TUGAS KOMPREHENSIF
CARA PERHITUNGAN SIMPANGAN BERSINYAL DAN TAK BERSINYAL
Oleh :
Kiki Lolita Sari
1115011054
TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yanag Maha Esa, karena berkat berkah dan rahmatnya makalah " Perhitungan Simpangan Bersinyal dan Tak Bersinyal " ini dapat diselesaikan. Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas komprehensif yang diberikan oleh Pak Dwi Herianto. Selain itu makalah ini dibuat agar penulis khusunya dan pembaca dapat lebih memahami tentang perhitungan simpangan bersinyal dan tak bersinyal.
Akhir kata saya ucapkan terimakasih pada selurih pihak yang turut andil dalam penyelesaian tugas ini. Semoga tugas ini dapat memberikan manfaat.
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jalan raya merupakan salah satu sarana infrastruktur penunjang untuk tempat lalu lalang kendaraan baik kendaraan bermotor sampai dengan kendaraan berat, sehingga jalan merupakan sarana sangat penting yang berpengaruh dalam segala aspek kehidupan Seringkali terjadi banayak permasalahan lalu lintas disekitar kita, jalan banyak berlubang , arus kendaraan yang terlalu banyak sehingga menimbulkan kemacetan karena tidak adanaya alat lalu lintas pengatur yang memadai. Untuk mengatasi kemacetan dan keamburadulan lalu lintas yang terjadi maka perlu adanya suatu sistem penentuan fase dan pengaruh lalu lintas yang baik dan sangat berpengaruh pada kelancaran, kenyamanan, dan keselamatan bagi kendaraan yang melewati jalan tersebut. Sistem penetuan fase dan pengaruh lalu lintas biasanya lebih ditekankan pada lokasi persimpangan jalan atau terjadinya pertemuan-pertemuan jalan. Karena pada daerah tersebut lah akan timbul konflik-konflik kemacetan lalu lintas.
Tujuan Penulisan
Untuk memahami perhitungan antara simpangan bersinyal dan tak bersinyal
BAB II
PEMBAHASAN
Parameter lalu lintas
Parameter lalu lintas adalah suatu ukuran yang digunakan untuk menajadi tolak ukur kegiatan lalu lintas dalam sistem transportasi.
Parameter lalu linta sdapat digolongkan menjadi :
Parameter makroskopis
Parameter mikroskopis
Secara makroskopis arus lalu lintas dibagi menjadi empat macam
Arus
Arus adalah jumlah kendaraan yang melintas suatu titik pada suatu ruas jalan dalam waktu tertentu dengan memebedakan arah dan lajur. Satuan arus adalah kendaraan /waktu atau smp/waktu. Arus lalu lintas terbentuk dari pergerakan individu pengendara dan kendaraan yang melakukan interaksi antara yang satu dengan yang lainnya pada suatu ruas jalan dan lingkungannya. Karena kemampuan individu pengemudi mempunyai sifat yang berbeda maka perilaku kendaraan arus lalu lintas tidak dapat diseragamkan lebih lannjut, arus lalu lintas akan mengalami perbedaan karakteristik akibat dari perilaku pengemudi atau kebiasaan pengemudi.
Arus mempunyai satuan kendaraan diabagu waktu atau smp dibagi oleh waktu. Terkadang kita sulit membedakan antara arus dan volume, berikut adalah perbedaanya :
Arus (flow) :
Memebedakan jalur
Diukur pada waktu yang pendek
Membedakan arah
Volume
Tidak memebedakan lajur
Diukur pada waktu yang panjanag (lama)
Tidak membedakan arah
Volume
Volume adalah jumlah kendaraan yang melewatu suatu titik atau pada suatu ruas jalan dalam waktu yang lama (minimal 24 jam) tanpa membedakan arah dan lajur. Segmen jalan selama selang waktu tertenyu yang dapat diekspresikan dalam tahunan, harian (LHR), jaman atau sub jam. Volume lalu lintas yang diekspresikan di bawah satu jam (sub-jam) seperti 15 menitan dikenal dengan istilah rate of flow atau nilai arus. Untuk mendapatkan nilai arus suatu segmen jalan yang terdiri dari banyak tipe kendaraan maka semua tipe-tipe kendaraan tersebut harus dikonversi ke dalam satuan mobil penumpang (smp). Konversi kendaraan ke dalam satuan smpm diperlukan angka faktir ekivelen untuk berbagai jenis kendaraan. Faktor ekivalen mobil penumpang.
Kerapatan
Adalah jumlah kendaraan yang menepati suatu panjang jalan atau lajur dalam kendaraan per km atau kendaraan per km per lajur. Nilai kerapatan dihitung berdasarkan nilai kecepatan dan arus, karena sulit di ukur di lapangan.
