LAPORAN PENDAHULUAN OSTEOMYELITIS
DISUSUN OLEH :
Kadek Eddy Kurniwanan
(C1109017)
Putu Raka Widia Paramita
(C1109032)
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA USADA BALI MANGUPURA 2012
KONSEP DASAR PENYAKIT
A. Peng Penger erti tian an
Osteomyelitis adalah infeksi dari jaringan tulang yang mencakup sumsum dan atau kortek tulang dapat berupa eksogen (infeksi masuk dari luar tubuh) atau hemotogen (infeksi yang berasal dari dalam tubuh). (Reeves, 2001:257). Osteo Osteomy myeli elitis tis adala adalah h infe infeksi ksi subs substan tansi si tulan tulang g oleh oleh bakt bakteri eri piog piogen enik ik (Overdoff, 2002:571). Sedangkan menurut Bruce, osteomyelitis adalah infeksi pada tulang yang disebabkan disebabkan oleh mikroorgan mikroorganisme. isme. Osteomyelitis Osteomyelitis biasanya biasanya merupakan merupakan infeksi infeksi bakteri, tetapi te tapi mikrobakterium dan jamur juga dapat menyebabkan osteomyelitis jika mereka menginvasi tulang (Ros, 1997:90). Menurut Menurut Price (1995:120 (1995:1200). 0). Osteomyeliti Osteomyelitiss adalah infeksi jaringan jaringan tulang. tulang. Osteomyelitis akut adalah infeksi tulang panjang yang disebabkan oleh infeksi lokal lokal akut akut atau atau trauma trauma tulang tulang,, biasany biasanyaa diseba disebabka bkan n oleh oleh Escher Escherich ichia ia coli, coli, staphylococcus aureus, atau streptococcus pyogenes (Tucker, 1998:429). Jadi pengertian osteomyelitis yang paling mendasar adalah infeksi jaringan tulang yang mencakup sumsum atau kortek tulang yang disebabkan oleh bakteri piogenik. Osteomyelitis dapat timbul akut atau kronik. Bentuk akut dicirikan dengan dengan adanya adanya awitan demam sistemik maupun maupun manifestasi manifestasi lokal yang yang berjalan berjalan dengan cepat. Osteomyelitis kronik adalah akibat dari osteomyelitis akut yang tidak ditangani dengan baik (Price, 1995:1200).
B. Insid nsideensi nsi
Osteomyelitis ini cenderung terjadi pada anak dan remaja namun demikian seluruh seluruh usia bisa saja berisiko untuk terjadinya terjadinya osteomyelitis osteomyelitis pada umumnya umumnya kasus ini banyak terjadi pada laki-laki dengan perbandingan 2:1. C. Etio tiolog logi
Penyebab paling sering adalah staphylococcus aerus ( 70% - 80%). Organisme penyebab yang lain adalah salmonela streptococcus dan pneumococcus (Overdoff, 2002:571). Luka tekanan, trauma jaringan lunak, nekrosis yang berhubungan dengan kega kegana nasa san n dan dan tera terapi pi radi radias asii sert sertaa luka luka baka bakarr dapa dapatt meny menyeb ebab abka kan n atau atau memperparah proses infeksi tulang. Infeksi telinga dan sinus serta gigi yang berdarah merupakan akibat dari osteomyelitis pada rahang bawah dan tulang tengko tengkorak rak.. Faktur Faktur compou compound, nd, prosedu prosedurr operasi operasi dan luka luka tusuk tusuk yang yang dapat dapat melu meluka kaii
tula tulang ng
poko pokok k
seri sering ng
meny menyeb ebab abka kan n
trau trauma mati tik k
oste osteom omy yelit elitis is..
Oste Osteom omy yelitis elitis serin sering g ditem ditemuk ukan an pada pada oran orang g yang yang lebih lebih tua tua karen karenaa fact factor or penyebabnya berhubungan dengan penuaan (Reeves, 2001:273). 2001:273). D. Pato Patofis fisio iolo logi gi
Osteo Osteomy myeli elitis tis pali paling ng serin sering g diseb disebab abka kan n Orga Organi nism smee
peny penyeb ebab ab
yang ang
lain lain
yaitu aitu
oleh oleh staph staphyl yloc ococc occus us aureu aureus. s.
salm salmon onel ella la,,
stre strept ptoc ococ occu cus, s,
dan dan
pneumococcus. Metafisis tulang terkena dan seluruh tulang mungkin terkena. Tulang terinfeksi oleh bakteri melalui 3 jalur : hematogen, melalui infeksi di dekatny dekatnyaa atau secara secara langsu langsung ng selama selama pembed pembedahan ahan.. Reaksi Reaksi inflam inflamasi asi awal menyebabkan trombosis, iskemia dan nekrosis tulang. Pus mungkin menyebar ke bawah ke dalam rongga medula atau menyebabkan abses superiosteal. Suquestra
tulang yang mati terbentuk. Pembentukan tulang baru dibawah perioteum yang terangkan diatas dan disekitar jaringan granulasi, berlubang oleh sinus-sinus yang memungkinkan pus keluar (Overdoff, 2002:541, Rose, 1997:90).
