INFEKSI SELULITIS Makalah Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Farmakoterapi Dan Terminologi Medik
Disusun Oleh : 1. Ahmad Ulin N.
1061311001
2. Candida Cahyaning P.
1061311012
3. Elisabet Ditya J.P
1061311023
4. Febriyani Lizyana
1061311034
5. Isti Rahmdani
1061311045
6. Lunfita Yulis
1061311056
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI “YAYASAN PHARMASI”
SEMARANG 2013
I.
PENDAHULUAN
Kulit berfungsi sebagai penghalang antara manusia dan lingkungan sehingga berfungsi sebagai mekanisme pertahanan utama terhadap infeksi. Kulit terdiri dari epidermis, dermis, dan subkutan. Epidermis adalah bagian terluar, lapisan nonvascular dari kulit. Memiliki ketebalan yang bervariasi sekitar 0,1 mm di sebaian besar tubuh dan 1,5 mm pada telapak kaki. Meskipun sanga tipis, epidermis terdiri dari beberapa lapisan yang tersusun dari sel-sel yang terus membelah diri. Dermis adalah lapisan kulit tepat dibawah epidermis, terdiri dari jaringan ikat berisi pembuluh darah, ujung syaraf sensorik, kelenjar keringat dan sebasea, folikel rambut dan serat otot polos.di bawah dermis adalah jaringan yang mengandung lemak. Lapisan lemak memiliki ketebalan yang berbeda pada tubuh, dibawah lemak subkutan terdapat fasia yang memisahkan kulit dari otot. Umumnya dibagi menjadi fasia superficial yang terletak tepat di bawah kulit dan fasia profunda yang menyelubungi otot. Infeksi kulit dan jaringan lunak dapat melibatkan salah satu atau semua lapisan kulit, fasia dan otot. Infeksi dapat menyebar jauh dari lokasi awal infeksi dan menyebabkan komplikasi yang lebih parah, seperti endocarditis, endocarditis, sepsis gram negatif atau streptococal glomerulonefritis. glomerulonefritis. Infeksi bakteri pada kulit dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu infeksi bakteri primer (sellulitis) dan infeksi bakteri sekunder (invasi pada jaringan). Infeksi bakteri primer biasanya disebabkan oleh satu spesies bakteri dan melibatkan daerah kulit yang sehat. Infeksi sekunder terjadi di daerah yang sebelumnya sakit. 1.1 Definisi Selulitis adalah penyakit akut yang disebabkan oleh infeksi bakteri yang menyebar dari epidermis, dermis, dan superfacial. Proses ini dikarakterisasi dengan inflamasi tetapi dengan sedikit atau tidak ada nekrosis atau suppurasi pada jaringan lemak. Selulitis biasanya disebabkan oleh S.pyogenes dan S.pyogenes dan S. aureus atau aureus atau bakteri lainnya.
Kondisi normal kulit memiliki berbagai jenis bakteri, namun kondisi kulit yang utuh menjadi penghalang yang efektif untuk mencegah masuknya bakteri dam pertumbuhan bakteri di dalam tubuh. Bila kulit robek, bakteri dapat masuk dan berkembangbiak sehingga menimbulkan infeksi dan peradangan. Selulitis adalah peradangan akut terutama menyerang jaringan subkutis, biasanya didahului luka atau trauma. Pada anak usia di bawah 2 tahun dapat disebabkan oleh Haemophilus influenzae; keadaan anak tampak sakit berat, sering disertai gangguan pernapasan bagian atas, dapat pula diikuti bakteremi dan septikemi (Herry E.J., 2010). Daerah predilesi yang sering terkena yaitu wajah, badan, genitalia dan ekstremitas atas dan bawah. Sekitar 85% kasus selulitis terjadi pada kaki daripada wajah, dan pada individu dari semua ras dan kedua jenis kelamin. Permulaan selulitis didahului oleh gejala prodormal, seperti demam dan malaise, kemudian diikuti dengan tanda-tanda peradangan yaitu bengkak, nyeri, dan kemerahan. Diagnosis penyakit ini dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, gambaran klinis. Penanganannya perlu memperhatikan faktor predisposisi dan komplikasi yang ada. (Loretta Davis, MD, 2010). 1.2 Epidemiologi Selulitis pada orang dewasa adalah suatu kondisi medis yang secara umum menyerang sejumlah besar pasien rawat inap dirumah sakit. Pada tahun 1985 di Inggris, infeksi kulit dan jaringan subkutan menyerang 29.820 pasien dengan jumlah beds rata-rata per hari 664 tempat tidur. Salah satu survei menyimpulkan bahwa penyakit tersebut menyumbang sekitar 3% dari konsultasi medis darurat di rumah sakit umum. Akibatnya menjadi masalah kesehatan yang penting dengan implikasi sumber daya dan keuangan yang cukup besar. Selulitis harus dibedakandari eksim dan edema, tromboflebitis dan vaskulitis.
