REVISI MAKALAH KOSMETOLOGI “
”
ANTIPERSPIRANT
Disusun oleh :
1. Sherly Novitasari 11330712 2. Retno Widiastuti 12330701 3. Rizca Saputri R.
12330702
PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL JAKARTA
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan karuniaNya serta hidayahNya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat waktu, guna memenuhi sebagai tugas makalah Biofarmasi. Makalah ini merupakan ringkasan materi bagi para pembaca dalam pembelajaran yang Penulis sajikan secara ringkas. Serta dirancang sedemikian rupa sehingga dapat menumbuhkan proses belajar mandiri , agar kreativitas k reativitas dan pengetahuan materi dari d ari makalah ma kalah ini dapat optimal sesuai yang diharapkan, dan dengan adanya makalah ini di harapkan dapat membantu mahasiswa dalam menguasai materi pelajaran. Dalam penulisan makalah ini kami sangat menyadari bahwa dalam penyusunan ini masih jauh dari sempurna dan masih terdapat kekurangan dan keterbatasan dalam ilmu pengetahuan kami, maka dengan segala kerendahan hati kami mohon maaf. Sehubungan dengan makalah ini kami mengharapkan adanya kritik dan saran dari para pembaca yang membangun demi mencapai hasil yang lebih baik. Akhirnya kepada Tuhan jugalah Penulis kembali berdoa mengharapkan semoga usaha Penulis ini mendapat ridho-Nya serta dapat memberi manfaat bagi para pembaca.
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.............................................. ..................................................................... i DAFTAR ISI.................................................................................................................................. ii BAB I (PENDAHULUAN) ................................................ ........................................................... 1
I.1. Latar Belakang ............................................................................................................... 1 I.2. Rumusan Masalah .......................................................................................................... 1 I.3. Tujuan Makalah .................................................. ........................................................... 2 I.4. Metode Penulisan ................................................ ........................................................... 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................... ................................................... 3
II.1 Kulit ................................................ .............................................................................. 5 II.2 Penyebab Bau Badan ................................................. ................................................... 6 II.3 Antiperspirant ............................................................................................................... 7 II.4 Mekanisme Kerja Antiperspirant ................................................. ................................. 7 II.5 Macam- macam sediaan antiperspirant ....................................................................... 8 II.6 Komponen sediaan antiperspirant ............................................... ................................. 8 II.7 Bahan-Bahan Deodorant dan Antiperpirant ................................................... .............. 9 II.8 Metode pembuatan antiperspirant ............................................... ................................. 10 II.9 Evaluasi Sediaan Antiperspirant .................................................. ................................. 11 II.10 Formulasi Sediaan Antiperspirant ............................................................................. 12 BAB III PEMBAHASAN .................................................. ........................................................... 14 BAB IV PENUTUP .................................................. ..................................................................... 20
IV.1. Kesimpulan ................................................................................................................. 20 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
Masalah bau badan dapat dialami oleh setiap orang dan dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti faktor genetik, kondisi kejiwaan, faktor makanan, faktor kegemukan dan bahan pakaian yang dipakai. Keringat yang dikeluarkan seseorang sangat terlibat dalam proses timbulnya bau badan, dimana kelenjar apokrin yang menghasilkannya telah terinfeksi oleh bakteri yang berperan dalam proses pembusukan (Jacoeb, 2007). Beberapa bakteri yang diduga menjadi penyebab bau badan tersebut diantaranya ialah Staphylococcus epidermidis, Corynebacterium acne, Pseudomonas aeruginosa dan Streptococcus pyogenes (Endarti et al ., 2002). Penggunaan antibiotik yang tidak benar biasanya akan membuat bakteri menjadi bersifat resisten dan tetap memperbanyak diri dalam inangnya. Menurut Bartlett (2007) bakteri S. epidermidis umumnya telah resisten terhadap antibiotik penisilin dan metisilin, sehingga perlu diketahui bahan alternatif yang dapat membasmi atau menghambat pertumbuhan bakteri tersebut (Hamdiyati dkk, 2007). Seseorang membeli deodorant atau antiperspirant bertujuan untuk mengurangi atau menutupi bau badan yang tidak enak (BPOM, 2009). Meningkatnya penggunaan antiperspirant dan deodorant disebabkan pergaulan modern, sehingga dirasa perlu untuk mengurangi atau menghilangkan bau badan, yang disebabkan perubahan kimia keringat oleh bakteri. Perkembangannya tidak disangsikan lagi setelah disajikan bentuk deodorant aerosol, yang penggunaannya mudah cepat mengering dikulit.
I.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini adalah : a) Apa yang dimaksud dengan antiperspirant ? b) Bagaimana formulasi dalam pembuatan antiperspirant? c) Bagaimana pembuatan sediaan antiperspirant?
1
I.3 Tujuan Makalah
Tujuan pembuatan makalah ini adalah : a) Mengetahui dan memahami mengenai antiperspiran. b) Mengetahui dan memahami formulasi antiperspiran. c) Mengetahui cara pembuatan sediaan antiperspiran.