E. Pathway way Proses penuaan, Luka tekanan, trauma
Faktur compound, prosedur operasi, luka tusuk yang melukai tulang
jaringan lunak, trauma luka tembus, tembus, nekrose berhubungan berhubungan dengan keganasan, terapi radiasi serta luka bakar
Staphylococcus aureus
Kuman masuk
Metafisis tulang
Reaksi inflamasi
Pertahanan tubuh menurun
Osteomyelitis
Kerusakan jaringan tulang
Operasi (Pembedahan)
Hospitaslisasi
Infeksi berlebihan Terputusnya Terputusnya kontinuitas kontinuitas jaringan jaringan
Abses tulang
Insisi pembedahan
Gerak terbatas
Imobilisasi Nekrosis tulang pembentukan squestrum)
Alarm nyeri
Kuman masuk
kesalahan interpretasi
Alarm nyeri
Perubahan bentuk (ankylosing)
Fungsi tulang Menurun
Merangsang Merangsang syaraf mieline syaraf mieline
Port de’entry
Pertahanan sekunder menurun
Ganggu ngguan an Rasa Rasa Nyaman aman : Nyeri eri
F. Klas lasifik fikasi asi Kemampuan Kemampuan melakukan pergerakan menurun menurun
G.
Gangguan Mobilitas Fisik
Risti isti Peny enyebara baran n Infeksi
Pasien banyak bertanya
Kurang Pengetahuan
Ada dua macam infeksi tulang menurut Robbins dan Kumar (1995:463-464) yaitu : 1) Osteom Osteomye yeliti litiss piogeni piogenik k hemato hematogen gen Biasan Biasanya ya terjadi terjadi pada pada anak-a anak-anak nak,, osteom osteomye yeliti litiss piogen piogenik ik hemato hematogen gen terutama disebabkan oleh staphylococcus aureus kemudian diikuti oleh bacillus colli. Kecuali samonela, osteomyelitis hematogen biasanya bermanisfestasi sebagai suatu s uatu penyakit demam sistemik akut yang disertai deng dengan an geja gejala la nyeri nyeri setem setempa pat, t, peras perasaa aan n tak tak enak enak,, keme kemera raha han n dan dan pembengkakan. 2) Osteom Osteomye yelit litis is tubercu tuberculosi losiss Timbulny Timbulnyaa secara tersembuny tersembunyii dan cenderung mengenai rongga rongga sendi. Daerah yang sering kena adalah tulang-tulang panjang dari ekstremitas dan tulang tulang belaka belakang. ng. Osteom Osteomyel yelitis itis tuberk tuberkulo ulosis sis dapat dapat menye menyebabk babkan an deformitas yang serius (kifosis, skoliosis) berkaitan dengan destruksi dan perubahan sumbu tulang belakang dari posisi posisi normalnya. H. Manif Manifest estasi asi Klinis Klinis
Gambaran Gambaran klinis klinis osteomielitis osteomielitis berkembang secara progenesis progenesis penyakit, antara lain : 1. Osteomyelit Osteomyelitis is akut akut berkemb berkembang ang secara secara progresi progresiff atau atau cepat. cepat. Pada keadaan ini, mungkin dapat ditemukan adanya infeksi bakteri pada kulit dan saluran nafas atas. Gejala lain dapat berupa nyeri konstan pada daerah infeksi atau nyeri tekan dan terdapat gangguan fungsi anggota gerak yang bersangkutan. bersangkutan. Gejala umum timbul akibat bakteremia dan septi septike kemi miaa yang beru berupa pa pana panass ting tinggi gi,, mala malaise ise,, serta serta nafsu nafsu makan makan
berkurang. Pada orang dewasa, lokasi infeksi biasanya pada daerah torako lumbal lumbal yang yang terjadi terjadi akibat akibat torako torako sintesi sintesiss atau prosedu prosedurr urolog urologis is dan dapat ditemukan adanya riwayat diabetes mellitus, malnutrisi, adiksi obatobatan atau pengobatan dengan imunosupresif. Oleh karena itu, riwayat tentang hal tersebut perlu ditanyakan. 2. Osteom Osteomieli ielitis tis hemato hematogen gen subaku subakut. t. Gambaran klinis yang dapat ditemukan adalah atrofi otot, nyeri lokal, sedikit pembengkakan, dan dapat pula lansia menjadi pincang. Terdapat nyeri nyeri pada pada area sekitar sekitar sendi sendi selama selama beberap beberapaa minggu minggu atau mungk mungkin in berbulan-bulan. Suhu tubuh lansia biasanya normal. Pada pemerikasaan labo laborat rator oriu ium, m, leuk leukos osit it umum umumny nyaa norm normal, al, teta tetapi pi laju laju enda endap p dara darah h meningkat. Pada foto rontgen, biasanya ditemukan kavitas berdiameter 12 cm terutama pada aderah metafisis dari tibia dan femur atau kadangkadang pada daerah diafisis tulang panjang. 3.
Oste Osteom omie ielit litis is kron kronis is Lansia sering mengeluhkan adanya cairan yang keluar dari luka sinus setelah operasi, yang bersifat menahun. Kelainan kadang-kadang disertai demam demam dan nyeri local local yang yang hilang hilang timbul timbul di daerah daerah anggot anggotaa gerak gerak tertent tertentu. u. Pada Pada pemeri pemeriksaa ksaan n fisik, fisik, ditemu ditemukan kan adany adanyaa sinus, sinus, fistel, fistel, atau atau sikatriks bekas operasi dengan nyeri tekan. Mungkin dapat ditemukan sekuestrum yang menonjol keluar melalui kulit. Biasanya terdapat riwayat fraktur terbuka atau osteomielitis pada lansia.
