalam kategori penyakit 10 terbesar selama tahun 2012. Wilayah kerja Puskesmas Tamalate tingkat kepadatan penduduknya berkisar antara 2.831 2 jiwa/km . Secara umumnya kondisi lingkungan perumahan di wilayah kerja. Puskesamas Tamalate adalah bersifat permanen dan semi permanen yang berbahan batu beton dan beratapkan seng. Tetapi pada rumah yang berbahankan batu beton sebagian besar hanya berlantaikan tanah dan plaster kasar, dan dinding yang hanya batu bata yang tidak diplaster. Sehingga secara konstruksi bangunan rumah – rumah tersebut tidak memenuhi kriteria rumah sehat dan berpotensi menimbulkan penyakit. Berdasarkan study pada program Cakupan Hygiene Sanitasi Perumahan di Puskesmas Tamalate bahwa untuk kategori rumah permanen yang diperiksa ada 2885, memenuhi syarat ada 2563 (88,8 %) rumah dan
tidak memenuhi syarat ada 322 (11,2 %) rumah, sedangkan kategori rumah semi permanen yang diperiksa 3067 maka yang memenuhi syarat ada 2508 (81,8 %) rumah dan tidak memenuhi syarat ada 559 (18,2 %) rumah, dan untuk kategori rumah darurat 451 rumah yang diperiksa, tidak ada yang memenuhi syarat dan 451 (100 %) rumah tidak memenuhi syarat. MATERI DAN METODE
Jenis penelitian adalah jenis penelitian survey analitik. Rancangan yang digunakan adalah rancangan penelitian cross sectional study. Penelitian ini menggunakan analisis univariat dan bivariate. Tujuan penelitian untuk : 1. Mengetahui hubungan antara luas ventilasi dengan kejadian asma bronkial 2. Mengetahui hubungan antara kelembaban udara dengan kejadian asma bronkial 3. Mengetahui hubungan antara kebiasaan merokok dalam rumah dengan kejadian asma bronkial 4. Mengetahui hubungan antara penggunaan bahan perabot RT yang digunakan dengan kejadian asma bronkial 5. Mengetahui hubungan antara keberadaan debu dengan kejadian asma bronkial 6. Mengetahui hubungan antara pemeliharaan binatang berbuluh dengan kejadian asma bronkial.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh rumah tangga di Wilayah Kerja Puskesmas Tamalate sebanyak 66204. Sementara jumlah sampel dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan rumus yaitu sebanyak 382 sampel. Dengan teknik pengambilan sampel Proportional Stratified Random Sampling . Variabel dependen: asma bronchiale, dan variabel independen: luas ventilasi, kelembaban udara dalam kamar/ruangan, kebiasaan merokok dalam rumah, keberadaan debu, penggunaan bahan perabot rumah tangga, pemeliharaan binatang berbulu. Instrumen yang digunakan adalah kuisioner dan alat (kaca preparat, role meter, dan hygrometer) metode pelaksanaanya yaitu melakukan wawancara, observasi dan pengukuran terhadap setiap sampel yang diteliti. Selanjutnya dalam analisis data sekunder dengan menggunakan aplikasi software SPSS dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Editing 2. Koding (kode) 3. Memasukan data (data entry) atau processing 4. Membersihkan data (cleaning )
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Hasil Analisis Univariat Kondisi Lingkungan Fisik Rumah dan Allergen di Wilayah Kerja Puskesmas Tamalate Kota Gorontalo
No
Ristribusi Responden Berdasarkan :
Kondisi Fisik Rumah Pengukuran Luas Ventilasi 1 1. Luas >10% dari luas lantai 2. Luas ≤ 10% dari luas lantai Total Tingkat Kelembaban 2 1. Kelembaban udara <55% 2. Kelembaban udara ≥ 55% Total Adanya Asap rokok 3 1. Merokok Dalam Rumah 2. Tdk Merokok Dalam Rumah Total Bahan Perabot RT yang digunakan 4 1. Ada potensi allergen 2. Tdk ada potensi allergen Total Sumber Allergen Keberadaan Debu 5 1. Ada 2. Tidak ada Total Pemeliharaan Binatang Berbulu 6 1. Ada 2. Tidak ada Total
Frekuensi
Prosentase (%)
236 146 382
61,8 38,2 100,0
134 248 382
