SATUAN ACARA PENYULUHAN BPH (BENIGN PROSTATE HYPERPLASIA)
DI SUSUN OLEH : TIM PKRS RS DR. SAIFUL ANWAR - MALANG
PENYULUHAN KESEHATAN RUMAH SAKIT (PKRS) RS DR. SAIFUL ANWAR MALANG 2016
SATUAN ACARA PENYULUHAN BPH (BENIGN PROSTATE HYPERPLASIA) DI RUANG 1 RS DR. SAIFUL ANWAR ! MALANG "0 MEI ! # $UNI 2016 UNTUK MEMENUHI TUGAS PROFESI NERS DEPARTEMEN SURGICAL
DI SUSUN OLEH : KELOMPOK 16 A%IANA A%IANA EKO WARDANI WARDANI
1&00'0"0011"022
UANA KRISTIA$I
1&00'0"0011"026
NIKO YOHANDA PUTRA
1&00'0"0011"02#
ERRIK SETIYABUDI SETIYABUDI SUNARNO
1&00'0"0011"02"
PROFESI NERS PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATA KEPERAWATAN N FAKULTA FAKULTAS S KEDOKTERAN KEDOKTER AN UNI%ERSITAS BRAWI$AYA MALANG 2016
SATUAN ACARA PENYULUHAN
BPH (BENIGN PROSTATE HYPERPLASIA) 1.
T*+, BPH (B+/ P3 H4**53+3)
2.
T73 a. Tujuan Umum Setelah mendapatkan penyuluhan selama 30 menit tentang BPH (Benign Prostate Hyperplasia), diharapkan peserta penyuluhan mampu memahami tentang BPH (Benign Prostate Hyperplasia). . Tujuan !husus Setelah
mengikuti
penyuluhan
tentang
BPH
(Benign
Prostate
Hyperplasia), peserta penyuluhan diharapkan mampu " •
#emahami de$inisi BPH (Benign Prostate Hyperplasia)
•
#emahami etiologi BPH (Benign Prostate Hyperplasia)
•
#emahami $aktor resiko seseorang terkena BPH (Benign Prostate Hyperplasia)
".
•
#engetahui tanda dan gejala BPH (Benign Prostate Hyperplasia)
•
#emahami komplikasi BPH (Benign Prostate Hyperplasia)
•
#engetahui pato$isiologi BPH (Benign Prostate Hyperplasia)
•
#engetahui tatalaksana pada BPH (Benign Prostate Hyperplasia)
R833 K/+33 1. M9 • • •
%eramah Tanya &a'a iskusi
. #edia dan *lat Bantu a. b. c. d. e. $.
PPT Microfon Sound Speaker Proyektor +ayar Proyeksi +ea$let
3. aktu dan Tempat a. Hari - Tanggal
" !amis, &uni 0/
. *lokasi aktu . Tempat
" 30 menit " 1uang 2 1SS* #alang
4. #ateri dan Pemateri a. #ateri " •
#emahami de$inisi BPH (Benign Prostate Hyperplasia)
•
#emahami etiologi BPH (Benign Prostate Hyperplasia)
•
#emahami $aktor resiko seseorang terkena BPH (Benign Prostate Hyperplasia)
•
#engetahui
tanda
dan
gejala
BPH
(Benign
Prostate
Hyperplasia) •
#emahami komplikasi BPH (Benign Prostate Hyperplasia)
•
#engetahui pato$isiologi BPH (Benign Prostate Hyperplasia)
•
#engetahui
tatalaksana
pada
BPH
(Benign
Prostate
Hyperplasia) . Pemateri " Seluruh mahasis'a diruang 2 . !eluarga dan pasien yang sedang menjalani pera'atan di 1uang 2, 1SU r. Sai$ul *n'ar #alang #.
T*3 1uang 2, 1SU r. Sai$ul *n'ar #alang
&.