I. Pemer Pemerik iksa saan an Diag Diagno nost stik ik
1. Scan Scan tulang tulang dengan dengan mengguna menggunakan kan nukleot nukleotida ida berlabel berlabel radioakt radioaktif if dapat dapat memperlihatkan perasangan di tulang (MRI) 2. Analisi Analisiss darah darah dapat memperli memperlihat hatkan kan peningka peningkatan tan hitung hitung darah lengkap lengkap dan laju endap darah yang mengisyaratkan adanya infeksi yang sedang berlangsung.
Neutrofil
meningkat
(N:
2,2
-
7,5
109/L).
LED
meningkat(N: 1-10 mm/jam) 3. Aspi Aspiras rasi, i, untu untuk k memp memper erol oleh eh pus pus dari dari subk subkut utis is,, subp subperi erios ostt atau atau foku fokuss radang di metafisis 4. Comple Complemen mentt Reactive Reactive Protein Protein (CRP) (CRP) meningk meningkat at (N:<5 mg/L). mg/L). CRP dan LED yang tinggi sering dijumpai pada awal infeksi. J. Pena Penata tala laks ksan anaa aan n
Sasaran utamanya adalah Pencegahan osteomielitis. Penanganan infeksi lokal dapat menurunkan angka penyebaran hematogen. Penanganan infeksi jaringan lunak pada mengontrol erosi tulang. Pemilihan pasien dengan teliti dan perhatian terhadap lingkungan operasi dan teknik pembedahan dapat menurunkan insiden osteomielitis pascaoperasi. Antib Antibiot iotika ika profila profilaksi ksis, s, diberi diberikan kan untuk untuk mencap mencapai ai kadar kadar jaring jaringan an yang yang memadai saat pembedahan dan selama 24 jam sampai 48 jam setelah operasi akan akan sanga sangatt memb membant antu. u. Tekn Teknik ik pera perawa wata tan n luka luka pasca pascaop opera erasi si asept aseptik ik akan akan menurunkan insiden infeksi superfisial dan potensial terjadinya osteomielitis. Daerah yang terkana harus diimobilisasi untuk mengurangi ketidaknyamanan dan mencegah terjadinya fraktur. Dapat dilakukan rendaman salin hangat selama 20 menit beberapa kali per hari untuk meningkatkan aliran daerah.
Sasaran Sasaran awal terapi terapi adalah adalah mengo mengontr ntrol ol dan menghe menghenti ntikan kan proses proses infeks infeksi, i, Kultur Kultur darah darah dan swab swab dan kultur kultur abses abses dilaku dilakukan kan untuk untuk mengid mengident entifik ifikasi asi organisme dan memilih antibiotika yang terbaik. Kadang, infeksi disebabkan oleh lebih dari satu patogen. Begitu spesimen kultur telah diperoleh, dimulai pemberian terapi antibiotika intrav intravena ena,, dengan dengan asumsi asumsi bahwa bahwa dengan dengan infeksi infeksi staphy staphyloco lococcu ccuss yang yang peka peka terhadap penisilin semi sintetik atau sefalosporin. Tujuannya adalah mengentrol infeks infeksii sebelum sebelum aliran aliran darah darah ke daerah daerah terseb tersebut ut menuru menurun n akibat akibat terjadi terjadiny nyaa tromb trombosi osis. s. Pember Pemberian ian dosis dosis antibi antibioti otika ka terus terus meneru meneruss sesuai sesuai waktu waktu sangat sangat penting untuk mencapai kadar antibiotika dalam darah yang terus menerus tinggi. Antibiotika yang paling sensitif terhadap organisme penyebab yang diberikan bila telah diketahui biakan dan sensitivitasnya. Bila infeksi tampak telah terkontrol, antibiotika dapat diberikan per oral dan dilanjutkan sampai 3 bulan. Untu Untuk k meni mening ngka katk tkan an abso absorp rpsi si anti antibi biot otik ikaa oral oral,, janga jangan n dimi diminu num m bers bersam amaa makanan. Bila pasien tidak menunjukkan respons terhadap terapi antibiotika, tulang yang yang terkena terkena harus harus dilaku dilakukan kan pembed pembedaha ahan, n, jaring jaringan an purule purulen n dan nekrot nekrotik ik diangkat dan daerah itu diiringi secara langsung dengan larutan salin fisiologis steril. Tetapi antibitika dianjurkan. Pada osteomielitis kronik, antibiotika merupakan ajuvan terhadap debridemen bedah. Dilakukan sequestrektomi (pengangkatan involukrum secukupnya supaya ahli ahli
bedah edah
dapat apat
menga engan ngkat gkat
sequ seques estr trum um). ).
