BAB I PENDAHULUAN
Salah satu gangguan jiwa yang menjadi permasalahan kesehatan diseluruh dunia adalah skizofrenia. Skizofrenia merupakan gangguan mental yang serius yang berefek pada pikiran, perasaan, dan perilaku manusia. Penderita skizofrenia mengalami kesulian untuk membedakan hal yang nyata dan imajinasinya, berpikir secara logis, kesulitan untuk menyampaikan perasaannya, atau berperilaku aneh. 1 Orang dengan skizofrenia menunjukan gejala yang beragam dan tidak semua orang yang didiagnosis dengan skizofrenia memiliki simptom yang sama.2 Skizofrenia sering terjadi pada orang dewasa dan diderita sekitar 2 juta orang didunia. ! "i #ndonesia, indikator kesehatan jiwa yang dinilai pada $iset %esehatan "asar &$iskesdas' 2(1! antara lain gangguan jiwa berat, gangguan mental emosional serta cakupan pengobatannya. )umlah seluruh rumah tangga yang dianalisis adalah 2*+.** terdiri dari 1.(2-.-! anggota rumah tangga yang berasal dari semua umur. $umah tangga yang menjawab memiliki anggoota rumah tangga dengan gangguan jiwa berat sebanyak 1., terdiri dari 1. rumah tangga dengan 1 orang anggota rumah tangga, 2 rumah tangga memiliki 2 orang anggota rumah tangga, + rumah tangga memiliki ! anggota rumah tangga, dan 1 rumah tangga dengan + orang anggota rumah tangga yang mengalami gangguan jiwa berat. )umlah seluruh responden dengan gangguan jiwa berat berdasarkan data $iskesdas 2(1! adalah sebanyak 1.-2 orang. /ngka pre0alensi gangguan jiwa menurut pro0insi menurut $iskesdas tahun 2(1!, pro0insi
1
%alimantan engah mencatat sebanyak (,* per mil. pre0alensi psikosis tertinggi di "# 3ogyakarta dan /ceh &masing4masing 2,-5', sedangkan yang terendah di %alimantan 6arat &(,-5'. Pre0alensi gangguan jiwa berat nasional sebesar 1,- per mil.+ Pre0alensi skizofrenia yang menjalani pengobatan dibutuhkan penanganan yang biasanya melibatkan terapi obat4obatan antipsikotik yang biasanya diadministrasikan bersama penanganan psikososial dengan tujuan mengurangi frekuensi kekambuhan dan memperbaiki defisit keterampilan dan kepatuhan terhadap aturan pemakaian obat. %etidakpatuhan minum obat menunjukkan bahwa sebagian besar penderita skizofrenia berhenti memakai obat dari waktu ke waktu. Sejumlah faktor tampaknya berhubungan dengan ketidakpatuhan pasien dalam pengobatan, termasuk hubungan dokter atau tim medis lainnya dengan pasien yang negatif, ongkos pengobatan, efek samping obat yang dirasakan oleh pasien, lamanya pengobatan, dan dukungan sosial yang buruk dari keluarga terdekat pasien skizofrenia. 7elihat pre0alensi penduduk #ndonesia dengan skizofrenia masih cukup tinggi, maka penulis ingin mengetahui lebih lanjut mengenai gangguan jiwa skizofrenia secara lebih dalam mulai dari gambaran klinis hingga pengobatan skizofrenia. Sehingga untuk kedepannya tulisan ini dapat membantu pembacanya untuk mengetahui lebih lanjut tentang salah satu gangguan jiwa ini.
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah
Skizofrenia telah dikenal sejak zaman peradaban kuno di hampir semua kebudayaan. "eskripsi tentang gangguan ini tercatat sebelum 2((( S7 dibuku kuno Egyptian Book of Hearts, bagian dari Ebers papyrus. 8ejala4gejala psikologikal dikira muncul dari jantung dan uterus, dan berhubungan dengan pembuluh darah, racun, atau setan. "eskripsi 9indu &1+(( S7' dapat ditemukan di Atharva Veda, salah satu teks pada agama 9indu. :eda ini berisi hymne dan mantra dari #ndia kuno. ertulis bahwa kesehatan merupakan hasil dari keseimbangan elemen & Butha' dan ! humor & Dosa' dan ketidakseimbangan menghasilkan kegilaan. eks ;ina berjudul The Yellow Emperor's lassi! of
"nternal #edi!ine , 1((( S7, menjabarkan gejala kegilaan, demensia, dan kejang. Setan atau keadaan supernatural sering dikira sebagai penyebab tingkah laku psikotik. Plato, penulis abab ke4 dan ke4+ S7 mendukung konsep yang modern tentang hubungan antara pikiran dan tubuh. 6eliau menemukan ide tentang ketidaksadaran dan proses mental yang tidak berlogika dan menyatakan bahwa semua orang mempunyai kapasitas pemikiran yang irrasional.Sig mund
!
9ippocrates menyingkirkan ide psikosis karena setan dan menganjurkan bahwa gangguan seperti epilepsi, kebingungan, dan kegilaan semua berasal dari otak. "alam usaha menjelaskan gangguan mental dan fisik, beliau membuat dalil tentang kehadiran =humors= di tubuh termasuk darah dan empedu.
mil %raepelin merupakan orang yang berjasa dalam sejarah modern psikiatri dalam hal mengidentifikasi skizofrenia. #stilah dasar dari >mil %raeplin untuk skizofrenia adalah dementia praeco?. #ni berdasarkan dari pengamatannya, bahwa penyakit pasien berkembang pada umur yang relatif muda &praeco?', ditambah dengan perjalanan penyakit secara kronik dan tidak memiliki secara jelas akhir dari perjalanan penyakit tersebut &dementia'.Pada awal tulisannya tahun 1- %raepelin menyamakan hebefrenia dengan dementia praeco? dan membedakan dengan katatonia dan dementia paranoid. ahun 1*, %raepelin mempresentasikan paper di 9eidelburg berjudul
$The Diagnosis and %rognosis of Dementia %rae!o&$
dan menunjukkan bahwa
berbagai kondisi psikotik ini merupakan satu kesatuan dari seluruh penyakit ini. %raepelin berpikir bahwa terdapat suatu gangguan organik yang melandasi dementia praeco?. Pada tahun 1**, di buku %sy!hiatrie tertulis $in dementia
prae!o&( partial damage to( or destru!tion of( !ells of the !erebral !orte& must probably o!!ur( whi!h may be !ompensated for in some !ases( but whi!h mostly brings in its wake a singular( permanent impairment of the inner life$
+
-
%raepelin membagi dementia prekoks menjadi + subtipe@ paranoid, hebefrenik, katatonik, dan simpleks. Pasien paranoid secara primer ditandai delusi. #ndi0idu dengan hebefrenik terdapat tingkah laku bodoh dan pandir. anda khas dari katatonik berupa gejala motorik dimana terdapat peningkatan tonus otot dan postur yang menetap. Subtipe simpleks menunjukkan apatis dengan penarikan diri. >ugen 6leuler merupakan orang pertama mengunakan kata =skizofrenia=, berasal dari kata 3unani =pecah= dan =pikiran=. 6erbeda dengan kepribadian yang -
terpecah, 6leuler mengartikan terpecahnya fungsi psikik. "ia memperkenalkan + tanda penting berupa A+ /B,yaitu@
/fek tumpul /sosiasi longgar /mbi0alensi /utisme 8ejala lain dari skizofrenia seperti delusi, halusinasi, katatonia,
negati0isme, dan stupor dikenal sebagai gejala sekunder. 6leuler mencatat bahwa gejala sekunder ini muncul seperti gejala lainnya. %urt Schneider memperkenalkan gejala tingkat pertama dan gejala tingkat kedua. 8ejala tingkat pertama berupa@
7endengar suatu pikiran yang berbicara secara keras 9alusinasi auditorik yang mengomentari tingkah laku penderita
Thought withdrawal( insertion dan broad!asting 9alusinasi somatik, atau mengalami pikiran yang terkontrol atau dipengaruhi oleh alasan luar yang tidak jelas.
8ejala tingkat kedua berupa bentuk halusinasi, depresi, atau suasana perasaan yang berubah, emosi yang tumpul, kebingungan, dan ide delusi yang tiba4tiba. 6ila gejala tingkat pertama absen, skizofrenia masih dapat didiagnosis jika terdapat jumlah gejala tingkat kedua yang mencukupi.ahun 1*+*, Ameri!an %sy!hiatri! Asso!iation bekerja sama dengan )ew
York A!ademy of #edi!ine mulai menetapkan standar sistem diagnosis di /merika Serikat. 9asilnya berupa Diagnosti! and *tatisti!al #anual of #ental Disorders &D*#+"', diterbitkan tahun 1*2. D*#+"" terbit tahun 1*, tetapi tidak jauh berbeda dengan yang terdahulu. D*#+""" terbit tahun 1*(, D*#+"V tahun 1**+, dan D*#+"V+T, tahun 2(((. >disi ketiga mengalami perubahan yang sangat besar. Pada D*#+"V, skizofrenia dibagi menjadi subtipe berupa paranoid, disorganisasi, katatonik, tak terinci, dan residual.
