BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Selulitis berasal dari kata ”cellule ”cellule”” yaitu susunan tingkat sel, dan kata “itis” itis” yaitu peradangan, jadi selulitis dapat berarti adanya peradangan yang ada pada suatu tingkatan sel (Muttaqin, 2011). Pengertian lain selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan jaringan subkutan biasanya disebabkan oleh invasi bakteri melalui suatu area yang robek pada kulit, meskipun demikian hal ini dapat terjadi tanpa bukti sisi entri dan ini biasanya terjadi pada ekstremitas bawah (Tucker, 2008). Selulitis dapat terjadi di semua usia, tersering pada usia di bawah 3 tahun dan usia dekade keempat dan kelima. Insidensi pada laki-laki lebih besar daripada perempuan dalam beberapa studi epidemiologi (Fitzpatrick, 2012). Pada penelitian yang dilakukan oleh Novarina dan Sawitri (2015) didapatkan erisipelas atau selul itis lebih banyak diderita oleh laki-laki bila dibandingkan perempuan dengan rasio 1,2:1 atau 36 laki-laki : 29 perempuan. Menurut Rosfanty (2009) terdapat beberapa faktor yang memperparah resiko dari perkembangan selulitis, antara lain: usia, melemahnya sistem immun ( Immunodeficiency), Immunodeficiency), diabetes mellitus, cacar dan ruam saraf, pembengkakan kronis pada lengan dan tungkai (lymphedema), infeksi jamur kronis pada telapak atau jari kaki, penggunaan steroid kronik, trauma lokal (robekan kulit), penyalahgunaan obat dan dan alkohol, malnutrisi. Menurut Isselbacher (2009) penyakit selulitis disebabkan oleh infeksi bakteri dan jamur serta dapat disebabkan oleh penyebab lain. Menurut Mansjoer (2010) manifestasi klinis selulitis adalah kerusakan kronik pada kulit sistem vena dan limfatik pada kedua ekstremitas (alat gerak), kelainan kulit berupa infiltrative difus subkutan, eritema lokal, nyeri yang cepat menyebar dan infiltrative ke jaringan dibawahnya. Penampakan yang paling umum pada selulitis adalah bagian tubuh yang menderita selulitis berwarna merah, terasa lembut, bengkak, hangat, terasa nyeri, kulit menegang dan mengkilap.
1
1.2 Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan Selulitis ? 2. Bagaimana epidemiologi penyakit Selulitis ? 3. Apa saja foktor resiko penyakit Selulitis ? 4. Apa penyebab penyakit Selulitis ? 5. Apa saja klasifikasi dari Selulitis ? 6. Bagaimana patofisiologi penyakit Selulitis ? 7. Apa saja manifestasi klinis penyakit Selulitis ? 8. Apa saja pemeriksaan diagnostik penyakit Selulitis ? 9. Apa saja komplikasi penyakit Selulitis ? 10. Apa saja tatalaksana penyakit Selulitis ? 1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian Selulitis 2. Untuk mengetahui epidemiologi penyakit Selulitis 3. Untuk mengetahui Apa saja foktor resiko penyakit Selulitis 4. Untuk mengetahui penyebab penyakit Selulitis 5. Untuk mengetahui klasifikasi dari Selulitis 6. Untuk mengetahui patofisiologi penyakit Selulitis 7. Untuk mengetahui manifestasi klinis penyakit Selulitis 8. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik penyakit Selulitis 9. Untuk mengetahui komplikasi penyakit Selulitis 10. Untuk mengetahui tatalaksana penyakit Selulitis 1.4 Manfaat Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan medikal bedah 3 dan membantu pemahaman tentang selulitis.
2
BAB II KONSEP TEORI
2.1.Definisi Selulitis
Selulitis berasal dari kata ”cellule” yaitu susunan tingkat sel, dan kata “itis” yaitu peradangan, jadi selulitis dapat berarti adanya peradangan yang ada pada suatu tingkatan sel. Pengertian lain dari s elulitis adalah suatu kelainan kulit berupa infiltrat yang difus di daerah subkutan dengan tanda – tanda radang akut. Selulitis merupakan inflamasi jaringan subkutan dimana proses inflamasi yang umumnya dianggap sebagai penyebab adalah bakteri S.aureus dan atau Streptococcus (Muttaqin,2011). Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan jaringan subkutan biasanya disebabkan oleh invasi bakteri melalui suatu area yang robek pada kulit, meskipun demikian hal ini dapat terjadi tanpa bukti sisi entri dan ini biasanya terjadi pada ekstremitas bawah (Tucker, 2008).Penyakit ini ditandai dengan pasien mengalami demam, malaise, edema, vesikel, dan bula (Djunda, 2011).