Kad Kadang ang
haru haruss
dila dilak kukan ukan
pengangkatan tulang untuk memajankan rongga yang dalam menjadi cekungan
yang dangkal (saucerization). Semua tulang dan kartilago yang terinfeksi dan mati diangkat supaya dapat terjadi penyembuhan yang permanen. Luka Luka dapat dapat ditutu ditutup p rapat rapat untuk untuk menutu menutup p rongga rongga mati mati (dead (dead space) space) atau atau dipasang tampon agar dapat diisi oleh jaringan granulasi atau dilakukan grafting dikemu dikemudia dian n hari. hari. Dapat Dapat dipasan dipasang g draina drainase se berpen berpengisa gisap p untuk untuk mengon mengontro troll hemato hematoma ma dan mebuan mebuang g debris. debris. Dapat Dapat diberi diberikan kan irigasi irigasi laruta larutan n salin salin normal normal selama 7 sampai 8 hari. Dapat terjadi infeksi samping dengan pemberian irigasi ini. Rongga yang didebridemen dapat diisi dengan graft tulang kanselus untuk merangsang merangsang penyembuhan. penyembuhan. Pada defek yang sangat besar, rongga dapat diisi dengan dengan transfe transferr tulang tulang berpem berpembul buluh uh darah darah atau atau flup flup otot otot (diman (dimanaa suatu suatu otot otot diambi diambill dari dari jaringa jaringan n sekitar sekitarny nyaa namun namun dengan dengan pembul pembuluh uh darah darah yang yang utuh). utuh). Teknik Teknik bedah bedah mikro mikro ini akan akan mening meningkat katkan kan asupan asupan darah; darah; perbai perbaikan kan asupan asupan darah kemudian akan memungkinkan penyembuhan tulang dan eradikasi infeksi. Pros Prosed edur ur beda bedah h ini ini dapa dapatt dila dilaku kuka kan n secara secara bert bertah ahap ap untu untuk k meny menyak akin inka kan n penyembuhan. Debridemen
bedah
dapat
melemahkan
tulang,
kemudian
meme memerlu rluka kan n stabi stabili lisas sasii atau atau peny penyok okon ong g deng dengan an fiksas fiksasii inte intern rnaa atau atau alat alat penyokong eksterna untuk mencegah terjadinya patah tulang.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajia Pengkajian n
1. Identitas Nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa yang digunakan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, nomor register, tanggal masuk rumah sakit, dan diagnosis medis. 2. Kelu Keluha han n Utam Utamaa Alasan yang menyebabkan lansia masuk ke rumah sakit. Biasanya karena adanya gangguan pada sistem muskoloskletal. 3. Genogram Mengkaji silsilah keluarga yang berkaitan dengan penyakit osteomyelitis. 4. Riway Riwayat at Keseh Kesehata atan n Sekara Sekarang ng Sejak Sejak kapan kapan timbul timbul keluha keluhan, n, apakan apakan ada riwaya riwayatt trauma trauma.. Hal-hal Hal-hal yang yang menimbulkan gejala. Timbulnya gejala mendadak atau perlahan. Timbulnya untuk pertama kalinya atau berulang. Perlu ditanyakan pula tentang adatidaknya gangguan pada sistem lainnya. Kaji lansia untuk mengungkapkan alasan alasan lansia lansia memerik memeriksaka sakan n diri diri atau atau mengun mengunjun jungi gi fasilit fasilitas as keseha kesehatan tan,, keluhan utama pasien dan gangguan muskuloskeletal meliputi : a) Nyeri Nyeri : identi identifik fikasi asi lokasi lokasi nyeri. nyeri. Nyeri biasan biasanya ya berkai berkaitan tan dengan dengan pembuluh darah, sendi, fasia atau periosteum. Tentukan kualitas nyeri apakah sakit yang menusuk atau berdenyut. Nyeri berdenyut biasanya berkaitan dengan tulang dan sakit berkaitan dengan otot, sedangkan
nyeri nyeri yang menu menusuk suk berk berkai aita tan n deng dengan an frakt fraktur ur atau atau infe infeks ksii tulan tulang. g. Identifikasi apakah nyeri timbul setelah diberi aktivitas atau gerakan. Nyeri saat bergerak merupakan satu tanda masalah persendian. Degenerasi panggul menimbulkan nyeri selama badan bertumpu pada sendi tersebut. Degenerasi pada lutut menimbulkan nyeri selama dan setelah berjalan. Nyeri pada osteoartritis makin meningkat pada suhu dingin. Tanyakan kapan nyeri makin meningkat, apakah pagi atau malam hari. Inflamasi pada bursa atau tendon makin meningkat pada malam hari. Tanyakan apakah nyeri hilang saat istirahat. Apakah nyerinya dapat diatasi dengan obat tertentu. b) Kekuatan sendi : tanyakan sendi mana yang mengalami kekakuan, lama lamany nyaa keka kekaku kuan an terse tersebu but, t, dan dan apak apakah ah selal selalu u terjad terjadii keka kekaku kuan an.. Beberapa Beberapa kondisi kondisi seperti spondilitis spondilitis ankilosis ankilosis terjadi remisi kekakuan kekakuan beberapa kali sehari. Pada penyakit degenarasi sendi sering terjadi keka kekaku kuan an yang ang menin eningk gkat at pada pada pagi pagi hari hari sete setela lah h bang bangun un tidu tidur r (inaktivita (inaktivitas). s). Bagaimana Bagaimana dengan dengan perubahan perubahan suhu dan aktivitas. aktivitas. Suhu dingin dingin dan kurang kurang aktivi aktivitas tas biasany biasanyaa mening meningkat katkan kan kekaku kekakuan an sendi. sendi. Suhu panas biasanya menurunkan spasme otot. c) Bengkak Bengkak : tanyakan berapa berapa lama terjadi pembengkak pembengkakan, an, apakah juga disertai dengan nyeri, karena bengkak dan nyeri sering menyertai cedera pada otot. Penyakit degenerasi sendi sering kali tidak timbul bengkak pada awal serangan, tetapi muncul setelah beberapa minggu terjadi nyeri. Dengan istirahat dan meninggikan bagian tubuh, ada yang dipasang gips.
