LAPORAN KASUS
Oktober 2017
“
TUBERCULOSIS PARU ”
DISUSUN OLEH: NAMA
: Anginna Putri Mangiri
STAMBUK
: N 111 16 011
PEMBIMBING
: dr. Diah Mutiarasari, MPH dr. Nur Indriyani
DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS TADULAKO PALU 2017
0
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Penyakit tuberkulosis (TB) paru merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. TB adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan bakteri berbentuk batang (basil) yang dikenal dengan nama Mycobacterium tuberculosisd tuberculosisd anditularkan melalui perantara droplet udara.1 Mycobacterium tuberculosis telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia. PadaTahun 1993, WHO mencanangkan kedaruratan global penyakit TB karena pada sebagian besar negara di dunia. Penyakit TB tidak terkendali, ini disebabkan banyaknya penderita yang tidak berhasil disembuhkan, terutama penderitamenular /BTA (+). Jumlah penderita TB diperkirakan akanmeningkat seiring dengan munculnya epidemi HIV/AIDS di dunia. 3 Laporan World Health Organization (WHO) tahun 2012, mendeskripsikan bahwa untuk wilayah regional Asia Tenggara merupakan regional dengan kasus TB paru tertinggi yaitu sebesar 40%, diikuti regional Afrika 26%, Pasifik Barat 19%, dan terendah pada regional Eropa 3%. Pada regional Asia Tenggara, negara tertinggi prevalensi TB Paru adalah Myanmar yaitu 525 per 100.000 penduduk, diikuti Bangladesh sebesar 411 per 100.000 penduduk, dan Indonesia menempati urutan ke lima yaitu dengan prevalensi sebesar 289 per 100.000 penduduk. penduduk. 4 Sekitar 75% pasien TB adalah kelompok usia yang paling produktif secara ekonomis (15-50 tahun). Diperkirakan seorang pasien TB dewasa, akan kehilangan rata-rata waktu kerjanya 3 sampai 4 bulan. Hal tersebut diakibatkan pada kehilangan pendapatan tahunan rumah tangganya sekitar 2030%. Jika ia meninggal akibat TB, maka akan kehilangan pendapatannya sekitar 15 tahun. Selain merugikan secara ekonomis, TB juga memberikan dampak buruk lainnya secara sosial, seperti stigma bahkan dikucilkan oleh masyarakat.
1
Laporan Riset Kesehatan Daerah (Riskesda) tahun 2010, memberikan gambaran bahwa terdapat (5) lima provinsi yang memiliki angka prevalensi tertinggi adalah (1) Papua 1.441 per 100.000 peduduk, (2) Banten 1.282 per 100.000 penduduk), (3) Sulawesi Utara 1.221 per 100.000 penduduk, (4) Gorontalo 1.200 per 100.000 penduduk, dan (5) DKI Jakarta 1.032 per 100.000 penduduk. Berdasarkan komposisi penduduk, diketahui prevalensi TB paru paling banyak terdapat pada jenis kelamin laki-laki 819 per 100.000 penduduk, penduduk yang bertempat tinggal di desa 750 per 100.000 penduduk, kelompok pendidikan yang tidak sekolah 1.041 per 100.000 penduduk), petani/nelayan/buruh 858 per 100.000 penduduk dan pada penduduk dengan tingkat pengeluaran kuintil 4 sebesar 607 per 100.000 penduduk.5 Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia, (2012), diketahui peningkatan angka penjaringan suspek mempunyai range 8-123 per 100.000 penduduk. Provinsi dengan peningkatan angka penjaringan suspek tertinggi adalah Provinsi Maluku (123 per 100.000 penduduk) dan Provinsi Sumatera Utara (8 per 100.000 penduduk). 1 Sepuluh Penyakit Terbesar Puskesmas Wani tahun 2016 No
Nama Penyakit
Jumlah
1
ISPA
1610
2
GASTRITIS.