1.3 Klasifikasi a. Selulitis Orbital Infeksi mudah menyebar dari sinus karena orbita memiliki dinding yang sama dengan sinus- sinus etmoidalis, maksilaris, dan frontalis. Disebabkan oleh streptokokus grup A, S. aureus, H. influenzae dan S. pneumoniae. Gejala : eksoftalmos, oftalmoplegia, dan hilangnya ketajaman penglihatan. b. Selulitis periorbital Disebabkan oleh trauma, luka infeksi dan gigitan serangga. Gej ala : awal demam cepat dan pembengkakan ; area hangat, ada pengerasan dan nyeri tekan. II.
PATOFISIOLOGI
2.1 Patogenesis Istilah "selulitis" biasanya digunakan untuk menunjukkan suatu peradangan non-nekrotik pada lapisan dermis dan hypodermis kulit, terkait dengan infeksi akut yang tidak melibatkan fasia atau otot, dan yang dicirikan oleh nyeri lokal, bengkak, nyeri, eritema, dan suhu lebih tinggi pada
bagian
yang
terinfeksi.
Pada
orang
dewasa
dengan
immunocompetent, selulitis biasanya disebabkan oleh Staphylococcus pyogenes dan pada anak-anak, yang paling umum menyebabkan selulitis adalah S. aureus. Menurut Isselbacher, bakteri patogen yang menembus lapisan luar menimbulkan
infeksi
pada
permukaan
kulit
atau
menimbulkan
peradangan, penyakit infeksi sering terjangkit pada orang gemuk, rendah gizi, dan orang tua pikun. Selulitis adalah infeksi umum dari lapisan bawah kulit (dermis) dan jaringan subkutan (daerah di bawah kulit) yang disebabkan oleh infeksi bakteri . Sementara selulitis kadang berkembang di sekitar luka di kulit atau sayatan bedah , dalam kasus lain muncul tanpa sumber yang jelas
untuk infeksi bakteri . Staphylococcus adalah bakteri yang paling sering menyebabkan selulitis , diikuti oleh Streptococcus . Bakteri patogen Streptococcus piogenes, Streptococcus grup A, dan Staphylococcus aureus Menyerang kulit dan jaringan subkutan
Meluas ke jaringan yang lebih dalam
Menyebar secara sistemik
Terjadi peradangan akut
Eritema lokal pada kulit
Udem dan kemerahan
Lesi
Nyeri tekan
Kerusakan integritas kulit
Gangguan rasa nyaman (nyeri)
2.2 Etiologi Penyebab dari selulitis adalah bakteri Streptococcus grup A, Streptococcus pyogens, Staphylococcus aureus dan infeksi dari jamur, tapi infeksi yang diakibatkan dari jamur termasuk jarang terjadi ( Aeromonas hydrophila). (Isselbacher, 1999). Ada beberapa faktor yang memperparah resiko dari perkembangan selulitis, antara lain : a. Usia Semakin tua usia, keefektifan sistem sirkulasi dalam menghantarkan darah berkurang pada bagian tubuh tertentu, sehingga abrasi kulit berpotensi mengalami infeksi. b. Melemahnya sistem imun Melemahnya sistem imun akan semkain mempermudah terjadinya infeksi.