2.2. Definisi
Skizofrenia berasal dari dua kata, yaitu *ki-o yang artinya retak atau pecah &split', dan .renia yang artinya jiwa. "engan demikian, seseorang yang menderita skizofrenia adalah seseorang yang mengalami keretakan jiwa atau keretakan kepribadian atau meru pakan
suatu gangguan psikosomatis, gejala4gejala pada
badan hanya sekunder karena gangguan dasar yang psikogenik atau merupakan manifestasi somatis dari gangguan psikogenik. Skizofrenia biasanya ditandai dengan adanya perubahan pada persepsi, pikiran, afek, dan perilaku seseorang. "alam Diagnosti! and *tatisti!al #anual of #ental Disorder / "S74#:' skizofrenia didefinisi kan sebagai sekelompok ciri dari gejala positif dan negatifC
kemampuan dalam fungsi sosial, pekerjaan atau hubungan antar pribadi dan menunjukan terus gejala4gejala ini selama paling tidak bulan. Sebagai tambahan, gangguan skizoafektif dan gangguan afek dengan gejala psikotik tidak didefinisikan sebagai skizofrenia dan juga skizofrenia tidak disebabkan oleh karena efek langsung karena psikologi dari zat atau kondisi medis. Skizofrenia merupakan suatu deskripsi sindrom dengan 0ariasi peenyebab &banyak belum diketahui' dan perjalanan penyakit &tak selalu bersifat kronis atau Ade!orating01
yang luas, serta sejumlah akibat yang bergantung pada
pertimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya. Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi,serta oleh afek yang tidak wajar &inappropiate', tumpul &blunted'. %esadaran yang jernih dan kemampuan intelektual tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian. *
2.3. Epidemi!"i
Skizofrenia dapat ditemukan pada semua kelompok masyarakat dan di berbagai daerah. #nsiden dan tingkat pre0alensi sepanjang hidup secara kasar hampir sama di seluruh dunia. 8angguan ini mengenai hampir 1 populasi dewasa dan biasanya onsetnya pada usia remaja akhir atau awal masa dewasa.1( "ata D9O tahun 2((( menunjukan pre0alensi skizofrenia adalah (,, sedangkan berdasarkan )ational "nstitute of #ental Health , pre0alensi skizofrenia di seluruh dunia adalah sekitar 1,1 dari populasi di atas usia tahun, atau sekitar 1 juta orang di seluruh dunia menderita skizofrenia. 11 )ika pre0alensi jiwa berat 1 berarti ada 22( ((( orang penderita gangguan jiwa di #ndonesia dan 1(
-
&22.((( orang' membutuhkan perawatan di institusi perawatan. "ata yang diperolah dari data $iset %esehatan "asar &$iskesdas' tahun 2((-, menunjukkan pre0alensi masyarakat indonesia yang mengalami gangguan mental emosi sebesar 11, pada penduduk berusia di atas 1 tahun. 12 )umlah seluruh respond en dengan gangguan jiwa berat berdasarkan data $iskesdas 2(1! adalah sebanyak 1.-2 orang.+
2.#. E$i!"i
>tiologi terjadinya gangguan skizofrenia, dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yakni1!@ a. Eeuropatologi Pada abad ke 1*, neuropatologist belum bisa menemukan dasar neuropatologis dari skizofrenia kemudian mereka mengklasifikasikanya sebagai penyakit fungsional. Pada akhir abad ke 2(, ditemukan bukti bahwa skizofrenia melibatkan langkah dari sistem limbik dan ganglia basal, termasuk abnormalitas dari korteks serebral, talamus, dan batang otak. 1! a. Peran sistem limbik Sistem limbik yang berperan dalam pengendalian emosi. Pada sampel otak skizofrenia postmortem telah ditemukan suatu penurunan ukuran daerah termasuk amigdala, hipokampus, dan girus para hipokampus. %arena penurunan ukuran tersebut, emosi yang timbul sulit untuk di kendalikan.
b. Peran 8anglia basalis 8anglia basalis terlibat dalam mengendalikan pergerakan. Pasien skizofren ia mempunyai pergerakan yang aneh &gaya berjalan kaku, menyeringaikan wajah dan sterotipik' bahkan tanpa adanya gangguan pergerakan akibat medikasi. 9al ini dapat
terjadi
karena
sedikitnya
neuron4neuron
akibat
berkurangnya 0olume otak terutama didaerah globus pallidus dan substansia nigra. Selain itu, reseptor dopamine tipe 2 &"2' meningkat jumlahnya di daerah caudatus, putamen, dan nucleus accumbens. c. Fobus frontalis 1' 8anglia basalis berhubungan timbal balik dengan lobus frontalis, dengan demikian meningkatkan kemungkinan bahwa kelainan pada fungsi lobus frontalis yang terlihat pada beberapa pemeriksaan pencitraan otak mungkin disebabkan oleh patologi di dalam ganglia basalis, bukan di dalam lobus frontalis itu sendiri. 2' Peningkatan aliran darah yang lebih kecil ke korteks frontalis dorsolateral saat melakukan prosedur akti0asi psikologis. !' Penurunan metabolisme glukosa di lobus frontal.
*
+' /tropi lobus frontalis, berhubungan dengan gejala negatif skizofrenia. ' Penurunan
0olume
korteks
prefrontal
dorsolateral,
sehingga menyebabkan deficit fungsi yang menimbulkan gejala mimik. d. /tropi
lobus
temporal
medial
bilateral,
yaitu
girus
parahipokampus, girus hipokampus, dan amigdala e. Pelebaran 0entrikel ketiga dan 0en trikel lateral yang st abil dan kadang terlihat sebelum onset penyakit, sehingga mengurangi 0olume otak. f.
8angguan transmisi neuronal &sirkuit' akibat aliran darah ya ng sedikit atau disfungsi traktus thalamocortical, dan penurunan ukuran corpus callosum yang menimbukan gejala positif dan negatif, serta gangguan kognitif.
b. 9erediter Seseorang kemungkinan menderita skizofrenia jika anggota keluarga lainnya juga menderita skizofrenia dan kemungkinan seseorang menderita skizofrenia adalah berhubungan dengan dekatnya hubungan persaudaraan tersebut. 6eberapa gen yang dijumpai pada penderita skizofrenia, antara lain 1G, G, p, G, p, 1(p, 1!G, 1G, dan 22G. /danya mutasi gen dystrobre0in "E6P 1 dan Eeureglin 1 berhubungan dengan munculnya gejala negatif pada penderita
1(
skizofrenia. Selain itu, kepribadian schizoid, skizotipal, dan paranoid memiliki kemungkinan besar dalam timbulnya skizofrenia.1! c. 8angguan anatomik dan )eurodevelopmental "icurigai ada beberapa bangunan anatomis di otak berperan terhadap kejadian skizofren yaitu lobus temporal, sistem limbik dan reticular acti0ating sistem. :entrikel penderita skizofrenia juga lebih besar daripada populasi normal. Pada pemeriksaan
omputed
Tomography2 ;4scan pada pasien dengan skizofrenia menunjukan pembersaran 0entrikel lateral dan 0entrikel ### dibandingkan dengan orang normal.1! Selain itu hipotesis lain juga menyebutkan bahwa terdapat banyak kelainan morfologi yang ditemukan pada wajah penderita skizofrenia seperti mulut, bibir dan dagu yang menyempit dan terdorong kebelakang, bagian atas wajah, mandibula dan dasar tengkorak lebih lebar, serta palatum memendek melebar. %emudian mata, orbita dan pipi menjadi lebih ke lateral, bagian tepi orbita atas menjadi menonjol, hidung mengecil, bibir yang tebal, dahi yang rendah, dan bagian tengah serta wajah bagian bawah yang lebih panjang. 6eberapa penulis menyebutkan bahwa tengkorak pasien skizofrenia berbentuk seperti brachiosefalika.1
d. eori 6iokimia
9ipotesis dopamin
11
$umusan paling sederhana dari hipotesis dopamin menyatakan bahwa skizofrenia disebabkan dari terlalu banyaknya akti0itas dopaminergik, sehingga menimbulkan gejal positif. eori ini timbul dari pengamatan @ 1' /kti0itas antipsikotik dari obat4obat neuroleptik misalnya fenotiazin bekerja dengan memblokade reseptor dopamin pasca sinaps &tipe "2'. 2' Obat4obat yang meningkatkan aktifitas dopaminergik misalnya
amfetamin
akan
memperburuk skizofrenia
karena amfetamin melepaskan dopamin sentral. eori ini tidak memperinci apakah hiperakti0itas dopaminergik disebabkan oleh @ 1' erlalu banyak pelepasan dopamin. 2' erlalu banyak reseptor dopamin. !' %ombinasi kedua hal di atas. +' %eterlibatan
jalur
dopamin
di
otak
yaitu
jalur
mesokortikal, jalur tubuloinfundibular, jalur mesolimbik.
9ipotesis serotonin Serotonin telah telah mendapat banyak perhatian dalam penelitian skizofrenia sejak pengamatan bahwa antipsikotik atipikal mempunyai aktifitas berhubungan dengan serotonin
12
yang kuat misalnya clozapine, risperidone, ritanserin' . Secara spesifik,
antagonis
pada
reseptor
serotonin
&4
hidroksitriptamin' tipe 2 &492' telah disadari penting untuk menurunkan gejala psikotik dalam menurunkan perkembangan gangguan pergerakan berhubungan dengan antagonisme4" 2. Seperti yang telah dinyatakan dalam penelitian mengenai gangguan mood, aktifitas serotonin telah berperan dalam perilaku bunuh diri dan impulsif yang juga dapat ditemukan pada pasien skizofrenia. 9ipotesa yang lain mengemukakan bahwa kelebihan serotonin dapat menyebabkan gejala postif dan gejala negatif skizofrenia.1+
9ipotesis norepinefrin 6eberapa
peneliti
telah
melaporkan
bahwa
pemberian
antipsikotik jangka panjang menurunkan aktifitas neuron noradrenergik di lokus cereleus dan bahwa efek terapeutik dari beberapa antipsikotik mungkin melibatkan aktifitas pada reseptor adrenergik41 dan adrenergik42. Dalaupun hubungan antara aktifitas dopaminergik dan noradrenergik masih belum jelas, semakin banyak data yang menyatakan bahwa sistem noradrenergik memodulasi sistem dopaminergik dalam cara tertentu
sehingga
kelainan
sistem
mempredisposisikan pasien untuk sering relaps.1+
9ipotesis asam amino 1!
noradrenegik
Eeurotransmiter asam amino inhibitor gamma+aminobutyri!
a!id /3ABA1 juga telah terlibat dalam patofisiologi skizofrenia. "ata yang tersedia adalah konsisten dengan hipotesis bahwa beberapa pasien dengan skizofrenia mengalami kehilangan neuron 8/6/4ergik di dalam hipokampus. 9ilangnya neuron inhibitor 8/6/4ergik secara teoritik dapat menyebabkan hiperaktifitas
neuron
dopaminergik
dan
noradrenergik.
Eeurotransmiter asam amino eksitasi glutamat telah juga dilaporkan terlibat dalam dasar biologis untuk skizofrenia. 1
eori Eeuropeptide "ua zat neuropeptide, cholecystokinin dan neurotensin ditemukan di berbagai daerah otak penderita skizofrenia. %onsentrasi zat ini berubah pada keadaan psikosis. 1!,1
eori 8lutamat Pada
pasien
skizofrenia
terdapat
inhibisi
pelepasan
neurotransmitter glutamate, hal ini penting perannya dalam menimbulkan gejala akut skizofrenia.1!
/setilkolin dan Eikotin Penurunan jumlah reseptor muskarinik dan nikotinik di daerah caudatus4putamen,
hipokampus,
korteks
prefrontal
menyebabkan kekacauan regulasi sistem neurotransmitter, sehingga timbul disfungsi kognitif pada pasien skizofrenia.1!