695
3
RADANG SENDI
393
4
HIPERTENSI
326
5
DIARE
301
6
HIPOTENSI
248
7
P.KULIT
239
8
P.RONGGA MULUT
217
9
VULNUS
108
10
ASMA
95
2
Di Sulawesi Tengah sendiri berdasarkan jumlah penduduk diperkirakan kasus TB BTA positif dimasyarakat pada tahun 2011 sekitar 4.856 orang. Pada tahun 2011 ditemukan 2.807 kasus yang menandakan CDR hanya 57,80%. Angka CDR Propinsi masih dibawah 70%. Berbagai upaya-upaya yang dilakukan, salah satunya promosi secara aktif, pendekatan pelayanan terhadap pelayanan kesehatan yaitu memaksimalkan Puskesmas Pembantu dan Bidan Desa untuk mendekatkan pelayanan TB di masyarakat terpencil. 2
1.2.Tujuan
Adapun tujuan penyusunan laporan refleksi kasus ini meliputi : 1. Sebagai syarat penyelesaian tugas akhir di bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 2. Sebagai gambaran penyebaran penyakit dan beberapa faktor resiko penyebarannya di wilayah kerja Puskesmas Wani
3
BAB II PERMASALAHAN
2.1
Kasus A. Identitas Pasien
Nama
: Ny. M
Umur
: 53 tahun
Jenis Kelamin
: perempuan
Pekerjaan
: Petani
Agama
: Islam
Alamat
: Desa wani 3
Pendidikan Terakhir
: SD
Tanggal Pemeriksaan
: 03 Oktober 2017
B. Deskripsi Kasus Anamnesis : Keluhan Utama :
Batuk Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengeluhkan adanya batuk berdahak yang hilang timbul sejak 4 bulan yang lalu. Batuk berdahak tidak pernah disertai dengan pengeluaran darah. Batuk disertai dengan dahak kental berwarna kuning kehijauan dengan jumlah ± 1 sendok tiap kali batuk. Os sudah sering berobat ke puskesmas namun batuknya tidak pernah hilang. Saat ini, os merasa batuknya susah keluar dan sangat mengganggu terutama pada malam hari. Selain itu, os juga mengeluh demam sejak 3 bulan yang lalu. Demam tidak disertai dengan menggigil dan bersifat hilang timbul. Demam akan turun jika os mengkonsumsi obat dari puskesmas. Os menyangkal adanya flu.Os sering berkeringat dingin pada malam hari.
4
Os juga mengeluhkan sesak napas sejak 1 bulan yang lalu.Sesak napas sering dikeluhkan oleh os terutama jika banyak melakukan aktivitas. Sejak 2 hari ini sesak napas dirasakan semakin memberat. Sesak napas ini sedikit berkurang jika os sudah beristirahat. Sesak tidak disertai dengan bunyi “ngik”. Sesak tidak dipengaruhi oleh suhu, cuaca, maupun debu.Selain itu, os pernah merasakan nyeri dada sebelah kiri seperti di tusuk – tusuk sejak beberapaminggu yang lalu. Os menyangkal adanya penjalaran nyeri ke punggung dan tangan sebelah kiri.Nyeri dada timbul terutama jika pasien sedang merasakan batuk dan sesak napas. Os juga mengeluhkan nafsu makan berkurang sejak 1 bulan terakhir sehingga os merasa badanya semakin kurus. Selain itu, os juga sering merasa mual namun tidak sampai muntah. Os menyangkal adanya nyeri pada ulu hati. Kadang – kadang os juga mengeluhkan kepalanya terasa pusing dan badannya terasa lemas sehingga os tidak dapat melakukan pekerjaannya lagi. Buang air kecil normal dengan frekuensi 3-4x/hari, warna kuning jernih, kencing batu (-), nyeri saat BAK (-), darah (-).Buang air besar normal.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien mengaku tidak pernah sebelumnya menjalani pengobatan OAT. Riwayat penyakit Hipertensi (-), diabetes (-), gangguan jantung (-), asma (-), alergi (-).
Riwayat Penyakit Keluarga:
Tidak ada riwayat terkena penyakit tuberculosis.
Riwayat pengobatan:
Tidak ada
Riwayat Sosial, Ekonomi dan Lingkungan
Pasien memiliki 1 suami dan 1 orang anak. Pasien tinggal di rumah yang luasnya kurang lebih 92 m 2 (8m x 12m) dengan 3 kamar tidur bersama suami, anak dan adiknya. -
Pasien merupakan keluarga ekonomi menengah kebawah.
5
-
Untuk air minum pasien mendapatkan air dari PDAM, pasien mengaku ia memasak air untuk keperluan konsumsi rumah tangga.
-
Pasien memiliki fasilitas MCK di rumahnya namun terlihat sangat kotor dan lembab pada bagian dinding dan bagian lantainya.
-
Untuk memasak keluarga pasien menggunakan kompor minyak dan tungku.
