TETANUS 1. Pengertian Pengertian tetanus adalah penyakit infeksi yang diakibatkan kekakuan dan
kejang toksin kuman Clostridium tetani, tetani, sebuah organisme yang mampu hidup bertahun-tahun di tanah dalam bentuk spora. Tetanus adalah penyakit dengan tanda utama kekakuan otot (spasme) tanpa disertai gangguan kesadaran. Gejala ini bukan disebabkan oleh kuman clostridium tetani, tetani, tetapi akibat toksin (tetanospasmin (tetanospasmin)) yang dihasilkan kuman. Tetanus adalah penyakit infeksi yang ditandai oleh otot, tanpa disertai gangguan kesadaran, sebagai akibat dari toksin kuman closteridium tetani
Tetanus sendiri tidak dapat ditularkan antara sesama manusia. Umumnya penyakit tetanus mudah menyerang pada mereka yang belum pernah menerima vaksinasi tetanus atau pada mereka yang pernah mendapatkan vaksinasi namun lebih dari 10 tahun yang lalu. Pasien yang terkena penyakit tetanus harus dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan perawatan yang intensif.
Tetanus terjadi ketika luka terkontaminasi dengan spora bakteri. Luka tusuk seperti yang disebabkan oleh paku berkarat, pecahan atau gigitan serangga merupakan lokasi biasa bagi bakteri untuk masuk dalam tubuh. Infeksi luka akan berlangsung jika spora menjadi aktif lalu berkembang biak dan menghasilkan racun yang sangat kuat sampai akhirnya mempengaruhi otot.
1|TETANUS
Tidak terkendalinya kejang otot kadang juga disebut kejang mulut, bahkan dalam kasus berat, tetanus menyebabkan otak dan organ lain kekurangan oksigen. Kondisi ini mungkin bisa mengakibatkan kematian.
2. Penyebab Tetanus
Penyakit tetanus disebabkan oleh toksin kuman Clostridium tetani yang dapat masuk melalui luka tusuk, gigitan binatang, luka bakar, luka operasi yang tidak dirawat dan tidak dibersihkan dengan baik, caries gigi, pemotongan tali pusat yang tidak steril, dan penjahitan luka robek yang tidak steril. Penginfeksian kuman Clostridium tetani lebih mudah bila seseorang belum terimunisasi.
Clostridium tetani
Toksin kuman Clostridium tetani. tetani berbentuk spora. Bentuk spora dalam suasana anaerob dapat berubah menjadi kuman vegetatif yang menghasilkan 2|TETANUS
eksotoksin. Toksin ini menjalar intrakasonal sampai ganglin/simpul saraf dan menyebabkan hilangnya keseimbanngan tonus otot sehingga terjadi kekakuan otot baik lokal maupun mnyeluruh. Bila toksin banyak, selain otot lurik, otot polos dan saraf otak juga terpengaruh.
3. Tanda dan Gejala
Serangan penyakit ini biasanya mendadak dengan ketegangan otot yang makin bertambah terutama pada rahang dan leher.
Gejala yang timbul pada awal sesorang terinfeksi kuman tetanus adalah sakit kepala, gelisah, nyeri pada otot rahang yang kemudian diikuti rasa kaku (trismus), demam, otot perut mengeras, kejang, dan akhirnya pada seluruh tubuh
Dalam waktu 48 jam, penyakit ini memiliki gejala :
3.1 Trismus atau kondisi sulitnya membuka mulut karena spasme otototot mastikatoris. 3.2 Kaku kuduk sampai epistotonus akibat ketegangan otot-otot erector trunkl.
3|TETANUS
3.3 Otot dinding perut tegang. 3.4 Risus sardonikus akibat spasme otot muka atau alis tertarik ke atas, sudut mulut tertarik ke luar dan ke bawah, sedangkan bibir tertekan kuat pada gigi, 3.5 Sulit menelan, gelisah, mudah terangsang, nyeri pada anggota badan. 3.6 Badan dan lengan kaku, sampai tangan mengepal kuat. Terkadang terjadi perdarahan intramusculusakibat kontraksi yang kuat. 3.7 Suhu badan tidak tinggi dan dialami pada stadium akhir. 3.8 Biasanya terdapat leukositosis ringan dan terkadang peninggian tekanan cairan otak.
4. Klasifikasi Tetanus
Tetanus berdasarkan bentuk klinis dibagi menjadi 3 yaitu:
4|TETANUS
4.1 Tetanus local: biasanya ditandai dengan otot terasa sakit, lalu timbul rebiditas dan spasme pada bagian paroksimal luar. Gejala itu dapat menetap dalam beberapa minggu dan menghilang.
4.2 Tetanus general: yang merupakan bentuk paling sering, biasanya timbul mendadak dengan kaku kuduk, trismus, gelisah, mudah tersinggung daan sakit kepala merupakan manifestasi awal. Dalam waktu singkat kontraksi otot somatic meluas. Timbul kejang tetanik bermacam grup otot, menimbulkan aduksi lengan dan ekstensi ekstremitas bagian bawah. Pada mulanya, spasme berlangsung beberapa detik sampai beberapa menit dan terpisah oleh periode relaksasi. 4.3 Tetanus segal: varian tetanus local yang jarang terjadi. Masa inkubasi 1-2 hari terjadi sesudah otitis media atau luka kepala dan muka. Paling menonjol adalah disfungsi saraf III, IV, VII, IX, dan XI tersering saraf otak VII diikuti tetanus umum.