1+
e. Psikoneuroimunologi
Penurunan produksi interleukin42 sel , penurunan jumlah dan responsi0itas limfosit perifer, kelainan pada reakti0itas selular dan humoral terhadap neuron, dan adanya antibodi yang diarahkan ke otak /antibrain antibodies1 paling banyak dikaitkannya dengan terjadi skizofrenia1! f.
Psikoneuroendokrinologi 6anyak laporan menggambarkan perbedaan neuroendokrin antara kelompok pasien skizofrenia dan kelompok subyek kontrol normal. 6eberapa data menunjukkan penurunan konsentrasi luteini-ing
hormone+folli!le stimulating hormone &F9H
dan
hormon
pertumbuhan
terhadap
stimulasi
gonadotropin releasing hormone &8n$9' atau thyrotropin4releasing hormone &$9' dan suatu penumpulan pelepasan hormon pertumbuhan terhadap stimulasi apomorphine yang mungkin dikorelasikan dengan adanya gejala negatif. 1! Selain teori yang dijelaskan diatas, terdapat teori4teori lain yang mendukung etiologi terjadinya skizofrenia, yakni@ 1. eori Psikoanalitik
1
Sigmund
1
2.%. Pa$fisi!"i
7ekanisme terjadinya skizofrenia adalah sebagai berikut @
&am'ar 1. Pa$fisi!"i $erjadin(a s)i*frenia
1-
1
&am'ar 2. +e)anisme $erjadin(a "eja!a psi$if dan ne"a$i,e pada s)i*frenia
6erikut merupakan + jalur utama dopamin yang berperan terhadap munculnya gejala4gejala yang terdapat pada skizofrenia@ a.
)alur nigrostriatal@ dari substantia nigra ke basal ganglia I fungsi gerakan,
b.
>PS )alur mesolimbik @ dari tegmental area menuju ke sistem limbik I memori,
c.
sikap, kesadaran, proses stimulus )alur mesokortikal @ dari tegmental area menuju ke frontal corte? I kognisi,
d.
fungsi sosial, komunikasi, respons terhadap stress )alur tuberoinfendibular@ dari hipotalamus ke kelenjar pituitary I pelepasan prolaktin.
1*
&am'ar 3. Sir)-i$ dpamin
2. +anifes$asi K!inis
/da tiga gejala utama yang menyertai skizofrenia yaitu gejala positif, gejala negatif dan gejala kognitif. 8ejala positif adalah tindakan yang mulai membawa dampak bagi lingkungannya, seperti mengamuk dan berteriak4teriak. 8ejala negatif berupa tindakan yang tidak membawa dampak merugikan bagi lingkungannya, seperti mengurung diri di kamar, melamun, menarik diri dari 1*
pergaulan, dan sebagainya. idak ada penampilan atau prilaku yang khas.
2(
a. 8ejala posit if meliputi halusi nasi, waham, perilaku aneh &cara berpak aian, perilaku sosial, agresif, perilaku berulang', gangguan pikiran formal positif &penyimpangan, tangensialitas, inkoherensi, dan lain4lain'. b. 8ejala negatif meliputi pendataran afektif, alogia &miskin bicara, kemiskinan isi bicara, afek yang tidak sesuai', tidak ada kemauan4apatis, anhedonia4 asosialitas, tidak memiliki atensi sosial. c. 8ejala kognitif meliputi miskin ide, sulit fok us dan memu satkan perhatian, dan sulit dalam mengingat sesuatu yang baru atau sesuatu yang telah dipelajari.
7enurut 6leuler, gejala4gejala skizofrenia terbagi dalam 2 kelompok yaitu gejala primer yang meliputi gangguan proses pikir, gangguan emosi, gangguan kemauan dan autisme. 8ejala sekunder skizofrenia meliputi waham, halusinasi dan gejala katatonik atau gangguan psikomotor yang lain.1*
a. 8ejala primer - 8angguan proses pikiran, yang terutama terganggu adalah asosiasi. 8angguannya
berupa
terdapatnya
inkoherensi,
pasien
cenderung
menyamakan hal, seakan4akan pikiran berhenti, stereotipi pikiran &ide yang sama berulang4ulang timbul dan diutarakan olehnya'.
- 8angguan afek dan emosi &afek dan emosi dangkal, acuh tak acuh terjadap dirinya', parathimi &yang seharusnya menimbulkan rasa senang, malah menimbulkan rasa sedih pada pasien', paramimi &penderita senang tapi menangis', terkadang afek dan emosinya tidak mempunyai satu kesatuan, emosi yang berlebihan, hilangnya kemampuan untuk mengadakan hubungan emosi yang baik, dua hal yang berlawanan mungkin terjadi bersama4sama.
21
- 8angguan kemauan &kelemahan kemauan dengan alasan yang tidak jelas, negati0isme &sikap yang negatif atau berlawanan terhadap suatu permintaan', ambi0alensi kemauan &menghendaki dua hal yang berlawanan pada waktu bersamaan', otomatisme &penderita merasa kemauannya dipengaruhi orang lain atau tenaga dari luar, sehingga ia melakukan sesuatu secara otomatis'.
- 8ejala psikomotor &gejala katatonik yaitu gerakan kurang luwes', bias sampai stupor &tidak bergerak sama sekali', mutisme, berulang4ulang melakukan satu gerakan atau sikap, 0erbigerasi &mengulang4ngulang kata', manerisme &keanehan cara berjalan dan gaya', gejala katalepsi &bila dalam jangka waktu lama', fle?ibili tas cerea &bila anggota gerak dibengkokan terasa ada tahanan seperti pada lilin, negati0isme &melakukan hal berlawanan dengan yang diperintahkan', echolalia &meniru kata4kata yang diucapkan orang lain',
b.
ekhopra?ia &meniru perbuatan orang lain'. 8ejala sekunder - Daham &waham primer yang timbul secara tidak logis sama sekali, tanpa penyebab apa4apa dari luar, terdapat hampir patognomonis pada skizofrenia, waham sekunder biasanya terdengar logis, seperti waham
-
kebesaran, waham nihilistik, dan lain4lain. 9alusinasi adalah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun pada pancaindra. Pada skizofrenia halusinasi timbul tanpa penurunan kesadaran. Paling sering halusinasi auditorik, halusinasi 0isual jarang, namun bila ada biasanya pada stadium permulaan. 7acam J macam halusinasi @ a. 9alusinasi penglihatan &0isual' @ Persepsi berkerja salah menyangkut penglihatan jarang terjadi pada penderita psikotik tapi sering terdapat
22
pada penderita psikosa organik, biasanya berupa bayangan yang tampak menakutkan.
b. 9alusinasi pendengaran &auditory' @ Persepsi bekerja salah pada pendengaran, paling sering didapat, biasanya berupa kataHkalimat mengenai diri penderita baik berupa hal buruk, misalnya mengejek, mengecam atau memerintah.
c. 9alusinasi pencium &olfaktori' @ Persepsi yan g salah pada penci uman, seiring pada skizofrenis, bau yang tercium biasanya tidak enakHbau busuk yang merupakan lambang rasa bersalahHdosa.
d. 9alusinasi peraba &takt il' @ Persepsi yang salah pada sentuhan yang terbentuk dari bagian tubuh berupa sensasi gerakan yang pelan sekali diatasHdibawah kulit, penderita merasa badannya dirabaHada yang menjalar di badannya padahal tidak ada, sering pada penderita skizofrenia dan keracunan kokain. e. 9alusinasi seksual @ ermasuk halusinasi raba, penderita merasa diri nya diperkosa.
f. Pseudohalusinasi @ %has pada skizofrenia, penderita menden gar suara hati nurani.
g. 9alusinasi kinestetik @ 7erasa badann ya bergerak dalam sebuah ruan g, atau anggota badannya bergerak.
2!
h. 9alusinasi 0iseral @ Perasaan tertent u yang timbul di dalam tubuhnya.
i. 9alusinasi hiponagogik @ erdapat ada kalanya pada orang normal, tepat sebelum tertidur persepsi sensorik bekerja salah.
j. 9alusinasi hipnopompik @ Sama seperti halusinasi hiponagogik tetapi terjadi tepat sebelum terbangun sama sekali dari tidurnya.
k. 9alusinasi histerik @ imbul pada ner0osa histerik karena konflik emosional.1* 8ejala yang pertama kali tampak adalah gejala postif. imbulnya gejala positif ini berbeda pada tiap gender.
Perjalanan penyakit skizofrenia terbagi menjadi tiga fase, yaitu@ 1.
2.
!.
2+
2./. K!asifi)asi S)i*frenia
Skizofrenia diklasifikasikan dalam beberapa jenis, yaitu skizofrenia paranoid, skizofrenia
herbefrenik, skizo frenia katatonik, skizofrenia simple? dan
skizofrenia residual. 6erikut ini adalah tipe4tipe skizofrenia. "iagnosis ditegakkan berdasarkan gejala yang dominan yaitu@1* a. S)i*frenia paranid
7emenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
Sebagai tambahan@
4
9alusinasi danHatau waham harus menonjolC
a' Suara4suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk 0erbal berupa bunyi pluit &whistling', mendengung &humming', atau bunyi tawa &laughing'C
b' 9alusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain4lain perasaan tubuhC halusinasi 0isual mungkin ada tetapi jarang menonjolC
c' Daham dapat berup a hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan &delusion of !ontrol1 , dipengaruhi & delusion of influen!e1 , atau Bpassivity0 /delusion of passivity1 , dan keyakinan dikejar4kejar yang beraneka ragam, adalah yang paling khasC 4
8angguam afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik secara relatif tidak nyataHtidak menonjol.
2
'. S)i*frenia her'efreni)
7emenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia. "iagnosis hebeferina untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia remaja atau dewasa muda &onset biasanya mulai 142 tahun'. %epribadian premorbid menunjukkan ciri khasC pemalu dan senang menyendiri &solitary', namun tidak harus demikian untuk menentukan diagnosis.