W3,
N
K/+33
Pemukaan
P45;3 •
#enguapkan salam
•
#emperkenalkan diri
•
#enyampaikan maksud
P3 •
M9+3
#enja'a
•
+%
salam
•
PPT
W3, 5 menit
dan tujuan •
6si
•
#elakukan kontrak 'aktu S*P #emahami de$inisi BPH (Benign
•
Prostate
•
#emperhatik
•
+%
an
•
PPT
Hyperplasia)
penjelasan
#emahami etiologi BPH
yang
(Benign
dierikan
Hyperplasia)
Prostate
oleh
5 menit
•
pemateri
#emahami $aktor resiko seseorang terkena BPH (Benign
Prostate
Hyperplasia) •
#engetahui tanda dan gejala
BPH
(Benign
Prostate Hyperplasia) •
#emahami BPH
komplikasi
(Benign
Prostate
Hyperplasia) •
#engetahui pato$isiologi BPH
(Benign
Prostate
Hyperplasia) •
#engetahui tatalaksana pada
3
78aluasi
•
BPH
(Benign
Prostate Hyperplasia) Sesi tanya ja'a
•
•
#emerikan
•
+%
pertanyaan
•
PPT
dierikan #enja'a
•
+%
salam
•
PPT
•
+ea$let
5 menit
Berdiskusi dengan pemateri terkait materi yang
4
6.
Penutupan
•
#emuat kesimpulan
•
Salam penutup
•
#emagikan lea$let
•
telah
E<353+ •
•
Struktur . Tersedianya lea$let seagai media edukasi . 7dukasi erjalan sesuai dengan jad'al yang telah ditentukan 3. Pemateri menyampaikan materi seara sistematis Proses . !lien memperhatikan dan erkonsentrasi selama kegiatan edukasi erlangsung.
5 menit
. !lien akti$ ertanya kepada pemateri terkait materi yang disampaikan. 3. !lien akti$ menja'a pertanyaan pemateri. •
Hasil . !lien dapat menjelaskan dengan ahasa sendiri poin 9 poin yang telah dijelaskan yaitu pengertian, etiologi, mani$estasi klinis, dan pato$isiologi.
A. D3=3 L3*+3 +ampiran #ateri a$tar Pustaka • •
BPH (BENIGN PROSTATE HYPERPLASIA)
A. DEFINISI BPH (Benign Prostate Hyperplasia) adalah pemesaran jinak dari kelenjar prostat. Penyea dari BPH tidak diketahui seara jelas, tetapi
eerapa
hipotesis
menyeutkan
ah'a
hiperplasia
prostat
erat
kaitannya dengan peningkatan kadar Dihydrotestoteron (HT) dan proses aging (penuaan). Prostat terletak mengelilingi urethra posterior, pemesaran dari prostat mengakiatkan urethra pars prostatika menyempit dan menekan dasar dari kandung kemih. Penyempitan ini dapat menghamat keluarnya urine. !eadaan ini menyeakan peningkatan tekanan intra8esika. Untuk dapat mengeluarkan urin, kandung kemih harus erkontraksi leih kuat guna
mela'an
tahanan
itu.
!ontraksi
yang
terus
menerus
ini
menyeakan peruahan anatomi kandung kemih, dimana peruahan struktur ini oleh penderita dirasakan seagai keluhan-gejala +UTS. +UTS (Lower Urinary Tract Syptos) adalah istilah umum untuk menjelaskan eragai gejala erkemih yang dikaitkan dengan BPH. !eluhan pasien BPH erupa +UTS terdiri atas gejala ostruksi ( !oiding syptos) maupun iritasi (storage syptos).
:struksi yang diseakan oleh BPH tidak hanya diseakan oleh adanya massa
prostat
(merupakan komponen statis)
yang
menyumat urethra posterior tetapi juga diseakan oleh peningkatan tonus otot polos (merupakan komponen dinamis) yang terdapat pada stroma prostat, kapsul prostat, dan leher kandung kemih.