c. Diabetes mellitus Pada penderita diabetes mellitus tidak hanya gulah darah saja yang meningkat dalam darah tetapi juga mengurangi sistem imun dan menambah resiko terkena infeksi. d. Cacar dan ruam saraf Penyakit ini menimbulkan luka terbuka yang dapat menjadi jalan masuk bakteri infeksi. e. Pembengkakan kronis pada lengan dan tungkai Pembengkakan jaringan membuat kulit terbuka dan menjadi jalan masuk. f. Infeksi jamur kronis pada telapak atau jari kaki Infeksi jamur kaki juga dapat membuka celah kulit sehingga menambah resiko bakteri penginfeksi masuk. g. Penggunaan steroid kronik h. Gigitan hewan
2.3 Manifestasi Klinis Gambaran kliniknya tergantung
akut atau tidaknya infeksi.
Umumnya pada semua bentuk ditandai dengan kemerahan dengan batas tidak jelas, nyeri tekan dan bengkak. Penyebaran perluasan kemerahan dapat timbul secara cepat di sekitar luka/ulkus. Disertai dengan demam dan lesu. Pada keadaan akut, kadang-kadang timbul bula. Dapat dijumpai limfadenopati limfangitis. Tanpa pengobatan yang efektif dapat terjadi supurasi lokal (flegmon, nekrosis atau gangrene).
Reaksi Lokal 1. Lesi dengan batas tidak jelas 2. Area selulit biasanya nyeri, merah dan hangat 3. Jaringan mengeras
Reaksi Sistemik 1. Demam 2. Malaise
3. Menggigil 4. Garis merah sepanjang jalur drainase limfatik 5. Kelenjar getah bening membesar dan nyeri Komplikasi 1. Gangguan sistemik, septikemia 2. Osteomielitis 3. Artritis septik 4. Meningitis 5. Hilangnya ketajaman penglihatan ( selulitis orbital ) 6. Potensial abses otak ( selulitis orbital, periorbital )
III.
GEJALA dan DIAGNOSA
3.1 GEJALA Penyakit selulitis diawali dengan munculnya luka berukuran kecil, nyeri, panas, bengkak dan kemerahan pada kulit. Jika menyebar ke jaringan sekitar akan muncul tanda-tanda khas peradangan kemerahan, bengkak, panas dan rasa sakitdi daerah yang terkena. Tanda yang sering muncul pada penderita selulitis adalah munculnya eritema dan edema kulit, lesi, pada daerah luka berasa panas, muncul nanah dari jaringan lunak dan pembengkakan kelenjar getah bening di daerah infeksi. Eritema bisa bersifat lokal atau menyebar dengan cepat. Gangguan awal dengan demam dan malaise terjadi dalam banyak kasus, dan mungkin hadir sebelum tanda-tanda lokal. 3.2 DIAGNOSA Diagnosa selulitis terdiri dari dari beberapa pemeriksaan : a. Pemeriksaan fisik. Pada pemeriksan fisik akan ditemukan daerah pembengkakan yang terlokalisir (edema), kadang ditemukan pembengkakan kelenjar getah bening. Pada hasil pemeriksaan darah menunjukkan peningkatan
jumlah sel darah putih dan adanya infeksi bakteri. Bila perlu, bisa dilakukan pembiakan darah. b. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan penunjang terdiri dari : o
Pemeriksaan darah, terdapat leukositosis. Laju endap darah dan kadar C-reactive protein juga meningkat, terutama pada pasien dengan penyakit berat yang membutuhkan rawat inap jangka panjang.
o
Fungsi cairan pada bagian yang terinfeksi di biakkan dan dipulas dengan pulasan gram.
o
Kultur darah positif (hanya pada beberapa pasien).
o
Jika infeksi berulang dari selulitis diduga sebagai infeksi sekunder dari tinea pedis, disarankan untuk melakukan tes atau kultur mikologis.
o
Biopsi kulit tidak disarankan untuk dikerjakan, kecuali pada pasien dengan dugaan etiologi infeksi non bakteri, atau pada pasien dengan Immunocompromised.