Kntuk
diagnosis
hebeferina
yang
meyakinkan
umumnya
diperlukan
pengamatan kontinu selama dua atau tiga bulan lamanya, untuk memastikan bahwa gambaran yang khas berikut ini memang benar bertahan@ 4
Perilaku yang tid ak beta nggung jaw ab dan tak dap at dir amalkan, serta mannerismeC ada kecenderungan untuk selalu menyendiri & solitary', dan perilaku menunjukkan hampa tujuan dan hampa perasaanC
4
/fek pa sien da ngkal & shallow1 dan tidak wajar & inaproproate', sering disertai oleh cekikikan & giggling' atau perasaan puas diri & self+satisfied ', senyum sendiri & self+absorbed smiling', atau oleh sikap, tinggi hati & lofty
manner', tertawa menyeringai & grima!es', mannerisme, mengibuli secara bersenda gurau & pranks', keluhan hipokondriakal, dan ungkapan kata yang diulang4ulang &reiterated phrases'C
2
4
Proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu &rambling' serta inkohoren.
8angguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses pikir umumnya menonjol. 9alusinasi dan waham mungkin ada tetaLi biasanya tidak menonjol &fleeting and fragmentary delusions and hallu!inations'. "orongan kehendak & drive' dan yang bertujuan & determination' hilang serta sasaran ditinggalkan, sehingga perilaku penderita memperlihatkan ciri khas, yaitu perilaku tanpa tujuan & aimless' dan tanpa maksud & empty of purpose'. /danya suatu preokupasi yang dangkal dan bersifat dibuat4buat terhadap agama, filsafat dan tema abstrak lainnya, makin mempersukar orang memahami jalan pikiran pasien.
0. S)i*frenia )a$a$ ni)
7emenuhi kriteria umum untuk diagnosis skizofrenia. Salah satu atau lebih dari perilaku berikut ini harus mendominasi gambaran klinisnya@ a' Stupor &amat berk urangnya dalam reakt i0itas terhad ap lingkungan dan dalam gerakan serta akti0itas spontan' atau mutisme &tidak berbicara'C b' 8aduh gelisah &tampak jelas akti0itas motorik yang tak bertujuan, yang tidak dipengaruhi oleh stimuli eksternal'C
2-
c' 7enampilakan posisi tubuh tertentu &secara sukarela mengambil dan mempertahankan posisi tubuh tertentu yang tidak wajar atau aneh'C d' Eegati0isme &tampak jelas perlawanan yang tidak bermotif terhadap semua perintah atau upaya untuk menggerakkan, atau pergerakan ke arah berlawanan'C e' $igiditas &mempertahankan posisi tubuh yang kaku untuk melawan upaya menggerakkan dirinya'C
f'
Pada pasien yang tidak komunikatif dengan manifestasi perilaku dari gangguan katatonik, diagnosis skizofrenia mungkin harus ditunda sampai diperoleh bukti yang memadai tentang adanya gejala4gejala lain. Penting untuk diperhatikan bahwa gejala4gejala katatonik bukan petunjuk diagnostik untuk skizofrenia. 8ejala katatonik dapat dicetuskan oleh penyakit otak, gangguan metabolik, atau alkohol dan obat4obatan, serta dapat juga terjadi pada gangguan afektif.
2
&am'ar # n$h peri!a)- pasien s)i*frenia )a$a$ni) d. S)i*frenia simp!e
"iagnosis skizofrenia simpleks sulit dibuat secara meyakinkan karena tergantung pada pemantapan perkembangan yang berjalan perlahan dan progresif dariC 4
gejala AnegatifB yang khas dari skizofrenia residual tanpa didahului riwayat halusinasi, waham, atau manifestasi lain dari episode psikotik, dan
4
disertai dengan perubahan4perubahan perilaku pribadi yang bermakna, bermanifestasi sebagai kehilangan minat yang mencolok, tidak berbuat sesuatu, tanpa tujuan hidup, dan penarikan diri secara sosial.
8angguan ini kurang jelas gejala psikotiknya dibandingkan subtipe skizofrenia lainnya.
e. S)i*frenia resid-a!
ipe ini merupakan kategori yang dianggap telah terlepas dari skizofrenia tetapi masih memperlihatkan gejala4gejala residual atau sisa, seperti
2*
keyakinan4keyakinan negatif, atau mungkin masih memiliki ide4ide tidak wajar yang tidak sepenuhnya delusional. 8ejala4gejala residual itu dapat meliputi menarik diri secara sosial, pikiran4pikiran ganjil, inakti0itas, dan afek datar. Skizofrenia jenis ini adalah keadaan kronis dari skizofrenia dengan riwayat setidaknya satu episode psikotik yang jelas dan gejala4gejala berkembang kearah gejala negatif yang lebih menonjol seperti keterlambatan psikomotor, penurunan akt0itas, penumpulan afek, pasif, tidak ada inisiatif, kemiskinan pembicaraan, ekspresi non0erbal yang menurun, buruknya perawatan diri dan fungsi sosial. Perjalanan gangguan skizofrenik juga dapat diklasifikasikan dengan menggunakan kode lima karakter * @
<2(.?( 6erkelanjutan
<2(.?1 >pisodik dengan kemunduran progresif
<2(.?2 >pisodek dengan kemunduran stabil
<2(.?! >pisodek berulang
<2(.?+ $emisi tak sempurna
<2(.? $emisis sempurna
<2(.? Fainnya
<2(.?* Periode pengamatan kurang dari satu tahun
!(
2.. Dia"nsis S)i*frenia
"iagnosis skizofrenia menurut Pedoman Penggolongan dan "iagnosis 8angguan )iwa &PP"8)' di#ndonesia yang ke4### sebagai berikut@ * 9arus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas &dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala4gejala itu kurang jelas'@ a. thought echo M isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya &tidak keras' dan isi pikiran ulan gan walaupun isinya sama tapi kualitasnya berbeda. thought insertion or withdrawal M isi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam pikirannya & insertion' atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya & withdrawal 'C dan thought broadcasting M isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum mengetahuinyaC b. delusion of control M waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar, atau de!-sin f inf!-en0e M waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar
delusion of passivity M waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luarC &tentang dirinya secara jelas merujuk ke pergerakan
tubuhHanggota
gerak
atau pikiran,
tindakan
atau penginderaan khusus'C delusion perception M pengalaman inderawi yang tak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizatC c. 9alusinasi auditorik@ Suara halusinasi yang berkomentar secara terus4menerus terhadap
perilkau pasien, atau 7endiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri &diantara berbagai suara yang berbicara' atau
!1
)enis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh
pasien d. Daham4waham menetap lainnya yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa
- atau yang paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas yaitu@ a. 9alusinasi yang menetap dari panc a indera apa saja, apabila disertai baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas ataupun disertai oleh ide4ide berlebihan & over+
valued ideas ' yang menetap atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu4minggu atau bahkan berbulan4bulan terus menerusC b. /rus pikiran yang terputus &break' atau yang mengalami sisipan &interpolation' yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak rela0an atau neologisme. c. Prilaku katatonik seperti keada an gaduh gel isah & e&+!itement', posisi tubuh tertentu &posturing' atau fleksibilitas cerea, negati0isme, mutisme dan stupor. d. 8ejala4gejala negati f seperti sikap sanga t apatis, bicar a yang jarang dan respon emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptikaC
- /danya gejala4gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih &tidak berlaku untuk setiap fase non4psikotik prodromal'.
!2
- 9arus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan & overall 5uality ' dari beberapa aspek prilaku pribadi & personal
behavior', bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri &self absorbed attitude' dan penarikan diri secara sosial. /dapun acuan yang paling banyak digunakan untuk diagnosa ski-ofrenia adalah "S7 #: & Diagnosti! and *tatisti!al #anual of #ental Disorder , edisi +'. "S7 #: mempunyai kriteria diagnosis dari /P/ & Ameri!an %sy!hiatri!
Asso!iation' untuk skizofrenia Seperti pada "S74###4$, halusinasi maupun waham tidak diperlukan untuk diagosis skizofrenia karena pasien dapat memenuhi diagnosis jika mereka memenuhi dua gejala yang dituliskan dalam gejala nomor tiga sampai lima di dalam kriteria /. %riteria 6 menghilangkan kata Apemburukan deteriortationB di dalam 0ariabel perjalanan skizophrenia di antara pasien4pasien. Eamun demikian kriteria 6 masih memerlukan gangguan fungsi selama fase aktif penyakit. "S74#: masih memerlukan gejala minimal bulan dan tidak adanya diagnosis gangguan skizoefektif atau gangguan mood. 21 %riteria diagnosis s!hi-ophrenia berdasarkan "S7 #:21 /. 8ejala karakteristik@ dua &atau lebih berikut', masing4masing ditemukan untuk bagian waktu yang bermakna selama periode 1 bulan &atau kurang jika diobati dengan berhasil'@
- Daham - 9alusinasi - 6icara terdisorganisasi &misalnya sering menyimpang atau inkoheren' !!
- Perilaku terdisorganisasi atau katatonik yang jelas - 8ejala negatif yaitu pendataran afektif, alogia, atau tidak ada kemauan &a0olition' ;atatan@ hanya satu gejala kriteria / yang diperlukan jika waham adalah kacau atau halusinasi terdiri dari suara yang terus menerus mengomentari perilaku atau pikiran pasien, atau dua atau lebih suara yang saling bercakap satu sama lainnya. 6. "isfungsi sosial atau peke rjaan@ untuk bagian waktu yang berm akna sejak onset gangguan, satu atau lebih fungsi utama, seperti pekerjaan, hubungan interpersonal, atau perawatan diri adalah jelas dibawah tingkat yang dipakai sebelum onset &atau jika onset pada masa anak4anak atau remaja, kegagalan untuk mencapai tingkat pencapaian interpersonal, akademik atau pekerjaan yang diharapkan'. ;. "urasi. anda gangguan terus menerus menetap selama sekurangnya bulan. Periode bulan ini harus termasuk sekurangnya 1 bulan gejala &atau kurang jika diobati dengan berhasil' yang memenuhi kriteria / &yaitu gejala fase aktif' dan mungkin termasuk periode gejala prodormal atau residual. Selama periode prodomal atau residual, tanda gejala mungkin dimanifestasikan hanya oleh gejala negatif atau dua atau lebih gejala yang dituliskan dalam kriteria / dalam bentuk yang diperlemah &misalnya keyakinan yang aneh, pengalamam persepsi yang tidak lazim'.
!+
". Penyingkiran gangguan skizoafektif dan gangguan mood@ gangguan skizoafektif dan gangguan mood dengan ciri psikotik telah disingkirkan karena@
- idak ada episode depresi berat, manik, atau campuran yang telah terjadi bersama4sama dengan gejala fase aktif, atau
- )ika episode mood telah terjadi selama gejala fase aktif, durasi totalnya adalah relatif singkat dibandingkan durasi periode aktif dan residual. >. Penyingkiran zatHkondisi medis umum@ gangguan tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari suatu zat &misalnya obat yang disalahgunakan, suatu medikasi' atau suatu kondisi medis umum.