Peningkatan tonus otot polos prostat (:tot ini dipersara$i oleh seraut simpatis yang erasal dari ner8us pudendus) pada BPH terkait rangsangan dari ;adrenoeptors (!im, 0). BPH dapat dimulai pada usia 40 tahun dan semakin sering dengan ertamahnya usia. #engenai hampir seluruh pria, meskipun eerapa diantaranya tidak mempunyai gejala 'alaupun prostatnya mungkin telah memesar. BPH umumnya menjadi masalah seiring dengan 'aktu, dengan gejala ertamah uruk ila tidak ditangani. iagnosis BPH dapat ditegakkan erdasarkan atas pemeriksaan a'al dan eragai pemeriksaan tamahan. Bila terdapat masalah erkemih maka *namnese, Pemeriksaan
Pemeriksaan
+aoratorium
(PS*=Prostate%specific
antigen) dan terkadang Biopsi dan Ultrasonogra$i (T1US = Trans"ectal UltraSonography ataupun T*US= Trans&bdoinal UltraSonography ) digunakan untuk menemukan jenis kelainan dari prostat (BPH, kanker prostat atau prostatitis). Salah satu pemandu yang tepat untuk mengarahkan dan menentukan adanya gejala serta untuk menilai tingkat keparahan dari keluhan akiat pemesaran prostat diuatlah sistem skoring yang seara sujekti$ dapat diisi dan dihitung sendiri oleh pasien. Sistem yang dianjurkan oleh H: ini adalah 'nternational Prostate Sypto Score (6PSS). Skor ini juga erguna untuk menilai dan memantau keadaan pasien BPH (Barry et al, 22> # ?iholas et al, 0). *nalisis gejala ini terdiri atas tujuh pertanyaan yang erhuungan dengan keluhan +UTS yang masingmasing memiliki nilai 0 hingga 5 dengan total maksimum 35 (lihat lampiran kuesioner 6PSS yang telah diterjemahkan dalam ahasa 6ndonesia) dan satu pertanyaan mengenai kualitas hidup ((uality of life atau @o+) yang terdiri atas tujuh kemungkinan ja'aan. +UTS diagi atas ringan (6PSS 0A), sedang (6PSS 2) atau erat (6PSS 035) tergantung pada anyaknya gejala yang mengganggu kualitas hidup dan akti8itas penderita. engan memakai piranti skoring 6PSS dapat ditentukan kapan seseorang pasien memerlukan terapi. Seagai patokan jika skoring C A erarti pasien perlu
mendapatkan terapi medikamentosa atau terapi lain. Semua in$ormasi ini dapat memantu dalam memahami seerapa mengganggunya gejala erkemih dan menentukan tatalaksana yang teraik.
Tujuan terapi pada pasien BPH adalah mengemalikan kualitas hidup pasien. Bila +UTS dikaitkan dengan BPH, tingkat gangguan dari gejala atau yang mempengaruhi kualitas hidup harus dipertimangkan disaat menentukan pilihan tatalaksana teraik. #asalah medis yang lain mungkin dapat mempengaruhi tatalaksana BPH.
B. A5*;313-398* 33/+ (T35+) åan otot yang mengalami hiperplasia pada prostat memiliki anyak reseptor ;, egitu pula di saluran kemih dan jaringan penis (orpus ar8enosum). Beragai sutipe ;adrenoeptors telah diteliti dan
diidenti$ikasi dalam kandung kemih, prostat dan jaringan penis (orpus ar8enosum).
#enurut
klasi$ikasi
oleh
6nternational
Union
o$
Pharmaology, ;adrenoeptor diklasi$ikasikan menjadi tiga sutipe, ;a, ; dan ;d. Pada Tael dapat dilihat rinian sutipe dan lokasinya (Traish et al, 000> 7lDamal, 00/ > Taylor et al, 00).