IV.
TUJUAN, SASARAN dan STRATEGI TERAPI
TUJUAN
Menghilangkan tanda dan gejala penyakit
Menghilangkan organism penyebab dengan pemaparan obat minimal
Memberikan terapi antimikroba, antivirus maupun antiparasit yang cost efektif
SASARAN TERAPI Mikroorganisme penyebab infeksi. STRATEGI TERAPI 1. Pencegahan Infeksi
Menghindari pemaparan atau kontak dengan pathogen
Imunisasi , baik dengan organisme hidup yang dilemahkan atau organism mati (komponen mikroba).
2. Terapi infeksi
Pengobatan simtomatik : antipiretik, mempertahankan status hidrasi
Antimikrobial : empiris atau ditargetkan secara spesifik bila mikroorganisme berhasil diketahui
Menghilangkan sumber infeksi, misalnya mengeluarkan cairan abses atau memotong jalur infeksi
Mempertahankan fungsi sirkulasi dan organ vital pada infeksi berat
Beberapa infeksi (terutama infeksi virus) sebetulnya sembuh sendiri dan tidak membutuhkan terapi spesifik (Patrick Davey, 2006:63)
V.
TATALAKSANA TERAPI
5.1 Terapi Farmakologi
5.2 Terapi Non Farmakologi Perawatan lokal meliputi elevasi dan imobilisasi pada daerah selulitis untuk
mengurangi
pembengkakan.
Melakukan
pengompresan
untuk
mengurangi rasa sakit. Intervensi bedah (insisi dan drainase) tetapi hal ini jarang dilakukan pada kasus selulitis (Dipiro et.al., 2008).
VI.
KASUS INFEKSI (SELULITIS)
Ny. Jm usia 52 th mengeluh pusing, ngliyeng, mual, tumit kaki kanan terasa nyeri, jari kaki kiri nyeri. Diagnosa DM, hipertensi dan selulitis kaki kiri dan kanan. Rawat inap selama 6 hari. Riwayat penyakit DM dan Hipertensi. Obat
RL 20 tpm
Hari ke1
2
3
V
v
V
Tutofusin 20 tpm
4
5
6
v
V
v
V
v
V
v
V
v
V
v
V
v
V
140/80
140/80
V
Ronazole 3x1 botol Sefotaksim 2x1 vial
V
Ketorolak 3x1 amp
V
Gentamisin 3x1 amp
V
v
Ranitidine 2x1 amp
V
v
V
V
Lactor 3x1 amp
v
Ekstra actrapid 6
v
unit Ranitidin 2x1 tab
V
V
Sohobion 1x1 tab
V
v
V
v
Diamicron 1x1 pagi
V
v
V
v
Divask 1x1
V
v
V
v
Diamicron MR 1x1 pagi Diabex 1x1 tab malam TTV
Suhu °C
37,6
TD mmHg
160/80
RR kali/mnt
80
Nadi kali/mnt
80
Laboratorium
130/70
130/80 120/70
Trombosit
537.000↑
Lekosit
24.580↓
GDS
167
122
Pusing
Gejala
227
258
188
Nyeri
Ngiyeng,
Operasi
Luka
nyeri
kaki kiri
operasi ringan
kaki
dan
sakit
kanan
pada luka operasi
PENYELESAIAN KASUS Metode SOAP a. SUBYEKTIF
Pasien
: Ny. Jm usia 52 th
Diagnosa : DM, hipertensi dan selulitis kaki kiri dan kanan Riwayat : DM dan Hipertensi Keluhan : pusing, ngliyeng, mual, tumit kaki kanan terasa nyeri, jari kaki kiri nyeri b. OBYEKTIF Tanda-tanda Vital
Hari-1 TD
160/80
2
3
4
5
6
Normal
Keterangan
130/70
130/80
120/70
140/80
140/80
120/80
Meningkat
RR
80
18-22
Meningkat
Suhu
37,6
37,8
Normal
HR
80
60-80
Normal
Data Laboratorium
Hasil pemeriksaan tanggal Parameter 1 Trombosit
2 537.000
3
4
5
6
Normal
ket
150-400.10 9/L
Meningkat
Lekosit
6.000-11.000
24.580
GDS
167
Meningkat
mg/dl 122
227
258
188
≤200 mm/dl
Normal
Analisa laboratorium
Trombosit → meningkat menunjukkan adanya infeksi.