2.4. Pena$a!a)sanaan
Pengobatan harus segera dilakukan mengingat keadaan psikotik yang lama menimbulkan kemungkinan penderita lebih besar menuju kepada kemunduran mental. erapis diharapkan tidak melihat penderita skizofrenia sebagai penderita yang tidak dapat disembuhkan lagi atau suatu makluk aneh dan inferior, seperti orang yang menderita lepra zaman dahulu.1* A. 5arma)$erapi
#ndikasi pemberian obat antipsikotik pada skizofrenia adalah pertama untuk mengendalikan gejala aktif dan kedua untuk mencegah kekambuhan.1* >fektifitas antipsikotik dalam pengobatan skizofrenia telah dibuktikan oleh berbagai penelitian buta ganda terkontrol. Kntuk antipsikotik tipikal dan generasi pertama, tidak ada bukti bahwa obat ini lebih baik daripada yang lain
!
untuk gejala4gejala tertentu. Strategi pengobatan tergantung pada fase penyakit apakah akut atau kronis.
short+a!ting untuk pasien baru sebaiknya dihindari. Eamun terapi dengan obat long4acting tidak boleh diberikan kecuali pada pasien dengan riwayat tidak responsi0e dengan bentuk pengobatan lain. Penggunaan dosis tinggi untuk pengobatan skizofrenia akut tidak memberikan hasil yang lebih baik dibanding dengan penggunaan dosis rata4rata. 6eberapa studi mengatakan bahwa penundaan pemberian antipsikotik akan memberikan outcome yang lebih buruk, diperkirakan karena beberapa aspek pada psikosis secara biologis toksik terhadap struktur otak. 6eberapa pasien memberikan respon terhadap antipsikotik dalam minggu pertama pengobatan atau bahkan pada hari pertama. %ebanyakan akan tidak memberikan respon dalam 2 J minggu. Eamun tidak disarankan untuk memutuskan obat dan mengganti dengan jenis yang lain sebelum pengobatan mencapai + J minggu, kecuali terdapat efek samping atau gejala ekstrapiramidal yang tidak sesuai dengan pengobatan. 1*, 22
!
Penggunaan beberapa antipsikotik pada waktu bersamaan harus dihindari, khususnya penggunaan antipsikotik tipikal yang diberikan secara oral dan parenteral, kecuali pengobatannya memang sedang dialihkan dari intramuscular menjadi oral terapi. Pada beberapa kasus bila antipsikotik tidak dapat mengontrol rasa cemas dan agitasi yang berlebihan, penggunaan benzodiazepine dapat diberikan.22 /ntipsikotik dibagi menjadi 2 kelompok besar @22,2!,2+ a. /ntipsikotik klasik &tipikal', terutama efektif mengatasi gejala positif, pada umumnya dibagi lagi dalam sejumlah kelompok sebagi berikut @
"eri0at4fenotiazin @ $antai aliphatic
@ klorpromazin &Fargactil'
$antai piperidin
@ thioridazin &7elleril'
$antai piperazin
@ perfenazin &rilafon', flufenazin &/natensol', dan trifluoperazin &Stelazine'
"eri0at4butirofenon
"eri0at4butilpiperidin @ Pimozide &Orap'
@ 9aloperidol &9aldol, Serenace'
b. /ntipsikotik atipikal, bekerja efektif melawan gejala negatif, yang kebal terhadap obat klasik. >fek sam pingnya lebih ringan, khususnya
gangguan
ekstrapiramidal dan dyskinesia tardi0. "ibagi dalam beberapa kelompok yaitu @
6enzamide
"ibenzodiazepine
@ Sulpiride &"ogmatil' @;lozapine
&;lozaril',
uetipine &SeroGuel'
!-
Olanzapine
&Nypera',
6enziso?azole
@ $isperidone &$isperidal', /ripiprazole &/bilify'
2# Ta'e! 1. Sediaan 'a$ an$ipsi)$i) dan dsis anj-ran
Eo
Eama 8enerik
Eama "agang
Sediaan
"osis /njuran
1
;hlorpromazine
Fargactil & /0entis Pharma' Promactil &;ombiphar' 7eprosetil &7eprofarm' ;epezet &7ersifarma'
ab. 2 mg 1(( mg ab. 1(( mg
1(4(( mgHh
Serenace & Pfizer4 Pharmacia'
ab.1, (,mg mg FiG. 2 mgHml /mp. mgHml ab. 2 mg mg ab. 2 mg mg ab. 2 mg mg /mp. ( mgHml
41 mgHh
2
9aloperidol
9aldol &)ansen' 8o0otil &8uardian Pharmatama' Fodomer &7ersifarma' 9aldol "ecanoas &)ansen'
ab. 1(( mg ab. 1(( mg
( mgH24+ minggu
!
Perphenazine
rilafon &Schering'
ab. 2 mg + mg
1242+ mgHh
+
ab. 2, mg mg :ial. 2 mgHml
1(41 mgHh
/natensol &6474 SGuibb' 7odecate &6474 SGuibb'
Fe0omepromazin e
Eozinan &/0entis Pharma'
ab. 2 mg
rifluoperazine
Stelazine & 8la?o4 Smith4%line'
ab. 1 mg mg
1(41 mgHh
-
hioridazine
7elleril &Eor0atis'
ab. ( mg 1(( mg
1(4(( mgHh
!
2 mgH24+ minggu 24( mgHh
Sulpiride
"ogmatil
/mp. ( mgHml ab. 2(( mg
*
Pimozide
Orap &)ansen'
ab.+mg
1(
$isperidone
$isperdal &)ansen' Eeripros &Pharos' Eoprenia &Eo0ell' Persidal &7ersifarma' $izodal &8uardian Pharmatama' Nofreda &%albe
ab. 1,2,! mg ab. 1,2,! mg ab. 1,2,! mg ab. 1,2,! mg
ab. 2mg mg 1((
241(( mgHh
ab. 2 mg 1(( mg 2(( mg
(4+(( mgHh
11
;lozapine
;lozaril &Eo0artis'
12
uetiapine
SeroGuel Neneca'
1!
Olanzapine
Nypre?a &>li Fily'
&/stra
!((4(( mgHh 24+mgHh
ab.24mgHh
ab. 1,2,! mg ab. 1,2,! mg
ab. mg 1( mg
1(42( mgHh
5arma))ine$i) 'a$ An$ipsi)si)
Sebagian besar antipsikosis tidak diabsorpsi secara lengkap setelah pemberian oral, walaupun preparat cair diabsorpsi dengan lebih efisien dibandingkan bentuk lain. $isperidone diabsorpsi cepat setelah pemberian oral, mencapai kadar puncak kira4kira 1 jam setelah pemberian, dan memiliki waktu paruh plasma kira4kira 2+ jam. %adar stabil remo?ipride dicapai setelah kira4kira 2 hari pemberian obat, berbeda dengan antipsikosis lain, dimana gangguan hati dapat memiliki efek klinis yang bermakna, gangguan hati memiliki sedikit pengaruh pada eliminasi remo?ipride. %arena pola metabolisme tersebut, dosis
!*
remo?ipride
harus
butyrophenone
diturunkan
&haloperidol'
untuk dan
pasien
lanjut
usia.
Daktu
diphenil4butylpiperidine
lebih
paruh lama
dibandingkan fenotiazin, dan kecenderungan efek klinis parkinsonisme yang disebabkan oleh butyrophenone &haloperidol' dan diphenil4butylpiperidine berlangsung lebih lama dibandingkan yang disebabkan oleh antipsikotik lain. Sebagian besar obat antipsikotik memiliki ikatan dengan protein plasma, 0olume distribusi,
dan
kelarutan
dalam
lemak
yang
tinggi.
Obat
antipsikotik
dimetabolisme di hati dan mencapai kadar plasma dalam sampai 1( hari. 2,2
5arma)dinami) An$ipsi)si)
7ekanisme kerja obat antipsikosis adalah dihipotesiskan melalui antagonisme reseptor "2, sehingga mencegah dopamin endogen mengakti0asi reseptor. Dalaupun hipotesis dopamin berlaku untuk semua obat antipsikosis, tetapi tidak berlaku untuk clozapine yang tampaknya memiliki mekanisme kerja yang berbeda, kemungkinan melibatkan reseptor "+ atau reseptor 492 atau keduanya. Dalaupun antagonisme reseptor "2 diperkirakan merupakan inti dari efek terapeutik risperidone maupun remo?ipride, telah dihipotesiskan bahwa akti0itas antagonis tambahan dari obat tersebut pada reseptor 492 untuk rispridone, dan reseptor sigma untuk remo?ipride menjelaskan sekurangnya separuh sifat efek sampingnya yang baik. Sebagian besar efek merugikan neurologis dan endokrinologi dari antipsikotik juga dapat dijelaskan oleh penghambatan obat pada reseptor dopamin. etapi berbagai antipsikotik juga menghambat
reseptor
noradrenergik,
kolinergik,
+(
dan
histaminergik,
jadi
menyebabkan ber0ariasinya sifat efek merugikan yang ditemukan pada obat4obat tersebut.2,2
Pen"a$-ran Dsis
Pe m ilihan Oba t Pemilihan jenis obat mempertimbangkan gejala psikosis yang dominan dan
efek samping obat. /pabila ada obat yang tidak memberi respons klinis dalam dosis optimal setelah jangka waktu yang memadai, dapat diganti dengan obat lain dengan
golongan berbeda, dengan dosis eki0alen4nya. /pabila gejala negatif lebih menonjol dari gejala positif maka pilihan obat anti4psikosis atipikal perlu dipertimbangkan, khususnya bagi yang tidak dapat
mentolerir efek samping ekstrapiramidal. "ari antara obat yang sesuai terhadap diagnosis tertentu, obat spesifik harus dipilih menurut riwayat respons obat pasien &kepatuhan, respons terapetik, dan yang merugikan'.