Pada BPH e$ek dari ;aadrenoeptors antagonists adalah dengan
memlokade
adrenoreeptors
;a
dalam
prostat,
yang
merelaksasi otot polos, menyeakan peraikan pengeluaran urin dan mengurangi $rekuensi erkemih serta memperkeil residu urine dalam kandung kemih (Tjay, 00A > Taylor et al, 00). *lphaadrenoeptors antagonists erguna pada BPH ringan 9 sedang. :atoat ini tidak isa mengeilkan prostat yang memesar, ereda dengan oat BPH lainnya, yakni anti androgen 9 5;redutase inhiitors seperti $inasteride dan dutasteride (Tjay, 00A>
;a
e$ek
yang
samping
antagonists sangat dari
merupakan
selekti$,
oat
antagonis
dikemangkan
golongan
untuk
;adrenoeptors
antagonists lainnya, ;aadrenoeptors antagonists seara khusus dikemangkan untuk mengoati +UTS pada BPH (Traish et al, 000>
polos
adrenoeptors
orpus yang
a8ernosum. terletak
pada
noradrenalin memram
mengakti$kan otot
polos
;
orpus
a8ernosum menyeakan kontraksi otot polos dan detumesene penis,
sehingga *lphaaadrenoeptors antagonists memiliki e$ek ereksi (Serau et al, 002). Telah diketahui ah'a e$ek samping erupa hipotensi ortostatik (penurunan tekanan darah sistolik E 0 mmHg atau penurunan tekanan darah diastolik E 0 mmHg pada peruahan posisi dari telentang menjadi erdiri) leih jarang diketemukan pada ;aadrenoeptors antagonists dianding lainnya.
:leh
oat
karena
itu,
golongan ;adrenoeptors untuk
pasien
dengan
antagonists komoriditas
kardio8askuler, penggunaan tamsulosin untuk manajemen klinis BPH mungkin pilihan yang leih aman daripada sutipe nonselekti$ ; adrenoeptors antagonists (!iry, 005> Pra8een, 0). *lphaaadrenoeptors antagonists dalam hal ini Tamsulosin juga erperan terhadap lokade adrenoreeptors ;a dan ;d dalam kandung kemih yang nantinya menghamat ketidakstailan otot detrusor dan keluhan iritati$. Terdapat ukti uji klinis e$ekti8itas dari ;adrenoeptors antagonists dalam mengurangi is$ungsi 7reksi, menurunkan gejala +UTS dan peningkatan aliran darah (7lDamal, 00/> Taylor et al, 00). Blokade dari ;aadrenoeptors yang seagian esar erada dalam jaringan orpus a8ernosum mungkin ertanggung ja'a terhadap e$ek terapi (kontraksi otot polos penis yang diseakan oleh aksi noradrenalin pada ;adrenoreeptors menyeakan penis $laksid, maka lokade
pada
reseptor
ini
oleh
;aadrenoeptors
antagonists
mengakiatkan menurunkan le8el tonus simpatik pada penis dan peningkatan ?itrat :ksida (?:) yang menyeakan otot polos orpus a8ernosum relaksasi dan peningkatan aliran darah ke dalam ruang launar
pada
memperaiki
orpos $ungsi
a8ernosum, ereksi)
dan
sehingga
meningkatkan
;aadrenoeptors
dan
antagonists
merupakan alternati$ yang aik untuk tatalaksana +UTS-BPH dengan is$ungsi 7reksi (+o'e, 005> +eung'attanakij et al, 005> Taylor et al, 00> !ojima et al, 002> Dai et al, 0).
*lpahaadrenoeptors antagonists (Tamsulosin) dimetaolisme dalam hati oleh enFim %GP 450. %learane dari Tamsulosin relati$ lamat (, +-jam). Setelah administrasi dosis tunggal Tamsulosin 0,4 mg, menapai 'aktu paruhnya 2 9 3 jam. ikatakan ah'a salah satu keleihan dari golongan ;aadrenoeptors antagonists (Tamsulosin) adalah tidak perlu melakukan titrasi seperti golongan oat yang lain dan e$ek samping hipotensi yang leih sedikit. Tamsulosin masih tetap aman dan e$ekti$ 'alaupun dierikan hingga / tahun (?arayan et al, 003). C. A9,3+3 P3 *denokarsinoma dijumpai sekitar 25 dan jarang menyerang usia dia'ah 40 tahun. !urang dari 50 kasus dilaporkan menyerang anak anak usia kurang dari tahun, remaja, dan de'asa muda 0 9 5 t ahun. Hampir keseluruhan kasus dijumpai dalam keadaan poorly differentiated , agresi$, dan tidak respon terhadap terapi hormon dan radiasi.
