SKENARIO BBDM MODUL 6.1 SKENARIO 2 BAYI LAHIR MERINTIH
Seorang perempuan baru saja melahirkan bayinya ditolong bidan di puskesmas, bayi lahir berat 3500 gram, merintih, tali pusat tampak layu, ari-ari menurut bidan ada pengapuran. Perempuan tersebut kontrol rutin di bidan 3x selama kehamilan, tekanan darah terakhir saat kontrol 150/90 mmHg.
Step 1 1. Tali pusat layu Tabung fleksibel seperti usus yang menghubungkan menghubungkan antara ibu dan janin yang sudah tidak segar lagi,pucat, dan lemah(tanda tidak sehat) 2. Pengapuran ari ari Ari-ari(plasenta) berfungsi pertukaran suplai dari ibu ke janin, Pengapuran ari-ar i dapat disebabkan karena tekanan darah ibu yang tinggi. Proses fisiologis yang terjadi pada kehamilan akibat deposit kalsium pada usia kehamilan 29 minggu dan terus meningkat 3. Bayi Lahir Merintih Tangisan lemah yang menandakan bayi kesulitan bernafas Suara nafas tidak normal merupakan tanda kegawatdaruratan Tanda asfiksia neonatarum Step 2 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Mengapa tali pusat bayi tampak layu? Mengapa bayi lahir merintih? Bagaimana mekanisme terjadinya pengapuran ari-ari? Bagaimana cara menilai keadaan bayi baru lahir? Bagaimana dampak tekanan darah ibu saat kehamilan terhadap janin? Apa hubungan antara kepatuhan kontrol rutin bumil ter hadap kondisi kelahiran seperti di kasus?
Step 3 1. Tali pusat tampak layu dijumpai dalam insufisiensi plasenta dimana pertumbuhan plasenta tidak normal, biasanya plasenta ukuran lebih kecil dari normal. Insufisiensi plasenta mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin dapat terganggu. Karena insufisiensi aliran darah yang memasok pada tali pusat,sehingga tali pusat tampak layu/pucat akibat iskemi 2. Karena insufisiensi plasenta dan ibu mempunyai tekanan darah tinggi mengakibatkan perfusi O2 menurun, bayi kesulitan bernafas, terjadi asfiksia neonatorum 4 Faktor yang mempengaruhi asfiksia neonatorum : Faktor ibu ( hipertensi)
3.
4.
5.
6.
Faktor janin Faktor plasenta Faktor Neonatus Kalsifikasi plasental ada yang normal dan patologis(pada USG dijumpai bulat2 putih) Erat kaitannya dengan asupan garam kalsium yang tinggi pada kehamilan dan nuli paritas serta kejadian preeklamsia Berhubungan dengan anemia serta penyakit kronis pada kehamilan. Biasanya pengapuran sampai 18% dan akan mengganggu janin apabila pengapuran sampai 35% Mekanisme terjadi akibat sel/jaringan yang mengalami nekrosis yang disebabkan oleh menurunnya perfusi ke jaringan plasenta terjadi kalsifikasi Menggunakan Apgar score terdiri dari 5 penilaian (laju jantung,usaha bernafas,tonus otot, warna kulit, dan kepekaan refleks) untuk mendiagnosis asfiksia BBL dilakukan penilaian cepat di tempat hangat Dampak TD tinggi mempengaruhi ke janin yaitu asfiksia, selain itu juga berdampak untuk kalsifikasi plasenta karena tidak terjadi remodelling a. Spiralis(yang mendarahi endometrium) Kontrol rutin : pada TD tinggi mencegah preeklamsi dan eklamsia Skrining untuk kalsifikasi plasenta menggunakan USG(bercak-bercak putih) Untuk penyakit paru bisa dilakukan dengan deteksi rasio lesitin sfingomyelin diperiksa melalui cairan amnion Kontrol 3 kali pada kehamilan kurang adekuat karena Berdasarkan guideline WHO dengan 4 minggu sekali pada trimester pertama, 2 minggu sekali pada trimester kedua, 1 minggu sekali pada trimester ketiga Berdasarkan kemenkes kontrol kehamilan minimal 4x selama kehamilan yaitu K1,K2,K3,K4(1 kali pada trimester 1, 1 kali trimester 2, 2 kali pada trimester ketiga)
Step 4 Bayi Lahir Merintih
PF:
Step 5 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Mengetahui definisi asfiksia 1sabil Mengetahui klasifikasi asfiksia 1nazil Mengetahui dan memahami patofisiologi asfiksia 2 murod aceng Mengetahui faktor resiko asfiksia 2 adli jo Mengetahui dan memahami APGAR score 1 mm Mengetahui langkah awal penanganan asfiksia bayi baru lahir 2 woro ulda Mampu mengedukasi pada keluarga pasien tentang keadaan bayi dengan asfiksia 1yela