SATUAN ACARA PENYULUHAN “
TETANUS
”
PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT RSUD dr SAIFUL ANWAR MALANG 2017
L E M B A R PE N G E S AH A N
Penyuluhaan ini telah disahkan dan disetujui pada: Hari/Tanggal
:
Tempat
:
Mengetahui,
Pembimbing akademik
Kepala Ruang 12 HCU
Pembimbing Klinik
VISI DAN MISI RSUD dr SAIFUL ANWAR MALANG
Visi
Menjadi rumah sakit berstandar kelas dunia pilihan masyarakat
Motto
Menciptakan tata kelola rumah sakit yang baik melalui penataan dan perbaikan
manajemen
menyelenggarakan
yang
pelayanan
berkualitas
kesehatan
dunia.
rumah
sakit
Profesional yang
dapat
memenuhi kebutuhan dan keinginan masyarakat melalui pengembangan sistem pelayanan yang terintegrasi daan komperhensif.
Mnyelenggarakan pendidikan dan penelitian melalui pengembangan pendidikan dan penelitian berkualitas internasional.
Meningkatkan kualitas sumber daya manusi yang terlatih dan terdidik secara profesional.
SLOGAN With Love We Serve
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Topik
: Tetanus
Sasaran
: Keluarga dan pasien ruang 12 HCU RSSA Malang
Tempat
: Ruang Tunggu ruang 12 HCU RSSA Malang
Hari/Tanggal : Kamis, 31 Agustus 2017 Waktu
: 13.30 WIB
Pemateri
: Mahasiswa di Ruang 12HCU RSSA Malang
1.
Latar Belakang
Tetanus merupakan penyakit yang sering ditemukan, dimana masih terjadi di masyarakat terutama masyarakat kelas menengah ke bawah. Tetanus merupakan penyakit yang akut dan seringkali fatal, penyakit ini disebabkan oleh eksotoksin yuang dihasilkan oleh Clostridium tetani. Kata tetanus berasal dari bahasa Yunani tetanos, yang diambil dari kata teinein yang berarti teregang. Tetanus dikarakteristikan dengan kekakuan umum dan kejang kompulsif pada otot-otot rangka. Kekakuan otot biasanya dimulai pada rahang ( lockjaw ) dan leher dan kemudian menjadi umum. Penyakit ini merupakan penyakit yang serius namun dapat dicegah kejadiannya pada manusia. Penyakit ini tersebar di seluruh dunia, terutama pada daerah resiko tinggi dengan cakupan imunisasi DPT yang rendah. Reservoir utama kuman ini adalah tanah yang mengandung kotoran ternak sehingga resiko penyakit ini di daerah peternakan sangat tinggi. Spora kuman Clostridium tetani yang tahan kering dapat bertebaran di mana-mana. 2.
Tujuan Intruksional Tujuan Instruksional Umum
Pada
akhir
proses
penyuluhan,
peserta
penyuluhan
dapat
mengetahui tentang tetanus Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit, keluarga dan pasien dapat :
Menyebutkan pengertian tetanus
a.
3.
4.
b.
Menyebutkan tanda-tanda tetanus
c.
Menyebutkan apa yang harus dilakukan bila mengalami tetanus
d.
Menyebutkan apa yang dilakukan setelah pulang dari rumah sakit
e.
Menyebutkan akibat jika tidak mendapatkan penanganan yang benar
Sub Pokok Bahasan a.
Pengertian tetanus
b.
Manifestasi klinis tetanus
c.
Penatalaksanaan tetanus
d.