Kepadatan
Adalah mungkin yang terpenting diatara ketiga parameter aliran lalu lintas tersebut, karena terkait dengan permintaan lalu lintas yang dibangkitkan dari berbagai tata guna lahan, bangkitan sejumlah kendaraan yang terdapat pada suatu segmen teretentu dari jalan raya. Kepadatan juga merupakan ukuran yang penting untuk mengetahui kualitas arus lalu lintas, dimana hal tersebut mengukurprkiraan kendaraan, factor – factor yang mempengaruhi kebebasan maneuver dan kenyamanan psikologis dari pengendara.
Kapasitas dan tingkat pelayanan
Kapasitas jalan
Menurut Clark H. Oglesby (1990), Kapasitas suatu ruas jalan adalah jumlah kendaraan maksimum yang memiliki kemungkinan yang cukup untu melewatu ruas jalan tersebut (dalam satu ataupun kedua arah) dalam periode waktu tertentu.
Menurut MKJI, 1997 Kapasitas adalah jumlah maksimum kendaraan atau orang yang dapat melintasi suatu titik pada lajur jalan pada periode waktu tertentu atau merupakan arus maksimum yang dapat dilewatkan pada suatu arus jalan.
Macam-macam kapasitas jalan
Kapasitas dasar
Kapasitas dasae adalah jumlah kendaraan atau orang maksimum yang dapat melintasi suatu penampang jalan tertentu selama satu jam pada kondisi jalan dan lalulintas yang ideal. Digunakan sebagai dasar perhitungan untuk kapasitas rencana. Kapasitas dasar merupakan kapasitas terbesar dibangun pada kondisi arus yang ideal.
Arus dikataakan pada kondisi yang ideal jika kondisi di jalan :
Uninterupted flow
Kendaraan yang lewat sejenis (kendaraan penumpang)
Lebar lajur minimum 3,5 m
Kebebasan samping 1,8 m
Mempunyai desai alinyemen horizontal dan alinyemen vertikal yang bagus (datar, v= 120 km/jam)
Untuk lalu lintas 2 arah 2 lajur dimungkinkan gerakan menyiap dengan jarak pandang 500 m
Kapasitas rencana (Design Capacity)
Kapasitas rencana adalah jumlah kendaraan atau orang maksimum yang dapat melintas suatu penampang jalan tertentu selama satu jam pada kondisi jalan dan lalu lintas yang sedang berlaku tanpa mengakibatkan kemacetan, kelambatan dan bahaya yang masih dalam batas-batas yang diinginkan.
Kapasitas lengan persimpangan lalu lintas dipengaruhi oleh tiga faktor,
yaitu :
1. Nilai arus jenuh.
2. Waktu hijau efektif
3. Waktu siklus.
Metode Akceklik
Menurut Akcelik, setiap antrian yang terpisah (separate queue) yang sedang menuju persimpangan, lalu diklasifikasi berdasarkan arah, penggunaan lajur dan penyediaan hak berjalan melintasi persimpangan, dikategorikan sebagai suatu pergerakan (movement). Dan pengalokasian hak berjalan bagi pergerakan individual ditentukan berdasarkan pengaturan fase sinyal. Pergerakan dari masing-masing pendekat didasarkan atas hak berjalan tersendiri (pengaturan fase) dan alokasi lajur dengan karakteristik penggunaannya. Ini berarti bahwa setiap pergerakan memiliki karakteristik pengaturan sinyal tersendiri, berikut lajur menunggu maupun keluar untuk meninggalkan persimpangan.
Simpangan
Perhitungan Simpangan Bersinyal
Contoh ruas jalan 4 lengan 2 lajur utama dan 2 lajur minor
35
3
5
U
U
Kondisi Lapangan
Untuk kondisi lapangan ini menurut MKJI dibedakan menjadi :
COM : Komersial (toko, restoran, kantor)
RES : Pemukiman (lahan tempat tinggal)
RA : Akses terbatas (jalan masuk langsung yg terbatas atau tidak
terbatas)
Sedangkan jenis jalan terebut adalah komersial (COM)
Soal diatas berikut penjelasan kondisi lapangannya ditabelkan :
Diketahui : WLTOR = 2m
Pendekat
Pen WA
W Masuk
WLTOR
W Keluar
U
8
6
2
8
S
8
6
2
8
T
8
6
2
8
B
8
6
2
8
Untuk nilai WA didapatkan dengan penjumlahan lebar 1 lajur adalah 5m+3m = 8 m
Untuk nilai WLTOR diketahui berdasarkan asumsi yaitu 2 m
Untuk nilai W keluar nilaianya sama dengan W masuk
Arus lalu lintas
Untuk nilai arus lalu lintas diasumsikan atau bisa juga dilakukan kegiatan survei, yang selanjutnya harus dikonversikan ke nilai satuan mobil penumpang (smp). Dengan memperhatikan masing-masing fase, sehingga pendekat tersebut dapat dikategorikan terlawan atau terlindung.
