REFLEKSI KASUS
Juli, 2017
KANDIDIASIS INTERDIGITALIS
Disusun Oleh:
Nama
: Nurul Muchlisa E. T.
NIM
: N 111 16 050
Pembimbing Klinik dr. Diany Nurdin, Sp.KK, M.Kes.
KEPANITERAAN KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA PALU FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS TADULAKO PALU 2017
STATUS PASIEN BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN RSUD UNDATA PALU I. IDENTITAS PASIEN
1) Nama
: Tn. B
2) Umur
: 42 Tahun
3) Jenis kelamin
: Laki-laki
4) Alamat
: Desa Labuan Induk, Kecamatan Labuan
5) Agama
: Islam
6) Status Pernikahan
: Menikah
7) Pekerjaan
: Sopir
8) Tanggal pemeriksaan : 11 Juli 2017 9) Ruangan
: Poliklinik Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD
Undata
II. ANAMNESIS
1) Keluhan utama : Muncul bercak putih dan gatal pada sela-sela jari kaki 2) Riwayat penyakit sekarang : Pasien laki-laki usia 42 tahun datang ke poliklinik kulit dan kelamin Rumah Sakit Undata Palu dengan keluhan muncul bercak berwarna putih pada sela-sela jari kaki yang disertai rasa gatal. Keluhan sudah dirasakan sejak 1 bulan yang lalu. Awalnya bercak putih hanya sedikit pada sela jari paling dalam, kemudian bercak putih tambah meluas di sekitar sela jari kaki dan terasa gatal. Bercak putih tersebut dikelilingi warna kemerahan. Bercak tersebut muncul pada sela jari kaki 2, 3, 4, dan 5, pada kedua kaki. Rasa gatal semakin bertambah saat kaki pasien basah. Pasien menyangkal bahwa kakinya sering basah, dan mengatakan bahwa kakinya basah hanya pada saat berwudhu.
1
3) Riwayat penyakit dahulu : Sebelumnya pasien memiliki beberapa riwayat penyakit kulit, namun belum pernah mengeluhkan penyakit yang sama seperti sekarang. 4) Riwayat penyakit keluarga : Tidak ada keluarga pasien yang mengeluhkan penyakit yang sama.
III. PEMERIKSAAN FISIK Status Generalis
1)
Keadaan umum
: Sakit ringan
2)
Status Gizi
: Baik
3)
Kesadaran
: Kompos mentis
Tanda-tanda Vital
TD
: 120/80 mmHg
Nadi
: 80 kali/menit
Respirasi
: 20 kali/menit
Suhu
: 36o C
Status Dermatologis
Ujud Kelainan Kulit : Kepala
:
Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Wajah
:
Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Leher
:
Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Ketiak
:
Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Perut punggung
:
Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Dada
:
Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Bokong
:
Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Genitalia
:
Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Ekstremitas atas
:
Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Ekstremitas bawah
:
Tampak lesi eritematous yang ditutupi oleh jaringan
maserasi.
Pada
dasar
jaringan
2
maserasi
tampak
erosif.
Lesi
tampak
sirkumskrip disertai skuama tebal. Pada tepi tampak lesi satelit. Bersifat bilateral dan simetris.
IV. DOKUMENTASI KASUS
Gambar 1. Interdigitalis Ekstremitas Inferior Sinistra : Pada sela jari 3 dan 4 tampak lesi eritematous yang ditutupi oleh jaringan maserasi. Pada dasar jaringan maserasi tampak erosif. Lesi tampak sirkumskrip disertai skuama tebal. Pada tepi tampak lesi satelit berupa papul.
3
Gambar 2. Interdigitalis Ekstremitas Inferior Dextra : pada sela jari 2 dan 3 tampak lesi eritematous yang ditutupi oleh jaringan maserasi. Pada dasar jaringan maserasi tampak erosif. Lesi tampak sirkumskrip disertai skuama tebal. Pada tepi tampak lesi satelit berupa papul.
V. RESUME
Pasien laki-laki usia 42 tahun mengeluh muncul lesi eritematous yang ditutupi jaringan maserasi pada interdigitalis ekstremitas inferior disertai pruritus yang dialami sejak 1 bulan yang lalu. Didapatkan pada interdigital 2 dan 3, 3 dan 4, 4 dan 5, pada kedua ekstremitas inferior.