Ta'e! 2. Daf$ar 'a$ an$i6psi)$i)7 $in")a$ efe) sampin" sedasi7 $nm7 dan e)s$rapiramida! s(ndrme2# An$i6psi)sis
;hlorpromazine hioridazine Perphenazine rifluoperazine
+".8
1(( 1((
Dsis
9m":h;
1( 1((
+1
(( *(( + ( (
Sedasi
QQQ QQQ Q Q QQ
<$n mi)
QQQ QQQ Q Q Q
E)s.Pr
QQ Q QQQ QQQ QQQ
9aloperidol Pimozide ;lozapine Fe0omepromazine Sulpiride $isperidone
2 2 2
2 2 2
1(( -
Q Q QQQQ
Q Q Q
QQQQ QQ 4
2 2(( 2
( 2(( 2
!(( 1(( *
QQQQ Q Q
QQ Q Q
Q Q Q
"alam pengaturan dosis perlu dipertimbangkan@2+
Onset efek primer &efek klinis' @ sekitar 2 J + minggu
Onset efek sekunder &efek samping' @ sekitar 2 J jam.
Daktu paruh @ 12 J 1+ jam &pemberian obat 142 ? perhari'.
"osis pagi dan malam dapat berbeda untuk mengurangi dampak dari efek samping &dosis pagi kecil, dosis malam lebih besar' sehingga tidak begitu mengganggu kualitas hidup pasien. 7ulai dengan “dosis awal” sesuai dengan “dosis anjuran”, dinaikkan
setiap 24! har i
sampai me ncapai “dosis efe ktif” &mulai timbul peredaran
Sindrom Psikosis'
“dosis optimal”
dipertahankan sekitar 412 minggu &stabilisa si'
setiap 2 minggu
die0aluasi setiap 2 minggu dan bila perlu dinaikkan
“dosis maintena nce”
diturunkan
dipertahankan bulan sampai 2
tahun &diselingi Adrug holidayB 142 hariHminggu' tapering off &dosis diturunkan tiap 24+ minggu' stop.2+ Prfi! Efe) Sampin"
>fek samping obat anti4psikosis dapat berupa@ 2,2a. Sedasi dan inhibisi psikomotor &rasa mengantuk, kewaspadaan, berkurang, kinerja psikomotor menurun, kemampuan kognitif menurun'.
+2
b. 8angguan otonomik &hipotensi, antikolinergikHparasimpatolitik @ mulut kering, kesulitan miksi dan defekasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intraokuler meninggi, gangguan irama jantung'. c. 8angguan ekstrapiramidal &distonia akut, akathisia, sindrom parkinson @ tremor, bradikinesia, rigiditas'. d. 8angguan endokrin &amenorrhea, gynecomastia', metabolik &jaundice', hematoligik &agranulositosis', biasanya pada pemakaian jangka panjang. >fek samping ini ada yang dapat ditolerir oleh pasien, ada yang lambat dan ada yang sampai membutuhkan obat simtomatis untuk meringankan penderitaan pasien. >fek samping dapat juga irre0ersible seperti tardi0e dyskinesia &gerakan berulang in0olunter pada@ lidah, wajah, mulutHrahang, dan anggota gerak, dimana diwaktu tidur gejala tersebut menghilang. 6iasanya terjadi pada jangka panjang dan pada pasien usia lanjut. 6ila terjadi gejala tersebut, obat antipsikosis perlahan4lahan dihentikan. Obat pengganti antipsikosis yang paling baik adalah ;lozapine (41(( mgHh.2 Pada penggunaan obat antipsikosis jangka panjang, secara periodik harus dilakukan pemeriksaan laboratorium seperti darah rutin, urin lengkap, fungsi hati, fungsi ginjal, untuk mendeteksi dini perubahan akibat efek samping obat. Obat antipsikosis hampir tidak pernah menimbulkan kematian sebagai akibat o0erdosis atau untuk bunuh diri.2-
Kn$raindi)asi2=
a. Penyakit hati &hepa to4toksik'
+!
b. Penyakit darah &hemato4toksik' c. >pilepsi &menurunkan ambang kejang' d. %elainan jantung &menghambat irama jantung' e.
kesadaran
disebabkan
A;ES4depressantB
&kesadaran
makin
memburuk'
A. An$ipsi)$i) $ipi)a! Obat antipsikotik tipikal disebut juga antipsikotik kon0ensional atau
antipsikotik generasi 1 &/P841'. Obat antipsikotik tipikal ini memiliki mekanisme kerja sebagai dopamin reseptor antagonis &"$/'. Sejak ditemukannya klorpromazine &;PN' pada tahun 1*(, pengobatan skizofrenia mengalami kemajuan. ;PN dan antipsikotik lainnya yang mirip mengurangi gejala positif dari skizofren sampai -( , Eamun untuk gejala negatifnya, antipsikotik tipikal memiliki efek yang kurang, begitu juga efek terhadap gangguan mood dan gangguan kognisinya.2* /P841 memiliki cara kerja mengurangi aktifitas dopaminergik dengan cara memblok reseptor "2 dengan pemanjangan inaktifasi mesolimbik dan dopamine mesokortikal dan dopamine pada badan nigra pada otak, akan memberikan efek antipsikotik dan ekstrapiramidal. Pemilihan obat antipsikotik tipikal didasarkan oleh banyak pertimbangan, termasuk adanya preparat obat long4acting. Obat potensi ringan &dosis maksimal !(( mgH hari seperti ;PN,
++
thioridazine, mesoridazine' lebih memiliki efek sedati0e dan hipotensi dibanding dengan obat dengan potensi tinggi seperti haloperidol dan fluphenazine. Obat potensi tinggi dapat mengakibatkan gejala ekstrapiramidal lebih sering dibanding dengan potensi rendah. Eamun kedua obat ini memberikan efek yang sama dalam mengurangi agitasi. 2 )ika pasien memiliki riwayat pengobatan dan tidak terdapat gejala ekstrapiramidal, obat potensi tinggi seperti haloperidol dan fluphenazine menjadi
pilihan utam a.
)ika
terdapat
gejala
ekstrapiramidal,
obat
antikolinergik seperti benztropine, biperiden atau trihe?yphenidyl dapat digunakan atau dapat diganti obat menjadi obat potensi sedang &seperti trifluoperazine' atau potensi ringan. /ntipsikotik atipikal juga menjadi pilihan jika terdapat gejala ekstrapiramidal. 8ejala ekstrapiramidal yang tidak teratasi dapat menyebabkan gejala negati0e dan kurangnya kepatuhan minum obat. a. h!rprma*ine
;hlorpromazine
bekerja
dengan
memblok
"opamin
2
reseptor,
mengurangi gejala positif dari psikosis. %ombinasi dari blokade "opamin "2, 9istamin 91, dan kolinergik 71 pada pusat muntah dapat mengurangi gejala mual dan muntah.2 >fek samping dari obat berupa efek samping motorik karena mekanisme kerjanya memblokade repeptor dopamin 2 di striatum, peningkataan hormon prolaktin karena berefek pada blokade reseptor dopamin 2 di hipofisis, pada keadaan penggunaan dosis tinggi dapat menyebabkan perburukan gejala negatif dan gejala kognitif & neurolepti!+indu!ed defi!it syndrome1. >fek antikolinergik
+
menyebabkan
sedasi, pandangan
kabur,
konstipasi,
mulut kering. >fek
antihistamin menyebabkan sedasi dan peningkatan berat badan. "engan memblokade reseptor alfa 1 adrenergik dapat menyebab kan di--ines( hipotensi, dan sedasi. 2 /pabila
terjadi
efek
samping,
diberikan
benztrophine
atau
trihe?ylphenidyl untuk gejala motorik. "apat juga diberikan amantadine yang membantu mengurangi efek samping motorik. 6enzodiazepines dapat membantu mengurangi akathisia.2 ;ara pemberian obat, apabila diberikan dengan dosis rendah dapat mengakibatkan efek sedasi lebih kuat dibanding antipsikotik. Pada sediaan ampul dan 0ial mengandung sulfites yang dapat memicu alergi terutama pada pasien asma. Kntuk menghentikan obat dilakukan slow down titration &setelah 4 minggu', penghentian obat oral secara mendadak dapat menyebabkan kambuhnya gejala psikosis dan memperburuk gejala. /pabila diberikan obat antiparkinson, harus
tetap
dilanjutkan
selama
beberapa
minggu
meskipun
pemberian
chlorpromazine telah dihentikan . ;hlorpromazine memiliki waktu paruh 4!! jam. 2 '. Ha!perid!
9aloperidol merupakan obat yang bekerja mengurangi gejala positif skizofrenia dengan bekerja pada blokade reseptor dopamin 2 dan digunakan sebagai terapi lini kedua pada gangguan kepribadian berat pada anak, gangguan
+
bipolar, dan gangguan dementia. "engan mekanisme kerjanya pada jalur nigrostriatal, maka haloperidol dapat mengakibatkan tic, dan sindrom ourette. 2 >fek samping haloperidol berupa gangguan motorik, peningkatan prolaktin, memperburuk gejala negatif dan kognitif dengan pemberian dalam dosis besar,
di--ines( sedasi, dan hipotensi, dan peningkatan berat badan.2 $ata4rata dosis yang biasa digunakan adalah 14+( mgHhari oral. "osis awal oral 14 mgHhari, dapat diberikan sekali sehari atau terbagi beberapa dosis. "osis maksimal tidak boleh lebih dari 1((mgHhari. Pada dosis injeksi, dosis awal 24 mg, setelah diberikan terapi injeksi pasien dipertimbangkan untuk diganti dengan terapi oral. Kntuk sediaan haloperidol long a!ting & injeksi "econate', diberikan dosis awal 1(41 kali dari dosis oral awal pada pasien perawatan dengan dosis rendah. "osis diberikan 2( kali lipat dari dosis oral sebelumnya ada pasien perawatan pada dosis obat antipsikotik yang lebih tinggi. 2 Pada dosis yang tinggi haloperidol mengakibatkanHperburukan gejala negatif sebaliknya pada dosis rendah tidak mampu mengurangi gejala skizofrenia. Obat haloperidol long+a!ting memiliki waktu paruh ! minggu, sedangkan obat 2
short a!tng memiliki waktu paruh mencapai 124! jam. B. An$ipsi)$i) a$ipi)a!