Untuk jenis kendaraan dibagi menjadi :
LV (Kendaraan Ringan) : mobil penumpang, oplet, mikrobis, pick-up, dan truck kecil.
HV (Kendaraan berat : bus, truck 2 as, truck 3 as dan truck kombinasi sesuai sistem klasifasi bina marga
MC (Sepedah motor) : kendaraan motor dengan 2 roda atau 3 roda.
UM (kendaraan tak bermotor) : meliputi semua kendaraan yang tidak menggunakan motor sebagai enggeraknya mmisalnya sepedah, becak dll.
Dan dipisahkan per arah gerak kendaraan itu sendiri
L : Left (belok kiri)
ST : Straight (lurus)
R : Right (belok kanan)
Berikut arus lalu lintas yang akan ditabelkan dikelompokkan berdasarkan jenis kendaraan dan arah gerak kendaraan :
Untuk faktor emp nya dibedakan menjadi dua :
Terlindung
Jika arus belok kanan dari suatu pendekat yang ditinjau dan/atau dari arah berlawanan terjadi dalam fase yang sama ddengan arus berangkat lurus dan belok kiri dari pendekat tersebut
Terlawan
Jika tidak ada arus belok kanan dari pendekat-pendekat tersebut, atau jika arus belok kanan diberangkatakan ketika lalu lintas lurus dari arah berlawanan dedang menghadapi merah.
Arah utara
LV
Terlindung : emp = 1
L/LTOR: 53 Kemudian dikalikan emp menjadii = 53x1 = 53
ST : 248 = 248x1 = 248
R : 53 = 53x1 = 53
Total LV smp terlindung = 354 smp/jam
Terlawan
Terlawan : emp = 1
L/LTOR: 53 Kemudian dikalikan emp menjadii = 53x1 = 53
ST : 248 = 248x1 = 248
R : 53 = 53x1 = 53
Total LV smp terlawan = 354 smp/jam
HV
Terlindung : emp = 1,3
L/LTOR: 3 Kemudian dikalikan emp menjadii = 3x1,3 = 3,9
ST : 16 = 16x 1,3 = 20,8
R : 3 = 3x1,3 = 3,9
Total LV smp terlindung = 28,6 smp/jam
Terlawan
Terlawan : emp = 1,3
L/LTOR: 3 Kemudian dikalikan emp menjadii = 3x1,3 = 3,9
ST : 16 = 16x1,3 = 20,8
R : 3 = 3x1,3 = 3,9
Total LV smp terlawan = 28,6 smp/jam
MC
Terlindung : emp = 0,2
L/LTOR: 39 Kemudian dikalikan emp menjadii = 39x0,2 = 7,8
ST : 183 = 183x0,,2 = 36,6
R : 39 = 39x0,2 = 7,8
Total LV smp terlindung = 52,2 smp/jam
Terlawan
Terlawan : emp = 1,3
L/LTOR: 39 Kemudian dikalikan emp menjadii = 39x0,4 = 15,6
ST : 183 = 183x0,4 = 73,2
R : 39 = 39x0,4 = 15,6
Total LV smp terlawan = 104,4 smp/jam
Kendaraan total setelah smp/jam
Total = LV+MV+MC
Terlindung
L/LTOR : 53+3,9+7,8 = 64,7 smp/jam
ST :248+20,8+36,6 = 305,4 smp/jam
R : 53+3,9+7,8 = 64,7 smp/jam
Total = 434,8 smp/jam
Terlawan
L/LTOR : 53+3,9+15,6 = 72,5 smp/jam
ST :248+20,8+73,2 = 342 smp/jam
R : 53+3,9+715,6 = 72,5 smp/jam
Total = 487 smp/jam
Untuk perhitungan lanjutan pendekat selatan, timur dan barat akan ditabelkan pada tabel 1. Lampiran
Untuk jumlah kendaarn tak bermotor berikut diketahui :
Utara : 4
Selatan : 2
Timur : 4
Barat : 2
Menghitung arus berbelok dan kendaraan tak bermotor
Dari hasil perhitungan jumlah lalu lintas diatas maka dapat diketahui jumlah belok kiri ataupun kanan pada setiap pendekat. Rasio belok merupakn perbandingan jumlah kendaraan belok terhadap jumlah total yang keluar dari pendekat tersebut.
Berikut proses perhitungannya
Untuk pendekat utara
Perhitungan pLT (pendekat rasio belok kiri)
L/LTOR = L/total = 64,7/434.8 = 0,1488
Perhitungan pRT (pendekat rasio belok kanan)
pRT : R/total = 64,7/434,8 = 0,1488
Perhitungan pUM = (pendekat rasio kendaraan tidak bermotor)
pUM = UM/Total = 4/434,8 = 0,0092
Untuk perhitunganpendekat selatan, timur dan barat selanjutnya ditabelkan pada tabel 2 lampiran.