D. I+9 > E*+9+5/+ i seluruh dunia, hampir 30 juta pria yang menderita gejala yang erkaitan dengan pemesaran prostat, di US* hampir 4 juta pria mengalami hal yang sama. BPH merupakan penyakit tersering kedua di klinik urologi di 6ndonesia setelah atu saluran kemih.,4 Seagai gamaran hospital pre!alence) di 1S %ipto #angunkusumo ditemukan 43 kasus pemesaran prostat jinak yang dira'at selama tiga tahun (224 22A) dan di 1S Sumer aras seanyak /A kasus dalam periode yang sama. Penduduk 6ndonesia yang erusia tua jumlahnya
semakin
meningkat, diperkirakan sekitar 5 atau kirakira 5 juta pria di 6ndonesia erusia /0 tahun atau leih dan ,5 juta pria diantaranya menderita gejala saluran kemih agian a'ah (Lower Urinary Tract Syptos-+UTS) akiat BPH.A BPH mempengaruhi kualitas kehidupan pada hampir -3 populasi pria yang erumur C 50 tahun
E. E+5/+ Hingga sekarang, penyea BPH masih elum dapat diketahui seara pasti, tetapi eerapa hipotesis menyeutkan ah'a BPH erat kaitannya dengan peningkatan kadar dihidrotestosteron (HT) dan
proses penuaan. Beerapa hipotesis yang diduga seagai penyea timulnya hiperplasia prostat.
. Teori dihidrotestosteron Pertumuhan kelenjar prostat sangat tergantung pada hormon testosteron. imana pada kelenjar prostat, hormon ini akan diruah menjadi metaolit akti$ dihidrotestosteron (HT) dengan antuan enFim 5 ; 9reduktase. HT inilah yang seara langsung memiu m1?* di dalam selsel kelenjar prostat untuk mensintesis protein growth factor yang memau pertumuhan kelenjar prostat.
Pada eragai penelitian, akti8itas enFim 5 ; 9 reduktase dan jumlah reseptor androgen leih anyak pada BPH. Hal ini menyeakan selsel prostat menjadi leih sensiti$ terhadap HT sehingga replikasi sel leih anyak terjadi diandingkan dengan prostat normal.
. !etidakseimangan antara estrogentestosteron Pada usia yang makin tua, kadar testosteron makin menurun, sedangkan
kadar
estrogen relati$
tetap, sehingga
perandingan estrogen " testosteron relati$ meningkat. 7strogen di dalam prostat erperan dalam terjadinya proli$erasi selsel kelenjar prostat dengan ara meningkatkan sensiti8itas selsel prostat terhadap rangsangan hormon androgen, meningkatkan jumlah reseptor androgen dan menurunkan jumlah kematian selsel prostat (apoptosis).
*kiatnya,
dengan
testosteron
yang
menurun
merangsang terentuknya selsel aru, tetapi selsel prostat yang telah ada mempunyai umur yang leih panjang sehingga massa prostat menjadi leih esar.
3. 6nteraksi stromaepitel %unha
(2A3)
memuktikan
ah'a
di$erensiasi
dan
pertumuhan selsel epitel prostat seara tidak langsung dikontrol oleh selsel stroma melalui suatu mediator ( growth factor ). Setelah sel stroma mendapatkan stimulasi dari HT dan estradiol, selsel stroma
mensintesis
mempengaruhi sel
suatu
growth
stroma itu
factor
yang
selanjutnya
sendiri, yang menyeakanm
terjadinya proli$erasi selsel epitel maupun stroma.
4. Berkurangnya kematian sel prostat *poptosis sel pada sel prostat adalah mekanisme $isiologik homeostatis kelenjar prostat. Pada jaringan nomal, terdapat keseimangan antara laju proli$erasi sel dengan kematian sel. Berkurangnya jumlah selsel prostat yang apoptosis menyeakan jumlah selsel prostat seara keseluruhan makin meningkat sehingga mengakiatkan pertamahan massa prostat. iduga hormon androgen erperan dalam menghamat proses kematian sel karena setelah dilakukan kastrasi, terjadi peningkatan akti8itas kematian sel kelenjar prostat.
5. Teori sel stem Untuk mengganti selsel yang telah mengalami apoptosis, selalu dientuk selsel aru. alam kelenjar prostat dikenal suatu sel stem, yaitu sel yang mempunyai kemampuan erproli$erasi sangat ekstensi$. !ehidupan sel ini ergantung pada hormon androgen, dimana jika kadarnya menurun (misalnya pada kastrasi), menyeakan terjadinya apoptosis. Sehingga terjadinya proli$erasi selsel pada BPH diduga seagai ketidaktepatan akti8itas sel stem sehingga terjadi produksi yang erleihan sel stroma maupun sel epitel.
F. G7353 K5++ . !eluhan pada saluran kemih agian a'ah #ani$estasi klinis timul akiat peningkatan intrauretra yang pada akhirnya dapat menyeakan sumatan aliran urin seara ertahap.
#eskipun mani$estasi dan eratnya penyakit er8ariasi, tetapi ada eerapa hal yang menyeakan penderita datang eroat, yakni adanya +UTS.
!eluhan +UTS terdiri atas gejala ostruksi dan gejala iritati$. Dejala ostruksi
antara
lain"
hesitansi,
panaran
miksi
melemah,
intermitensi, miksi tidak puas, menetes setelah miksi. Sedangkan gejala iritati$ terdiri dari" $rekuensi, nokturia, urgensi dan disuri.
Untuk menilai tingkat keparahan dari +UTS, eeapa ahli-organisasi urologi memuat skoring yang seara sujekti$ dapat diisi dan dihitung sendiri oleh pasien. Sistem skoring yang dianjurkan oleh H: adalah international Prostatic Sypto Score (6PSS). Sistem skoring 6PSS terdiri atas A pertanyaan yang erhuungan dengan keluhan +UTS dan pertanyaan yang erhuungan dengan kualitas hidup pasien. ari skor terseut dapat dikelompokkan gejala +UTS dalam 3 derajat, yaitu"
1ingan " skor 0A
Sedang " skor 2
Berat " skor 035
. Dejala pada saluran kemih agian atas !eluhan dapat erupa gejala ostruksi antara lain, nyeri pinggang, enjolan di pinggang (hidrone$rosis) dan demam (in$eksi, urosepsis).
3. Dejala diluar saluran kemih Tidak jarang pasien eroat ke dokter karena mengeluh adanya hernia inguinalis atau hemoroid, yang t imul karena sering mengejan pada saat miksi sehingga mengakiatkan peningkatan tekanan intraadomina
G. P3=++5/+ H+**53+3 P3 Pemesaran prostat menyeakan terjadinya penyempitan lumen uretra
pars
prostatika
dan
menghamat
aliran
urin
sehingga
menyeakan tingginya tekanan intra8esika. Untuk dapat mengeluarkan
urin, uliuli harus erkontraksi leih kuat guna mela'an tahanan, menyeakan terjadinya peruahan anatomik uliuli, yakni" hipertropi otot destrusor, traekulasi, terentuknya selula, sakula, dan di8ertikel uli uli. Peruahan struktur pada uliuli terseut dirasakan seagai keluhan pada saluran kemih agian a'ah atau Lower Urinary Tract Syptos (+UTS). Tekanan intra8esika yang tinggi diteruskan ke seluruh agian uli uli tidak terkeuali pada kedua muara ureter. Tekanan pada kedua muara ureter ini menimulkan aliran alik dari uliuli ke ureter atau terjadinya
re$luks
8esikoureter.
&ika
erlangsung
terus
akan
mengakiatkan hidroureter, hidrone$rosis ahkan jatuh ke dalam gagal ginjal.
H. P+,33 F++, Pada pemeriksaan $isik mungkin didapatkan uliuli yang penuh dan teraa massa kistik si daerah supra simpisis akiat retensi urin. Pemeriksaan olok duur atau Digital "ectal #$aination (17) merupakan pemeriksaan $isik yang penting pada BPH, karena dapat menilai tonus s$ingter ani, pemesaran atau ukuran prostat dan keurigaan adanya keganasan seperti nodul atau peraaan yang keras. Pada pemeriksaan ini dinilai esarnya prostat, konsistensi, ekungan tengah, simetri, indurasi, krepitasi dan ada tidaknya nodul. %olok duur pada BPH menunjukkan konsistensi prostat kenyal, seperti meraa ujung hidung, lous kanan dan kiri simetris, dan tidak didapatkan nodul. Sedangkan pada karsinoma prostat, konsistensi prostat keras dan teraa nodul, dan mungkin antara lous prostat tidak simetri.