I.4 Metode Penulisan
Metode penulisan makalah kami menggunakan literatur dari jurnal, skripsi, internet sebagai sumber makalah.
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Kulit A.
Struktur dan Fungsi Kulit
1) Gambaran Umum Kulit
Kulit merupakan “selimut” yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme biologis, seperti pembentukan lapisan tanduk secara terus menerus (keratinisasi dan pelepasan sel-sel yang sudah mati), respirasi dan pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan keringat, dan pembentukan pigmen melanin untuk melindungi kulit dari bahaya sinar ultraviolet matahari, sebagai peraba dan perasa, serta pertahanan terhadap tekanan dan infeksi dari luar. Selain itu, kulit merupakan suatu kelenjar holokrin yang besar (Montagna, Renault, Debreuil). 2
Luas kulit pada manusia rata-rata ± 2 m , dengan berat 10 kg jika dengan lemaknya atau 4 kg jika tanpa lemak. Kulit terbagi atas 2 lapisan utama yaitu: a. Epidermis (kulit ari), sebagai lapisan yang paling luar. b. Dermis (korium, kutis, kulit jangat).
3
Di bawah dermis terdapat subkutis atau jaringan lemak bawah kulit. Para ahli histologi membagi epidermis dari bagian terluar hingga ke dalam menjadi 5 lapisan, yakni: a. Lapisan Tanduk (Stratum corneum), sebagai lapisan paling atas. b. Lapisan Jernih (Stratum lucidum), disebut juga “lapisan barrier” c. Lapisan berbutir-butir (stratum granulosum). d. Lapisan Malpighi (stratum spinosum) yang selnya seperti berduri. e. Lapisan Basal (Stratum germinativum) yang hanya tersusun oleh satu lapis sel-sel basal. 2) Epidermis
Dari sudut kosmetik, epidermis merupakan bagian kulit yang menarik karena kosmetik dipakai pada epidermis itu. Meskipun ada beberapa jenis kosmetik yang digunakan sampai ke dermis, namun tetap penampilan epidermis yang menjadi tujuan utama. Dengan kemajuan teknolohi, dermis menjadi tujuan dalam kosmetik medik. Ketebalan epidermis berbeda-beda pada berbagai bagian tubuh, yang paling tebal berukuran 1mm, misalnya pada telapak kaki dan telapak tangan, dan lapisan yang tipis 0,1mm terdapat pada kelopak mata, pipi, dahi, dan perut. Sel-sel epidermis ini disebut keratosit. a. Lapisan Tanduk (Stratum corneum) Terdiri atas beberapa lapis sel yang pipih, mati, tidak memiliki inti, tidak mengalami proses metabolisme, tidak berwarna, dan sangat sedikit mengandung air. Lapisan ini sebagian besar terdiri atas keratin, jenis protein yang tidak larut dalam air, dan sangat resisten terhadap bahan-bahan kimia. Hal ini berkaitan dengan fungsi kulit untuk memproteksi tubuh dari pengaruh luar. Secara alami, sel-sel yang sudah mati dipermukaan kulit akan melepaskan diri untuk bergenerasi. Permukaan stratum corneum dilapisi oleh suatu lapisan pelindung lembab tipis yang bersifat asam, disebut mantel asam kulit. b. Lapisan jernih (Stratum lucidum) Terletak tepat dibawah stratum corneum, merupakn lapisan yang tipis, jernih, mengandung eleidin, sangat tampak jelas pada telapak tangan dan telapak kaki. Antara stratum lucidum dan stratum granulosum terdapat lapisan keratin tipis yang disebut rein’s barrier (szakali) yang tidak bisa ditembus (impermeable).