Menghitung waktu hijau dan waktu hilang
Untuk perhitungan waktu hiajau dan waktu hilang mengacu pada MKJI hal 2-43 dan 2-44, bahwa titik konflik kritis pada masing-masing fase, adalah titik yang menghasilkan waktu merah semua (all red) terbesar. Waktu merah semua dirumuskan :
Merah semua = [LEV+lEVVEV-LAVVAV] max
Keterangan :
LEV, LAV : Jarak dari garis henti ke titik konflik masing-masing
untuk kendaraan yang berangkat dan yang datang (m)
IEV : Panjang kendaraan yang berangkat
VEV,VAV : Kecepatan masing-masing untuk kendaraan yang
berangkat dan yang datang (m/det)
Dimana untuk nilai VEV dan VAV digunakan 10 m/dt (kendaraan bermotor) dan panjanag kendaraan yang berangkat Iev diasumsikan 5 m (LV dan HV). Sehingga berikut perhitungannya :
Untuk pendekat utara-timur
Diketahui : VEV = 10 m/dt LEV = 19,5 m
IEV = 5 m LAV =9,5 m
Jadi perhitunggan all red (semua merah)
[((19,5+5)/10)-(9,5/10)] = 1,5 detik
Untuk pendekat selatan-barat
Diketahui : VEV = 10 m/dt LEV = 19,5 m
IEV = 5 m LAV =9,5 m
Jadi perhitunggan all red (semua merah)
[((19,5+5)/10)-(9,5/10)] = 1,5 detik
Untuk pendekat timur-selatan
Diketahui : VEV = 10 m/dt LEV = 19,5 m
IEV = 5 m LAV =9,5 m
Jadi perhitunggan all red (semua merah)
[((19,5+5)/10)-(9,5/10)] = 1,5 detik
Untuk pendekat barat-utara
Diketahui : VEV = 10 m/dt LEV = 19,5 m
IEV = 5 m LAV =9,5 m
Jadi perhitunggan all red (semua merah)
[((19,5+5)/10)-(9,5/10)] = 1,5 detik
Untuk penentuan waktu merah semua
Fase 1- Fase 2 : 2 detik
Fase 2- Fase 3 : 2 detik
Fase 3- Fase 4 : 0 detik
Fase 4- Fase 1 : 0 detik
Untuk waktu kuning pada sinyal lalu lintas perkotaan di Indonesia biasanya adalah 3 detik.
Sehingga waku hilang total (LTI)
= Merah semua total + waktu kuning = 10 detik
Menghitung arus jenuh
S = S0 x Fcs x Fsf x Fg x Fp x Frt/Flt
Keterangan :
So : Arus jenuh dasar
Fcs : Faktor penyesuain ukuran kota
Fsv : Faktor penyesuaian untuk tipe lingkungan jalan, hambatan samping dan
kendaraan tak bermotor
Fg : Faktor penyesuaian untuk kelandaian
Fp : Faktor penyesuaian untuk pengaruh parkir dan lajur belok kiri yang
Pendek
Frt : Faktor penyesuaian untuk belok kanan
Flt : Faktor penyesuaian untuk belok kiri
Dan sebelum mencari nilai arus jenuh terlebih dahulu kita mencari nilai arus jenuh dasar atau S0.= 600 x We
Keterangan : We : Lebar efektif
Lebar efektif ini didapatkan dari nilai
We = (WA-WLTOR) = (8-2) = 6 m
Makan untuk nilai tiap-tiap pendekat didapatkan
Pensekat Utara S0 = 600 x 6 = 3600
Nilai arus jenuh dasar untuk pendekat selatan, timur dan barat sama karena nilai lebar efektif (We) nya sama.
Untuk nilai Fcs (Faktor penyesuai ukuran kota)
Nilai ini didapatkan dari tabel berikut :
Penduduk Kota
(Juta Jiwa)
Faktor penyesuaian ukuran kota
(Fcs)
>3,0
1,05
1,0-3,0
1,00
0,5-1,0
0,94
0,1-0,5
0,83
<0,1
0,82
Sumber : MKJI 1997
Untuk contoh tersebut didapatkan jumlah penduduk > 1 juta penduduk, makan untuk nilai Fcs adalah 1,0 (yaitu nilai Fcs antara 1-3 juta penduduk)
Untuk nilai Fsf (Faktor penyesuaian untuk tipe lingkungan jalan, hambatan samping dan kendaraan bermotor.