Komplikasi tetanus
Kegiatan Penyuluhan
Tahap
Wkt
Pendahuluan
3
Kegiatan
Kegiatan Peserta
Penyuluh
Membuka
menit
kegiatan dengan
Menjawab
Metode
Media
-
-
Ceramah
- PPT
salam
mengucapkan salam Memperkenalkan
diri
tujuan
dari
penyuluhan
kan
materi yang akan
diberikan 15
Memperhati-
Menyebutkan
Penyajian
–
kan
Menjelaskan
Mendengar
menit
Memperhatikan
Menjelaskan
Mendengarkan
Pengertian
dan memperhati-
tetanus
kan
Menjelaskan
penyebab
dan
tanda
gejala
tetanus
Menjelaskan
penatalaksanaan tetanus
Menjelaskan komplikasi tetanus
Evaluasi
5
menit
Menanyakan kepada
peserta
tentang
materi
yang
Menjawab
Tanya
pertanyaan
jawab
Mendengarkan
-
Menjawab
-
telah
diberikan,
dan
reinforcement kepada
peserta
penyuluhan yang dapat menjawab pertanyaan Penutup
2
menit
Mengucapkan
-
terima kasih atas peran
serta
perserta
Mengucapkan salam penutup
5.
salam
Evaluasi
a.
Evaluasi Struktur 1) Peserta hadir ditempat penyuluhan 2) Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di ruang tunggu ruangan 12 HCU RSSA Malang 3) Pengorganisasian sebelumnya
penyelenggaraan
penyuluhan
dilakukan
4) Kesiapan SAP 5) Kesiapan media: PPT b.
Evaluasi Proses 1)
Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
2)
Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar.
c. Evaluasi hasil 1) Seluruh peserta kooperatif selama proses diskusi diitunjukkan dengan 30% bertanya atau mengklarifikasi 2) 60 – 70% peserta mampu menjawab pertanyaan dan emmahami pengertian sampai dnegan hal-hal yang harus diperhatikan terkait dengan tetanus
MATERI PENYULUHAN 1. Pengertian Tetanus
Tetanus adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh toksin kuman clostridium tetani yang dimanifestasikan dengan kejang otot secara proksimal dan diikuti kekakuan seluruh badan. Kekakuan tonus otot ini selalu nampak pada otot masester dan otot rangka (Smeltzer, 2001). Tetanus
adalah
gangguan
neurologis
yang
ditandai
dengan
meningkatnya tonus otot dan spasme, yang disebabkan oleh tetanospasmin, suatu toksin protein yang kuat yang dihasilkan oleh Clostridium Tetani (Sudoyo, 2006). Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa, Tetanus adalah penyakit infeksi dan gangguan neorologis yang diakibatkan toksin protein tetanospasmin dari kuman Clostridium Tetani, yang ditandai dengan meningkatnya tonus otot dan spasme.
2. Penyebab Tetanus
Penyakit tetanus ini disebabkan karena Clostridium tetani yang merupakan basil gram positif obligat anaerobik yang dapat ditemukan pada permukaan tanah yang gembur dan lembab dan pada usus halus dan feses hewan. Kuman ini bisa masuk melalui luka di kulit. Spora yang ada tersebar secara luas pada tanah dan karpet, serta dapat diisolasi pada banyak feses binatang pada kuda, domba, sapi, anjing, kucing, marmot dan ayam. Tanah yang dipupuk dengan pupuk kandang mungkin mengandung sejumlah besar spora. Di daerah pertanian, jumlah yang signifikan pada manusia dewasa mungkin mengandung organisme ini. Spora juga dapat ditemukan pada permukaan kulit dan heroin yang terkontaminasi. Spora ini akan menjadi bentuk aktif kembali ketika masuk ke dalam luka dan kemudian berproliferasi jika potensial reduksi jaringan rendah. Spora ini sulit diwarnai dengan pewarnaan gram, dan dapat bertahan hidup bertahun-tahun jika tidak terkena sinar matahari. Bentuk vegetatif ini akan mudah mati dengan pemanasan 120oC selama 15-20 menit tapi dapat bertahan hidup terhadap antiseptik fenol, kresol.
Port of entry tak selalu dapat diketahui dengan pasti, namun dapat diduga melalui : 1. Luka tusuk, gigitan binatang, luka bakar. 2. Luka operasi yang tidak dirawat dan dibersihkan dengan baik. 3. Pemotongan tali pusat yang tidak steril. 4. Penjahitan luka robek yang tidak steril (Smeltzer, 2001).