-
Didalam rumah terdapat hewan peliharaan yaitu kucing .
-
Ventilasi udara rumah pasien sangat kurang dan cenderung tertutup, lantai rumah disemen halus, dinding rumah berupa sebagian kayu dan sebagian batu merah yang tidak di plester dan tidak ada plafon serta tampak tidak tertata.
PEMERIKSAAN FISIK Kondisi
:
Sakit ringan
Berat Badan
: 40 kg
:
Compos Mentis
Tinggi Badan
: 150
Umum Tingkat
cm
Kesadaran Status Gizi
:
Gizi Kurang
Tanda Vital
80 kali/menit (kuatangkat, isi cukup, reguler)
Nadi
:
Suhu
: 36.70C
Pernapasan
:
Kulit
: Warna sawo matang, lapisan lemak di bawah kulit cukup. : Normosefal, rambut berwarna hitam, tipis dan tidak mengkilap, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterus, pupil bulat isokor (diameter 3 mm). Terdapat sekret pada hidung (warna bening keputihan), tidak terdapat pernapasan cuping hidung. Tidak ada sekret pada telinga, bibir tidak sianosis. : Tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening.
Kepala
Leher
24 kali/menit
6
Thoraks Paru
: Inspeksi penggunaan
Palpasi Perkusi Auskultasi Jantung
: Inspeksi Palpasi
Perkusi Auskultasi Abdomen
Ekstremitas Atas Bawah
: Inspeksi napas Auskultasi Perkusi Palpasi
:
permukaan
dada
simetris,
otot-otot bantu pernapasan (-). : massa (-), nyeri tekan (-) taktil fremitus kiri = kanan. : sonor pada kedua lapang paru : bunyi napas brokovesikuler +/+, wheezing (-/-), ronkhi (+/+). : iktus kordis tampak : iktus kordis teraba pada ICS V linea midclavicula sinistra : pekak : bunyi jantung I dan II murni, reguler, bising jantung (-). : permukaan datar, seirama gerak : peristaltik kesan normal : timpani : massa (-), nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba.
: Akral hangat, edema (-) : Akral hangat, edema (-)
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan spesimen hasil BTA sewaktu (+), pagi (+), sewaktu (+) Diagnosis Kerja
Tuberculosis Paru Terapi
Medikamentosa : Terapi OAT FDC kategori I tahap intensif RHZE selama 2 bulan. Ambroxol 3 kali sehari
Nonmedikamentosa
:
Edukasi
Alat pelindung diri dengan menggunakan masker.
7
Hindari kontak dengan paparan asap rokok.
Penyakit yang diderita adalah penyakit Tb yang menular dan bisa menyerang anak dan dewasa.
Menjelaskan kepada pasien tentang gejala-gejala pada penyakit TB dan cara penularannya.
Membuang dahak pada wadah tertutup yang berisi pasir dan air sabun diganti minimal 1x sehari, terkena matahari langsung.
Menghindari paparan asap rokok supaya tidak me mperburuk keadaan.
Menjelaskan kepada anggota keluarga pasien yang tinggal serumah dengan pasien untuk memeriksakan dahaknya di laboratorium untuk memastikan adanya anggota keluarga yang lain yang mengidap penyakit TB seperti pasien atau tidak
Menjelaskan kepada pasien agar tekun minum obat serta rutin memeriksakan dirinya sampai dinyatakan sembuh untuk evaluasi perkembangan penyakit TB di Psukesmas meskipun pasien sudah merasa sehat sebelum dinayatakan sembuh
Menganjurkan pasien mengkonsumsi makanan yang tinggi kalori dan protein seperti ikan dan telur.
2.2
Analisis Kasus
Pasien adalah seorang perempuan berusia 53 tahun yang mengeluhkan adanya sesak nafas dan batuk berdahak yang hilang timbul disertai sesak nafas sejak 4 bulan yang lalu. Batuk berdahak tidak pernah disertai dengan pengeluaran darah. Pasien juga mengaku sering berkeringat pada malam hari dan kadang disertai demam serta sulit tidur. Nafsu makan pasien dirasakan menurun sehingga berat badan pasien diakui turun drastis sejak beberapabulan terakhir. Tidak terdapat riwayat kontak pada keluarga, namun untuk lingkungan sekitar tidak dapat diketahui. 2.3
Identifikasi Masalah pada Pasien
1. Bagaimana masalah TB di Wilayah kerja Puskesmas Wani? 2. Faktor resiko apa saja yang mempengaruhi masalah TB di Wilayah kerja Puskesmas Wani?