2.2.Epidemiologi
Selulitis dapat terjadi di semua usia, tersering pada usia di bawah 3 tahun dan usia dekade keempat dan kelima. Insidensi pada laki-laki lebih besar daripada perempuan dalam beberapa studi epidemiologi. Insidensi selulitis ekstremitas masih menduduki peringkat pertama. Terjadi peningkatan resiko selulitis seiring meningkatnya usia, tetapi tidak ada hubungan dengan jenis kelamin (Fitzpatrick, 2012). Pada penelitian yang dilakukan oleh Novarina dan Sawitri (2015) dengan judul jurnal Profil Pasien Erisipelas dan Selulitis, di dapatkan data kasus erisipelas dan selulitis sebanyak 65 kasus atau 1,9% dari total seluruh kasus yang ada di IRNA Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada periode 2008-2011 dengan rincian erisipelas sebanyak 17 kasus (0,5%) dan selulitis sebanyak 48 kasus (1,4%). Ditinjau 3
dari jenis kelamin dan jumlah pasien, didapatkan erisipelas atau selulitis lebih banyak diderita oleh laki-laki bila dibandingkan perempuan dengan rasio 1,2:1 atau 36 laki-laki: 29 perempuan. Mayoritas pasien erisipelas atau selulitis ditemukan pada kelompok usia 45-65 tahun sebanyak 23 orang (35,4%). Distribusi penyebarannya cukup merata dengan kelompok usia termuda yang terkena adalah 1-4 tahun dan ditemukan pada hampir semua kelompok usia. Sedangkan pada beberapa sumber lain didapatkan bahwa selulitis insidensi selulitis diperkirakan 500-1000 kasus pasien pertahun dengan prevalensi global 0,40 kasus per 100.000 penduduk Selulitis lebih sering ditemukan pada kelompok usia pertengahan dan usia tua, sedangkan erisipelas lebih sering ditemukan pada anak-anak dan usia tua.
2.3.Faktor Resiko
Menurut Rosfanty (2009), terdapat beberapa faktor yang memperparah resiko dari perkembangan selulitis, antara lain: a. Usia. Semakin tua usia, kefektifan sistem sirkulasi dalam menghantarkan darah semakin berkurang pada bagian tubuh tertentu. Sehingga abrasi kulit berpotensi mengalami infeksi selulitis pada bagian tubuh yang sirkulasi darahnya kurang. b. Melemahnya sistem immun ( Immunodeficiency). Pada sistem immun yang melemah maka semakin mempermudah terjadinya infeksi. Contohnya pada penderita leukemia lymphotik kronis dan infeksi HIV. Penggunaan obat pelemah immun (bagi orang yang baru transplantasi organ) juga mempermudah infeksi. c. Diabetes mellitus. Tidak hanya gula darah
yang meningkat dalam darah, namun juga
mengurangi sistem immun tubuh dan menambah resiko terinfeksi. Diabetes mengurangi sirkulasi darah pada ekstremitas bawah dan potensial membuat luka pada kaki dan menjadi jalan masuk bagi bakteri penginfeksi.
4
d. Cacar dan ruam saraf. Karena penyakit ini menimbulkan luka terbuka yang dapat menjadi jalan masuk bakteri penginfeksi. e. Pembangkakan kronis pada lengan dan tungkai (lymphedema). Pembengkakan jaringan membuat kulit terbuka dan menjadi jalan masuk bagi bakteri penginfeksi. f. Infeksi jamur kronis pada telapak atau jari kaki Infeksi jamur kaki juga dapat membuka celah kulit sehingga menambah resiko bakteri penginfeksi masuk. g. Penggunaan steroid kronik. Contohnya penggunaan kortikosteroid. h. Trauma lokal (robekan kulit) Luka terbuka di kulit atau gangguan pada pembuluh balik (vena) maupun pembuluh getah bening, Gigitan dan sengatan serangga, gigitan hewan, atau gigitan manusia i.