3. Tanda Dan Gejala Tetanus
Ada trias gejala yaitu rigiditas atau kekakuan, spasme dari otot, jika parah maka bisa disfungsi otonom. 1. Rigiditas yang dapat ditemukan :
trismus atau ”lockjaw” (rahang sulit dibuka)
risus sardonicus (kaku otot wajah)
kuduk kaku (kaku otot leher)
disfagia (kesulitan bicara)
gangguan nafas
perut papan opistotonus (punggung melenting ke depan, tungkai atas kaku & mengepal, tungkai bawah eksistensi, kesadaran baik)
2. Spasme/Kejang :
spontan
terangsang (oleh sentuhan, visual, auditori, emosi)
3. Disfungsi otonom :
tekanan darah tidak menentu
demam
jantung memelan
pernafasan cepat
Kejang tetanus berlangsung dari beberapa detik sampai beberapa menit. Perjalanan tetanus pada penderita yang bertahan hidup dapat berlangsung lama (1-2 bulan) dan cukup sulit. Kekakuan mungkin mulai berkurang setelah 10-14 hari dan menghlang setelah 1-2 minggu kemudian. Sisa kelemahan,
kekakuan, dan keluhan lain mungkin bertahan untuk j angka waktu yang lama, tetapi penyembuhan lengkap dapat terjadi tanpa komplikasi. Masa inkubasi bervariasi antara 3 sampai 21 hari, biasanya sekitar 8 hari. Pada umumnya tergantung pada lokasi dan jarak antara luka dengan sistem saraf pusat, sehingga lokasi luka yang jauh dapat menyebabkan masa inkubasi yang lebih lama. Masa inkubasi yang pendek mempunyai angka kematian yang cukup tinggi. Karakteristik Dari Tetanus: 1. Kejang bertambah berat selama 3 hari pertama, dan menetap selama 57 hari. 2. Setelah 10 hari kejang mulai berkurang frekuensinya. 3. Setelah 2 minggu kejang mulai hilang. 4. Biasanya didahului dengan ketegangan otot terutama pada rahang dan leher. 5. Kemudian timbul kesukaran membuka mulut (trismus / lockjaw) karena spasme otot masseter. 6. Kejang otot berlanjut ke kaku kuduk (nuchal rigidity) 7. Risus Sardonicus karena spasme otot muka dengan gambaran alis tertarik ke atas, sudut mulut tertarik keluar dan kebawah, bibir tertekan kuat. 8. Gambaran umum yang khas berupa badan kaku dengan opistotonus, tungkai dengan eksistensi, lengan kaku dengan mengepal, biasanya kesadaran tetap baik.
4. Penatalaksanaan Tetanus a. Umum
Tujuan terapi ini berupa mengeliminasi kuman tetani, menetralisirkan peredaran toksin, mencegah spasme otot dan memberikan bantuan pernafasan sampai pulih. Dan tujuan tersebut dapat diperinci sbb : 1. Merawat
dan
membersihkan
luka
sebaik-baiknya,
berupa:
membersihkan luka, irigasi luka, debridement luka (eksisi jaringan nekrotik), membuang benda asing dalam luka. Dalam hal ini
penatalaksanaan, terhadap luka tersebut dilakukan 1-2 jam setelah ATS dan pemberian Antibiotika. Sekitar luka disuntik ATS. 2. Diet cukup kalori dan protein, bentuk makanan tergantung kemampuan membuka mulut dan menelan. Bila ada trismus, makanan dapat diberikan personde atau parenteral. 3. Isolasi untuk menghindari rangsang luar seperti suara dan tindakan terhadap penderita 4. Pemberian oksigen bila terjadi dispnea, asfiksia dan sianosis, pernafasan buatan dan tracheostomi bila perlu. 5. Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit. 6. Hiperbarik, diberikan oksigen murni pada tekanan 5 atm 7. Tujuan pengobatan ialah mecegah terjadinya kematian terutama akibat komplikasi, gagal napas secara spontan, meringkankan keadaan penderita, mengurangi dan menangani komplikasi dan menetralkan toksin yang masih dapat dicapai, mengobati luka pemicu, dan mencegah relaps (kekambuhan).