Untuk nilai ini karena adanya pengaruh jenis lingkungan jalan tersebut, tingkat hambatan samping, dan juga rasio kendaraan tak bermotor . Untuk memeprmudah asumsi, jika nilai hambatan sampping tidak diketahuin maka kita anggap nilai hambatan sampingnya tinggi agar supaya tidak menilaia kapasitas terlalu besar. Karena tipe jalan ini adalah komersial (COM) maka berikut tabel Fsf untuk lingkungan komersial.
Lingkungan
Hambatan samping
Tipe fase
Rasio kendaraan tak bermotor
0,00
0,05
0,10
0,15
0,2
>0,25
Komersial (COM)
Tinggi
Terlawan
0,93
0,88
0,84
0,79
0,74
0,70
Terlindung
0,93
0,91
0,88
0,87
0,85
0,81
Sedang
Terlawan
0,94
0,89
0,85
0,80
0,75
0,71
Terlindung
0,93
0,92
0,86
0,88
0,86
0,82
Rendah
Terlawan
0,95
0,90
0,89
0,81
0,76
0,72
Terlindung
0,95
0.93
0,90
0,89
0,87
0,83
Sumber : MKJI 1997
Untuk hasil perhitungan rasio kendaraan tak bermotor yang telah dihitung diatas nilainya didapatkan 0,0092 maka nilai rasio yang dipilih adalah pada kolom 0,00 dan untuk kedua tipe terlawan dan terlindung didapatkan nilai Fsf = 0,93.
Untuk nilai faktor penyesuaian untuk kelandaian (FG)
Untuk hasil nilai faktor penyesuaian kelandaian dihunakan Grafik C-4:1 pada MKJI halaman 2-54. Namun, untuk soal ini tidak ada kelandaian yang berarti, sehingga nilai yang digunakan untuk FG adalah 1,0.
Untuk nilai faktor penyesuaian untuk pengaru parkir dan lajur belok kanayang pendek (FRT)
Faktor penyesuaian FRT didapatkan dari gambar C-4:3 halaman 2-55 di MKJI sebagai fungsi jarak dari garis henti samapi kendaraan yang diparkir pertama dan lebar pendekat (WA).Untuk hasil perhitungan nilai pRT (Faktor rasio belok kanan) didapatkan 0,01488 0,015 0,02 maka nilai Fp didapatkan 1,00
Untuk nilai faktor penyesuaian untuk pengaru parkir dan lajur belok kanayang pendek (FLT)
Faktor penyesuaian FLT didapatkan dari gambar C-4:4 halaman 2-56 di MKJI sebagai fungsi jarak dari garis henti samapi kendaraan yang diparkir pertama dan lebar pendekat (WA).Untuk hasil perhitungan nilai pRT (Faktor rasio belok kanan) didapatkan 0,01488 0,015 0,02 maka nilai Fp didapatkan 1,00.
Maka nilai arus jenuh dihitung untuk masing-masing pendekat :
Utara : S = 3600 x 1,0 x 0,93 x 1,0 x 1,0 x 1,0 x 1,0 = 3348 smp/jam hijau
Selatan : S = 3600 x 1,0 x 0,93 x 1,0 x 1,0 x 1,0 x 1,0 =3348 smp/jam hijau
Timur : S = 3600 x 1,0 x 0,93 x 1,0 x 1,0 x 1,0 x 1,0 =3348 smp/jam hijau
Barat : S = 3600 x 1,0 x 0,93 x 1,0 x 1,0 x 1,0 x 1,0 =3348 smp/jam hijau
Perhitungan rasio arus FR
Untuk nilai rasio arus digunakan persamaan :
FR = Q/S
Keterangan : Q : Arus lalu lintas (smp/jam)
S : Arus jenuh lalu lintas (smp/jam)
Dan untuk nilai Q (arus lalu lintas) masing-masing pendekat :
Utara : 436 smp/jam Selatan :379 smp/jam
Timur :669 smp/jam Barat :550 smp/jam
Maka dapat dhitung nilai FR untuk masing pendekat :
Utara : 436/3384 = 0,1288
Selatan :379/3384 = 0,1120
Timur :669/3384 = 0,1977
Barat :550/3384 = 0,1625
Selanjutnya dihitung FRcrit U = 0,1288. S = 0,1120 , T = 0,1977, B = 0,1625
Menghitung rasio arus simpang (IFR)
Untuk nilai IFR sebagai jumlah dari nilai-nilai FR yang merupakan nilai terkritis atau terbesar. Lalu jumlahkan semua FRcrit yang ada.
IFR = ΣFRcrit = 0,1288 + 0,1120 + 0,1977 + 0,1625 = 0,6003
Menghitung waktu siklus sebelum penyesuaian (cus)
Persamaanya adalah :
cus = (1,5xLTI+5)/(1-IFR)
Keterangan :
cus : waktu siklus sebelum penyesuaian sinyal (det)
LTI : waktu hilang tital persiklus (det)
IFR : rasio arus simpang
Maka dapat dihitung, untuk nilai LTI didapatkan nilai 10 detik dari perhitungan sebelumnya. Untuk nilai IFR didapat 0,6003.