4
Dari hasil pemeriksaan dermatologis terdapat lesi eritematous yang ditutupi oleh jaringan maserasi. Pada dasar jaringan maserasi tampak erosif. Lesi tampak sirkumskrip disertai skuama tebal. Pada tepi tampak lesi satelit berupa papul Bersifat bilateral dan simetris.
VI.
DIAGNOSIS KERJA
Kandidiasis Interdigitalis
VII. DIAGNOSIS BANDING
a.
Tinea pedis
b.
Dermatitis intertriginosa
VIII. ANJURAN PEMERIKSAAN
IX.
a.
Pemeriksaan kulit dengan KOH 20%
b.
Pemeriksaan biakan dalam agar dekstrosa sabouraud
PENATALAKSANAAN Non-medikamentosa
-
Menjaga kebersihan diri dan lingkungan dengan cara mandi teratur 2 kali sehari dan menggunakan pakaian yang bersih
-
Tidak menggunakan alas kaki yang lembab, mengeringkan kaki dengan kain yang bersih setelah kaki terkena air
Medikamentosa
-
Pengobatan topikal Mikonazol Salep 2%, dioleskan 2 x sehari (pagi dan sore) sesudah mandi.
-
Pengobatan sistemik Ketokonazol tablet 200 mg 2x1 Cetirizine Hydrochloride tablet 10 mg 1x1
5
X.
PROGNOSIS
Qua ad vitam
: ad bonam
Qua at fungtionam
: ad bonam
Qua at sanationam
: dubia ad bonam
Qua at cosmetikam
: ad bonam
6
PEMBAHASAN
Pasien laki-laki usia 42 tahun datang ke poliklinik kulit dan kelamin Rumah Sakit Undata Palu dengan keluhan muncul bercak berwarna putih pada sela-sela jari kaki yang disertai rasa gatal. Keluhan sudah dirasakan sejak 1 bulan yang lalu. Awalnya bercak putih hanya sedikit pada sela jari paling dalam, kemudian bercak putih tambah meluas di sekitar sela jari kaki dan terasa gatal. Bercak putih tersebut dikelilingi warna kemerahan. Bercak tersebut muncul pada sela jari kaki 2, 3, 4, dan 5, pada kedua kaki. Rasa gatal semakin bertambah saat kaki pasien basah. Pasien menyangkal bahwa kakinya sering basah, dan mengatakan bahwa kakinya basah hanya pada saat berwudhu. Dari hasil pemeriksaan dermatologis terdapat lesi eritematous yang ditutupi oleh jaringan maserasi. Pada dasar jaringan maserasi tampak erosif. Lesi tampak sirkumskrip disertai skuama tebal. Pada tepi tampak lesi satelit berupa papul. Bersifat bilateral dan simetris. Kandidosis merupakan salah satu dermatomikosis superfisialis yang sering terkena pada manusia, yang disebabkan oleh jamur dari genus Candida, biasanya Candida albicans.1 Organisme ini menyerang kulit, kuku, membran mukosa, dan saluran pencernaan, tetapi dapat menyebabkan penyakit sistemik. 2 Penyebab Kandidiasis adalah dari jenis spesies C. Albicans, C.tropicalis, C.parapsilosis ataupun C.glabrata . Candidia albicans merupakan spesies yang tersering menyebabkan penyakit kandidiasis intertriginosa yaitu sebesar 80-85 %. Prevalensi kandidiasis pada manusia dihubungkan dengan kekebalan tubuh yang menurun, sehingga invasi dapat terjadi. Meningkatnya prevalensi dihubungkan dengan penderita gangguan sistem imun. 3 Penyakit dapat menyerang semua umur terutama bayi dan orang tua, baik laki-laki maupun perempuan. Jamur penyebabnya terdapat pada orang sehat sebagai saprofit. 4 Jamur Kandida mempunyai predileksi pada tempat-tempat yang lembab serta lipatan kulit yang mengalami maserasi. Lipatan kulit merupakan tempat yang paling sering mengalami kandidiasis terutama kulit yang tidak berambut.