Identi Identifik fikasi asi apakah apakah ada panas panas atau atau kemerah kemerahan an karena karena tanda tanda tersebu tersebutt menunjukkan adanya inflamasi, infeksi atau cedera. Deformitas dan imobilitas imobilitas : tanyakan tanyakan kapan terjadinya, terjadinya, apakah tibad) Deformitas tiba atau bertahap, bertahap, apakah menimbulkan menimbulkan keterbatasan keterbatasan gerak. Apakah semakin memburuk dengan aktivits, apakah dengan posisi tetentu makin memburuk. Apakah lansia menggunakan alat bantu (kruk, tongkat, dll) e) Perubahan Perubahan sensori sensori : tanyakan apakah ada ada penurunan penurunan rasa pada bagian tubuh tertentu. Apakah menurunnya rasa atau sensasi tersebut berkaitan deng dengan an nyeri nyeri.. Pene Peneka kana nan n pada pada syara syaraff dan dan pemb pembul uluh uh dara darah h akib akibat at bengkak, tumor atau fraktur dapat menyebabkan menyebabkan menurunnya sensasi. 5.
Riwayat Ke Kesehatan Keluarga
Riwayat Riwayat penyakit penyakit keluarga keluarga perlu diketahui untuk menentukan menentukan hubungan hubungan genetik yang perlu diidentifikasi misalnya (penyakit diabetes melitus yang merupakan predisposisi penyakit sendi degeneratif, TBC, artritis, riketsia, osteomielitis, dll) 6. Riway Riwayat at Ling Lingku kung ngan an Hid Hidup up Pengkajian terhadap lingkungan hidup lansia. Seperti lingkungan keluarga, tetangga, dan lain-lain. 7. Riwa Riway yat Rekr Rekrea easi si Pengkajian terhadap seberapa seringnya lansia melakukan rekreasi. 8. Sumb Sumber/ er/Si Siste stem m Pendu Penduku kung ng Peng Pengka kajia jian n terha terhada dap p siap siapaa saja saja sistem sistem pend penduk ukun ung g pada pada lans lansia, ia, sepert sepertii pasangan, anak, teman, saudara, atau tetangga. 9. Desk Deskri ripsi psi Hari Hari Khus Khusus us
Pengkajian terhadap hari khusus yg di miliki oleh lansia. 10. Riwayat Riwayat Kesehatan dahulu dahulu Data Data ini melipu meliputi ti kondis kondisii kesehat kesehatan an indivi individu. du. Data Data tentan tentang g adany adanyaa efek efek langsung langsung atau tidak langsung terhadap muskulosk muskuloskeletal, eletal, misalnya misalnya riwayat riwayat trauma atau kerusakan tulang rawan, riwayat artritis dan osteomielitis. 11. Pemeriksaan Pemeriksaan Fisik (Tinjauan (Tinjauan Sistem) Pemeriksaan Fisik secara umum (keadaan umum, integument, kepala, mata, teli teling nga, a, hidu hidung ng dan dan sinus sinus,, mulu mulutt dan dan teng tenggo goro roka kan, n, leher leher,, pay payudara udara,, pernafasan, kardiovaskuler, gastrointestinal, perkemihan, muskuloskletal, sistem saraf pusat, sistem endokrin, reproduksi) tidak mengalami gangguan sehingga tidak menjadi pengkajian secara khusus. Namun biasanya pada sistem muskuloskeletal perlu dikaji lebih mendalam. Adapun hal-hal yang perlu dikaji pada skelet tubuh, yaitu : 1) Adany Adanyaa deform deformita itass dan ketidak ketidakseja sejajara jaran n yang yang dapat disebabk disebabkan an oleh penyakit sendi 2) Pertumbuhan Pertumbuhan tulang tulang abnormal abnormal.. Hal ini dapat dapat disebabkan disebabkan oleh adany adanyaa tumor tulang. 3) Peme Pemend ndek ekan an ekstr ekstrim imit itas as,, ampu amputa tasi si dan dan bagi bagian an tubu tubuh h yang tida tidak k sejajar secara anatomis 4) Angu Angula lasi si abno abnorm rmal al pada pada tula tulang ng panj panjan ang, g, gera geraka kan n pada pada titi titik k buka bukan n sendi, sendi, teraba teraba krepit krepitus us pada pada titik titik geraka gerakan n abnorm abnormal, al, menunj menunjukk ukkan an adanya patah tulang.