Berdasarkan berat gejala dapat dibedakan menjadi 3 stadium, yaitu:
Trismus (3 cm) tanpa kejang torik umum meskipun dirangsang.
Trismus (3 cm atau lebih kecil) dengan kejang torik umum bila dirangsang.
Trismus (1 cm) dengan kejang torik umum spontan.
5|TETANUS
5. Pencegahan Tetanus
Mencegah
tetanus
melalui vaksinasi adalah
jauh
lebih
baik
daripada
mengobatinya. 5.1
Pada anak-anak, vaksin tetanus diberikan sebagai bagian dari
vaksin DPT (difteri, pertusis, tetanus).
Vaksin tetanus
6|TETANUS
5.2
Dewasa
sebaiknya
menerima booster
Vaksin
booster
untuk
dewasa
Pada seseorang yang memiliki luka, jika:
5.1 Telah menerima booster tetanus dalam waktu 5 tahun terakhir, tidak perlu menjalani vaksinasi lebih lanjut 5.2 Belum pernah menerima booster dalam waktu 5 tahun terakhir, segera diberikan vaksinasi 5.3 Belum pernah menjalani vaksinasi atau vaksinasinya tidak lengkap, diberikan suntikan immunoglobulin tetanus dan suntikan pertama dari vaksinasi 3 bulanan. 5.4 Setiap luka (terutama luka tusukan yang dalam) harus dibersihkan secara
seksama
karena
kotoran
dan
jaringan
mati
akan
mempermudah pertumbuhan bakteri Clostridium tetani.
7|TETANUS
6. Penanganan Penderita Tetanus
6.1 Merawat dan membersihkan luka sebaik-baiknya, berupa: 6.1.1 membersihkan luka, irigasi luka, debridement luka (eksisi jaringan nekrotik), 6.1.2 membuang benda asing dalam luka serta kompres dengan H202 ,dalam hal ini penatalaksanaan terhadap luka tersebut di lakukan setelah pemberian ATS (Anti Tetanus Serum) dan pemberian Antibiotika. 6.1.3 Sekitar luka di suntik ATS (Anti Tetanus Serum)
6.2 Diet cukup kalori dan protein, bentuk makanan tergantung kemampuan membuka mulut dan menelan. Bila ada trismus, makanan dapat diberikan personde atau parenteral. 6.3 Isolasi untuk menghindari rangsang luar seperti suara dan tindakan terhadap penderita 6.4 Oksigen, pernafasan buatan dan trachcostomi bila perlu. 6.5 Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit.
7. Kesimpulan
Tetanus adalah penyakit dengan tanda utama kekakuan otot (spasme) tanpa disertai
gangguan
kesadaran.
Gejala
ini
bukan
disebabkan
oleh
kuman clostridium tetani, tetapi akibat toksin (tetanospasmin) yang dihasilkan kuman.Tetanus adalah penyakit infeksi yang ditandai oleh kekakuan dan 8|TETANUS
kejang otot, tanpa disertai gangguan kesadaran, sebagai akibat dari toksin kuman closteridium tetani. Tetanus adalah penyakit infeksi yang diakibatkan toksin kuman Clostridium tetani, bermanifestasi sebagai kejang otot paroksismal, diikuti kekakuan otot seluruh badan. Kekakuan tonus otot ini selalu tampak pada otot masseter dan otot-otot rangka.
Gejala yang timbul pada awal sesorang terinfeksi kuman tetanus adalah sakit kepala, gelisah, nyeri pada otot rahang yang kemudian diikuti rasa kaku (trismus), demam, otot perut mengeras, kejang, dan akhirnya pada seluruh tubuh. Gejala ini biasanya mulai terjadi 8 hari setelah tubuh terkena infeksi, dan akan menyerang selama 3 hari sampai 3 minggu. Nyeri pada tulang rahang dan gigi seringkali membuat pasien sulit untuk membuka mulutnya atau untuk menelan makanan, dan akhirnya dapat mengakibatkan kematian akibat sesak atau sukar bernafas.
Tetanus sendiri tidak dapat ditularkan antara sesama manusia. Umumnya penyakit tetanus mudah menyerang pada mereka yang belum pernah menerima vaksinasi tetanus atau pada mereka yang pernah mendapatkan vaksinasi namun lebih dari 10 tahun yang lalu. Pasien yang terkena penyakit tetanus harus dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan perawatan yang intensif.
9|TETANUS
DAFTAR PUSTAKA
Adams. R.D,et al : Tetanus in :Principles of New'ology,McGraw-Hill,ed 1997, 12051207. Behrman.E.Richard : Tetanus, chapter 193, edition 15
, Nelson, W.B.Saunders
th
Company, 1996, 815 -817. Farrar JJ, Yen LM, Cook T, Fairweather N, Binh N, Parry J, Parry CM. 2009. Tetamus. J Neurol, Neurosurg, and Psychia 69 (3): 292 – 301 Feigen. R.D : Tetanus .In : Bchrmlan R.E, Vaughan V C , Nelson W.E , eds. Nelson Textbook of pediatrics, ed. 13 th, Philadelphia, W.B Saunders Company, 1987, 617 – 620 Hendarwanto: llmu Penyakit Dalam, jilid 1, Balai Penerbit FK UI, Jakarta, 1987, 49- 51.
10 | T E T A N U S