7
Lokasi intertrigo pada daerah genitokruris, aksila, glutea, interdigital, dan daerah dibawah mamae. Gambaran klinis kandidiasis intertriginosa menunjukkan adanya puritis, eritema, maserasi pada daerah intertriginosa dan lesi satelit.3 Dalam menegakkan diagnosis kandidiasis, maka dapat dibantu dengan adanya pemeriksaan penunjang, antara lain yaitu : 5 a. Pemeriksaan langsung: kerokan kulit atau usapan mukokutan diperiksa dengan larutan KOH 10% atau dengan pewarnaan gram, terlihat sel ragi, blastospora, atau hifa semu. b. Pemeriksaan biakan: bahan yang akan diperiksa ditanam dalam agar dektrosa glukosa Sabouraud, dapat pula agar ini dibubuhi antibiotik (kloramfenikol) untuk mencegah pertumbuhan bakteri. Perbenihan disimpan dalam suhu kamar atau lemari suhu 37ºC, koloni tumbuh setelah 24-48 jam, berupa yeast like colony. Identifikasi Candida albicans dilakukan dengan membiakkan tumbuhan tersebut pada corn meal agar. Pada biakan ditemukan koloni ragi menonjol dari permukaan, permukaan koloni halus, licin, warna putih kekuning-kuningan dan berbau ragi . Infeksi kandida dapat terjadi, apabila ada faktor predisposisi baik endogen maupun eksogen. Faktor endogen meliputi perubahan fisiologik, umur,dan imunologik. Perubahan fisiologik seperti: 1) Kehamilan, karena perubahan pH dalam vagina, 2) Kegemukan, karena banyak keringat, 3) Debilitas, 4) Iatrogenik, 5) Endokrinopati, gangguan gula darah kulit, 6) Penyakit kronik seperti: tuberkulosis, lupus eritematosus dengan keadaan umum yang buruk. Umur contohnya: orang tua dan bayi lebih mudah terkena infeksi karena status imunologiknya tidak sempurna. Imunologik contohnya penyakit genetik. Faktor eksogen meliputi: iklim, panas, dan kelembaban menyebabkan respirasi meningkat, kebersihan kulit, kebiasaan berendam kaki dalam air yang terlalu lama menimbulkan maserasi dan memudahkan masuknya jamur, dan kontak dengan penderita misalnya pada thrush, dan balanopostitis. 6 Jenis obat yang paling banyak digunakan adalah antifungi azol topikal. Seluruh pasien kandidosis intertriginosa yang berobat diberikan antifungi azol topikal, karena penyakit kandidosis intertriginosa disebabkan oleh jamur, dan
8
pilihan obat utama adalah antifungi azol topikal untuk menghilangkan penyebab infeksi tersebut. Dengan pengobatan yang baik maka kebanyakan infeksi kandida dapat hilang tanpa masalah. Kecuali pada orang yang mengalami kelemahan dalam sistem imun, sehingga menjadi sulit untuk ditangani. Pada kandidiasis intertriginosa yang berulang umumnya dapat terjadi apabila perawatan dan kesehatan pasien yang tidak dijaga sehingga edukasi kebersihan tubuh pasien juga sangat penting dalam mencegah penyakit tersebut. Pencegahan dilakukan dengan menekan perkembangan jamur, dimana infeksi jamur umumnya diperberat oleh cuaca panas, basah dan lembab.
Jika faktor-faktor ini dapat dicegah maka
perkembangan jamur dapat berkurang. Selain itu kepada pasien juga dianjurkan untuk memakai pakaian nyaman dan tidak terlalu tebal atau ketat dan sering mengganti pakaian jika sudah basah. 1,4
9
DAFTAR PUSTAKA
1. Kuswadji. Kandidosis. Dalam : Djuanda A., Hamzah M., Aishah S., Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi IV, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 2010, Pp:103-6 2. Kusumaputra BH. Penatalaksanaan Kandidiasis Mukokutan Pada Ba yi. Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin.6(2);138;2014 3. Janik MP, dkk. Yeast Infection : Candidiasis ang Tinea Versicolor. Fitzpatrick’s Dermatology In General Medicine. Ed. 10. New York; McGraw-Hill;2008 4. SMF Ilmu Kulit Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Atlas Penyakit Kulitdan Kelamin. Airlangga University Press, 2012, Pp:86-92 5. Wolff, Klauss. Candidiasis. Dalam : Fitzpatrick. Dermatology in General Medicine. Ed 7 th, New york. McGraw Hill Company. 2011. p: 1822 6. Siregar, R.S. Atlas Berwana Saripati Penyakit Kulit. Edisi 2. EGC. Jakarta. 2012. Pp: 279-280.
10