Pengkajian Tulang Belakang
•
Deformitas Deformitas tulang tulang belakang belakang yang sering terjadi perlu diperhatikan diperhatikan yaitu : 1) Skoliosis Skoliosis (deviasi (deviasi kurvantura kurvantura lateral tulang tulang belakang belakang)) o
Bahu tidak sama tinggi
o
Garis pinggang yang tidak simetris
o
Skapula yang menonjol
Skoliosis Skoliosis tidak diketahui diketahui penyebabny penyebabnyaa (idiopatik) (idiopatik),, kelainan kelainan kongen kongenita ital, l, atau atau akibat akibat kerusa kerusakan kan otot otot para-sp para-spina inal, l, seperti seperti poliomielitis. 2) Kifosis Kifosis (kenaika (kenaikan n kurvan kurvantur turaa tulang tulang belakan belakang g bagian bagian dada). dada). Sering terjadi pada lansia dengan osteoporosis atau penyakti neuromuskular. 3) Lordosis Lordosis (membebek (membebek,, kurvantura kurvantura tulang tulang bagian bagian pingga pinggang ng yang yang berlebihan. Lordosis bisa ditemukan pada wanita hamil Pada Pada saat saat inspek inspeksi si tulang tulang belaka belakang ng sebaik sebaikny nyaa baju baju pasien pasien dilepa dilepass untuk melihat seluruh punggung, bokong dan tungkai. Pemeriksan kurvantura tulang belakang dan kesimetrisan batang tubuh dilakukan dari dari pandan pandangan gan anterio anterior, r, poster posterior ior dan lateral lateral.. Dengan Dengan berdir berdirii di belakang pasien, perhatikan setiap perbedaan tinggi bahu dan krista iliak iliaka. a. Lipa Lipata tan n boko bokong ng norm normal alny nyaa sime simetri tris. s. Kesim Kesimet etris risan an bahu bahu,, pinggul dan kelurusan tulang belakang diperiksa dalam posisi pasien berdiri tegak dan membungkuk ke depan. depan.
•
Pengkajian Sistem Persendian
Pengkajian sistem perssendian dengan pemeriksaan luas gerak sendi baik aktif maupun pasif, deformitas, stabilitas dan adanya benjolan. Pemeriksaan sendi menggunakan alat goniometer, yaitu busur derajat yang dirancang khusus untuk evakuasi gerak sendi. 1) Jika Jika send sendii diek diekst sten ensi sika kan n maks maksim imal al nam namun masi masih h ada ada sisa sisa fleksi, fleksi, luas luas geraka gerakan n ini dianga diangap p terbat terbatas. as. Keterb Keterbatas atasan an ini dapat disebabkan disebabkan oleh deformitas skeletal, patologik patologik sendi, kontraktur otot dan tendon sekitar. 2) Jika Jika gerak gerakan an send sendii meng mengal alam amii gang ganggu guan an atau atau nyeri nyeri,, haru haruss diperiksa diperiksa adanya adanya kelebihan kelebihan cairan dalam kapsulnya kapsulnya (efusi), (efusi), pembengkakan dan inflamasi. Tempat yang paling sering terjadi efusi adalah pada lutut. Palpasi Palpasi sendi sendi sambil sambil sendi sendi digera digerakka kkan n secara secara pasif pasif akan akan memberi memberi info inform rmasi asi
meng mengen enai ai
integ integri ritas tas
sendi sendi..
Suar Suaraa
“gem “gemel eletu etuk” k”da dapat pat
menunj menunjukk ukkan an adany adanyaa ligame ligamen n yang yang tergeln tergelncir cir di antara antara tonjol tonjolan an tulang tulang.. Adany Adanyaa krepit krepitus us karena karena permu permukaan kaan sendi sendi yang yang tidak tidak rata rata dite ditemu muka kan n pada pada pasie pasien n artr artrit itis. is. Jarin Jaringa gan n seki sekita tarr sendi sendi terd terdap apat at benjolan yang khas ditemukan pada pasien : 1)
Artritits reumatoid, benjolan lunak di dalam dan
sepanjang tendon. 2)
Gout, out, benjo enjola lan n ker keras as di dal dalam am dan di seb sebel elah ah send sendii
3)
Oste Osteoa oatr trit itis is,, ben benjo jola lan n ker keras as dan dan tid tidak ak nyer nyerii mer merup upak akan an
pertumbuhan tulang baru akibat destruksi des truksi permukaan kartilago
pada tulang dalam kapsul sendi, biasanya ditemukan pada lansia. Kada Kadang ng-k -kad adan ang g ukur ukuran an send sendii meno menonj njol ol akib akibat at artr artrof ofii otot otot di proksimal dan distal sendi sering terlihat pada artritis reumatoid sendi lutut. •
Pengkajian Sistem Otot
Peng Pengka kajia jian n siste sistem m otot otot melip meliput utii kema kemamp mpua uan n meng mengub ubah ah posi posisi, si, kekuat kekuatan an dan koordi koordinas nasii otot, otot, serta serta ukuran ukuran masing masing-mas -masing ing otot. otot. Kelemahan sekelompok otot menunjukkan berbagai kondisi seperti polineuropati, gangguan elektrolit, miastenia grafis, poliomielitis dan distrofi otot. Palpasi otot dilakukan ketika ekstrimitas rileks dan digerakkan secara pasif, perawat akan merasakan tonus otot. Kekuatan otot dapat diukur dengan meminta pasien menggerakkan ekstrimitas dengan atau tanpa tahan tahanan an.. Misal Misalny nya, a, otot otot bisep bisep yang yang diuj diujii deng dengan an memi memint ntaa klie klien n meluruskan lengan sepenuhnya, kemudian fleksikan lengan melawan tahanan yang diberikan oleh perawat. Tonu Tonuss
otot otot (kon (kontr trak aksi si ritm ritmik ik otot otot))
dapa dapatt
diba dibang ngki kitk tkan an pada pada
pergelangan kaki dengan dorso-fleksi kaki mendadak dan kuat, atau tangan dengan ekstensi pergelangan tangan. Lingkar ekstrimitas harus diukur untuk memantau pertambaan ukuran akibat edema atau perdarahan, penurunan ukuran akibat atrofi dan dibandingkan ekstrimitas yang sehat. Pengukuran otot dilakukan di
lingkaran lingkaran terbesar ekstrimitas, ekstrimitas, pada lokasi yang sama, pada posisi yang sama dan otot dalam keadaan istirahat.