8
BAB III PEMBAHASAN
Suatu penyakit dapat terjadi oleh karena ketidakseimbangan faktor-faktor utama yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Paradigma hidup sehat yang diperkenalkan oleh H.L. Blum mencakup 4 faktor yaitu faktor genetik/biologis, faktor perilaku individu atau masyarakat, faktor lingkungan dan faktor pelayanan kesehatan (jenis, cakupan dan kualit asnya). Berdasarkan kasus di atas, jika dilihat dari segi konsep kesehatan masyarakat, maka ada beberapa yang menjadi faktor risiko yang mempengaruhi derajat kesehatan ISPA (Pneumonia), yaitu: 1. Faktor genetik
Berdasarkan teori TB bukanlah penyakit keturunan. TB adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis.
2. Faktor lingkungan
Lingkungan memegang peranan yang sangat penting dalam terjadinya sebuah penyakit, apalagi penyakit tersebut adalah penyakit berbasis lingkungan. Hal ini tentu saja dapat menyebabkan mudahnya terjadi infeksi apabila tidak ada keseimbangan dalam lingkungan. Dalam kasus ini lingkungan tempat tinggal mendukung terjadinya penyakit TB yang dialami pasien. Lingkungan rumah merupakan salah satu faktor yang memberikan pengaruh besar terhadap status kesehatan penghuninya. Lingkungan rumah merupakan salah satu faktor yang berperan dalam penyebaran kuman tuberkulosis. Kuman tuberkulosis dapat hidup selama 1-2 jam bahkan sampai beberapa hari hingga berminggu-minggu tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang baik, kelembaban, suhu rumah, dan kepadatan rumah. - Pencahayaan rumah Keadaan rumah pasien pada kasus ini tergolong lembab dan kurang pencahayaan. Kamar tidur pasien hanya memiliki 1 jendela yang berukuran
9
kecil. Cahaya yang masuk ke dalam kamar sangat kurang. Hal ini menyebabkan mikroorganisme dapat berkembangbiak dengan pesat, termasuk kuman dan bakteri penyebab TB. Dan untukrumah yang masih menggunakan papan dan batubata yang bahkan tidak di plester juga bias menjadi tempat perkembangbiakan. - Kepadatan hunian rumah Rumah tempat tinggal pasien dalam kasus ini memiliki jarak yang sangat dekat dengan rumah tetangga-tetangga sekitarnya. Hal ini tentu dapat menjadi faktor pendukung untuk tersebarnya penyakit TB dengan mudah.
3. Faktor perilaku
Perilaku
dapat
terdiri
dari
pengetahuan,
sikap
dan
tindakan.
Pengetahuan penderita TB paru yang kurang tentang cara penularan, bahaya, dan cara pengobatan akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku sebagai orang sakit dan akhirnya berakhibat menjadi sumber penular bagi orang disekelilingnya. - Pengetahuan yang kurang tentang TB Pasien dan keluarga sebelumnya tidak mengetahui tentang TB, pengertian, faktor resiko, penularan, akibat dan sebagainya. Pengetahuan yang rendah ini mempengaruhi tindakan yang menjadi kurang tepat. Pasien mengaku tidak segera memeriksakan diri ketika sudah ada gejala sakit yang mengarah ke TB. - Kebiasan merokok Adik Pasien dalam kasus ini termasuk perokok aktif. Dengan adanya paparan asap rokok akan memperburuk batuk pada pasien.
4.
Faktor pelayanan kesehatan
Pelayanan
kesehatan
masyarakat
terkait
kinerja
puskesmas
untuk
menanggulangi TB mulai dari pelayanan UKP berbasis pelayanan di polik TB, melakukan pengukuran TB, BB, menilai status gizi serta penyuluhan terkait diagnosa penyakit pasien dan pengobatan pasien. Pelayanan kesehatan
10
sangat berperan penting dalam mengendalikan masalah TB di lingkungan kerja Puskesmas Wani dengan cara melakukan penyuluhan mengenai penyakit TB di masyarakat.