35,1 64,9 100,0
256 130 382
66,0 34,0 100,0
210 172 382
55,0 45,0 100,0
211 171 382
55,2 44,8 100,0
220 162 382
57,6 42,4 100,0
Tabel 2. Hasil Analisi Bivariat Kondisi Lingkungan Fisik Rumah di Wilayah Kerja Puskesmas Tamalate Kota Gorontalo
Lingkungan Fisik Rumah
KEJADIAN ASMA BRONKIALE Menderita Tidak Asma Menderita n % n %
Total p hitung value
n
Luas Ventilasi Luas > 10% dari luas lantai
65
27,5
171
72,5
236
Luas ≤ 10 % dari luas lantai
101
69,2
45
30,8
146
166
43,5
216
56,5
382
kelembaban udara <55%
29
21,6
105
78,4
134
kelembaban udara ≥ 55%
137
55,2
111
44,8
248
166
43,5
216
56,5
382
merokok dalam rumah
134
53,2
188
46,8
130
tdk Merokok Dalam Rumah
32
24,6
98
75,4
252
Jumlah Bahan Perabot Rumah Tangga
166
43,5
216
56,5
382
Ada Potensi Allergen
122
58,1
88
41,9
210
Tdk Ada Potensi Allergen
44
25,6
128
74,4
172
Jumlah
166
43,5
216
56,5
382
Jumlah Kelembaban Udara
Jumlah Adanya Asap Rokok
63,635
0,000
39,971
0,000
28,467
0,000
40,680
0,000
Tabel 3 Hasil Analisis Bivariat Hubungan Allergen Den gan Kejadian Asma di Wilayah Kerja Puskesmas Tamalate Kota Gorontalo
Sumber Allergen
KEJADIAN ASMA BRONKIALE Menderita Tidak Asma Menderita n % n %
Total
hitung
p value
73,525
0,000
25,965
0,000
n
Keberdaan Debu Ada
133
63,0
78
37,0
211
Tidak Ada
33
19,3
138
80,7
171
Jumlah 166 Memelihara Binatang berbulu Ada 120
43,5
216
56,5
382
54,5
100
45,5
220
Tdk Ada
46
28,4
116
71,6
162
Jumlah
166
43,5
216
56,5
382
PEMBAHASAN 1. Hubungan Luas Ventilasi Atau Jendela Dalam Rumah Dengan Kejadian Penyakit Asma Bronkiale
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa luas ventilasi rumah tangga yang tidak memenuhi syarat sebanyak 146 responden (38,2%) dan yang memenuhi syarat sebanyak 236 responden (61,8%). Hasil analisis menunjukan bahwa terdapat hubungan antara luas ventilasi atau jendela rumah dengan kejadian penyakit asma bronkiale di wilayah kerja Puskesmas Tamalate kota Gorontalo dengan p value = 0,000. Berdasarkan fakta yang ditemukan dilapangan bahwa pada sebagian rumah yang berada di
wilayah kerja Puskesmas Tamalate mempunyai ukuran ventiasi yang tidak memenuhi syarat misalnya ventilasi rumah yang ditutup dengan kertas, selain itu juga ada yang mempunyai jendela/ventilasi yang memenuhi standar namun pada kenyataanya ventilasi/jendela tersebut tidak dimanfaatkan (disegel). Sehingga pertukaran udara dan sinar matahari terhalang masuk dalam rumah. Selain itu juga Pengaruh buruk berkurangnya ventilasi adalah berkurangnya kadar oksigen, bertambahnya gas CO2, adanya bau pengap, suhu udara ruangan naik, dan kelembaban udara ruangan bertambah (Mukono, 2000). Luas ventilasi disini merupakan faktor pencetus terjadinya asma di wilayah kerja Puskesmas Tamalate kota Gorontalo. Hal ini
didukung oleh teori dari dari (Guy Howard dalam Lukman :2012) bahwa Ventilasi rumah yang tidak memadai dapat menyebabkan beberapa masalah pernapasan seperti bronkhitis, asma, dan memudahkan terjadinya penularan TB Paru. Khusus di wilayah kerja Puskesmas Tamalate tahun 2013 di kota Gorontalo terdapat banyak rumah yang tidak memenuhi syarat, hal ini disebabkan kurangya pemahaman masyarakat tentang kriteria dan syarat rumah sehat, faktor ekonomi sosial, sempitnya lahan untuk membangun rumah yang dapat memenuhi syarat kesehatan. Pada umumnya rumah masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Tamalate kota Gorontalo belum memenuhi standar kesehatan. 2.Hubungan Tingkat Kelembaban Udara Dengan Kejadian Penyakit Asma Bronkiale
Hasil analisis data statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat kelembaban udara dalam kamar/ruangan dengan kejadian Asma bronkiale di Wilayah kerja Puskesmas Tamalate Kota Gorontalo dengan nilai p value= 0,000. Berdasarkan hasil penelitian bahwa pengukuran kelembaban udara dalam kamar/ruangan responden didapatkan bahwa yang memenuhi syarat sebanyak 134 (35,1%) dan sebagian besar tidak memenuhi syarat yaitu 248 (64,9%) rumah. Kelembaban, menurut indikator pengawasan rumah, kelembaban udara yang memenuhi syarat kesehatan dalam rumah adalah 40-60 %, dan
kelembaban udara yang tidak memenuhi syarat kesehatan adalah < 40 % atau >60 % (Depkes RI, 1989). Rumah yang tidak memiliki kelembaban yang memenuhi syarat kesehatan akan membawa pengaruh bagi penghuninya. Rumah yang lembab merupakan media yang baik bagi pertumbuhan mikroorganisme antara lain bakteri, spiroket, ricketsia, dan virus. Selain itu kelembaban yang tinggi dapat menyebabkan membran mukosa hidung menjadi kering sehingga kurang efektif dalam menghadang mikroorganisme. Misalnya mikroorganisme Tungau/ kutu ini, terutama yang hidup ditempat tidur, memakan sisik kulit manusia yang terjatuh di tempat tidur saat kita tidur. Mereka tak akan kekurangan makanan karena satu orang dapat menjatuhkan 0,5 – 1 gram sisik setiap harinya, yang cukup untuk memberi makanan ratusan tungau / kutu. Karena makanan mereka itu amat kering, tungau/kutu membutuhkan cairan dari udara, dan karena itu kelembaban udara sangat menentukan jumlah populasi tungau/kutu. Keadaan sekitar 80 persen kelembaban relatif dan suhu 25 derajat Celcius merupakan habitat ideal bagi tungau/kutu (Davies: 2002). Sehingga dengan kelembaban yang tidak memenuhi syarat akan menjadi tempat berkembang biaknya organisme. Berdasarkan fakta di lapangan bahwa Faktor kelembaban ini dapat disebabkan berbagai faktor diantaranya faktor kepadatan hunian rumah, luas rumah dan ventilasi, keberadaan barang perabot rumah tangga yang banyak, Selain itu juga
kepadatan rumah antara rumah yang satu dan yang lainya sangat berdekatan yang dapat memicu kurangya udara yang akan masuk dalam rumah. Sehingga udara dan sinar matahari berkurang masuk dalam rumah. 3. Hubungan Adanya Asap Rokok Dengan Kejadian Penyakit Asma Bronkiale
Hasil analisis data statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara adanya asap rokok dalam rumah dengan kejadian asma bronkiale di wilayah kerja puskesmas Tamalate kota Gorontalo dengan nilai p value= 0,000. Berdasarkan penelitian terhadap 382 sampel rumah tangga didapatkan hasil bahwa sebagian besar mempunyai kebiasaan merokok dalam rumah yaitu sebanyak 252 (66,0%) dan 130 (34,0%) tidak merokok dalam rumah. Paparan asap rokok adalah suatu penyebab utama penyakit infeksi pernafasan dan peningkatan risiko infeksi paru – paru pada orang dewasa meningkatkan insiden dan keparahan penyakit Asma, gangguan fungsi paru paru dan saluran napas. Terdapat seorang perokok atau lebih dalam rumah akan memperbesar risiko anggota keluarga menderita sakit, seperti gangguan pernapasan. Balita dan anak-anak yang orang tuanya perokok lebih mudah terkena penyakit saluran pernapsan seperti flu, common cold, asma, pneumoni dan penyakit saluran pernapasan lainya. Gas berbahaya dalam asap rokok merangsang pembentukan lendir, debu dan bakteri yang tertumpuk tidak dapat
dikeluarkan, menyebabkan bronchitis kronis, lumpuhnya serat elastin dijaringan paru mengakibatkan daya pompa paru berkuirang, udara bertahan di paru-paru dan mengakibatkan pecahnya kantong udara (Muhammad Dalam Pulumulo: 2012). Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian (Kurniawati: 2006) tentang analisis hubungan kondisi lingkungan rumah dan perilaku keluarga dengan kejadian serangan Asma anak di kota Semarang 2005. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara luas ventilasi dengan kejadian asma pada anak dengan p value 0,934 Kejadian Asma yang disebabkan oleh paparan asap rokok ini dipengaruhi oleh terlalu sering menghirup asap rokok dan atau dia sebagai pelaku perokok aktif. Namun, berdsarkan wawancara bagi yang perokok dalam rumah tapi tidak menderita asma, disebabkan para anggota keluarga itu sendiri mempunyai kesadaran bahwa asap rokok itu sangat berbahaya, sehingga apabila ada yang merokok dalam rumah mereka menghindarkan diri dari asap tersebut. 4. Hubungan Keberadaan Debu Dengan Kejadian Penyakit Asma Bronkiale
Hasil analisis data statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara keberadaan debu dengan kejadian Asma bronkiale di wilayah kerja Puskesmas Tamalate
kota Gorontalo dengan p value 0,000. Danusantoso (2002) mengemukakan bahwa Penderita Asma dapat terserang bahan – bahan pencetus ini secara tidak sengaja misalnya debuh rumah tangga, debu kasur/bantal kapuk, ataupun karena hobi atau karena pekerjaan atau profesi. Yang terakhir ini disebut asma karena kerja. Keberadaan debu dalam rumah dapat disebabkan atau dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya umur rumah yang sudah tua, kebiasaan merokok dalam rumah, jarang memebersihkan rumah, sisik kulit manusia terdapat ditempat tidur, adanya bahan bangunan yang digunakan, misalnya berdasarkan hasil pengamatan peneliti di Wilayah kerja Puskesmas Tamalate desain rumah banyak ditemukan rumah yang mempunyai dinding batu bata tanpa dilapisi dengan semen dan lantai yang semi permanen (tidak diplester), rumah yang dekat dengan jalan sehingga polusi debu dari luar masuk dalam rumah. Sehingga kondisi demikian dapat memicu munculnya debu. Lain halnya dengan rumah yang terdapat debu dalam rumah, tapi tidak menderita asma, berdasarkan pengakuan dari responden bahwa mereka sering membersihkan rumah minimal dalam satu minggu 2 kali membersihkan rumah dengan menggunakan lap, menggunakan vaccum cleaner untu membersihkan debu pada karpet. Hal ini di dukung oleh teori (Plottel: 2010) bahwa tungau/debu merupakan allergen indoor sepanjang tahun, alergi
terhadap tungau debu telah dikaitkan dengan rhinitis alergi dan asma pada anak – anak, serta pada orang dewasa. Diharapkan untuk memperhatikan kebersihan lingkungan. 5. Hubungan Bahan Perabot Rumah Tangga Yang Digunakan Dengan Kejadian Penyakit Asma Bronkiale
Hasil analisis data statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara bahan perabot Rumah tangga yang digunakan dengan kejadian Asma bronkiale di wilayah kerja Puskesmas Tamalate kota Gorontalo dengan nilai p value= 0,000. Maka dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara bahan perabot rumah tangga yang digunakan dengan kejadian asma di wilayah kerja Puskesmas Tamalate. Telah didapatkan hasil bahwa sebagian besar 210 rumah tangga (55,0%) ada potensi allergen, dan tidak ada potensi allergen 172 rumah tangga (45,0%). Bahan perabot rumah tangga yang dimaksud disini adalah penggunaan kasur, bantal yang berbahan kapuk, karpet, dan sofa busa. Pada benda – benda tersebut jika tidak sering dibersihkan akan menjadi tumpukan debu yang sehingga dapat memicu terjadinya gangguan pernapasan. Alas tempat tidur, sofa dan mebel berlapis kain, serta karpet merupakan tempat tungau debu berkembang. Cara untuk mengurangi beban tungau debu rumah anda yaitu termasuk menangani peningkatan tingkat kelembaban jika ada dan tidak menggunakan karpet dan kain gorden yang berat, hindari mebel berlapis kain
berbulu dengan kain tenun yang halus. Alternatif selain tidak menggunakan karpet yaitu sedot debu karpet setiap hari dengan filter partikulat udara efisiensi tinggi (Plottel: 2010). Berdasarkan kondisi yang ditemukan dilapangan bahwa masyarakat paling banyak menggunakan kasur dan bantal yang bersumber dari kapuk, menggunakan karpet sebagai pengalas tidur tanpa dilapisi lagi dengan kain, Sehingga situasi demikian mendukung/menjadi faktor pemicu terjadinya asma. Tapi lain halnya dengan masyarakat yang memeliki perabot rumah tangga yang berpotensi sebagi pencetus asma, tapi mereka tidak menderita, hal ini berdasarkan wawancara bahwa mereka selalu membersihkan bahan-bahan perabot tersebut dan segra mengganti jika ada barang-barang yang sudah tidak layak pakai. 6.Hubungan Pemeliharaan Binatang Berbulu Dengan Kejadian Penyakit Asma Bronkiale
Hasil analisis data statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pemeliharaan binatang berbulu dengan kejadian asma bronkiale di wilayah kerja Puskesmas Tamalate kota Gorontalo dengan nilai p value= 0,000. Maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara pemeliharaan binatang berbulu dengan kejadian asma di wilayah kerja Puskesmas Tamalate. Hasil wawancara terhadap 382 sampel rumah tangga didapatkan hasil bahwa sebagian besar rumah tangga
memelihara bintang berbulu 220 (57,6%) dan yang tidak memelihar binatang berbulu sebanyak 162 rumah tangga (42,4%). Dengan adanya binatang berbulu yang dipelihara dalam rumah dapat memberikan pengaruh terhadap saluran pernapasan yang merupakan sumber allergen. Allergen sebenarnya menurut Danusantoso (2002) bahwa zat yang secara kimiawi termasuk golongan protein, terhadap mana tubuh memproduksi antybodi yang spesifik (IgE) untuk masing-masing allergen. Bila allergen bertemu dengan IgE yang sesuai, maka akan terjadi suatu reaksi imunobiologis (secara awam lebih dikenal dengan reaksi alergi), dimana akan dikeluarkan berbagai zat yang dinamakan mediator yang dapat mencetuskan serangan sesak yang berat dan yang segera timbul tetapi tak berlangsung lama, maupun yang dapat timbul beberapa jam kemudian sesak yang ditimbulkanya tidaklah lagi sebegitu parah tetapi dapat berlangsung jauh lebih lama. Hasil wawancara dengan responden mereka mengatakan suka memelihara binatang kucing. Disamping itu masyarakat punya kebiasaan tidur bersama kucing peliharaan mereka, kucing yang sering tidur diatas pakain, sehingga tanpa sadar mereka memakai pakain tersebut. Dengan keadaan seperti ini peneliti berasumsi dapat mengakibatkan timbulnya allergen yang dapat memicu terjadinya asma. Namun tidak dengan yang responden memelihra binatang berbulu, tapi tidak menderita asma, hal ini disebabkan kebiasaan dan
perlakuan responden terhadap binatang peliharaan, dimana berdasarkan hasil wawancara, mereka memisahkan dan menjauhkan diri dari kucing, menyediakan tempat khusus buat binatang peliharaan (kucing) dan selalu membersihkan alat perabot rumah jika terdapat bulu-bulu kucing. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan kondisi lingkungan fisik rumah dan allergen dengan kejadian Asthma bronchiale di wilayah kerja Puskesmas Tamalate kota Gorontalo dapat diambil suatu kesimpulan sebagai berikut : 1) Terdapat hubungan antara kelembaban udara dalam rumah dengan kejadian penyakit Asma Bronkiale di wilayah kerja Puskesmas Tamalate kota Gorontalo. 2) Terdapat hubungan antara luas ventilasi atau jendela dalam rumah dengan kejadian penyakit Asma Bronkiale di wilayah kerja Puskesmas Tamalate kota Gorontalo. 3) Terdapat hunbungan antara bahan perabot rumah tangga yang digunakan dengan kejadian penyakit Asma Bronkiale di wilayah kerja Puskesmas Tamalate kota Gorontalo. 4) Terdapat hubungan antara keberadaan debu dengan kejadian penyakit Asma Bronkiale di wilayah kerja Puskesmas Tamalate kota Gorontalo.
5)
Terdapat hubungan antara pemeliharaan hewan dengan kejadian penyakit Asma Bronkiale di wilayah kerja Puskesmas Tamalate kota Gorontalo. 6) Terdapat hubungan antara anggota keluarga yang merokok dengan kejadian penyakit Asma Bronkiale di wilayah Puskesmas Tamalate kota Gorontalo. DAFTAR PUSTAKA Abidin, N dan Ekarini,E. 2002. Mengenal, Mencegah, dan Mengatasi Asma Pada Anak Plus Panduan Senam Asma, Jakarta: Puspa Suara. Akbar. 2009. Definisi Rumah Dan Perumahan. http://www.scribd./doc.com/11 9759658/Definisi-Perumahan Dan-Rumah diakses tanggal 23 Mei 2013. Danusantoso, H. 1998. Asthma edisi II , Jakarta: Universitas Trisakti. Davies, J. 2002. Seri Kesehatan Bimbingan Dokter Pada Alergi, Jakarta: Dian Rakyat. Entjangi, I. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat , Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
GINA (Global Initiative for Asthma); Pocket Guide for Asthma Management and Prevension In Children. www. Ginaasthma.org.2006. diakses tanggal 4 maret 2013.
.php/jkm. Diakses april 2013.
pada
tanggal
5
Notoatmodjo, S. 2010. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Kurniawati, D. Ari, 2006. Analisis Hubungan Kondisi Lingkungan Rumah Dan Perilaku Keluarga Dengan Kejadian Serangan Asma Anak Di Kota Semarang 2005, Tesis: Universitas Diponegoro. Semarang.
Oemiatih, R. dkk. 2010. Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Penyakit Asma Di Indonesia. Media litbang kesehatan volume XX nomor 1 tahun 2010 . diakses tanggal 3 maret 2013
http://eprints.undip.ac.id/15377/1/ Ari_Dwi_Kurniawati.pdf diakses tangga 3 maret 2013.
Plottel, SC. 2010. 100 Tanya Jawab Mengenai Asma edisi Ke Dua. Jakarta Barat : PT Indeks.
Kristianto, W, TA safeguard lingkungan, KMP PNPM Mandiri Perkotaan. 2010. Tentang Rumah Sehat . (http://www.p2kp.org/wartadeti l.asp?mid=3049&catid). Diakeses tanggal 23 mei 2013
Polumulo, ZS. 2012. Hubungan Sanitasi Rumah Dengan Kejadian Common Cold di wilayah Kerja Puskesmas Tamalate Kota Gorontalo Tahun 2012, Skripsi: Universitas Negeri Gorontalo. Gorontalo.
Lukman, FA. Valin. 2012. Hubungan Kondisi Fisik Lingkungan Rumah dengan Kejadian Asma di Wilayah Kerja Puskesmas Bulu Lor Kecamatan Semarang Utara. Jurnal kesehatan masyrakat Vol 1, No 2, Tahun 2012,Hal 493-503.
Purnomo, 2008. Faktor Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Asma Bronkial Pada Anak ( Studi Kasus Di Rs Kabupaten Kudus), Tesis : Universitas Diponegoro. Semarang http://eprints.undip.ac.id/18656 /1/P_U_R_N_O_M_O.pdf
http://ejournals1.undip.ac.id/index
diakses tanggal 3 2013
maret
Riyanto, A. 2011. Aplikasi Metod0logi Penelitian Kesehatan, Yogyakarta: Nuhamedika. Ruchban, Fitriani Nur, 2012. Hubungan Kondisi Rumah Dengan Kejadian TB Paru Diwilayah Kerja Puskesmas Kabila Bone Kabupaten Bone Bolango Tahun 2012, Skripsi, Universitas Negeri Gorontalo, Gorontalo. Setiono, M dan Alisyahbana (Ed). 1998. Manusia, Kesehatan dan Lingkungan, Bandung: PT Alumni. Sundaru Heru, 2002. Asma Apa Dan Bagaimana Pengobatanya?. Jakarta: Gaya baru Ward, P.T. Jeremmy, 2007. (a) At Glance System Respirasi Edisi Kedua,Jakarta: Erlangga. ------------ 2007 (b). At Glance System Respirasi Edisi Kedua, Jakarta: Erlangga. ------------ 2007 (c). At Glance System Respirasi Edisi Kedua, Jakarta: Erlangga.
------------ 2007 (d). At Glance System Respirasi Edisi Kedua, Jakarta: Erlangga. Waraouw, P. Sonny. 2012. Masyarakat di 9 Provinsi Indonesia Resiko Terjangkit Asma. http://www.lkc.or.id/2012/05/2 8/masyarakat-di-9-provinsiindonesiaresiko-terjangkitasma/ diakses tanggal 25 maret 2013. Yunus, F. 2012. Polusi Tingkatkan Jumlah Penderita Asma, http://health.kompas./read/2012 /05/09/02341280/Polusi.Tingka tkan.Jumlah.Penderita.Asma diakses tanggal 25 maret 2013