0 (zero) 1 (trace) 2 (poor)
Gradasi Ukuran Kekuatan Otot Tidak ada kontraksi saat palpasi, paralisis Terasa adanya kontraksi otot, tetapi tidak ada gerakan Dengan bantuan atau menyangga sendi dapat
melakukan gerakan sendi (range (range of motion, ROM) secara penuh Dapat melakukan gerakan sendi (ROM) secara penuh
3 (fair)
dengan melawan gravitasi, tetapi tidak dapat melawan
4 (good)
tahanan Dapat melakukan ROM secara penuh dan dapat
5 (nor (norma mal) l)
melawan tahanan tingkat sedang Dapa Dapatt melak melakuk ukan an gera geraka kan n sendi sendi (ROM (ROM)) secar secaraa penuh penuh dan dapat melawan gravitasi dan tahanan
12. Pengkajian Pengkajian Psikososial Psikososial dan Spiritual a.
Psikososial
Kemampuan Kemampuan sosialisasi lansia pada saat sekarang, sikap lansia dengan dengan orang lain dan harapan lansia dalam melakukan sosialisasi. b.
Identidikasi Masalah Emosional
Pertanyaan tahap 1 dan 2. Masalah emosional (+) atau Negatif (-) c.
Spiritual
Kaji agama, kegiatan keagamaan, konsep/keyakinan tentang kematian. 13. Pengkajian Pengkajian Fungsional Fungsional Lansia Lansia a.
Indeks kata
b.
Modifikasi dari Barthel Indeks
14. Pengkajian Pengkajian Status Status Mental Gerontik Gerontik a.
Iden Identi tifi fika kasi si tin ting gkat kat inte intele lekt ktu ual den denga gan n Sho Short Po Portab rtable le Men Menta tall
Status Questioner (SPSMQ) b.
Identifikasi
aspek
kognitif
dan
fungsi
mental
dengan
menggunakan MMSE (Mini Mental Status Exam) 15. Skala Psikologis Psikologis Menentukan skala depresi pada lansia.
B. Diagnosa Diagnosa Keperawatan Keperawatan
1.
Nyeri Nyeri berh berhub ubun unga gan n deng dengan an infl inflam amasi asi dan dan pemb pemben engk gkaka akan. n.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan keterbatasan rentang
gerak 3. Risiko Risiko Terhadap Perluasan Infeksi Infeksi berhubungan berhubungan dengan pembentukan pembentukan abses tulang. 4.
Kura Kuran ng Pen Penge geta tahu huan an ten tentang tang peng engobat obatan an
C. Intervensi Intervensi Keperawatan Keperawatan No
1
Diagnosa Keperawatan Nyeri b/d inflamasi dan
Tujuan & Kriteria Hasil Tujuan : Setelah dilakukan
Intervensi
1. Pan Pantau tau tingkat dan
Rasional
1. Ting Tingka katt dan dan inte intensi nsita tass nyeri merupakan data
pembengkakan
perawatan klien melaporkan nyeri berkurang atau hilang Kriteria Hasil : - Skala nyeri 0-4 - Grimace (-) - Gerakan melokalisir nyeri (-)
intensitas nyeri
2. Laku Lakuka kan n imobilisasi dengan bidai
3. Ting Tinggi gika kan n ekstrimitas yang nyeri
4. Ajar Ajarka kan n teknik relaksasi (nafas dalam)
5. Kolab Kolabor orasi asi pemberian analgesik sesuai program terapi
2
Gangguan Tujuan : mobilitas fisik b/d Setelah dilakukan nyeri, perawatan, klien keterbatasan dapat melakukan rentang gerak mobilisasi dengan atau tanpa bantuan perawat Kriteria hasil : - Klien dapat melakukan ROM aktif - Klien dapat berpindah dengan bantuan alat
1. Laku akukan kan imobilisasi dengan bidai pada daerah yang mengalami kerusakan. 2. Ajar Ajarka kan n penggunaan alat bantu berpindah
dasar yang dibutuhkan perawat sebagai pedoman pengambilan intervensi, sehingga setiap perubahan harus terus dipantau. 2. Imob Imobil ilis isas asii dapat dapat membantu meringankan tugas tulang dalam mempertahankan postur tubuh sehingga tidak terjadi kekakuan daerah sekitar yang menyebabkan nyeri. 3. Peni Pening nggi gian an ekstr ekstrim imita itass dapat membantu meningkatkan aliran balik vena yang menyebaban pembengkakan berkurang sehingga penekanan daerah cedera menurun. 4. Tekn Teknik ik rel relak aksa sasi si (nafas dalam ) dapat membantu menurunkan tingkat ketegangan sehingga diharapkan tekanan otot-otot sekitar daerah cedera menurun 5. Anal Analge gesik sik berfu berfung ngsi si untuk melakukan hambatan pada sensor nyeri sehingga sensasi nyeri pada klien berkurang. 1. Imob Imobil ilis isas asii dap dapat at mengurangi pergerakan daerah cedera sehingga tidak terjadi kerusakan yang berlanjut, hal ini juga dapat membantu menopang berat tubuh. 2. Klie Klien n mun mungk gkin in bar baru u mengenal dan tidak dapat menggunakan alat bantu mobilitas seperti kruk atau walker sehingga peran perawat adalah memberikan pendidikan
3. Jela Jelask skan an pada pasien tetntang pentingnya pembatasan aktivitas
4. Latih atihan an ROM aktif dan perpindahan maksimal 2 kali dalam sehari
5. Anju Anjurk rkan an partisipasi partisipasi aktif sesuai kemampuan dalam kegiatan sehari-hari 3
Risiko Terhadap Perluasan Infeksi berhubungan dengan pembentukan abses tulang.