/ntipsikotik
atipikal
termasuk,
clozapine,
risperidone,
olanzapine,
Guetiapine, dan ziprazidone. Obat golongan atipikal ini lebih menunjukan efek yang kurang terhadap terjadinya ekstrapiramidal sindrom.2 a. ;lozapine
+-
;lozapine bekerja memblok reseptor 2 dopamin sehingga mengurangi gejala positif dan menstabilkan gejala afektif, bekerja pada reseptor serotonin 2/ sehingga meningkatkan pelepasan dopamin pada daerah otak lain sehingga menurunkan gejala motorik. Secara spesifik bekerja pada reseptor 9 2; dan reseptor 91/ yang memberikan efek pada gejala afektif dan gejala kognitif. Secara teorinya, obat ini diberikan pada pasien lalu diamati hingga +4 minggu untuk menentukan efektifitas obat namun pada praktiknya pasien pasien memerlukan 142 minggu untuk memberikan efek yang baik, terutama pada kasus
treatment+resistant . Daktu paruh dari clozapine adalah 41 jam, dimetabolisme dengan enzim ;3P+( dihepar, termasuk 1/2, 2", !/+ 26,28 >fek samping dari clozapine adalah sedasi, peningkatan berat badan,
di--ines( hipotensi, mulut kering, konstipasi, dan jarang sekali mengakibatkan gejala motorik. b. $isperidon $isperidon merupakan golongan benziso?azole. $isperidon memiliki efek mengurangi gejala positif dan negatif yang lebih baik daripada haloperidol. Eamun tidak terdapat bukti yang menunjukan bahwa risperidon efektif terhadap pasien yang gagal terapi dengan antipsikotik tipikal. $isperidon juga dapat meningkatkan fungsi kognitif.
2+.2,2
$isperidon mempunyai kecenderungan untuk dapat menyebabkan tardi0e diskinesia, sehingga pemakaian risperidon biasanya dalam dosis rendah &+ J mgHhari' namun lebih efektif dibanding dengan obat antipsikotik tipikal dengan
+
dosis yang sama. 6eberapa pasien memberi efek pada dosis 2 mgHhari, namun ada juga yang memberi respon pada 1( J 1 mgHhari. Pada dosis 2 4+ mgHhari, gejala ekstrapiramidal biasanya ringan. $isperidon memiliki ikatan pada reseptor "2 yang lebih kuat daripada clozapine. $isperidon merupakan pilihan untuk pasien yang memberi respon baik terhadap antipsikotik tipikal yang ditandai dengan penurunan gejala positif, namun memiliki efek samping gejala ekstrapiramidal dan gejala negatif sekunder. $isperidon juga efektif untuk menekan tardi0e diskinesia. >fek samping risperidon selain gejala ekstrapiramidal adalah akathisia, peningkatan berat badan, disfungsi seksual, penurunan libido, dan galaktorea. idak seperti clozapine, risperidon meningkatkan serum prolaktin. idak ada laporan bahwa risperidon dapat menyebabkan agranulositosis.2,2* c. Olanzapine 7erupakan salah satu obat antipsikotik atipikal yang bekerja memblokade reseptor dopamin 2 mengurangi gejala positif psikosis dan memstabilkan gejala afektif. Olanzapine juga memiliki efek memblokade reseptor serotonin 2/ sehingga mengurangi gejala motorik. Secara spesifik memiliki kemampuan untuk mejadi antagonis pada reseptor 92; memberikan efek pada gejala kognitif dan afektif pada beberapa pasien. "osis yang digunakan 1(42( mgH hari baik oral atau intramuskular. "osis awal diberikan 41( mg per hari dosis tunggal, dengan maksimal dosis 2(mgHhari. Olanzapine memiliki metabolit yang inacti0e dan memiliki waktu paruh 214+ jam. Olanzapine memiliki struktur yang mirip dengan clozapin, dan memiliki risiko yang rendah untuk terjadinya gejala +*
ekstrapiramidal, efektif terutama dalam mengatasi gejala negatif, dan memiliki efek minimal terhadap prolaktin. Sama seperti clozapine, respon pengobatan dapat baru terlihat setelah beberapa bulan.2* Olanzapine memberi efek samping gangguan ekstrapiramidal dan tardi0e diskinesia yang lebih ringan dibanding haloperidol. >fek samping dari olanzapin adalah peningkatan berat badan dan sedasi. >fek samping lainnya adalah mengantuk dan peningkatan kadar transaminase hepar. /pabila terjadi efek samping gangguanH gejala motorik dianjutrkan untuk diberikan 6enztrophine atau 2
triheksilfenidil. d. uetiapine, Sertindole dan Niprasidone 2,2,2* %etiga obat tersebut merupakan obat antipsikotik yang dapat memberikan efek samping gejala ekstrapiramidal lebih rendah. Seperti clozapin e, risperidon dan olanzapin, ketiga obat ini lebih poten terhadap reseptor 9 antago nis dibanding dengan "2 antagonis. uentiapine merupakan dibenzothiazepine dengan potensi yang kuat tehadap reseptor 492, R1, dan 91. uentiapine juga memiliki kemampuan memblok yang sedang terhadap reseptor "2 dan kemampuan yang kecil pada reseptor 7. uetiapine secara cepat diabsorbsi sesudah diminum, mencapai konsentrasi puncak di plasma dalam waktu 1, jam, dimetabolisme oleh hepar. "engan waktu paruh jam yang
terdapat di dalam batas dosi s klinik yang
dianjurkan.2 "engan dosis 1( J 1( mgHhari dalam 2 J ! sehari, Guetiapine memberi hasil dalam mengatasi gejala positif dan negatif. >fek samping utama
(
dari obat ini adalah rasa mengantuk, mulut kering, peningkatan berat badan, agitasi, konstipasi, dan hipotensi ortostatik.2 Sertindole merupakan golongan imidazolidonone yang memiliki potensi kuat terhadap reseptor 492, "2, dan R1. untuk mengurangi gejala positif, digunakan dosis 12 J 2+ mgHhari, setara dengan haloperidol dengan dosis + J 1 mgHhari. Sertindole pada dosis 2( J 2+ mgHhari memiliki efek lebih besar pada gejala negatif dibanding dengan haloperidol. >fek samping dari obat ini adalah sakit kepala, takikardi, pemanjangan inter0al 4, penurunan pompa jantung, peningkatan berat badan, kongesti nasal, mual, dan insomnia. Sertindole memiliki masa kerja yang panjang, yaitu 1 J + hari, sehingga dapat diberikan sehari 1?. 2 Niprasidone memblokade reseptor "opamin 2, mengurangi gejala positif dari skizofrenia dan menstabilkan gejala afektif dengan spesifik
berinteraksi
dengan reseptor 92; dan reseptor 91/. Obat ini tidak bekerja dengan baik apabila dipakai dengan obat psikotik golongan atipikal seperti risperidon, Guetiapine, aripiprazole, dan amisulpride. Daktu paruhnya , jam, dan dimetabolisme oleh enzim ;3P +( !/+.2
. An$ipsi)$i) "enerasi )e$i"a
/ripiprazole sering diklasfikasi kan sebagai antipsikosi s generasi kedua atau golongan atipikal dan digunakan untuk mood stabili-er. "imetabolisme oleh ;3P2+( 2" dan ;3P+( !/+ dengan rerata waktu paruh mencapai - jam4 *+ 2
jam. Eamun dewasa dini, terdapat pembedaan mekanisme kerja sehingga obat ini harus dipisahkan dengan generasi kedua. /ripiprazole memiliki mekanisme
1
yang unik dibandingkan dengan obat psikotik "2 yang lain. Obat ini merupakan partial agonis reseptor "opamin "2 di jalur mesolimbik. 7elalui mekanisme ini dipercaya meningkatkan signal dopamin yang konstan sekitar !. 9al ini erat dihubungkan dengan salah satu penurunan transmisi dopamin atau meningkatkan dopamin, tergantung dari kerja reseptor ariprazole. Eamun bukti lain yang menunjukan keunggulan aripriprazole masih dalam taraf pengembangan.2*
Ta'e! 3. Dsis 'a$ an$ipsi)$i) "!n"an )ed-a dan )e$i"a
2.4.2. Terapi E!e)$r6Kn,-!si 9TEK;:Electric Convulsan Theraphy (ECT24 Seperti juga terapi kon0ulsi yang lain, cara kerja eletrokon0ulsi belum
diketahui dengan jelas.
"apat dikatakan bahwa terapi kon0ulsi
dapat
memperpendek serangan skizofrenia dan mempermudah kontak dengan penderita.
2
/kan tetapi terapi ini tidak dapat mencegah serangan yang akan datang. 6ila dibandingkan dengan terapi koma insulin, maka terapi elektrokon0ulsi lebih sering terjadi serangan ulang . /kan tetapi, terapi elektrokon0ulsi lebih mudah diberikan, bahaya lebih sedikit, lebih murah, dan tidak memerlukan tenaga yang khusus seperti pada terapi koma insulin. erapi elektroko0ulsif menunjukkan hasil yang baik pada skizofrenia katatonik, terutama stupor. erhadap skizofrenia simple? dan hebefrenik umumnya efeknya mengecewakan, bila gejala hanya ringan lalu diberi terapi ini kadang4kadang gejala menjadi lebih berat.
&am'ar %. $erapi ET pada pasien s)i*frenia. Pada permulaan &untuk kon0ulsi yang pertma kali bagi seorang penderita'
biasanya dipakai 1((41( 0olt dan (,24(,! detik dengan kon0ulsator jenis pertama dan + ) dengan 24! detik dengan kon0u lsator jenis kedua. 6ila tidak terjadi kon0ulsi, langsung diulangi dengan 0oltase yang sama, atau bila sudah terputus beberapa detik lamanya, dengan 0oltase yang lebih tinggi. %ita dapat mengulanginya hingga ! kali, bila tidak terjadi kon0ulsi, sebaiknya terapi ditunda
!
sampai esok harinya. 9anya kon0ulsi umum yang dapat menimbulkan hasil pengobatan yang diinginkan. Eilai ambang kon0ulsi berlainan pada penderita yang berbeda, lebih tinggi pada wanita dan pada usia lanjut. Eilai ambang kon0ulsi juga menjadi lebih tinggi sesudah kon0ulsi pertama.2* 2.4.3. Psi)$erapi
Psikoterapi adalah suatu cara pengobatan terhadap masalah emosional seorang pasien yang dilakukan oleh seorang yang terlatih dalam hubungan profesional secar sukarela, dengan maksud hendak menghilangkan, mengubah atau menghambat gejala4gejala yang ada, mengoreksi perilaku yang terganggu dan mengembangkan pertumbuhan kepribadian secara positif. Psikoterapi dalam bentuk psikoanalisis tidak membawa hasil yang diharapkan justru menambah angka kejadian autisme dan isolasi. 3ang dapat membantu penderita adalah psikoterapi suportif indi0idual atau kelompok, serta bimbingan yang praktis dengan maksud mengembalikan penderita ke masyarakat. 6elakangan ini terapi dilakukan pada pasien skizofrenia dan memberikan hasil yang menjanjikan. 1*
Psikoterapi dapat dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu@ 12 1. Psikoterapi suportif &atau supresif, atau non4spesifik' ujuan @ a. 7enguatkan daya tahan mental yang ada b. 7engembangkan mekanisme baru dan yang lebih baik untuk mempertahankan kontrol diri. c. 7engembalikan keseimbangan adaptif &dapat menyesuaikan diri'.