17.5
17
16.5
16
15.5
15
14.5
14 Tahun 2014
Tahun 2015
Tahun 2016
Data yang diperoleh dari kasus TB, dari tahun 2014 terdapat 15 kasus, tahun 2015 sebanyak 17 kasus dari tahun 2015 ke tahun 2016 17 kasus. Dari tahun 2014 ke tahun 2015 mengalami peningkatan hal ini diakibatkan kurangnya pngetahuan masyrakat mengenai penyakit TB sehingga dalam upaya pencegahan masih kurang diterapkan. Data yang diperoleh pada tahun 2015 ke tahun 2016 menunjukkan jumlah pasien TB tidak mengalami penurunan maupun peningkatan. Hal ini mencerminkan bahwa upaya-upaya preventif berpengaruh besar terhadap terjadinya kasus TB. Pelayanan kesehatan di Puskesmas Wani untuk mencegah terjadinya kasus TB Petugas puskesmas sering mengadakan penyuluhan mengenai penyakit TB di masyarakat. Selain itu bisa dengan melakukan pelayanan konseling, inspeksi faktor risiko lingkungan serta intervensi lingkungan baik secara pembinaan maupun secara pemenuhan kebutuhan dasar lingkungan fisik pasien yang bersangkutan.
11
Pasien Rawat Jalan
Meja Penapisan
Loket Pendaftaran
Apotik Poliklinik umum
Memberikan obat sesuai resep dokter
Alur Pelayanan UPTD Puskesmas Wani
12
BAB IV PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Kesimpulan dari laporan refleksi kasus ini adalah walaupun TB bukan termasuk 10 penyakit yang terbanyak di puskesmas wani, tetapi TB masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang menjadi tantangan secara global maupun nasional. TB merupakan suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman dari Mycobacterium tubercculosis. Kejadian penyakit TB pada kasus ini di pengaruhi faktor perilaku dan faktor lingkungan.
5.2
Saran
Adapun saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut. 1. Promosi kesehatan (health promotion)
Hindari kontak dengan pasien TB
Perbaikan hygiene perorangan seperti etika batuk. Sanitasi lingkungan rumah, pencahayaan rumah.
Pendidikan kesehatan Dalam hal ini perlu untuk memberikan promosi kesehatan tentang penyebab, penularan dan pengobatan penyakit TB.
Tidak merokok
2. Perlindungan umum dan khusus terhadap penyakit-penyakit tertentu (general and specific protection)
Pembuangan dahak di tempat yang aman, terutama yang berasal dari penderita TB, baik anak ataupun dewasa.
Menggunakan alat pelindung diri seperti masker.
Menjaga agar tidak terhirup dengan polusi udara seperti asap rokok
Memastikan kebersihan lingkungan
13
3. Penegakkan diagnosa secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat (early diagnosis and prompt treatment)
Jika ada didapatkan penderita TB segera dilakukan penegakkan diagnosa dan pengobatan yang cepat dan tepat. 4. Pembatasan kecacatan (dissability limitation)
Pengobatan dan perawatan yang sempurna agar penderita sembuh dan tak terjadi komplikasi, sehingga apabila telah ditegakkan diagnosa TB diberikan pengobatan sesuai dengan pedoman pengobatan TB dan dianjurkan untuk salah satu keluarga mendampingi untuk mengetahui pengobatan TB. 5. Pemulihan kesehatan (rehabilitation)
Pada tingkat ini, pasien diberikan konseling tentang jika munculnya gejala baru atau bertambah parah agar segera dibawa ke puskesmas, misalnya sesak nafas, batuk darah terus menerus, pasien gelisah, kondisi pasien memburuk, dan sebagainya.
14
DAFTAR PUSTAKA
1.
Kementerian
Kesehatan
Republik
Indonesia
Direktorat
Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI; 2014. 2.
UPTD Urusan Puskesmas Wani. Profil Kesehatan Puskesmas Wani 2016 Palu: Puskesmas Wani; 2016.
3.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2016 tentang Penanggulangan tuberkulosis. Jakarta; Menteri Kesehatan Republik Indonesia; 2017.
4.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2012 tentang Programpengendaliantuberkulosis. Jakarta; Menteri Kesehatan Republik Indonesia; 2012.
5.
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Tadulako. Buku Panduan Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat. Palu: Bagian IKM FKIK Untad; 2017.
15
Dokumentasi rumah pasien
Gambar Ruang Tamu Pasien
Gambar ruang Nonton pasien
16
Gambar ruang makan pasien
Gambar dapur pasien
17
Gambar tempat cuci piring dan cuci pakaian
Gambar kamar mandi pasien
18
Gambar kamar tidur pasien
Gambar langit-langit rumah pasien
Gambar di samping rumah pasien
19