4
c. Lapisan berbutir-butir (stratum granulosum) Tersusun oleh sel-sel keratinosit yang berbentuk poligonal, berbutir kasar, berinti mengkerut. Stoughton menemukan bahwa di dalam butir keratohyalin itu terdapat bahan logam, khususnya tembaga yang katalisator proses pertandukan kulit. d. Lapisan malphigi (stratum spinosum atau malphigi layer) Memliki sel yang berbentuk kubus dan seoerti berduri. Intinya besar dan oval. Setiap sel berisi filamen-filamen kecil yang terdiri atas serabut protein. Cairan limfe masih ditemukan mengitari sel-sel dalam lapisan malphigi ini. e. Lapisan basal (stratum germinativum atau membran basalis) Adalah lapisan terbawah epidermis. Di dalam stratum germinativum juga terdapat sel-sel melanosit, yaitu sel-sel yang tidak mengalami keratinisasi dan fungsinya hanya membentuk pigmen melanin dan memberikannya kepada sel-sel keratinosit melalui dendrit-dendritnya. Satu sel melanosit melayani sekitar 36 sel keratinosit. Kesatuan ini diberi nama unit melanin epidermal (Quevedo et al, 1974). 3) Dermis
Berbeda dengan epidermis yang tersusun oleh sel-sel dalam berbagai bentuk dan keadaan, dermis terutama terdiri dari bahan dasar serabut kolagen dan elastin, yang berada di dalam substansi dasar yang bersidat koloid dan terbuat dari gelatin mukopolisakarida. Serabut kolagen dapat mencapai 72% dari keseluruhan berat kulit manusia bebas lemak. Di dalam dermis terdapat adneksa-adneksa kulit seperti folikel rambut, papila rambut, kelenjar keringat, saluran keringat, kelenjar sebase, otot penegak rambut, ujung pembuluh darah dan ujung saraf, juga sebagian serabut lemak yang terdapat pada lapisan lemak bawah kulit (subkutis/hipodermis). 4) Kelenjar Keringat dan Perspirasi
Ada dua jenis kelenjar keringat, yaitu: a. Kelenjar keringat ekrin mensekresi cairan jernih, yaitu keringat yang mengandung 95 -97 persen air dan mengandung beberapa mineral, seperti garam, sodium klorida, granula minyak, glusida, dan sampingan dari metabolisme seluler. Kelenjar ini terdapat di seluruh kulit, mulai dari telapak tangan dan telapak kaki sampai kulit kepala. Jumlahnya 5
diseluruh badan sekitar 2 juta, menghasilkan 4liter keringat dalam waktu 24 jam pada orang dewasa. Bentuknya langsing, bergulung-gulung dan salurannya bermuara langsung pada permukaan kulit yang tidak ada rambutnya. b. Kelenjar keringat aprokin lebih besar daripada ekrin, hanya terdapat di daerah-daerah ketiak, puting susu, daerah kelamin, dan manghasilkan cairan yang agak kental serta berbau khas pada setiap orang. Muaranya berdekatan dengan muara kelen jar sebasea pada saluran folikel rambut. Kelnjar keringat aprokin jumlahnya tidak terlalu banyak dan hanya sedikit cairan yang disekresikan dari kelenja r ini. II.2. Penyebab Bau Badan
Mengeluarkan keringat merupakan cara yang alami untuk mendinginkan tubuh. Dengan berkeringat maka akan terbentuk lingkungan yang sempurna bagi pertumbuhan bakteri karena bakteri berkembang dengan baik di lingkungan panas dan lembab seperti ketiak manusia. Pada dasarnya, keringat hanya terdiri dari air dan garam, sehingga tidak mempunyai bau yang istimewa. Bau dari badan kita sebenarnya disebabkan oleh bakteri yang menguraikan keringat dengan melepaskan asam 3-methyl-2-hexenoic, yang mempunyai bau yang sangat kuat (BPOM, 2009). Masalah bau badan dapat dialami oleh setiap orang dan dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti faktor genetik, kondisi kejiwaan, faktor makanan, faktor kegemukan dan bahan pakaian yang dipakai. Keringat yang dikeluarkan seseorang sangat terlibat dalam proses timbulnya bau badan, dimana kelenjar apokrin yang menghasilkannya telah terinfeksi oleh bakteri yang berperan dalam proses pembusukan (Jacoeb, 2007). Beberapa bakteri yang diduga menjadi penyebab bau badan tersebut diantaranya ialah Staphylococcus epidermidis, Corynebacterium acne, Pseudomonas aeruginosa dan Streptococcus pyogenes (Endarti et al ., 2002). Penggunaan antibiotik yang tidak benar biasanya akan membuat bakteri menjadi bersifat resisten dan tetap memperbanyak diri dalam inangnya. Menurut Bartlett (2007) bakteri S. epidermidis umumnya telah resisten terhadap antibiotik penisilin dan metisilin, sehingga perlu diketahui bahan alternatif yang dapat membasmi atau menghambat pertumbuhan bakteri tersebut (Hamdiyati dkk, 2007). Bau badan muncul karena penguraian lemak sebum pada kulit menjadi asam lemak bebas (Endarti dkk, 2004).
6
II.3. Antiperspirant
Antiperspirant adalah bahan astringent yang digunakan pada kulit untuk mengurangi keringat. Sedangkan Deodorant adalah zat yang digunakan pada tubuh terutama untuk mengurangi bau badan yang disebabkan oleh bakteri pengurai. Deodorant digunakan pada tubuh untuk mengurangi bau badan yang disebabkan oleh bakteri pengurai keringat. Food Drug Administration (FDA) menggolongkan dan mengatur deodorant sebagai Kosmetik OTC (OverThe-Counter) (BPOM, 2009). Sedangkan antiperspirant Deodorant digunakan pada tubuh untuk mengurangi bau badan yang disebabkan oleh bakteri pengurai keringat. Food Drug Administration (FDA) menggolongkan dan mengatur deodorant sebagai Kosmetik OTC (Over-The-Counter) (BPOM, 2009). Sedangkan antiperspirant adalah bahan astringent yang digunakan pada kulit untuk mengurangi keringat. Di Amerika (FDA), antiperspirant dikategorikan sebagai obat sebab cara kerjanya mempengaruhi fungsi tubuh yaitu kelenjar keringat (BPOM, 2009). Antiperspirants biasanya dipakai pada ketiak, sementara deodorant dapat juga digunakan pada kaki dan daerah lain dalam bentuk semprot tapi seiring dengan perkembangan jaman, saat ini antiperspirant juga digunakan pada kaki untuk mengurangi keringat berlebih di daerah kaki (BPOM, 2009).
II.4. Mekanisme Kerja Antiperspiran
Untuk mengerti bagaimana mekanisme kerja deodorant antiperspirant, kita harus mengerti kenapa kita memerlukan deodorant atau antiperspirant. Seseorang membeli deodorant atau antiperspirant bertujuan untuk mengurangi atau menutupi bau badan yang tidak enak (BPOM, 2009). Deodorant bekerja dengan cara menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang ditemukan pada axial sedangkan antiperspirant bekerja dengan cara membatasi jumlah sekresi kelenjar keringat yang dikirim ke permukaan kulit melalui pembentukan halangan atau sumbatan pada saluran keringat. Sebagai akibatnya, mekanisme kerjanya akan mengurangi produksi keringat pada kelenjar keringat.
7
Perbedaan antara antiperspirant & deodorant yaitu:
Deodorant membiarkan pengeluaran keringat tetapi mencegah bau melalui cara melawannya dengan bahan antiseptik yang membunuh bakteri penyebab bau juga menutup bau dengan bahan parfum.
Antiperspirant mengandung perfume dan bahan kimia yang menghambat atau menyumbat pori-pori untuk menghentikan pengeluaran keringat (BPOM, 2009).
II.5. Macam- macam sediaan antiperspirant
Antiperspirant dapat berbentuk aerosol, bedak ko mpak, emulsi, krim, larutan, atau stik. a. Antiperspirant aerosol b. Antiperspirant bedak kompak c. Antiperspirant emulsi, merupakan larutan yang mengandung emulgator. Untuk larutan yang mengandung kadar elektrolit tinggi diperlukan ketelitian dalam memilih emulgator, agar tidak mudah rusak. d. Antiperspirant krim e. Antiperspirant larutan f.
Antiperpirant stik, dibuat menggunakan garam kompleks dengan penambahan laktat ke dalam aluminium klorhidrat. Garam kompleks natrium aluminium klorhidroksilaktat dapat campur dengan Natrium Stearatatau sabun lain, karena ionisasi Aluminium dapat ditekan jika pH larutan meningkat menjadi 8-8,5 , menyebabkan sangat mudah campur.
II.6. Komponen sediaan antiperspiran
Formulasi sediaan antiperspirant terdiri dari komponen sebagai berikut : a. Zat Aktif, biasanya merupakan Alumunium Klorhidroksida atau garam-garam serupa. b. Sistem cair untuk melarutkan zat aktif atau untuk mensuspensikan zat aktif atau bagian dari emulsi air dalam minyak c. Zat tambahan, seperti talk d. Parfum e. Bahan pensuspensi (Jungerman, 1974).
8
II.7. Bahan-Bahan Deodorant dan Antiperspiran
Bahan kosmetik yang sering digunakan sebagai deodorant yaitu: a.
Perfume
Campuran dari minyak esensial dan komponen aroma, fiksatif dan pelarut digunakan untuk memberikan wangi yang menyenangkan pada tubuh manusia. b. Triclosan Bahan antifungi dan antibakteri spektrum luas yang poten. Antibakteri ini menghambat pertumbuhan bakteri gram (+) pada ketiak, yang menyebabkan bau tak sedap. Triklosan digunakan pada sabun (0.1% - 1%), deodorant, shaving creams, mouth washes, dan peralatan kebersihan. Triklosan menunjukan efektifitas dalam mengurangi dan mengontrol bakteri. Pada konsentrasi yang lebih tinggi, Triklosan bekerja sebagai biosida sedangkan pada kadar yang lebih rendah bersifat bakteriostatik. Mekanisme kerja triklosan dalam membunuh bakteri terutama dengan cara menghambat sintesis fatty acid. Beberapa spesies bakteri dapat membangun resistensi dalam tingkat rendah terhadap triklosan, yaitu Escherichia coli and Staphylococcus aureus. Sedangkan bakteri yang mempunyai resistensi bawaan terhadap triklosan yaitu Pseudomonas aeruginosa (BPOM, 2009). Beberapa bahan antiperspirant yang biasa digunakan dalam sediaan
kosmetik
diantaranya yaitu: a. Aluminium chlorohydrate Adalah kelompok garam yang mempunyai rumus umum AlnCl(3n-m)(OH)m, biasa digunakan dalam deodorant dan antiperspirant serta flokulan pada pemurnian air. Aluminium
chlorohydrate
digunakan
dalam
antiperspirant
dan
pada
treatment
hyperhidrosis yaitu kondisi yang ditandai oleh meningkatnya keringat,secara tidak normal lebih dari yang diperlukan untuk pengaturan suhu tubuh. b. Aluminium sulphate (Tawas) Tawas adalah semacam batu putih agak bening yang bisa digunakan untuk membeningkan air. Selain manfaatnya untuk menjernihkan air, ternyata tawas juga dapat digunakan untuk menghilangkan bau badan khususnya didaerah ketiak. Tawas merupakan salah satu bahan aktif dari antiperspirant, walaupun demikian, awal tahun 2005 US Food and Drug Administration tidak lagi mengakuinya sebagai pengurang keringat. 9
c. Potasium aluminium sulphate (Potasium alum) Potassium aluminum sulfate adalah bahan kimia yang sesuai dengan rumus kimia KAl(SO4)2. 12H2O, juga dikenal sebagai Aluminum potassium sulfate. Potasium alum adalah astringent dan antiseptic, oleh karena itu Potasium alum dapat digunakan sebagai deodorant dengan cara menghambat pertumbuhan bakteri penyebab bau badan sekaligus mengurangi keluarnya keringat.
d. Aluminium zirconium tetrachlorohydrex gly Anhydrous aluminium zirconium tetrachlorohydrex gly atau sinonimnya Aluminum zirconium chloride hydroxide; Aluminum zirconium tetrachlorohydrate; Aluminum zirconium chlorhydrate; mempunyai dua fungsi utama sebagai a ntiperspirant yaitu: 1. Ion aluminium dan zirconium membentuk gel yang menyumbat pori-pori pada kulit, sumbatan yang mencegah keluarnya keringat dari pori-pori. Kemampuan menyumbat ini biasa terjadi pada antiperspirant berbasis aluminium. 2. Anhydrous aluminium zirconium tetrachlorohydrex gly bersifat higroskopik sehingga menyerap keringat yang dihasilkan pori-pori yang tidak tersumbat pada tempat pertama. Kedua fungsi inilah yang dapat mengurangi keringat sehingga aluminium zirconium tetrachlorohyderx gly dikatakan dapat mengurangi bau badan. Dalam Peraturan Kepala Badan POM RI No. HK.00.05.42.1018 Tahun 2008, penggunaan Aluminium zirconium tetrachlorohyderx gly dalam kosmetik dibatasi 20% sebagai anhydrous alumnium zirconium chloride hydroxide atau 5.4% sebagai zirconium serta mencantumkan peringatan “Jangan digunakan pada kulit yang teriritasi/luka” (BPOM, 2009). II.8. Metode pembuatan antiperspirant
Produk kosmetika dalam bentuk gel dapat berkisar mulai dari lotion yang kental seperti misalnya roll-ball antiperspirant sampai ke gel thiksotropik yang sangat kental dan tidak bisa mengalir, yang dapat digunakan sebagai kosmetika hairdressing dan hair setting .
10
Lotion kental lebih mudah dibuatnya, yaitu dengan menambahkan sedikit demi sedikit gellant padat ke dalam fase cair yang diaduk terus menerus dengan cepat memakai propeller yang digerakkan turbin.
Gel kental yang tidak bisa mengalir cara pembuatannya lebih sulit, karena pada produk akhirnya udara tidak bisa melarikan diri dari dalamnya seperti pada lotion kental. Gel kental harus dibuat dalam ruang tanpa udara atau perlu diadakan proses pembuangan udara yang rumit. Pemakaian carboxyvinyl polymers (misalnya karbopol) mempermudah pengeluaran udara dari dalam gel.
Deodorant stik. Agak berbeda cara pembuatannya daripada lipstik karena merupakan gel sabun dan pembuatannya mirip dengan pembuatan emulsi, suatu fase minyak (fatty acid) o
diadukkan ke dalam suatu fase larutan dalam air pada suhu sekitar 70 C. Gel panas yang o
terbentuk diisikan ke dalam cetakan pada suhu sekitar 60-65 C dan dibiarkan memadat (Jungerman, 1974).
II.9. Evaluasi Efektivitas Sediaan Antiperspirant
Evaluasi efektivitas antiperspirant dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu: 1. Metode Noda (Semi kuantitatif terbaik) Berbagai metode noda telah dilakukan untuk mendeteksi dan mengukur jumlah keringat yang keluar di permukaan kulit. Pada pemeriksaan klinik dilakukan metode berdasarkan reaksi Iodum Pati. Di samping itu metode yang sangat sederhana dan cepat berdasarkan reaksi biru Bromfenol yang disuspensikan ke dalam minyak silikon, akan memberikan noda kebiruan pada permulaan keluarnya keringat, yang dapat diamati pada tiap terbukanya pembuluh keringat melalui lapisan transparan larutan indikator. Dengan mengkombinasikan kedua metode tersebut di atas diperoleh catatan permanen noda hitam biru pada kertas toilet yang telah mengabsorpsi keringat. Kemudian dapat diulang dengan meletakkan pada ketiak bola pingpong yang disalut dengan campuran serbuk Biru Bromfenol yang dibalut dengan kain kassa. Salutan berubah menjadi biru dengan sedikit keringat, kepekatan warna yang dihasilkan menunjukkan kecepatan sekresi ketiak.
11
2. Metode Pencatatan Kontinyu dan Gravitasi Metode Gravitasi Metode ini lebih baik untuk mengevaluasi efektivitas antiperspirant. Dalam metode ini bahan absorben yang telah mengabsorbsi keringat ditimbang, sebagai bahan absorben digunakan kain kassa yang telah ditarra. Metode Pencatatan Kontinyu Metode ini paling teliti karena menggunakan higrometer elektronik. Prinsip yang digunakan adalah sama, yakni dengan membuang terus menerus uap lembab yang dihasilkan oleh bagian kulit yang tertutup dengan menggunakan aliran udara kering. Tiap metode mempunyai perbedaan dalam menggunakan tipe detektor uap lembab. Beberapa metode menggunakan Higrometer resistan dan kapasitan, lainnya ada yang menggunakan analisa gas infra merah, dan analisa air elektrolit. Detektor analisa air elektrolit terdiri dari ukuran aliran dan gulungan salisan fosforpentoksida. Sewaktu gas kering dialirkan melalui gulungan air yang dibebaskan diabsorbsi oleh fosforpentoksida. Arus yang melalui gulungan diukur terus menerus dan harus sesuai dengan jumlah air yang diabsorbsi oleh gulungan (Anonim, 1995). II.10. Formulasi Sediaan Antiperspirant Bahan (%)
Formula
Formula
Formul
Formula
I
II
a III
IV
Kegunaan
REACH 301 soln . , 50 % ( Reheis ) 40.00
Solution
Deionisasi air 8,75
Pelarut
Dipropylene Glycol 3.00
Lartan pewarna
PEG - 7 Gliseril
Emolient
12
Cocoate 18.20 Siklometikon ( dan ) Dimethicone Copolyol 20.00
Cetearyl octanoate 3.20
Emollient
Polisorbat 20 1.00
Zat Pengemulsi
Isopropil miristat 1.00
agen pengikat,emolien, pewangi/fragrance, pelembab kulit,emulsifier,pe mbasah.
Fragrance 0.75
Silicone Volatile 50 %
Stearil alkohol ditambah aditif 30 %
Emolient
Zat
Aluminium
Pewangi/parfum
Aktif
Antiperspirant
Chlorhydrate 20 % Cab - O - Sil O.3
parfum 0.2
Pewangi
propelan 90,0
Bahan pendorong
13
Aluminium chlorhydroxide 3.5
Dibenzylidene
Zat
aktif
antiperspirant
Pelembab
Steareth - 100 1.0
Zat pengemulsi
Aluminium
Zat
Sorbitol 3.0
aktif
antiperspirant
Chlorohydrex 10,0 Asam stearat 0,5
Surfaktan
hidroksipropilselulo
Pengemulsi
-
sa 0.2 siklometikon 5.0
Sumber :
Scott, R. J., dan Turney, M.E., 1979, Volatile silicones in suspension antiperspirant sticks, Jurnal , J. Soc.Cosmet Chem., May June 1979, Union Carbide Corporation, Tarrytown Technical Center Tarrytown, New York.
Schamper, T., Jablon, M., Randhawa,S., dan Warren J.D., Journal of The Society of Cosmetic , jurnal, Shulton R esearc h Division.
Jungerman, Eric, 1974, Antiperspirant: Ne w Trends in Formulation and Testing Technology, Jurnal , Journal Soc. Cosmet. Chem., 25, 621-638 (November 1974) : New York.
14
BAB III PEMBAHASAN
Keringat yang disekresikan tubuh adalah hal yang bersifat alamiah untuk menjaga keseimbangan tubuh agar tetap sehat. Keringan disekresikan lewat kelenjar ekrin dan apokrin. Keringat bersifat steril, tidak berbau dan tidak berwarna. Namun, akibat adanya aktifitas bakteri yang terdapat pada kulit menjadikan keringat menjadi bau. Bau badan yang timbul tergantung pada banyaknya keringat yang di sekresikan. Selain itu juga tergantung dari emosi dan makanan. Ada banyak cara untuk mengatasi bau badan. Cara yang paling umum digunakan adalah menggunaan deodorant dan antiperspirant. Deodoran mengandung antiseptik yang menekan pertumbuhan bakteri, sedangkan antiperspirant mengandung bahan yang dapat mengurangi keringat yang keluar. Sekarang tersedia banyak produk yang sekaligus mengandung deodorant dan antiperspirant. Selain itu terdapat pula berbagai macam pilihan aroma wangi dari masingmasing deodorant dan antiperspirant yang mampu menjadikan kita lebih semakin percaya diri. Hal yang perlu diperhatikan adalah memilih produk yang cocok dan aman bagi kulit. Karakteristik Sediaan antiperspiran yg baik memenuhi pe rsyaratan antara lain sebagai berikut : a. b.
Dapat menghilangkan bau badan walaupun sifatnya sementara Tidak merangsang kulit atau tidak iritasi pada kulit
c.
Dapat mengurangi keringat
d.
Tidak beracun
Formulasi yang dibuat : Bahan
Jumlah
Kegunaan
Aqua Deionized
qs
Pelarut
Alumunium Chlorohidrate Steareth-2
20%
Zat Aktif Antiperspirant
1,0
Zat Pengemulsi
Propilen Glikol
5%
Humektan
15
Oleum Citronella
qs
Pewangi
Allantoin
0,1%
Antiiritan, Pelembab
Gliserin
5%
Humektan/Emolien
Methylparaben Panthenol (ProVitamin
0,1%
Pengawet
2%
Pelembab
B5)
Metode pembuatan
1.
Disiapkan alat dan ditimbang bahan yang akan digunakan.
2.
Fase minyak dicampur sampai homogen.
3. Untuk fase air, Steareth-2, gliserin dan Methil paraben (nipagin) dipanaskan diatas waterbath dengan suhu 70ºC. 4.
Lalu, fase air dilebur bersama fase minyak didalam lumpang yang telah dipanaskan.
5. Setelah menjadi basis, alumunium klorida dimasukkan kedalam basis ( sebelumnya AlCl3 digerus agar halus ). 6. Setelah dicampur, ditunggu hingga suhu basis turun menjadi 35ºC lalu ditambahkan parfum. 7.
Dimasukkan kedalam wadah dan diberi label/etiket.
Evaluasi bahan
1. Alumunium Klorhidrat Alumunium Klorhidrat adalah kelompok garam yang mempunyai rumus umum AlnCl(3nm)(OH)m, biasa digunakan dalam deodorant dan antiperspirant serta flokulan pada pemurnian air. Aluminium chlorohydrate digunakan dalam antiperspirant dan pada treatment hyperhidrosis yaitu kondisi yang ditandai oleh meningkatnya keringat,secara tidak normal lebih dari yang diperlukan untuk pengaturan suhu tubuh.Fungsi dari Aluminium klorhidrat adalah sebagai zat
16
aktif yang berfungsi sebagai antiperspirant. Senyawa aluminium mempunyai kemampuan untuk menghambat sekresi keringat hingga 20%. 2. Propilen glikol Berupa cairan jernih tidak berwarna, kental, praktis tidak berbau dengan rasa yang manis, sedikit berbau tajam mirip dengan gliserin, tetapi memiliki rasa yang lebih baik saat digunakan karena viskositasnya lebih rendah dari gliserin. Dapat bercampur dengan aseton, kloroform, etanol 95%, gliserin dan air; larut 1:8 dalam eter; tidak dapat bercampur dengan minyak mineral atau minyak tertentu, tetapi dapat melarutkan beberapa minyak essensial. Propilen glikol (10%) dapat menguatkan aktivitas antimikroba paraben ketika terdapat surfaktan non ionik, dan mencegah interaksi metil paraben dan polisorbat 80. Konsentrasi yang digunakan pada sediaan topikal sebagai humektan adalah ~15%. 3. Steareth-2 Steareth-2 merupakan sinonim dari poloxyl 2 stearyl ether . Merupakan padatan tidak berwarna, putih atau krem dan sedikit berbau. Tidak larut dalam air dan propilen glikol, larut dalam etanol.Polioksietilen ester merupakan surfaktan nonionik yang dihasilkan dari polietoksilasi alkohol lemak linear. Digunakan dalam formulasi farmasetik topikal dan kosmetik sebagai pengemulsi dalam emulsi A/M atau M/A. 4. Methyl paraben Berupa serbuk atau kristal yang tidak berwarna atau putih, tidak berbau atau sedikit berbau, memberikan rasa terbakar di lida, diikuti rasa mati lokal. Bersifat sukar larut dalam air, larut dalam air panas, mudah larut dalam alkohol, aseton, dan propilen glikol. Berfungsi sebagai pengawet. 5. Pewangi (Oleum Citronella), sebagai pewangi serta dapat seba gai antibakteri. 6. Panthenol Dalam kosmetik, panthenol adalah humektan, emolien dan pelembab. Ia mengikat ke batang rambut mudah dan merupakan komponen sering shampoo dan kondisioner rambut (dalam konsentrasi 0,1-1%). Ini melapisi rambut dan segel permukaannya , Pelumas batang rambut dan membuat helai tampaknya mengkilap. Dalam salep, panthenol memiliki penetrasi kulit yang baik.