I.
P+,33 L3?3+ Sedimen urin diperiksa untuk menari kemungkinan adanya proses in$eksi
atau
in$lamasi
pada
saluran
kemih.
:struksi
uretra
menyeakan endungan saluran kemih sehingga menganggu $aal ginjal karena adanya penyulit seperti hidrone$rosis menyeakan in$eksi dan urolithiasis.,2 Pemeriksaan kultur urin erguna untuk menari jenis kuman yang menyeakan in$eksi dan sekaligus menentukan sensiti8itas kuman terhadap eerapa antimikroa yang diujikan. Pemeriksaan sitologi urin digunakan untuk pemeriksaan sitopatologi selsel urotelium
yang terlepas dan terikut urin. Pemeriksaan gula darah untuk mendeteksi adanya diaetes mellitus yang dapat menimulkan kelainan persara$an pada uliuli. &ika diurigai adanya keganasan prostat perlu diperiksa penanda tumor prostat (PS*).
$. P8+33
!elainan ginjal atau ureter (hidroureter atau hidrone$rosis)
#emperkirakan esarnya kelenjar prostat
yang ditunjukkan
dengan indentasi prostat (pendesakan uliuli oleh kelenjar prostat) atau ureter agian distal yang erentuk seperti mata kail (hooked fish).
Penyulit yang terjadi pada uliuli, yakni" traekulasi, di8ertikel, atau sakulasi uliuli
K. TRUS Pemeriksaan USD seara
Trans Rectal Ultra Sound
(TRUS), digunakan
untuk mengetahui esar dan 8olume prostat , adanya kemungkinan pemesaran prostat maligna seagai petunjuk untuk melakukan iopsi aspirasi prostat, menentukan jumlah residual urin dan menari kelainan lain pada uliuli. Pemeriksaan Trans &bdoinal Ultra Sound (T*US) dapat mendeteksi adanya hidrone$rosis ataupun kerusakan ginjal akiat ostruksi BPH yang lama.
residual urin, diukur dengan kateterisasi setelah miksi atau dengan pemeriksaan ultrasonogra$i setelah miksi
panaran urin (flow rate), dengan menghitung jumlah urin diagi dengan lamanya miksi erlangsung (ml-detik) atau dengan uroflowetri.
L. TATALAKSANA *. +atchful waiting Pilihan tanpa terapi ini untuk pasien BPH dengan skor 6PSSJA, yaitu keluhan ringan yang tidak menganggu akti8itas seharihari. Pasien hanya dierikan edukasi mengenai halhal yang dapat memperuruk keluhan "
&angan mengkonsumsi kopi atau alkohol
!urangi makanan dan minuman yang mengiritasi uliuli (kopi, oklat)
!urangi makanan pedas atau asin
&angan menahan kening terlalu lama
. #edikamentosa Tujuan"
mengurangi resistensi otot polos prostat dengan adrenergik ; loker
mengurangi 8olume prostat dengan menurunkan kadar hormon testosteron melalui penghamat 5;reduktase Selain itu, masih ada terapi $ito$armaka yang masih elum jelas mekanisme kerjanya.
3. :perasi Pasien BPH yang mempunyai indikasi pemedahan "
Tidak menunjukkan peaikan setelah terapi medikamentosa
#engalami retensi urin
6n$eksi Saluran !emih erulang
Hematuri
Dagal ginjal
Timulnya atu saluran kemih atau penyulit lain akiat ostruksi saluran kemih agian a'ah
&enis pemedahan yang dapat dilakukan "
Pemedahan teruka (prostatektomi teruka) Paling in8asi$ dan dianjurkan untuk prostat yang sangat esar (K00 gram).
Pemedahan endourologi :perasi terhadap prostat dapat erupa reseksi (Trans Urethral "esection of the Prostat - TU1P), 6nsisi (Trans Urethral 'ncision of the Prostate-TU6P) atau e8aporasi.