Maka nilai cus = (1,5x10+5)/(1-0,6003) = 50,0375 detik
Maka nerdasarkan syarat waktu siklus yang disyaratkan MKJI seperti dibawah ini
Tipe pengaturan
Waktu siklus yang layak
(det)
Pengaturan dua-fase
40-80
Pengaturan tiga-fase
50-100
Pengaturan empat-fase
80-130
Berdasarkan tipe soal ini yang merupakan jalan dua-fase yang hasil perhitungan cycle time (c) adalah 50,0375 detik memenuhi syarat tersebut diatas yaitu nilainya anatar 40-80 detik.
Dihitung nilai PR (nilai rasio fase) persamaannya : PR = FRcrit/IFR
Untuk nilai FRcrit dipakai nilai FR terbesar maka didapatkan :
Utara : 0,1288 Timur : 0,1977
Maka didapat nila PR nya sbb :
Utara = 0,1288/0,6003 = 0,2146 Timur = 0,1977/0,6003 = 0,3293
Menghitung Waktu hijau
g = (cus-LTI) x PR
Keterangan :
g :tampilan waktu hijau pada fase i (detik)
cus : waktu siklus sebelum penyesuaian (detik)
LTI :waktu hilang total persiklus
PR :rasio fase FRcrit / ΣFRcrit
Maka dapat dihitung untuk masing-masing pendekat :
Utara : g = (50,0375-10) x 0,2146 = 8,5920 det 9 det
Selatan : g = (50,0375-10) x 0,2146 = 8,5920 det 9 det
Timur : g = (50,0375-10) x 0,3293 = 13,1843 det 13 det
Barat : g = (50,0375-10) x 0,3293 = 13,1843 det 13 det
Total waktu hijau = 9+9+13+13= 44 detik
Menghitung waktu siklus yang disesuaikan (c) = Σg + LTI = 44 + 10 = 54 detik
Menghitung rasio hijau (GR) untuk masing-masing pendekat:
Utara : GR = g/c = 9/50,0375 = 0,1799
Selatan : GR = g/c = 9/50,0375 = 0,1799
Timur : GR = g/c = 13/50,0375 = 0,2598
Barat : GR = g/c = 13/50,0375 = 0,2598
Menghitung nilai kapasitas (C)
C = S x g/c
Keterangan :
S = arus jenuh (smp/jam)
g = waktu hijau (det)
C = waktu siklus (det)
Maka didapatkan hasil kapasitas untuk masing-masing pendekat :
Utara : C = 3348 x 9/54 = 558 smp/jam
Selatan : C = 3348 x 9/54 = 558 smp/jam
Timur : C = 3348 x 13/54 = 806 smp/jam
Barat : C = 3348 x 13/54 = 806 smp/jam
Menghitung derajat kejenuhan (DS)
Persamaan DS = Q/C
Dan untuk nilai Q (arus lalu lintas) masing-masing pendekat :
Utara : 436 smp/jam Selatan :379 smp/jam
Timur :669 smp/jam Barat :550 smp/jam
Maka didapatkan nilai derajat kejenuhan untuk masing-masing pendekat :
Utara = DS = 436/558 = 0,7814 Selatan = DS = 379/558 = 0,6792
Timur = DS = 669/806 = 0,83 Barat = DS = 550/806 = 0,6824
Menghitung jumlah antrian (NQ)
NQ1 untuk masing-masing pendekat :
NQ1 = 0,25 x C x [(DS-1)+(DS-1)+ 8 x (DS-0,5)C ]
Maka didapatkan :
Utara = NQ1 = 0 Selatan = NQ1 = 0
Timur = NQ1 = 0 Barat = NQ1 = 0
NQ2 untuk masing-masing pendekat :
NQ2 = c x 1-GR1-GRxDS x Q3600
Maka didapatkan :
Utara = NQ2 =5,7828 Selatan = NQ2 = 4,9215
Timur = NQ2 = 8,7750 Barat = NQ2 = 6,8770
Total untuk NQ = NQ1+NQ2
Utara = NQ =0 + 5,7828 = 5,7828 Selatan = NQ = 0 + 4,9215 = 4,9215
Timur = NQ = 0 + 8,7750 = 8,7750 Barat = NQ =0 + 6,8770 = 6,8770
Untuk nilai NQ max didapatkan dari pembacaan gambar E-2:2 halaman 2-66 MKJI, untuk nilai POL (terjadinya pembebanan lebih %) anatar 5-10%.