+
;ara4cara psikoterapi suportif yaitu @ :entilasi
atau katarsis
Persuasi Sugesti 6imbingan erapi
dan Penyuluhan
kerja
9ipno4terapi Psikoterapi erapi
dan narkoterapi
kelompok
perilaku
2.Psikoterapi wawasan &genetik4dinamik' dibagi menjadi @ a.Psikoterapi reedukatif, cara4caranya @
erapi hubungan antarmanusia
erapi sikap
erapi wawancara
%onseling terapeutik
erapi kelompok yang reedukatif
erapi somatis
b.Psikoterapi rekonstruktif
;ara4cara psikoterapi rekonstruktif @
Psikoanalisis
Psikoanalisis non4
Psikoterapi yang berpotensi kepada psikoanalisis
1. erapi perilaku $encana pengobatan untuk skizofrenia harus ditujukan pada kemampuan dan kekurangan pasien. erapi perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan keterampulan sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial kemmpuan memenuhi diri sendiri, latihan praktis, dan komunikasi interpersonal. Perilaku adaptif adalah didorong dengan pujian atau hadiah yang dapat ditebus untuk hal4hal yang diharapkan, seperti hak istimewa dan pas jalan di rumah sakit. "engan demikian, frekuensi perilaku maladaptif atau menyimpang seperti berbicara lantang, berbicara sendirian di masyarakat dan postur tubuh yang aneh dapat diturunkan.12 Fatihan keterampilan perilaku seringkali dinamakan terapi keterampilan sosial, terapi dapat secara langsung membantu dan berguna bagi pasien dan merupakan tambahan alami terapi farmakologis. "i samping gejala personal dari skizofrenia, beberapa gejala skizofrenia yang paling terlihat adalah menyangkut hubungan pasien dengan orang lain, termasuk kontak mata yang buruk, keterlambatan respon yang tidak lazim, ekspresi eajah yang aneh, tidak adanya spontanitas dalam situasi sosial, dan persepsi yang tidak akurat atau tidak adanya persepsi emosi terhadap orang lain. Fatihan keterampiln perilaku melibatkan penggunaan kaset 0ideo orang lain dan pasien, permainan simulasi dalam terapi, dan pekerjaan rumah tetang keterampilan yang telah dilakukan. 12
2. erapi berorientasi keluarga %arena pasien skizofrenia seringkali dipulangkan dalam keadaan remisi parsial, keluarga dimana pasien skizofrenia kembali seringkali mendapatkan manfaat dari terapi keluarga yang singkat tetapi intensif. Pusat dari terapi harus pada situasi segera dan harus termasuk mengidentifikasi dan menghindari situasi yang kemungkinan menimbulkan kesulitan. )ika masalah memang timbul pada pasien di dalam keluarga, pusat terapi harus pada pemecahan masalah secara cepat. "idalam sesion keluarga dengan pasien skizofrenia, ahli terapi harus mengendalikan intensitas emosional dari sesion. Sejumlah penelitian telah menemukan bahwa terapi keluarga adalah efektif dalam menurunkan relaps.12 !.erapi kelompok erapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana, masalah dan hubungan dalam kehidupan nyata. %elompok mungkin terorientasi secara perilaku, terorientasi secara psikodinamika atau tilikan, atau suportif. erapi kelompok adalah efektif dalam menurunkan isolasi sosial, meningkatkan rasa persatuan, dan meningkatkan tes realitas bagi pasien dengan skizofrenia.12
-
&am'ar . Terapi 'er)e!mp) den"an me!a)-)an )e"ia$an 'ersama 'er-pa senam -n$-) men"hindari is!asi dan a-$ism.
+. Psikoterapi indi0idual Penelitian yang paling baik tentang efek psikoterapi indi0idual dalam pengobatan skizofrenia telah memberikan data bahwa terapi adalah membantu dan menambah efek terapi farmakologis. )enis terapi yang ditelita adalah psikoterapi suportif dan psikoterpi berorientasi tilikan. Suatu konsep penting didalam psikoterapi bagi seorang skizofrenia adalah perkembangan suatu hubungan terapeutik yang dialami pasien sebagai aman. Sekurangnya satu penelitian menemukan bahwa pasien skizofrenia yang mampu membentuk iktan terapeutik yang baik kemungkinan akan tetap mengikuti psikoterapi, tetap patuh dengan medikasinya, dan mempunyai hasil akhir yang baik pada pemeriksaan follow up dua tahun.12 2.1>. Pr"nsis Prognosis pasien schizophrenia ditentukan oleh faktor4faktor berikut!(@ Ta'e! 3. Pr"nsis S)i*frenia Pr"nsisBai) idak ada riwayat keluarga yang
Pr"nsisB-r-) /da riwayat keluarga yang menderita
menderitaskizofrenia Perilaku dan personalitas premorbid
skizofrenia Perilaku dan personalitas premorbid
yang baik yang buruk &kepribadian skizoid' 6ate onset 7nset !epat Sudah menikah Fajang, bercerai atau menjanda Onsetakut #nsidiousonset&onsettersembunyi'
Perilaku autistik, cenderung menarik diri 8ejala negatif &)egative symptoms' idak ada remisi dalam ! tahun Sering kambuh $iwayat trauma perinatal
"ahulu bila diagnosis skizofrenia telah dibuat maka hal ini sudah tidak ada harapan lagi bagi orang yang bersangkutan, bahwa kepribadiannya selalu akan menuju kemunduran mental "an bila seseorang dengan skizofrenia kemudian menjadi sembuh maka diagnosisnya diragukan. 1* Sekarang dengan pengobatan modern, ternyata bila penderita datang berobat dalam tahun pertama setelah serangan pertama, maka kira4kira sepertiga dari mereka akan sembuh sempurna & full remision1 Sepertiga yang lain dapat dikembalikan ke masyarakat dalam keadaan yang cacat sedikit dan harus diperiksa rutin. 3ang sisanya memiliki prognosis yang buruk, mereka tidak dapat berfungsi ke masyarakat dan mengalami kemunduran mental, sehingga menjadi penghuni tetap $umah sakit jiwa. "engan inter0ensi dini yang komprehensif, yang antara lain meliputi pemeberian antipsikotik yang optimal, terapi kognitif perilaku, keterlibatan
*
keluarga , perawatan dimasyarakat dan manajemen kasus yang baik, angka kesembuhan skizofrenia dapat ditingkatkan. Kntuk menentapkan prognosis, harus dipertimbangkan pokok4pokok dibawah ini@1* a. %epribadian psikotik @ bila skizoid dan hubungan antar manusia memang kurang memuaskan maka prognosis lebih jelek b. 6ila skizofrenia itu muncul secara akut, maka prognosisnya lebih baik daripada muncul secara kronik dan perlahan4lahan c. )enis @ prognosis jenis katatonik yang pal ing baik dari pada semua jenis. Sering penderita dengan skizofrenia katatonik sembuh sempurna dan kembali ke kepribadian presikotik. %emudian menyusul jenis paranoid. 6anyak dari penderita skizofrenia jenis ini kembali ke masyarakat. Skizofrenia jenis hebrefrenik dan skizofrenia simpleks mempunyai prognosisi yang sama buruk. 6iasanya penderita jenis ini mengarah kepada kemunduran mental. d. Kmur @ makin muda umur permulaannya, prognosis semakin buruk e. Pengobatan @ semakin lekas dilakukan pengobatan , maka prognosanya
f.
akan semakin baik. "ikatakan bahwa bila terdapat faktor pencetus, seperti penyakit
badaniah atau stres psikologis maka prognosisnya lebih baik g.
Kntuk menjawab pertanyaan dapatkah penderita skizofrenia kembali seperti semula, sebaiknya ditunggu sampai pengobatan berjalan beberapa bulan tergantung pada keadaan inilah kemudian dianjurkan pasien dapat ditempatkan pada pekerjaan sebelum sakit, pindah kebagian lain yang tanggung jawabnya lebih
(
kurang, atau mungkin harus menyesuaikan diri dengan pekerjaan yang jauh lebih sederhana.
BAB III PENUTUP Skizofrenia merupakan salah satu masalah kesehatan dunia hingga saat ini. Skizofrenia adalah gangguan mental atau kelompok gangguan yang ditandai oleh kekacauan dalam bentuk dan isi pikiran &contohnya delusi atau halusinasi', dalam
1
mood&contohnya afek yang tidak sesuai', dalam perasaan dirinya dan hubungannya dengan dunialuar serta dalam hal tingkah laku. 7enurut "S74#:, adapun klasifikasi untuk skizofenia yakni subtipe paranoid,terdisorganisasi &hebefrenik', katatonik, tidak tergolongkan dan residual. Kntuk istilah skizofrenia simpleks dalam "S74#: adalah gangguan deterioratif sederhana. 8ejala %arakterist ik skizofrenia @ dua &atau lebih' berikut, masing4m asing ditemukan untuk bagian waktu yang bermakna selama periode 1 bulan
Daham 9alusinasi 6icara terdisorganisasi
&misalnya sering
menyimpang
inkoheresi' Perilaku terdisorganisasi atau katatonik yang jelas 8ejala negatif yaitu pendataran afektif, alogia,
atau
atau
tidak
ada kemauan &a0olition'. Penatalaksanaan pasien schizophrenia menggunakan model multimodalitas yang menggabungkan psikofarmaka dan psikoterapi. Psikofarmaka dapat digunakan antipsikotik tipikal maupun atipikal. Kntuk psikoterapi membutuhkan keterlibatan
indi0idu,
tenaga kesehatan, keluarga dan lingkungan yang
mendukung kesembuhan pasien Prognosis pasien baik ditentukan oleh riwayat keluarga tentang gangguan moodHafektif, perilaku dan personalitas premorbid yang baik, sudah menikah, onset akut, gejala kelainan mood terutama kelainan depresif, gejala positif &positive symptoms' , sistem pembantu & support systems' yang baik.
2