Setelah dilakukan perawatan, tidak terjadi perluasan infeksi pada klien Kriteria hasil : - Tidak ada tandatanda infeksi - WBC Normal
1. Pertah Pertahank ankan an tirah baring dalam posisi yang di programkan 2. Tinggikan ekstremitas yang sakit, instruksikan klien / bantu dalam latihan rentang gerak pada ekstremitas yang sakit dan tak sakit 3. Beri penyanggah
tentang cara penggunaannya. 3. Klie Klien n mun mungk gkin in tid tidak ak mengerti mengenai tujuan pembatasan gerak, sehingga perawat harus memberikan penyuluhan tentang pentingnya pembatasan aktivitas pada pasien cedera. Pemahaman klien memungkinkan peningkatan daya kooperatif. 4. Lati Latiha han n ROM ROM dapa dapatt mencegah penurunan masa otot, kontraktur dan peningkatan vaskularisasi. Sehingga tidak timbul komplikasi yang tidak diharapkan 5. Part Partisi isipa pasi si akt aktif if dap dapat at membantu pemulihan kesehatan dan melatih kekuatan otot, sehingga diharapkan klien dapat mempertahankan kekuatannya.
1. Agar ga gangguan mobilitas fisik dapat berkurang
2. Dapa Dapatt meri mering ngan anka kan n masalah gangguan mobilitas fisik yang dialami klien
3. Dapa Dapatt meri mering ngan anka kan n
pada ekstremitas yang sakit pada saat bergerak 4. Jelask Jelaskan an pandangan dan keterbatasan dalam aktivitas 5. Beri Berika kan n dorongan pada klien untuk melakukan AKS dalam lingkup keterbatasan dan beri bantuan sesuai kebutuhan 6. Ubah posisi secara periodik 7. Kolaborasi dengan Fisioterapi / aoakulasi terapi
4
Kurang Pengetahuan tentang pengobatan
Setelah diberikan 1. Kaji Kaji ting tingka katt tindakan pengetahuan keperawatan, pasien. diharapkan terjadi peningkatan pengetahuan mengenai kondisi dan 2. Beri Berika kan n penanganan yang informasi pada bersangkutan, pasien tentang Kriteria Hasil : perjalanan - Melaporkan penyakitnya. pemahaman 3. Beri Berika kan n mengenai penyakit penjelasan pada yang dialami pasien tentang - Menanyakan setiap tindakan tentang pilihan terapi keperawatan yang merupakan yang diberikan. petunjuk kesiapan belajar DAFTAR PUSTAKA
masalah gangguan mobilitas yang dialami klien
4. Agar klien tidak banyak melakukan gerakan yang dapat membahayakan 5. Meng Mengur uran angi gi terjad terjadin inya ya penyimpangan – penyimpangan yang dapat terjadi
6. Meng Mengur uran angi gi gan gangg ggua uan n mobilitas fisik 7. Kolaborasi interprofesional membantu proses perawatan klien lebih efektif 1. Mengetahui tingkat pemahaman dan pengetahuan pasien tentang penyakitnya serta indikator dalam melakukan intervensi. 2. Meningkatkan pemahaman klien tentang kondisi kesehatan.
3. Mengurangi tingkat kecemasan dan membantu meningkatkan kerjasama dalam mendukung program terapi yang diberikan
Chang, Ester. Daly, John. Elliott, Daug. 2009. Patofisiologi 2009. Patofisiologi ; Aplikasi pada Praktik Keperawatan. Keperawatan. Jakarta : EGC Corwin, Elizabeth J. 2001. Buku 2001. Buku Saku Patofisiologi Patofisiologi . Jakarta : EGC Fakultas Kedokteran UI. Kumpulan UI. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Bedah , editor soelarto reksoprojo, Tangerang: Binarupa Aksara Potter, Patricia A. Perry, Anne Griffin. 2005. Buku 2005. Buku Ajar Fundamental Fundamental Keperawatan (Konsep, Prosess dan Praktik. Jakarta : EGC Robbins, Stanley E. 2007. Buku 2007. Buku Ajar Patologi. Patologi. Jakarta : EGC Sjamsuhidayat, R. de Jong, Wim. 2004. Buku Ajar llmu Bedah. Jakarta : EGC Smeltzer, Susane C. Bare, Brenda G. 2001. Buku 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Medikal-Bedah Brunner & Suddarth. Jakarta : EGC Suratun, at all. 2008. Klien 2008. Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal : Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC Doenges, Marilyn E, dkk,. 2001. Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC