RESUME KASUS ASMA I. DEFIN DEFINISI ISI
Asma adalah penyakit inflamasi obtruktif yang ditandai oleh periode episodic spasme otot-otot polos dalam dinding saluran udara bronchial (spasme bronkus). Spasme Spasme bronkus bronkus ini menyem menyempit pitkan kan jalan jalan napas, napas, sehingga sehingga membuat membuat pernapa pernapasan san menjadi sulit dan menimbulkan bunyi mengi.
II. ETIOLOGI
Tula Tulang ng,, yang yang bias biasan anya ya terl terlin indu dung ng deng dengan an baik baik dari dari infe infeks ksi, i, bisa bisa mengalami -
infeksi melalui 3 cara:
Alir Aliran an darah, darah, bisa bisa membaw membawaa suat suatuu infe infeksi ksi dari dari bagia bagiann tubuh tubuh yang lain lain ke tulang.
-
Peny Penyeb ebar aran an lang langsu sung ng,, orga organi nism smee bisa bisa me mema masu suki ki tula tulang ng seca secara ra lang langsu sung ng melalui patah tulang terbuka, selama pembedahan tulang atau dari benda yang tercemar yang menembus tulang.
-
Infeksi Infeksi dari dari jarin jaringan gan lunak lunak di dekat dekatnya nya,, infeksi infeksi ini ini bisa bisa timbul timbul didaer didaerah ah yang yang mengalami kerusakan karena cedera, terapi penyinaran atau kanker, atau ulkus di kulit yang disebabkan oleh kurangnya pasokan darah atau diabetes (kencing manis).
III.MANIFE III. MANIFESTASI STASI KLINIS
•
Pana Panass tin tingg ggii dan dan saki sakitt kera kerass
•
Nyer Ny erii tul tulan angg dek dekat at send sendii
•
Nyeri local yang hilang timbul didaerah anggota gerak tertentu
•
Pergerakan terbatas
•
Tidak ada kelainan foto rontgen
•
Pembengkakan local dan nyeri tekan
•
Pengeluaran pus
•
Anemia
•
Pada Pemeriksaan Fisik : adanya sinus, fistel, atau sikatrik bekas operasi dengan
nyeri tekan, mungkin dapat ditemukan sekuestrum yang menonjol keluar melalui kulit.
IV. KLASIFIKASI
a. Akut, Sub akut, dan Kronik (Tradisional)
Akut ≤ 2 minggu
Sub akut beberapa minggu-bulan
Kronik ≥ 3 bulan
b. Cierny-mader (Anatomi-Fisiologi)
Stage 1 : Medula
Stage 2 : Superfisial kortek
Stage 3 : Medula dan Kortikal
Stage 4 : Difus medula dan kortikal
c. Waldvogel (Etiologi)
Perluasan infeksi jaringan lunak, seperti infeksi luka tekan, infeksi insisi. → 47%
Terkontaminasi langsung dari pembedahan tulang, fraktur terbuka atau luka
trauma, seperti luka tembak →34%
Hematogenous (Melalui darah) menyebar ke bagian lain dari infeksi, seperti
infeksi tonsil, bisul, infeksi gigi, infeksi saluran nafas atas.→ 17%
Fraktur terbuka 2-16%.
V. KOMPLIKASI
o Kematian o Artritis septik o Osteomielitis kronik o Fraktur patologis o Kontraktur sendi o Gangguan pertumbuhan o Abses jaringan lunak o Fistula o Penyatuan epifisis premature o
Deformitas
o Arthritis piogenik yang menyebabkan ankilosis tulang (missal: penyatuan panggul)
o
Abses Tulang
o
Bakteremia
o
Meregangnya implan prosthetik (jika terdapat implan prosthetic)
o
Sellulitis pada jaringan lunak sekitar.
o
Abses otak pada osteomyelitis di daerah kranium.
o
Penyakit ameloid
o
Perubahan menjadi ganas pada jaringan epidermis.
VI. FAKTOR RESIKO
-
Usia (terutama bayi dan anak-anak)
-
Jenis kelamin (sering pada pria)
-
Trauma
-
Nutrisi
-
Bedah orthopedic sebelumnya
-
Diabetes mellitus
-
Penyakit sickle cell disease
-
Acquired immune deficiency syndrome (AIDS)
-
IV drug abus
-
Alcoholism
VII.
-
Penggunaan steroid jangka panjang
-
Immunosupresi
-
Penyakit sendi kronis
-
Penggunaan alat-alat bantu ortopedik
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
-
X-Ray
-
MRI
-
Pemeriksaan darah lengkap
-
LED
-
Kultur Abses
-
Kultur Darah
VIII. PENATALAKSANAAN
Daerah yang terkana harus diimobilisasi untuk mengurangi ketidaknyamanan dan mencegah terjadinya fraktur. Dapat dilakukan rendaman salin hangat selama 20 menit beberapa kali per hari untuk meningkatkan aliran daerah.
Sasaran awal terapi adalah mengontrol dan menghentikan proses infeksi, Kultur darah dan swab dan kultur abses dilakukan untuk mengidentifikasi organisme dan memilih antibiotika yang terbaik. Kadang, infeksi disebabkan oleh lebih dari satu patogen. Begitu spesimen kultur telah diperoleh, dimulai pemberian terapi antibiotika intravena, dengan asumsi bahwa dengan infeksi staphylococcus yang peka terhadap penisilin semi sintetik atau sefalosporin. • Supportive (Hidrasi, Diet tinggi vitamin dan protein, penanganan anemia) • Debridemen untuk mengeluarkan nekrosis • Drain pada daerah infeksi • Perawatan luka :
IX.
Alginate Debridemen perawatan luka setiap 6 jam
UNIVERSAL PRECAUTION
-
Cuci tangan dengan menggunakan antiseptic sebelum atau setelah berhubungan
dengan pasien. -
Segera cuci tangan setelah ada hubungan dengan cairan tubuh.
-
Pakai sarung tangan.
-
Pakai masker dan kacamata pelindung bila mungkin ada percikan cairan tubuh.
-
Tangani dan buang jarum suntik dan alat tajam lain yang sekali pakai tidak boleh
dipakai lagi.
-
Buang limbah sesuai prosedur.
X. LEGAL ETIK Autonomi
Perawat memberikan penjelasan yang sebenarnya tentang penyakit yang dideritanya, serta memberikan pilihan tentang perawatan yang diinginkan, tempat dan jenis perawatan. Non-malifience
Perawat dalam melakukan perawatan kepada klien hindari hal-hal yang bisa memperparah kondisi atau mencelakakn klien. Beneficience
Yaitu selalu mengupayakan tiap keputusan dibuat berdasarkan keinginan untuk melakukan yang terbaik bagi klien. Justice
Adil dengan tidak mendiskriminasikan klien berdasarkan agama, ras sosial budaya, keadaan ekonomi dsb.
XI. ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian
Anamnesis Identitas klien
a. Nama
: Anak N
b. Jenis Kelamin
: Laki-laki
c. Usia
:
d. Alamat
:-
e. Agama
:-
f. Bahasa
:-
g. Status perkawinan
:-
h. Pendidikan
:-
i. Pekerjaan
:-
Keluhan Utama
: klien mengeluh nyeri di sekitar luka
Riwayat kesehatan skarang : -
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat psikososialspiritual : -
Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
:-
:: luka pada paha kiri, bengkak +, kemerahan +, pus +, terdapat 3 lubang pada luka berdiameter
0,5 cm.
konjuctiva anemis, kulit pucat, sklera
tidak ikterik 2. Palpasi
:-
3. Auskultasi
:-
4. Perkusi
:-
5. BB
: 42 kg
6. TB
: 158 cm
7. Tanda – tanda vital
:
-
TD
: 100/60 mmHg
-
Suhu
: 36,6 0 C
-
Nadi
: 86 x/menit
-
RR
: 20 x/menit
Pemeriksaan Penunjang
-
Hb
: 8,6 mg/dl
-
Leukosit
: 16.400
-
LED
: 96 mm/jam
-
Albumin
: 3,2 g/dl
-
Rontgen
: - tidak tampak TB baru aktif
-
tidak tampak kardiomegali
-
Seluruh os.femur menunjukkan lesi osteolitik dan sklerotik tidak teratur.
2. Diagnosa Keperawatan
1.
Nyeri yang berhubungan dengan edema ditandai dengan klien mengeluh
tungkai dan kaki kirinya membengkak disertai nyeri dan panas, adanya luka dan nyeri berada pada skala 5 rentang (0-10). 2.
Hambatan
mobilitas fisik yang berhubungan dengan nyeri ditandai
dengan kaki kiri sukar digerakkan.
3.
Resiko penyebaran
infeksi yang berhubungan dengan adanya luka
terbuka. 4.
Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan abses yang
menembus jaringan kulit ditandai dengan luka yang berlubang masing-masing 0,5 cm.
3. Intervensi Keperawatan No
Diagnosa
Tujuan
Intervensi
Rasional
Mandiri
-Untuk
berhubungan dengan - Nyeri berkurang
-Kaji lokasi,
mengidentifikasi rasa
edema
intensitas dan tipe
nyeri
nyeri.
ketidaknyamanan
Keperawatan
Nyeri
1
yang TuPen : ditandai Tupan:
dengan
klien - Nyeri hilang
dapat dan
mengeluh tungkai dan
yang dapat berguna
kaki
dalam
kirinya
penanganan
membengkak disertai
medik dan intervensi
nyeri
keperawatan
dan
panas,
adanya luka dan nyeri berada pada skala 5
-Tinggikan dan
-
Meningkatkan
rentang (0-10).
dukung ekstremitas
aliran
yang terkena.
menurunkan edema dan
balik
vena
menurunkan
nyeri -Jelaskan prosedur
-Memungkinkan
sebelum memulai
pasien untuk siap
tindakan
secara mental untuk
keperawatan.
aktivitas
juga
berpartisipasi dalam
mengontrol ketidaknyamana -Berikan alternatif
-Meningkatkan
tindakan
sirkulasi
kenyamanan, contoh
menurunkan
perubahan posisi.
tekanan lokal dan
umum, area
kelelahan otot.
-Dorong
-Memfokuskan
menggunakan tehnik kembali
perhatian,
manajemen stress,
meningkatkan
rasa
latihan nafas dalam.
kontrol dan dapat meningkatkan kemampuan koping dalam
manajemen
nyeri, yang mungkin menetapkan
untuk
periode lebih lama -Ajarkan metode
-Mengalihkan
distraksi selama
perhatian klien selam
nyeri
nyeri ke hal-hal yang menyenangkan
-Analgesik memblok Kolaborasi
nyeri sehingga nyeri
-Pemberian
akan berkurang
analgesik
2
Hambatan fisik
mobilitas Tupen :
Mandiri
yang -Adanya
-Kaji mobilitas yang -Mengetahui tingkat
berhubungan dengan peningkatan
ada
nyeri ditandai dengan kemampuan
adanya peningkatan dalam
kaki
kerusakan.
kiri
sukar beraktivitas
digerakkan.
dan
obsrvasi kemampuan
klien
melakukan
Kaji aktivitas.
secara teratur fungsi Tupan : -Klien
motorik. mampu
melaksanakan
-Ajarkan
klien -Gerak
aktivits fisik sesuai melakukan
aktif
latihan memberi
massa,
dengan
gerak aktif
pada tonus dan kekuatan
kemampuannya.
ekstremitas
yang otot
-Aktivitas
klien tidak sakit
serta
memperbaiki fungsi
kembali normal
jantung
dan
pernapasan -Bantuklien
-Untuk
melakukan
latihan mempertahankan
ROM dan perawatan fleksibilitas diri sesuai toleransi -Pantau dan
sendi
sesuai kemampuan
kemajuan -Untuk
mendeteksi
perkembangan perkembangan klien
kemampuanklien dalam
melakukan
aktvitas
Kolaborasi -Kolaborasi dengan -Kemampuan ali fisioterapi untuk mobilisasi
latihan fisik klien
ekstremitas
dapat
ditingkatkan dengan latihan fisik dari tim fisioterapi 3
Resiko
tinggi Tupen :
penyebaran yang
Mandiri
infeksi -Menunjukkan tanda -Inspeksi kulit untuk -Tanda
berhubungan vital yang stabil.
dengan adanya luka terbuka
kemerahan,
adanya iritasi atau bengkak dan adanya robekan kontinuitas. pus mengindikasikan
Tupan :
terjadi infeksi
-Luka iritasi sembuh tanpa menunjukkan adanya
bukti-bukti -Kaji
terjadinya infeksi.
kulit, -Dapat
perhatikan
keluhan mengindikasikan
peningkatan
nyeri timbulnya
infeksi
atau rasa terbakar lokal atau nekrosis atau adanya edema, jaringan yang dapat eritema,
drainase menimbulkan
atau bau tak enak.
osteomielitis.
-Berikan perawatan -Dapat
mencegah
luka dengan steril kontaminasi sesuai protokol.
dan
silang
kemungkinan
infeksi -Observasi terhadap -Tanda adanya
perkiraan
luka-luka infeksi gas gangren.
pada kulit. -Berikan diet tinggi -Untuk
kalori tinggi protein meningkatkan proses dan vitamin.
penyembuhan.
Kolaborasi -Berikan antibiotik
-Mungkin diberikan secara atau
profilaktik meneurunkan
jumlah untuk
organisme menurunkan
penyebaran 4
Kerusakan kulit
integritas Tupen :
berhubungan -Luka
-Kaji
kulit
dan
pertumbuhannya. untuk -Memberikan
berangsur- luka terbuka, benda informasi
tentang
dengan abses yang angsur membaik
asing,
menembus
pendarahan,
masalah
perubahan warna.
mungkin disebabkan
jaringan Tupan :
kulit ditandai dengan -Luka sembuh total luka yang berlubang
kemerahan, sirkulasi kulit dan
oleh
masing-masing 0,5 cm
yang alat
pemasangan
atau gips
atau bebat atau traksi atau
pembentukan
edema
yang
membutuhkan intervensi
medik
lanjut. -Kaji posisi dengan -Mengurangi tekanan sering.
konstan pada area yang
sama
dan
meminimalkan resiko
kerusakan
kulit. -Lakukan perawatan -Mencegah kulit dengan cairan kerusakan antiseptic.
dan
jaringan
infeksi
oleh
kontaminasi. -Letakkan pelindung kaki
dan
bantalan -Meminimalkan dibawah tekanan pada area diatas ini.
tonjolan tulang.
XII.
DAFTAR PUSTAKA
-
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta : EGC.
-
Suratman, dkk. 2006. Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: EGC
-
Smeltzer Suzanne, C. 1997. Buku Ajar Medikal Bedah, Brunner & Suddart. Edisi 8. Vol 3. Jakarta : EGC
-
Patel, Pradip R. 2007. Radiologi. Edisi 2. Jakarta : Erlangga
RESUME KASUS OSTEOMYELITIS
Disusun Oleh: Muhammad Iqbal 220110090093
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 2010