Penyalahgunaan obat dan alkohol. Mengurangi sistem immun sehingga mempermudah bakteri penginfeksi berkembang.
j.
Malnutrisi. Sedangkan lingkungan tropis, panas, banyak debu dan kotoran, mempermudah timbulnya penyakit ini.
2.4.Etiologi
Menurut Isselbacher (2009), penyakit selulitis disebabkan oleh: a. Infeksi bakteri dan jamur
Disebabkan oleh Streptococcus group A dan Staphylococcus Aureus.
Pada bayi yang terkena ini disebabkan oleh Streptococcus tipe B
Infeksi dari jamur: tetapi infeksi yang disebabkan oleh jamur termasuk jarang Aeromonas hydrophila
S. Pneumonia (pneumococcus)
5
H.influenzae ( periorbital cellulitis, dan pasteurella multocida, gigitan anjing dan kucing)
b. Penyebab lain
Kulit kering
Eksim
Kulit yang terbakar/melepuh
Diabetes mellitus
Obesitas
Pembekuan yang kronis pada kaki
Penyalahgunaan obat terlarang
Menurunnya daya tahan tubuh
Cacar air
Malnutrisi
Gagal ginjal
2.5.Klasifikasi Selulitis
Menurut Topazian (2002) membagi klasifikasi selulitis menjadi sebagai berikut : 1. Selulitis Sirkumskripta Serous Akut Selulitis yang terbatas pada daerah tertentu yaitu satu atau dua spasia fasial,yang tidak jelas batasnya. Infeksi bakteri mengandung serous, konsistensinya
sangat
lunak
dan
spongius.
Penamaannya
berdasarkan ruang anatomi atau spasia yang terlibat. 2. Selulitis Sirkumskripta Supuratif Akut Prosesnya hamper sama dengan Selulitis Sirkumskripta Serous Akut, hanya infeksi bakteri tersebut juga mengandung suppurasi yang purulen. Penamaan berdasarkan spasia yang dikenainya. Jika terbentuk eksudat yang purulen, mengindikasikan tubuh bertendensi membatasi penyebaran infeksi dan mekanisme resistensi l okal tubuh dalam mengontrol infeksi. 3. Selulitis difus akut Dibagi lagi menjadi beberapa kelas :
6
Ludwig’s Angina
Selulitis yang berasal dari inframylohyoid
Selulitis Senator’s Difus Peripharingeal
Selulitis Fasialis Difus
Fascitis Necrotizing dan gambaran atypical lainnya
Selulitis Kronis Selulitis kronis adalah suatu proses infeksi yang berjalan lambat karena terbatasnya virulensi bakteri yang berasal dari fokus gigi. Biasanya terjadi pada pasien dengan selulitis sirkumskripta yang tidak mendapatkan perawatan yang adekuat atau tanpa drainase.
2.6.Patofisiologi
Bakteri
patogen
yang
menembus
lapisan
epidermis
kulit
menimbulkan infeksi pada permukaan kulit atau menimbulkan peradangan. Selulitis biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri pada luka, luka bakar, atau infeksi kulit lainnya, terutama oleh Streptococcus grup A dan Staphylococcus aureus, tetapi dapat pula timbul pada pejamu (host) dengan tanggap imun yang lemah (immunodeficiency) atau menyertai erisipelas. Penyakit ini cenderung menyebar ke rongga jaringan dan dataran cekung karena pelepasan sejumlah besar hialuronidase yang memecahkan zat dasar polisakarida. Selain itu juga terjadi fibrinolitik yang mencernakan barier fibrin dan lesitinase yang menghancurkan membran sel oleh bakteri. Penyakit infeksi sering berjangkit pada orang gemuk, rendah gizi, orang tua dan pada orang dengan diabetes mellitus yang pengobatannya tidak adekuat. Selulitis yang tidak berkomplikasi paling sering disebabkan oleh streptokokus grup A, streptokokus lain atau Stafilokokus aureus
2.7.Manifestasi Klinis
Menurut Mansjoer (2010) manifestasi klinis selulitis adalah kerusakan kronik pada kulit sistem vena dan limfatik pada kedua ekstrimitas (alat gerak), kelainan kulit berupa infiltrative difus subkutan, eritema lokal,
7
nyeri yang cepat menyebar dan infiltrative ke jaringan dibawahnya. Bengkak, merah dan hangat serta nyeri tekan. Supurasi dan lekositosis. Penampakan yang paling umum adalah bagian tubuh yang menderita selulitis berwarna merah, terasa lembut, bengkak, hangat, terasa nyeri, kulit menegang dan mengkilap. Gejala tambahan yaitu demam, malaise, nyeri otot, eritema, edema, lymphangitis. Lesi pada awalnya muncul sebagai macula eritematus lalu meluas ke samping dan ke bawah kulit dan mengeluarkan sekret seropurulen. Gejala pada selulitis memang mirip dengan eresipelas, karena selulitis merupakan diferensial dari eresipelas. Yang membedakan adalah bahwa selulitis sudah menyerang bagian jaringan subkutan dan cenderung semakin luas dan dalam, sedangkan eresipelas menyerang bagian superfisial kulit. Infeksi paling sering ditemukan: kerusakan kulit akibat cedera ringan, luka terbuka di kulit. Infeksi jamur diantara jari-jari kaki.
Selulitis menyebabkan kemerahan atau peradangan yang terlokalisasi
Kulit tampak merah, bengkak, licin disertai nyeri tekan dan teraba hangat. Ruam kulit muncul secara tiba-tiba dan memiliki batas yang tegas.
Bisa disertai memar dan lepuhan-lepuhan kecil
Gejala lainnya adalah : demam, sakit kepala, nyeri otot, tidak enak badan, malaise, edema, dan lesi. Gejala awal berupa kemerahan dan nyeri tekan yang terasa di suatu
daerah yang kecil di kulit. Kulit yang terinfeksi menjadi panas dan bengkak, dan tampak seperti kulit jeruk yang mengelupas (peau d'orange). Pada kulit yang terinfeksi bisa ditemukan lepuhan kecil berisi cairan (vesikel) atau lepuhan besar berisi cairan (bula) yang bisa pecah. Karena infeksi menyebar ke daerah yang lebih luas, maka kelenjar getah bening di dekatnya bisa membengkak dan teraba lunak. Kelenjar getah bening di lipat paha membesar karena infeksi di tungkai, kelenjar getah bening di ketiak membesar karena infeksi di lengan. Penderita bisa mengalami demam, menggigil, peningkatan denyut jantung, sakit kepala
8
dan tekanan darah rendah. Kadang-kadang gejala-gejala ini timbul beberapa jam sebelum gejala lainnya muncul di kulit. Tetapi pada beberapa kasus gejala-gejala ini sama sekali tidak ada. Kadang-kadang bisa timbul abses sebagai akibat dari selulitis. Meskipun jarang, bisa terjadi komplikasi serius berupa penyebaran infeksi dibawah kulit yang menyebabkan kematian jaringan (seperti pada gangren streptokokus dan fasitis nekrotisasi) dan penyebaran infeksi melalui aliran darah (bakteremia) ke bagian tubuh lainnya. Jika selulitis kembali menyerang sisi yang sama, maka pembuluh getah bening di dekatnya bisa mengalami kerusakan dan menyebabkan pembengkakan jaringan yang bersifat menetap.
2.8.Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan laboratorium tidak dilaksanakan apabila penderita belum memenuhi beberapa kriteria; seperti area kulit yang terkena kecil, tidak terasa sakit, tidak ada tanda sistemik (demam, dingin, dehidrasi, takipnea, takikardia, hipotensi), dan tidak ada faktor resiko. Pemeriksaan Laboratorium meliputi: a. CBC (Complete Blood Count ), menunjukkan kenaikan jumlah leukosit dan rata-rata sedimentasi eritrosit. Sehingga mengindikasikan adanya infeksi bakteri. b. BUN level, Kreatinin level c. Kultur darah, dilaksanakan bila infeksi tergeneralisasi telah diduga d. Mengkultur dan membuat apusan Gram, dilakukan secara terbatas pada daerah penampakan luka namun sangat membantu pada area abses atau terdapat bula. (Rosfanty, 2009) Pemeriksaan Imaging
Plain-filmRadiography, tidak diperlukan pada kasus yang tidak lengkap (seperti kriteria yang telah disebutkan)
CT (Computed Tomography)
9
Baik Plain-film Radiography maupun CT keduanya dapat digunakan saat tata klinis menyarankan subjucent osteomyelitis.
MRI ( Magnetic Resonance Imaging ), Sangat membantu pada diagnosis infeksi selulitis akut yang parah, mengidentifikasi pyomyositis, necrotizing fascitiis, dan infeksi selulitis dengan atau tanpa pembentukan abses pada subkutaneus. (Rosfanty, 2009)
Diagnosis banding Selulitis adalah Erisipelas, Flegmon, Dermatitis Kontak, Mikosis Profunda dan Pioderma Kronik. a. Erisipelas Merupakan suatu infeksi akut yang biasanya disebabkan oleh bakteri Streptokokkus. Gejala utamanya adalah eritema berwarna merah cerah dan berbatas tegas, dan disertai gejala konstitusi, namun lokalisasinya lebih superfisial dibandingkan selulitis. b. Flegmon Merupakan selulitis yang telah mengalami supurasi, dan diberikan terapi yang sama dengan selulitis dan ditambahkan dengan insisi. c. Dermatitis Kontak Dermatitis Kontak merupakan peradangan pada kulit yang disebabkan oleh bahan / substansi asing yang menempel pada kulit Dermatitis ini memberikan gambaran klinis berupa lesi yang berbatas tidak tegas dan bersifat kronik yang ditandai dengan adanya skuama dan likenifikasi. d. Mikosis Profunda Biasanya kronik dan tidak menimbulkan gejala konstitusi. e. Pioderma Kronik Infeksi bakteri bersifat kronik dan memberikan gambaran lesi yang berwarna kehitaman.
10
2.9.Komplikasi
Menurut Corwin, Elizabeth J (2009) terdapat beberapa komplikasi yang mungkin menyertai selulitis: a. Bakterimea nanah/ lokal abses, superinfeksi oleh bakteri gram negatif, limpangitis, tromboplebitis. b. Facial selulitis (selulitis pada wajah) pada anak dapat menyebabkan meningitis. c. Dapat menyebabkan kematian jaringan atau gangrene. d. Osteomielitis. e. Atritis septic f.
Glomerulonefritis
g. Fasitis necroticans
2.10.
Tatalaksana Medis
a. Selulitis pasca trauma, terutama setelah gigitan hewan. Berikan antibiotic untuk mengatasi basil gram negatif dan gram positif. Jika perlu berikan analgesic dan NSAID untuk mengontrol nyeri dan demam. b. Insisi dan drainase pasca pada keadaan terbentuk abses. Insisi drainase merupakan salah satu tindakan dalam ilmu bedah yang bertujuan untuk mengeluarkan abses atau pus dari jaringan lunak akibat proses infeksi. Tindakan ini dilakukan pertama dengan melakukan tindakan anastesi lokal, aspirasi pus pada daerah pembengkakan kemudian dilakukan tindakan insisi drainase dan pemasangan drain. c. Perawatan lebih lanjut bagi pasien rawat inap:
Beberapa pasien membutuhkan terapi antibiotic intravenous. Diberikan penicillin atau obat sejenis penicillin (misalnya cloxacilin).
Jika infeksi ringan, berikan sediaan per-oral.
Biasanya sebelum diberikan sediaan per-oral, terlebih dahulu diberikan suntikan antibiotic jika penderita berusia lanjut, selulitis menyebar dengan segera ke bagian tubuh lainnya, demam tinggi.
11
Jika selulitis menyerang tungkai, sebaiknya tungkai dibiarkan dalam posisi terangkat dan dikompres dingin untuk mengurangi nyeri dan pembengkakan.
Pelepasan
antibiotic
parentral
pada
pasien
rawat
jalan
menunjukkan bahwa pasien telah sembuh dari infeksi.
Perawatan lebih lanjut bagi pasien rawat jalan: pelindungan penyakit selulitis bagi pasien rawat jalan dapat diberikan dengan cara memberikan erythromycin atau oral penicillin 2x/hari atau intramuscular benzathine penicillin. (Corwin, Elizabeth J, 2009)
12
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1.Pengkajian
a. Identitas Menyerang sering pada lingkungan yang kurang bersih b. Riwayat Penyakit
Keluhan utama Pasien biasanya mengeluh nyeri pada luka, terkadang disertai demam, menggigil dan malaise.
Riwayat penyakit dahulu Ditanyakan penyebab luka pada pasien dan pernahkah s ebelumnya mengidap penyakit seperti ini, adakah alergi yang dimiliki, riwa yat pemakaian obat, alkoholisme.
Riwayat penyakit sekarang Terdapat luka pada bagian tubuh tertentu dengan karakteristik berwarna merah, terasa lembut, bengkak, hangat, terasa nyeri, kulit menegang dan mengilap
Riwayat penyakit keluarga Biasanya dikeluarga pasien terdapat riwayat mengidap penyakit DM, penyakit selulitis atau penyakit kulit lainnya
c. Keadaan emosi psikologi : Pasien tampak tenang,dan emosional stabil d. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Lemah
Tekanan Darah : Hipotensi/Hipertensi
Nadi : Bradikardi
Suhu : Hipertermi
RR : Normal/Meningkat
Kepala : Dilihat kebersihan, bentuk, adakah oedem atau tidak
13
Mata : Tidak anemis, tidak ikterus, reflek cahaya (+)
Hidung : Tidak ada pernafasan cuping
Mulut : Kebersihan, tidak pucat
Telinga : Tidak ada serumen
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar
Jantung : Denyut jantung meningkat
Dada : tidak ada kelainan
Abdomen : tidak ada distensi abdomen
Ekstremitas : Adakah luka dan oedema pada ekstremitas atas dan bawah
Genetalia : tidak terdapat kelainan
Integumen : Gejala awal berupa kemerahan dan nyeri tekan yang terasa di suatu daerah yang kecil di kulit. Kulit yang terinfeksi menjadi panas dan bengkak, dan tampak seperti kulit jeruk yang mengelupas (peau d'orange). Pada kulit yang terinfeksi bisa ditemukan lepuhan kecil berisi cairan (vesikel) atau lepuhan besar berisi cairan (bula), yang bisa pecah.
3.2.Analisa data
Analisa Data DS
: - Klien
ETIOLOGI
mengatakan
Invasi bakteri
sudah kurang lebih 2
streptococcus
hari
tiba-
pyogenes dan
diketahui
stapylococus
dan
tiba,tidak
penyebabnya
Nyeri Akut
bagian
yang terkena selulitis (daerah
MASALAH
ekstrimitas
Menyerang kulit dan jaringan subkutan
seperti pada tangan dan di kaki) terasa nyeri
(senut-senut
Selulitis
14
seperti tertusuk), dan terasa berat bila pada
Reaksi inflamasi
kaki dipakai jalan atau pada
tangan
dibuat
mengepal bertambah nyeri
dan
kimia
sulit
digerakkan, diberi
Pelepasan mediator
obat
mefenamat
sudah
Mengiritasi dan
asam
menekan ujung saraf
oleh
bebas
dokter tetapi nyerinya tidak
hilang,
Skala
nyeri
1-10
pasien
memilih
8,pasien
berharap
nyerinya
Nyeri
dapat hilang - Bengkak DO
- Nyeri tekan (+) - Terdapat kemerahan - Klien
tampak
meringis/menyeringai
15
DS
: Klien
mengatakan
badan terasa panas
Invasi bakteri
Hipertermia
streptococcus pyogenes dan
DO
: - Suhu
meningkat
stapylococus
>38oC - Leukosit >10.000mm 3
Selulitis
Respon antigen dan antibody
Pelepasan endogen
Merangsang endotel hipotalamus
Pelepasan prostaglandin
Peningkatan thermostat hipotalamus
Peningkatan suhu
Hipertermi
16
ANALISA DATA DS
: Klien mengatakan nyeri
ETIOLOGI
MASALAH
Luka gigitan serangga
Kerusakan Integritas
pada area kemerahan atau luka. DO
Rusaknya barrier
: - Tampak
bengkak,
kemerahan mengkilap
epidermis
dan di
area
luka - Teraba
Kulit
Inveksi bakteri di subkutan
panas
area luka
pada Reaksi inflamasi
Kemerahan dan panas pada area lokal
Kerusakan Jaringan Kulit
3.3.Diagnosa Keperawatan
4. Nyeri Akut berhubungan dengan agen cidera biologis 5. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi penyakit 6. Kerusakan Integritas Kulit berhubungan dengan kemerahan dan area panas lokal
17
3.4.Rencana Asuhan Keperawatan 1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam nyeri yang dirasakan berkurang atau dapat diadaptasi oleh klien. NOC: Tingkat nyeri Skala Nyeri VAS: 1-2 Yang dibuktikan oleh indikator sebagai berikut: Skala outcome Nyeri yang dilaporkan Mengosok area yang terkena dampak
NIC Pain Management (4092)
1
2
3
4
5
8-9
7-8
5-6
3-4
1-2
1. lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, onset, frekuensi, kualitas,intensitas dan faktor pencetus 2. Minimalkan faktor yang menimbulkan nyeri pada klien
Ekspresi nyeri pada wajah Gelisah atau ketengan otot
3. Ajarkan mengenai managemen nyeri (teknik distraksi misalnya, napas dalam)
Keterangan penilaian
4. Bantu keluaraga untuk memberi dukungan pada pasien
1: berat
5. Anjurkan untuk istirahat agar meminimalkan nyeri
2: cukup berat 3: sedang
6. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan profesional mengenai analgesik efektif untuk pereda nyeri 7. Evaluasi kefektifan dari tindakan pengontrol nyeri yang
4: Ringan
dipakai selama pengkajian nyeri dilakuakan
5: Tidak ada
18
2. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi penyakit Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam suhu tubuh dalam batas normal
Tujuan Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam, demam klien berkurang sesuai skala NOC NOC: thermoregulation No 1
Indicator Suhu tubuh
1 > 40
2 39,1-40
2
Nadi
>130
109-115
3
RR
>60
51 –60
4
Perubahan warna kulit
kuning
sianosis
3 38,1 – 39 106110 41 –50 Bercak merah tegas
4 37,6 – 38 96105 31 – 40 pucat
5 36 –37,5 <95 20 –30
NIC Pengaturan suhu (3900) 1. Monitor suhu tubuh tiap 4 jam sekali atau sesuai kebutuhan 2. Monitor tekanan darah, Nadi, respirasi tiap shift 3. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi yang adekuat 4. Sesuaikan suhu lingkungan untuk kebutuhan pasien 5. Berikan kompres hangat pada lipatan- lipatan tubuh pasien ( ketiak, leher, inguinalis) 6. Kolaborasi untuk pemberian antipiretik antrain 3 x 1gram (iv)
Tidak berubah
Keterangan penilaian 1: berat 2: cukup berat 3: sedang 4 : Ringan 5 : Tidak ada
19
3. Kerusakan integeritas kulit berhubungan dengan kemerahan dan area panas lokal Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam kemerahan dan rasa panas berkurang
Tujuan
NIC
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam, kerusakan integrutas jaringan : kulit klien berkurang sesuai skala
Manajemen pruritus (3550) 1. Lakukan pemeriksaan fisik untuk mengidentifikasi
NOC: kerusakan integritas jaringan : kulit
terjadinya kerusakan kulit (misalnya: lesi, bula, ulserasi dan abrasi) 2. Pasang perban atau balutan pada area kemerahan
No
Indicator
1
Integritas kulit
2
Lesi pada kulit
3
Pengelupasan kulit
4
Eritema
1
2
3
4
5
untuk membatasi gerakan menggaruk yang tidak terkontrol, sesuai kebutuhan 3. Berikan kompres NS untuk meringankan iritasi 4. Instruksikan pasien untuk tidak memakai pakaian yang ketat dan berbahan wol atau sintesis
Keterangan penilaian
5. Kolaborasi pemberian antibiotic topical untuk daerah yang terkena (, Ceftriaxon 2x1g Intravena)
1: berat 2: cukup berat 3: sedang 4: Ringan 5: Tidak ada
20
21
22
23