5. Komplikasi Tetanus
Komplikasi tetanus terjadi akibat penyakitnya seperti : 1. Spasme otot faring yang menyebabkan terkumpulnya air liur (saliva) didalam rongga mulut dan hal ini memungkinkan terjadinya aspirasi sehingga dapat terjadi pnemonia aspirasi. 2. Asfiksia ini terjadi karena adanya kekakuaan otot-otot pernafasan sehingga pengembangan paru tidak dapat maksimal 3. Atelektasis karena obstruksi oleh secret. Hal ini dapat terjadi karena seseorang dengan tetanus akan mengalami trismus (mulut terkunci) sehingga klien tidak dapat mengeluarkan sekret yang menumpuk di tenggorokan ataupun menelannya. 4. Fraktura kompresi ini dapat terjadi bila saat kejang klien difiksasi kuat sehingga tubuh tidak dapat menahan kekuatan luar.
6. Pencegahan Tetanus
1. Imunisasi aktif toksoid tetanus, yang diberikan yaitu DPT pada usia 3, 4 dan 5 bulan. Booster diberikan 1 tahun kemudian selanjutnya tiap 23 tahun. Ibu hamil mendapatkan suntikan TT (Tetanus Toxoid) minimal 2x. 2. Bila mendapat luka :
Perawatan luka yang baik : luka tusuk harus di buka secara lebar dan dibersihkan dengan cara aseptik
Pemberian ATS 1500 iu secepatnya.
Tetanus toksoid sebagai boster bagi yang telah mendapat imunisasi dasar.
Bila luka berat berikan pp selama 2-3 hari (50.000 iu/kg BB/hari).
7. Prognosis
Faktor yang mempengaruhi hasil akhir yang paling penting adalah kualitas perawatan pendukung. Mortalitas paling tinggi pada anak yang amat muda dan pada orang yang amat tua. prognosis yang paling baik dihubungkan dengan masa inkubasi yang lama, tanpa demam, dan dengan penyakit terlokalisasi. Prognosis yang tidak baik dihubungkan dengan antara jejas dan mulainya trismus seminggu atau kurang dan dengan tiga hari atau kurang antara trimus dan spasme tetanus menyeluruh. Angka kematian kasus yang dilaporkan untuk tetanus menyeluruh berkisar antara 5% dan 35% dan untuk tetanus neonatorum meluas dari <10% dengan penanganan perawatan intensif sampai >75% tanpa perawatan tersebut. Pronosis penyakit tetanus dipengaruhi oleh beberapa faktor: 1) Masa inkubasi Makin panjang masa inkubasi biasanya penyakit makin ringan, sebaliknya makin pendek masa inkubasi penyakit makin berat. Pada umumnya bila inkubasi kurang dari 7 hari maka tergolong berat. 2) Umur Makin muda umur penderita seperti pada neonatus maka prognosanya makin jelek. 3) Period of onset Period of onset adalah waktu antara timbulnya gejala tetanus,
misalnya trismus sampai terjadi kejang umum. Kurang dari 48 jam, prognosa jelek. 4) Panas Pada tetanus febris tidak selalu ada. Adanya hiperpireksia maka prognosanya jelek. 5) Pengobatan Pengobatan yang terlambat prognosa jelek. 6) Ada tidaknya komplikasi 7) Frekuensi kejang Semakin sering kejang semakin jelek prognosanya.
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, C. Suzanne. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Volume 3. Jakarta: EGC.. Sabiston. 2001. Buku Ajar Bedah. Jakarta: Penerbit EGC Behrman, Kliegman, Arvin. 2002. Ilmu kesehatan anak. Ed.15 h.1004. Jakarta : EGC
DAFTAR HADIR PENYULUHAN No
Nama
Alamat
Tanda tangan