Maka didapatkan nilai NQmax tiap pendekat :
Utara : NQmax = 6,5 Selatan : NQmax = 6
Timur : NQmax = 9 Barat : NQmax = 7,5
Menghitung panjang antrian (QL)
Menghitung panjang antrian (QL) dengan cara mengalikan Nqmax dengan luas rata-rata yang dipergunakan per smp (20m²) kemudian membagi dengan lebar masuknya (Wmasuk).
QL = NQmax x 20Wmasuk
Maka
QL-utara : 21,6667 QL-selatan : 20
QL-timur : 30 QL-barat :25
Menghitung angka henti (NS)
Menghitung angka henti (NS) masing-masing pendekat yang didifinisikan sebagai jumlah rata-rata berhenti per smp (termasuk yang berhentu berulang dalam antrian) dengan menggunakan rumus dibawah.
NS = 0,9 x NQQxc x 3600
NS-utara : 0,8588 NS-selatan : 0,8408
NS-timur : 0,8493 NS-barat : 0,8096
Menghitung nilai jumlah kendaraan terhenti (NSV)
Nsv = Q x NS
Nsv-utara : 374 smp/jam Nsv-selatan : 319 smp/jam
Nsv-timur : 568 smp/jam Nsv-barat : 445 smp/jam
Menghitung tundaan (D)
Tundaan dibagi menjadi :
Tundaan lalu lintas (DT)
Menghitung tundaan lalu lintas tiap pendekat akibat pengaruh timbal balik dengan gerakan-gerakan lainnya pada simpang sebagai berikut (berdasarkan Aceklik,1988)
Persamaannya : DT = c x A + NQ1C
Menghitung nilai A terlebih dahulu :
Persamaannya : A = 0,5x(1-GR)(1-GRxDS)
A-utara : 0,4771 A-selatan : 0,4671
A-timur : 0,4718 A-barat : 0,4499
Maka dapat dihitung nilai tundaan lalu lintas per pendekat:
DT-utara : 23,8729det/smp DT-selatan : 23,3725 det/smp
DT-timur : 23,6077 det/smp DT-barat : 22,5199 det/smp
Tundaan geometri (DG)
Persamaannya : DG =(1-Psv) x PT x 6 + (PSV x 4)
DG-utara : 3,5613 det/smp DG-selatan : 3,5033 det/smp
DG-timur : 3,5317 det/smp DG-barat : 3,4084 det/smp
Menghitung tundaan rata-rata
Persamaannya D = DT + DG
D-utara : 27,4342 det/smp D-selatan : 26,8758 det/smp
D-timur : 27,1394 det/smp D-barat : 25,9283 det/smp
Menghitung tudaan total
Persamaannya : D x Q
-utara : 11961 smp.det -selatan : 10186 smp.det
-timur : 18156 smp.det -barat : 14261 smp.det
BAB III
KESIMPULAN
Dari penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa :
Untuk menghitung simpangan bersinyal perlu diperhatikan faktor geometrik jalan yang di kerjakan analisisnya.
Simpangan bersinyal dilakukan analisa
Arus lalu lintas (Q)
Nilai dasar (S0)
Arus jenuh lalu lintas (S)
Waktu hijau (g)
Kapasitas
Derajat kejenuhan(DS)
Jumlah kendaraan antri (NQ)
Panjang antrian (QL)
Tundaan (D)
DAFTAR PUSTKA
. Manual Kapasitas Jalan 1997. "Simpang Bersinyal dan Simpang Tak
bersinyal.
Indriany, Sylvia. Rekayasa Transportasi. "Simpangan Berinyal MKJI '97".
LAMPIRAN
Kode Pendekat
Arah
Arus lalu lintas bermotor (MV)
Kendaraan ringan (LV)
Kendaraan berat (HV)
Sepedah Motor (MC)
Emp terlndung = 1,0
Emp terlawan 1,0
Emp terlindung = 1,3
Emp terlawan = 1,3
Emp terlindung = 0,2
Emp terlawan = 0,4
Kend/jam
Smp/jam
Kend/jam
Smp/jam
Kend/jam
Smp/jam
Terlindung
Terlawan
Terlindung
Terlawan
Terlindung
Terlawan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
u
LT/LTOR
53
53
53
3
3,9
3,9
39
7,8
15,6
ST
248
248
248
16
20,8
20,8
183
36,6
73,2
RT
53
53
53
3
3,9
3,9
39
7,8
15,6
TOTAL
354
354
354
22
28,6
28,6
261
52,2
104,4
Perhitungan arus lalu lintas penedekat utara
Perhitungan arus lalu lintas penedekat selatan
Kode Pendekat
Arah
Arus lalu lintas bermotor (MV)
Kendaraan ringan (LV)
Kendaraan berat (HV)
Sepedah Motor (MC)
Emp terlndung = 1,0
Emp terlawan 1,0
Emp terlindung = 1,3
Emp terlawan = 1,3
Emp terlindung = 0,2
Emp terlawan = 0,4
Kend/jam
Smp/jam
Kend/jam
Smp/jam
Kend/jam
Smp/jam
Terlindung
Terlawan
Terlindung
Terlawan
Terlindung
teralawan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
S
LT/LTOR
46
46
46
3
3,9
3,9
34
6,8
13,6
ST
215
215
215
14
18,2
18,2
159
31,8
63,6
RT
46
46
46
3
3,9
3,9
34
6,8
13,6
TOTAL
307
307
307
22
26
26
261
45,4
90,8
Perhitungan arus lalu lintas penedekat timur
Kode Pendekat
Arah
Arus lalu lintas bermotor (MV)
Kendaraan ringan (LV)
Kendaraan berat (HV)
Sepedah Motor (MC)
Emp terlndung = 1,0
Emp terlawan 1,0
Emp terlindung = 1,3
Emp terlawan = 1,3
Emp terlindung = 0,2
Emp terlawan = 0,4
Kend/jam
Smp/jam
Kend/jam
Smp/jam
Kend/jam
Smp/jam
Terlindung
Terlawan
Terlindung
Terlawan
Terlindung
teralawan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
T
LT/LTOR
82
82
82
5
6,5
6,5
60
12
24
ST
380
380
380
24
31,2
31,2
281
56,2
112,4
RT
82
82
82
5
6,5
6,5
60
12
24
TOTAL
544
544
544
22
44,2
44,2
401
80,2
160,4
Perhitungan arus lalu lintas penedekat barat
Kode Pendekat
Arah
Arus lalu lintas bermotor (MV)
Kendaraan ringan (LV)
Kendaraan berat (HV)
Sepedah Motor (MC)
Emp terlndung = 1,0
Emp terlawan 1,0
Emp terlindung = 1,3
Emp terlawan = 1,3
Emp terlindung = 0,2
Emp terlawan = 0,4
Kend/jam
Smp/jam
Kend/jam
Smp/jam
Kend/jam
Smp/jam
Terlindung
Terlawan
Terlindung
Terlawan
Terlindung
teralawan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
T
LT/LTOR
67
67
67
4
5,2
5,2
10
2
4
ST
314
314
314
20
26
26
46
9,2
18,4
RT
67
67
67
4
5,2
5,2
20
4
8
TOTAL
448
488
448
448
36,4
44,2
36,4
15,2
30,4
Total kendaraan bermotor (MV)
Terlindung
Pendekat
Arah
LV
HV
MC
MV
13
U
L/LTOR
53
3,9
7,8
64,7
ST
248
20,8
36,6
305,4
L
53
3,9
7,8
64,7
TOTAL
354
28,6
52,2
434,8
S
L/LTOR
46
3,9
6,8
56,7
ST
215
18,2
31,8
265
L
307
3,9
6,8
56,7
TOTAL
307
26
45,4
378,4
T
L/LTOR
82
6,5
12
100,5
ST
380
31,2
56,2
395,4
L
82
6,5
12
100,5
TOTAL
544
44,2
80,2
668,4
B
L/LTOR
67
5,2
10
82,2
ST
314
26
46,4
386,4
L
67
5,2
2
74,2
TOTAL
448
36,4
58,4
540,,8
Terlawan
Pendekat
Arah
LV
HV
MC
MV
U
L/LTOR
53
3,9
15,6
72,5
ST
248
20,8
73,2
342
L
53
3,9
15,6
72,5
TOTAL
354
28,6
104,4
487
S
L/LTOR
46
3,9
13,6
63,5
ST
215
18,2
63,6
296,8
L
46
3,9
13,6
63,5
TOTAL
307
26
90,8
423,8
T
L/LTOR
82
6,5
24
112,5
ST
380
31,2
112,4
523,6
L
82
6,5
24
112,5
TOTAL
544
44,2
160,4
748,6
B
L/LTOR
67
5,2
20
92,2
ST
314
26
92,8
432,8
L
67
6,5
4
77,5
TOTAL
448
37,7
116,8
602,5
Perhitungan rasio belok dan kendaraan tak bermotor
Pendekat
Plt
pRT
pUM
U
=72,5/(72,5+342+72,5) = 0,1489
=72,5/(72,5+342+72,5) = 0,1489
= 4/487 = 0,0082
S
= 63,5/(63,5+296,8+63,5) = 0,1498
= 63,5/(63,5+296,8+63,5) = 0,1498
= 2/423,8 =0,0082
T
=112,5/(112,5+523,6+112,5)= 0,1503
=112,5/(112,5+523,6+112,5)= 0,1503
=4/748,6 =0,0053
B
92,2/(92,2+432,8+92,2) = 0,1494
92,2/(92,2+432,8+92,2) = 0,1494
=2/602,5 =0,0033