Hal ini kadang-kadang
dicampur dengan allantoin, dalam konsentrasi hingga 2-5%, dan digunakan untuk pengobatan
17
sunburns, luka bakar ringan dan gangguan kulit ringan. Ini meningkatkan hidrasi, mengurangi gatal dan peradangan kulit dan mempercepat dan meningkatkan penyembuhan luka epidermal. 7. Air (Aqua), sebagai pelarut atau Solvent. Pengujian sediaan :
A. Uji organoleptik
Deodorant roll-on dilakukan terhadap homogenitas, antara 3,6 (agak homogen)-4,07 (sangat homogen)
kelembutan, antara 3,9 (agak lembut)-4 (sangat lembut).
kesan lengket dikulit dan penerimaan panelis terhadap produk3,07 (agak lengket)-3,53 (tidak lengket).
Nilai rata-rata tingkat homogenitas produk yang dinilai oleh panelis berkisar
Nilai rata-rata penerimaan panelis terhadap produk berkisar antara 3,33 (biasalnetral)-3,5 (suka).
B. Uji stabilitas
Dilakukan terhadap pH
dan viskositas dengan pengarnatan setiap tujuh hari sekali selama 35 hari.
Laju perubahan pH relatif terhadap kondisi .
Laju perubahan viskositas relatif terhadap kondisi awal
C. Uji Iritasi
Iritasi kulit
Ketebalan pada kulit
D. Uji Kosmomikrobiologi
Kosmetika peka terhadap mikroba
Rusak , berubah warna, dan encer
Kontaminasi selama prose pembuatan
18
Kontaminasi selama proses penyimpanan
Kontaminasi saat pemakaian
Nilai batas cemaran
E. Uji Pengawetan
Bahan pengawet yang digunakan
Ketahanan dari pengawet
Reaksi pengawet apabila dicampur dengan bahan lain.
F. Evaluasi Efektivitas
Penilaian intensitas bau (secara olfaktori/penggunaan osmometer), lalu hasil dievaluasi secara statistik dibandingkan dengan pembanding.
Penentuan angka mikroba sebelum dan sesudah penggunaan deodorant , hasil tes dikultur pada media agar.
19
Desain Produk
20
BAB IV PENUTUP
IV. 1 Kesimpulan
1. Antiperspirant adalah kosmetika yang berfungsi untuk memperbaiki bau badan. Antiperspirant bekerja dengan mengecilkan pori-pori kulit sehingga sekresi keringat pun menjadi sedikit. Bahan yang biasa digunakan sebagi antiperspirant adalah senyawa aluminium. 2. Keunggulan sediaan antiperspirant yang dibuat : a. Dapat mengurangi produksi keringat berlebih b.
Mudah digunakan dan lebih stabil dalam penyimpanan
c. Dapat memperbaiki bau badan karena mengandung pewangi dan antibakteri.
IV.2. SARAN
Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai formulasi sediaan antiperspirant di atas sehingga dapat diperoleh antiperspirant yang baik dan aman digunakan.
21
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1995, Formularium Kosmetika Indonesia , Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta.
Anonim, 1995 , Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta.
BPOM, 2009, Naturakos : Deodorant dan Antiperspirant , Vol. IV/No.12 November 2009, Badan POM: Jakarta.
Endarti, Elin Yulinah Sukandar, .Iwang Soediro, 2004, Kajian Aktivitas Asam Usnat Terhadap Bakteri Penyebab Bau Badan, Jurnal Bahan Alam Indonesia, ISSN 1412-2855 Vol. 3, No. 1, Januari 2004, Depatemen Farmasi FMIPA ITB.
Hamdiyati Yanti, Kusnadi, Irman Rahadian,
2008, Aktivitas Antibakteri Ekatrak Saun
Patikan Kebo ( Euphorbia hirta) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus epidermidis, Jurusan Biologi FPMIPA UPI : Bandung.
Jacoeb, T.N.A. (2007). Bau Badan yang Bikin Tak Nyaman [Online]. Tersedia: http://racik.wordpress.com/2007/06/15/bau-badan-yang-bikin-tak-nyaman/, Hamdiyati Yanti, Kusnadi, Irman Rahadian,
dalam,
2008, Aktivitas Antibakteri Ekatrak Saun
Patikan Kebo ( Euphorbia hirta) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus epidermidis, Jurusan Biologi FPMIPA UPI : Bandung.
Jungerman, Eric, 1974, Antiperspirant: Ne w Trends in Formulation and Testing Technology, Jurnal , Journal Soc. Cosmet. Chem., 25, 621-638 (November 1974) : New York.
Tranggono, Iswari. R, Latifah, Fatma., 2007, Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik , Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Scott, R. J., dan Turney, M.E., 1979, Volatile silicones in suspension antiperspirant sticks, Jurnal , J. Soc.Cosmet Chem., May June 1979, Union Carbide Corporation, Tarrytown Technical Center Tarrytown, New York.
Schamper, T., Jablon, M., Randhawa,S., dan Warren J.D., Journal of The Society of Cosmetic , jurnal, Shulton Researc h Division. 22