Leukosit → meningkat menujukkan adanya infeksi.
Gula darah sewaktu Ny. JM pada hari pertama 167 yang menunjukkan kadar gula darahnya nomal (riwayat penyakit Ny. JM adalah diabetes mellitus)
c.
ASSESMENT Evaluasi terapi pada pasien :
RL 20 tpm mengandung larutan elektrolit diindikasikan untuk pengganti cairan tubuh. Pada penderita diabetes mellitus dapat terjadi dehidrasi karena hilangnya cairan yang berlebih.
Ronazole (metronidazole) diindikasikan sebagai antibiotik untuk bakteri anaerob.
Lactor (ketorolac) diindikasikan untuk pengobatan nyeri akut sedang sampai berat.
Ranitidin diindikasikan untuk pengobatan tukak lambung atau keadaan hipersekresi patologis atau ulkus 12 jari.
Gentamisin
merupakan
antibiotic
golongan
aminoglikosida
yang
digunakan untuk mengobati infeksi akibat bakteri gram negative yang terjadi pada pasien.
Ekstra actrapid mengandung insulin digunakan untuk mengobati diabetes melitus.
Diamicron mengandung gliklazid untuk pengobatan diabetes melitus.
Sohobion mengandung vitamin B1, B6, dan B12 digunakan untuk suplemen.
Divask mengandung Amlodipin Besilate 5 mg dan 10 mg tiap tablet
digunakan untuk hipertensi yang diderita pasien. Tutofusin mengandung sorbitol yang diindikasikan untuk pengganti
cairan tubuh (sebelum, selama dan pasca operasi). Sefotaksim
merupakan
antibiotik
cephalosporin
generasi
ketiga
diindikasikan untuk mengobati infeksi yang terjadi pada pasien.
d. PLAN
Nama
Dosis
Dosis Seharusnya
Plan
RL
20 tpm
20 tpm
Digunakan
Tutofusin
20 tpm
30 mg/kgBB/hari
Dipertimbangkan
Ronazole
3x1 botol
15 mg/kgBB
Digunakan
Sefotaksim
2x1 vial
1g tiap 12 jam
Digunakan
Ketorolak
3x1 amp
10-30 mg tiap 4-6 jam
Digunakan
Gentamisin
3x1 amp
1-2,5 mg/kg
Digunakan
Ranitidine
2x1 amp
25-50 mg tiap 6-8 mg/ml
Digunakan
Lactor
3x1 amp
10-30 mg tiap 4-6 jam
Digunakan
6 unit
3-25 micro µIU/ml
Digunakan
Ranitidin
2x1 tab
150 mg
Digunakan
Sohobion
1x1 tab
100mg
Digunakan
Diamicron
1x1 pagi
80mg
Digunakan
1x1
500 mg tiap 12 jam
Digunakan
1x1 pagi
30 mg-60mg
Digunakan
1x1 tab malam
500mg
Digunakan
Ekstra actrapid
Divask Diamicron MR Diabex
KIE : 1. Penggunaan masing-masing obat, dijelaskan secara singkat agar mudah dipahami oleh pasien. 2. Jaga kebersihan kaki agar infeksi tidak semakin parah 3. Kondisikan pasien dalam keadaan nyaman dan hindari stress
4. Dilakukan pemantauan kadar gula darah secara rutin 5. Pemantauan tekanan darah dan berat badan secara rutin 6. Diet nutrisi dengan komposisi seimbang dan rendah gula dan garam 7. Memastikan pasien patuh minum obat secara teratur dan kontinyu
Tinjauan Tentang Obat: 1. RL Kandungan
: NaCl 0,6g CaCl dihidrat 0,02g KCl 0,03g Sodium lactat 0,31g
Indikasi
: Pengobatan kekurangan cairan elektrolit dan dehidrasi
Dosis
: Untuk usia dewasa, maka pasien akan diberikan obat ini dengan dosis 14 tetes permenit (disesuaikan dengan keadaan pasien)
Kontraindikasi
: Hipertenatremia
Pemakaian infus perlu bantuan tenaga medis, karena obat ini diberikan melalui intravena tetes demi tetes dengan infussionset.
2.
Tutofusin Kandungan
: Tiap L mengandung Na 150 mcg, K 18 mcg, Ca 4 mcg, Mg 6 mcg, Cl 90 mcg, acetate 38 mcg, sorbitol 50 gram
Indikasi
: Pengganti cairan elektrolit, dehidrasi
Dosis
:
Kontraindikasi
: insufisiensi ginjal, intoleransi fruktosa atau sorbitol,
30 ml / kgBB / hari
jantung
3.
Ronazole Kandungan
: Metronidazole
Indikasi
: Infeksi bakteri anaerob
Dosis
: 15mg/kgbb/jam
4.
Kontraindikasi
: penyakit susunan saraf
Efek samping
: sakit kepala
Sefotaksim Kandungan
: Cefotaxime 500 mg, 1 gram injeksi
Indikasi
: infeksi berat yang disebabkan oleh patogen-patogen yang sensitif terhadap cefotaxime seperti infeksi kulit dan jaringan lunak
Dosis
: Dewasa dan anak > 12 tahun : 1 gram setian 12 jam. Pada infeksi berat : 2kali 2 gram/ hari biasanya cukup. Jika diperlukan dosis yang lebih besar, interval pemberian dapat diperpendek menjadi setiap 6-8 jam.
Kontraindikasi
: penderita dengan riwayat hipersensitif terhadap antibiotik cephalosporin, penderita gagal ginjal yang berat
Efek samping
: hipersensitivitas Demam, diare, mual muntah,
5. Ketorolak: Kandungan
: Ketorolac tromethamine 10 mg/ml
Indikasi
: penatalaksanaan jangka pendek terhadap nyeri akut sedang sampai berat
Dosis
: 10 mg diikuti dengan 10-30 mg tiap 4 sampai 6 jam bila diperlukan
Kontraindikasi:
Pasien yang sebelumnya pernah mengalami alergi dengan obat ini, karena ada kemungkinan sensitivitas silang.
Pasien yang menunjukkan manifestasi alergi serius akibat pemberian Asetosal atau obat anti-inflamasi nonsteroid lain.
Pasien yang menderita ulkus peptikum akti
Efek samping
: Saluran cerna (diare, dispepsia, nyeri gastrointestinal, nausea). Susunan Saraf Pusat (sakit kepala, pusing, mengantuk, berkeringat).
6. Gentamisin Kandungan
: Gentamisin 10 mg/ml; 40 mg/ml
Indikasi
: Gram negatif (Pseudomonas, Proteus, Serratia) dan Gram positif (Staphylococcus), infeksi kulit dan jaringtan lunak
Dosis
: 3-6 mg/kgBB/hari i.v tiap 8 jam
Kontraindikasi
: Hipersensitif terhadap Gentamisin dan Aminoglikosida lain
hipersensitif terhadap aminoglikosida, insufisiensi
ginjal, terapi jangka lama Efek samping
: nefrotoksisitas, Neurotosisitas (vertigo, ataxia), Neuromuskuler dan skeletal, Ototoksisitas, Nefrotoksik (meningkatkan klirens kreatinin)
7. Ranitidine Kandungan
:Ranitidine injeksi: 25 mg/ml Ranitidine tablet: 150 mg/ tablet.
Indikasi
: Pengobatan jangka pendek tukak usus 12 jari aktif, tukak lambung aktif, mengurangi gejala refluks esofagitis.
Dosis
: Infus kontinyu : 150 mg Ranitidine diencerkan dalam 250 mL dekstrosa atau larutan i.v. lain yang cocok dan diinfuskan dengan kecepatan 6,25 mg/jam selama 24 jam. Ranitidine injeksi diindikasikan untuk pasien rawat inap di rumah sakit dengan keadaan hipersekresi patologis atau ulkus 12 jari yang sulit diatasi atau sebagai pengobatan alternatif jangka pendek pemberian oral pada pasien yang tidak bisa diberi Ranitidine oral
Kontraindikasi
: Hipersensitif terhadap ranitidin
Efek samping
: Sakit kepala, pusing, vertigo, diare, reaksi hipersensitif, mual, muntah, agitasi, depresi, konstipasi
8. Sohobion Kandungan
: Vitamin B1 100 mg, vitamin B6 100 mg, vitamin B12 5000 mcg
Indikasi
: Terapi defisiensi vitamin neurotropik (vitamin B1, B6 dan B12), polineuropati diabetik
Dosis
: sehari 1 tablet, dapat diberikan bersamaan dengan makanan
Efek samping
: Sindroma neuropati pada penggunaan dosis besar dan jangka penhjang
9. Diamicron Kandungan
: Tiap tablet mengandung Gliklazid 80 mg MR: tiap tablet mengandung Gliklazid 30 mg
Indikasi
: Diabetes mellitus 2
Dosis
: 80 mg/hari MR: 30 mg/hari, max.120 mg/hari
Kontraindikasi
: kehamilan
Efek samping
: Mual, sakit kepala, kemerahan pada kulit, gangguan saluran pencernaan
10. Divask (amlodipine) Kandungan
: Amlodipine besylate 5 mg Amlodipine besylate 10 mg
Indikasi
: Pengobatan hipertensi, angina stabil kronik, angina vasospastik (angina Prinzmetal atau variant angina). Divask dapat diberikan sebagai terapi tunggal ataupun dikombinasikan dengan obat antihipertensi dan antiangina lain.
Dosis
: Dosis awal yang dianjurkan adalah 5 mg satu kali sehari, dengan dosis maksimum 10 mg satu kali sehari.
Kontraindikasi
: hipersensitf terhadap amlodipine, hamil, syok kardiogenik, gangguan hati berat
Efek samping
: mual, nyeri perut, gangguan hati, sakit kepala
11. Diabex Kandungan
: Metformin HCl
Indikassi
: Pengobatan diabetes tipe 2
Dosis
: 500 mg 1-2 kali/hari, max. 1000 mg 3 kali/hari
Kontraindikasi
: Penderita kardiovaskuler, gagal ginjal, gagal hati, dehidrasi, peminum alkohol, ketoasidosis, infark miokard
Efek samping
: Bersifat refersibel pada saluran cerna termasuk anoreksia, gangguan perut, mual, muntah, diare
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2008. ISOFARMAKOTERAPI. Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia. PT.ISFI penerbitan : Jakarta. Fitzpatrick, Thomas B. 2008. Dermatology in General Medicine, SeventhEdition. New York: McGrawHill. Herry E.J. Pandaleke, 2010,Selulitis dan erisepelas, Cermin DuniaKedokteran. UNSRI,1:12. Loretta Davis, MD,Professor. 2010. Erysipelas. Department of InternalMedicine, Division
of
Dermatology,
Medical
College
of
Georgia.Available
at:
http://emedicine.medscape.com /article/1052445-overview. Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., dkk, 2008. Pharmacotherapy th
. New York: McGraw-Hill. Pathophysiol ogic Appr oach, 6 editi on Davey Patrick. 2006. At a Glance Medicine. Jakarta. Erlangga
A